Anda di halaman 1dari 8

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut (Notoatmodjo, 2018),

terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, yaitu:


1. Umur
Umur semakin bertambahnya umur seseorang, akan bertambah pula daya ingat
seseorang. Umur seseorang akan berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
dimilikinya, tetapi pada tingkatan umur tertentu atau semakin bertambahnya umur
perkembangan tidak akan secepat seperti saat berusia belasan tahun.
2. Intelegensi
Merupakan suatu kemampuan untuk berfikir yang berguna untuk beradaptasi
disituasi yang baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil
dari proses belajar.Setiap orang memiliki perbedaan intelegensi sehingga berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan yang dimiliki.
3. Lingkungan
Pengetahuan yang dimiliki seseorang juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Lingkungan yang kondusif dan baik dengan lingkungan yang buruk akan
mempengaruhi pada cara berfikir seseorang.
4. Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
yang dimiliki seseorang.Kebudayaan yang dimiliki setiap orang beragam sehingga
pengetahuan yang dimilki setiap orang dapat berbeda.
5. Pendidikan
Pendidikan adalah kegiatan atau proses pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan seseorang.
6. Informasi
Pengetahuan seseorang dapat meningkat dan berkembang karena melibatkan
informasi yang baik dari berbagai media massa.
7. Pengalaman
Pengalaman merupakan faktor yang penting untuk mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Permasalahan yang dimiliki setiap orang dapat terpecahkan dengan
berbagai pengalaman yang dihadapi pada masa lalu.
8. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang akan menentukan gaya hidup serta kebiasaan dari masing-
masing individu dalam hal ini pekerjaan mempunyai peranan yang penting dan
berkaitan dengan pemikiran seseorang untuk mennetukan jenis kontrasepsi yang akan
digunakan. Penelitian yang dilakukan (Farlikhatun and Srireni, 2019) menemukan
bahwa pekerjaan yang dilakukan akan mempengaruhi dalam penggunaan kb .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Program Keluarga Berencana mempunyai kontribusi yang penting dalam
meningkatkan kualitas penduduk, yaitu dalam hal menangani pertambahan jumlah
penduduk. WHO menyatakan bahwa program keluarga berencana dapat
mengantisipasi dan menentukan jumlah anak yang diinginkan setiap pasangan serta
dapat memperkirakan jarak kelahiran (World Health Organization, 2021). Pelayanan
KB senantiasa dilakukan untuk menurunkan total fertility rate (TFR) agar mengurangi
beban pembangunan demi terwujudnya kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia.
TFR merupakan rata-rata anak yang dilahirkan oleh wanita usia subur dengan rentang
usia yaitu 15-49 tahun.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan
Sistem Informasi Keluarga menyatakan Keluarga Berencana adalah upaya mengatur
kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas. Risiko 4 Terlalu (Terlalu muda melahirkan di bawah usia
21 tahun, Terlalu tua melahirkan diatas 35 tahun, Terlalu dekat jarak melahirkan
kurang dari 3 tahun, dan Terlalu banyak jumlah anak lebih dari 2 menyumbangkan
dampak pada peningkatan Angka Kematian Ibu di Indonesia (Kemenkes RI, 2021).
Angka Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia tahun 2020 sebesar 2,45. Jumlah ini
terbilang tinggi dibandingkan dengan target yaitu 2,2 pada tahun 2021.
Badan Pusat Statisik mencatat penduduk Indonesia pada September 2020
sebanyak 270.203.917 jiwa, meningkat 32,56 juta jiwa dari tahun 2010 yang sebesar
237,63 juta jiwa. Persebaran penduduk menurut jenis kelamin adalah 136.661.899
untuk penduduk laki-laki dan 133.542.018 untuk penduduk perempuan. sedangkan
Menurut data Tahun 2021, Provinsi Banten memiliki jumlah penduduk yang tersebar
pada 8 (delapan) Kabupaten dan Kota dengan jumlah penduduk terbanyak di
Kabupaten tangerang, adapun rincian jumlah penduduk Kabupaten/Kota sebagai
berikut: Jumlah penduduk Kabupaten Lebak berjumlah 1.441.291 (satu juta empat
ratus empat puluh satu ribu dua ratus sembilan puluh satu) jiwa; Jumlah penduduk
Kabupaten Pandeglang berjumlah 1.349.112 (satu juta tiga ratus empat puluh
sembilan ribu seratus dua belas) jiwa; jumlah penduduk Kabupaten Serang berjumlah
1.668.093 (satu juta enam ratus enam puluh delapan ribu sembilan puluh tiga) jiwa;
jumlah penduduk Kabupaten Tangerang berjumlah 3.185.552 (tiga juta seratus
delapan puluh lima ribu lima ratus lima puluh dua) jiwa; jumlah penduduk Kota
Tangerang berjumlah 1.864.220 (satu juta delapan ratus enam puluh empat ribu dua
ratus dua puluh) jiwa; jumlah penduduk Kota Cilegon berjumlah 452.991 (empat ratus
lima puluh dua ribu sembilan ratus sembilan puluh satu) jiwa; jumlah penduduk Kota
Serang berjumlah 702.228 (tujuh ratus dua ribu dua ratus dua puluh delapan) jiwa;
jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan berjumlah 1.367.405 (satu juta tiga ratus
enam puluh tujuh ribu empat ratus lima) jiwa.
Jumlah penduduk Provinsi Banten dari Tahun 2018 sampai dengan 2021,
dimana terjadi kenaikan jumlah penduduk disetiap tahunnya. Kenaikan Jumlah
penduduk ini dilihat dari selisih jumlah penduduk dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, secara lebih rinci yaitu dari 2018 ke 2019 terjadi penambahan sebesar
184.098 jiwa, dari Tahun 2019 ke 2020 terjadi penambahan sebesar 136.051 jiwa, dan
Tahun 2020 ke Tahun 2021 terjadi penambahan penduduk sebesar 988.369 jiwa.
Menurut BKKBN 2020, cakupan peserta KB aktif pada tahun 2020 yang
memakai metode kontrasepsi implan sebesar 8,5%. Angka ini jauh lebih rendah
apabila dibandingkan dengan metode kontrasepsi suntik 72,9%, metode pil 19,4%,
dan metode IUD sebesar 8,5%. Jika dilihat dari efektivitas, suntik dan pil termasuk
metode kontrasepsi jangka pendek yang memiliki tingkat efektivitas lebih rendah
dibadingkan dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti Implan,
IUD, MOW dan MOP. Pola ini terjadi setiap tahun, yang dapat menunjukkan bahwa
peserta lebih banyak yang menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek
(Kemenkes RI, 2021). Terkait dengan, penggunaan metode kontrasepsi, berdasarkan
Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018, menurut jenis kontrasepsi di
Puskesmas Jalan Emas
persentase peserta KB aktif MKJP adalah sebesar 14,6%. Proporsi KB IUD sebesar
7,7% dan implan sebesar 6,7%. Sedangkan untuk peserta KB Non MKJP sebesar
85,4% dengan proporsi kondom sebesar 5,7%, suntik sebesar 57,2%, dan pil sebesar
22,4% (Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2018). Data tersebut menunjukkan
bahwa program KB suntik cukup berhasil diterima masyarakat, tetapi AKDR
termasuk
kontrasepsi yang kurang diminat.
Intra uterine device (IUD), atau dalam bahasa Indonesia disebut alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang oleh masyarakat awan
biasa disebut spiral. Sesuai dengan namanya AKDR, alat ini di pasang di dalam
rahim. Sejak metode AKDR dikenalkan banyak orang menggunakan untuk program
pengaturan jumlah anak dalam keluarga karena relative aman, mudah, dan murah.
Pengguna alat kontrasepsi ini tidak perlu mengulang pemakaiannya setiap kali,
sehingga tidak merepotkan. Disamping itu AKDR tidak mengandung zat-zat
hormonal yang dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh. Saat ini bentuk AKDR
bermacam-macam. Salah satunya misalnya yang berbentuk T dengan lilitan tembaga,
dan banyak lagi. Di masyarakat, AKDR lebih dikenal sebagai IUD atau spiral.
(Ayurai, 2009).
Pengetahuan merupakan suatu hal yang dapat digunakan untuk memahami
serta menerima sebuah perubahan yang telah terjadi. Pengetahuan digunakan untuk
membantu mengenal macam-macam kontrasepsi yang memadai sehingga dapat
menentukan pilihan dalam berKB secara tepat. Calon pengguna dapat memahami
pengertian kontrasepsi yang dipilih lengkap dengan efek samping, kontraindikasi, dan
dapat membantu seseorang mengatasi masalah yang akan muncul akibat pemakaian
kontrasepsi tersebut. Pemahaman yang benar tentang metose ber-KB akan berdampak
pada wanita dalam menggunakan metode KB (Rindiarti, A., Arjuna, T., & Santoso,
2013).
Cukup banyak ibu-ibu yang kurang memakai AKDR karena takut, ragu-ragu,
bahkan memutuskan sama sekali tidak menggunakan AKDR. Dengan alasan yang
biasanya disebutkan adalah takut kalau nanti AKDR akan keluar dari rahim, dapat
terjadi PMS. Hal ini disebabkan karena pengetahuan ibu tentang penggunaan AKDR
masih kurang. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti di Lingkungan
RT.002/RW.007 kreo,tangerang menunjukkan bahwa diantara 10 wanita usia subur
(WUS) ada 5 ibu yang memakai alat kontrasepsi suntik, 3 ibu pasangan usia subur
menggunakan pil, 2 orang ibu mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi
(sistem kalender). Dari hasil survei awal menunjukkan rendahnya penggunaan KB
AKDR diasumsikan karena pendidikan masyarakat tergolong rendah,Pengetahuan
mereka mengenai alat kontrasepsi AKDR masih kurang, tidak menggunakan alat
kontrasepsi AKDR karena tidak mengerti keuntungan (keefektifan) dari alat
kontrasepsi tersebut. Banyaknya program KB yang dilaksanakan masih menunjukkan
angka TFR yang cukup tinggi dan masih tingginya angka pengguna kontrasepsi suntik
di wilayah Rt.002/Rw.007 kreo ,tangerang serta rendahnya angka pengguna alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) membuat peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan Wanita Usia Subur
(WUS) tentang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) di Rt.002/Rw.007
kreo,tanggerang Tahun 2023”.

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan penelitian


1.4 Manfaat penelitian
1.5 Ruang lingkup

Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih
tingginya pertumbuhan penduduk. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar
usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program
Keluarga Berencana. Program ini salah satu tujuannya adalah memberi jarak kehamilan
menggunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi
seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk (Saifudin,
2013). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang atau over behavior. Dalam memperkenalkan cara-cara kontrasepsi kepada
masyarakat tidak mudah untuk segera diterima karena menyangkut pengambilan keputusan
oleh masyarakat untuk menerima cara-cara kontrasepsi tersebut (Notoatmodjo, 2011).
Pendidikan sangat penting dalam penggunaan Akseptor KB dimana suatu proses
pengembangan kemampuan (perilaku) kearah yang diinginkan, pendidikan mencakup
pengalaman, pengertian, dan penyesuaian diri dari pihak terdidik terhadap rangsangan yang
diberikan kepadanya menuju kearah pertumbuhan dan perkembangan (Vitriyani, 2008).Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu kontrasepsi jangka panjang yang
efektif, aman, dan reversibel, dimana terbuat dari plastik atau logam kecil yang dililit dengan
tembaga dengan berbagai ukuran dan dimasukkan ke dalam uterus. Dari seluruh metode
kontrasepsi, akseptor kontrasepsi IUD di Indonesia mencapai 22,6%. IUD memiliki
efektifitas yang sangat tinggi dimana keberhasilannya mencapai 0,6 sampai 0,8 kehamilan
per 100 perempuan yang menggunakan IUD dengan 1 kegagalan dalam 125 sampai 170
kehamilan. Penggunaan kontrasepsi IUD harus memperhatikan kontraindikasi dan efek
sampingnya. Adapun kontraindikasi pemasangan kontrasepsi IUD antara lain kehamilan,
gangguan perdarahan, peradangan alat kelamin, kecurigaan tumor ganas pada alat kelamin,
tumor jinak rahim, kelainan bawaan rahim, peradangan pada panggul, perdarahan uterus yang
abnormal,karsinoma organ-organ panggul, malformasi panggul, mioma uteri terutama
submukosa,dismenorhea berat, stenosis kanalis servikalis, anemia berat dan gangguan
koagulasi darah, dan penyakit jantung reumatik. Sedangkan efek samping penggunaan
kontrasepsi IUD yaitu spotting, perubahan siklus menstruasi, amenorhea, dismenorhea,
menorrhagea, fluor albus, dan pendarahan post seksual (Oktaria, 2016).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan benda padat yang apabila dipasang
dalam cavitas uteri dapat menyebabkan perubahan endometrium uterus sehingga menganggu
implantasi ovum. AKDR yang mengandung tembaga (Cu) juga menghambat khasiat
anhidrase, karbon dan fosfatase alkali, memblok bersatunya sperma dan ovum, mengurangi
jumlah sperma yang mencapai tuba fallopii dan menginaktifkan sperma (Kusmiran, 2010).
AKDR dikatakan efektif karena hanya memerlukan 1 kali pemasangan dan dapat dibiarkan
selama bertahun tahun, aman karena dapat mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang
lama (Manuaba, 2010).
AKDR memiliki karakteristik yang berbeda dengan alat kontrasepsi lainnya dimana masa
penggunaannya yang cukup lama yaitu hingga 10 tahun. Kebanyakan WUS lebih memilih
menggunakan kontrasepsi hormonal, padahal penggunaan kontrasepsi hormonal dalam
jangka waktu lama dapat berakibat pada terjadinya penurunan fertilitas, walaupun
penggunaannya sudah dihentikan (Hartanto, 2014). Di Indonesia pencapaian pasangan usia
subur (PUS) pada tahun 2017 sebanyak 45.905.815 dengan peserta KB aktif 34.872.054
(75,96%) yang terdiri dari peserta KB suntik sebanyak 16.203.682 Analisis Faktor
Determinan yang Mempengaruhi (46,37%), peserta KB pil sebanyak 9.000.384 (25,81%),
peserta KB AKDR 3.933.631 (11,28%), peserta KB implant sebanyak 3.077.417 (8,82%),
peserta KB MOW sebanyak 1.216.351 (3,49%), peserta KB kondom sebanyak 1.032.033
(2,96%) dan peserta KB MOP sebanyak 248.685 (0,71%) (BKKBN, 2017).
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti di Lingkungan RT.002/RW.007
kreo,tangerang menunjukkan bahwa diantara 10 wanita usia subur (WUS) ada 5 ibu yang
memakai alat kontrasepsi suntik, 3 ibu pasangan usia subur menggunakan pil, 2 orang ibu
mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi (sistem kalender). Dari hasil survei awal
menunjukkan rendahnya penggunaan KB AKDR diasumsikan karena pendidikan masyarakat
tergolong rendah, banyak ibu Wanita Usia Subur tamat pada tingkat pendidikan Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Pengetahuan mereka mengenai alat kontrasepsi
AKDR masih kurang, tidak menggunakan alat kontrasepsi AKDR karena tidak mengerti
keuntungan (keefektifan) dari alat kontrasepsi tersebut.
Adanya sikap ibu yang malu karena pemasangan alat kontrasepsi AKDR melalui vagina, dan
menganggap AKDR menyebabkan kanker, dapat terlepas atau keluar sendiri, serta menjalar
sampai ke jantung. Berdasarkan uraian diatas maka perlu diteliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan wanita usia subur (WUS) terhadap penggunaan alat
kontrasepsi dalam rahim dilingkungan Rt.002/Rw.007 kreo,tangerang tahun 2023 .

A . Cara memproleh Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2018), ada berbagai cara untuk bisa memperoleh pengetahuan,
dari berbagai cara yang sudah dipakai untuk mendapatkan kesesuaian pengetahuan tersebut
dikelompokkan menjadi 2 cara, yaitu cara tradisional (non alamiah) atau cara memperoleh
pengetahuan tanpa dilakukan penelitian ilmiah dan cara modern (ilmiah) yang diperoleh
dengan prosedur penelitian (Notoatmodjo, 2018).
a. Cara non ilmiah
Cara non ilmiah merupakan cara tradisional atau kuno yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan, cara ini digunakan sebelum ditemukannya metode ilmiah. Cara
non ilmiah digunakan tanpa memalui proses penelitian dengan cara metode penemuan secara
sistematik dan logis.
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini merupakan cara yang paling lama digunakan karena orang sudah
menggunakan cara ini sebelum adanya adat, bahkan mungkin sebelum adanya kultur. Cara ini
dilakukan dengan sebagian peluang dalam membongkar suatu perkara, dan seandainya
kemungkinan tersebut tidak berhasil maka diganti dengan kemungkinan lainnya.
2) Secara kebetulan
Cara ini merupakan cara yang penemunya tidak sengaja menemukan suatu kebenaran
atau secara kebetulan bisa terjadi karena ketidaksengajaan.
3) Cara kekuasaan (Otoritas)
Cara ini merupakan kebiasaan yang diwariskan secara empiris dari satu Angkatan ke
angkatan berikutnya. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi dalam masyarakat kuno tetapi juga
terjadi pada masyarakat kontemporer. Pengetahuan didapat berlandaskan dari seorang yang
berpengaruh, yaitu seseorang yang mendominasi dan memiliki karisma dalam hal
adatistiadat, kekuasaan pemerintahan, pengaruh pemimpin agama, atauapun seorang ilmuan.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi
Ada peribahasa yang berbunyi bahwa pengalaman merupakan guru terbaik.
Peribahasa ini mempunyai arti bahwa pengalaman adalah benih pengetahuan atau cara untuk
memperoleh kebenanan pengetahuan. Pengalaman pribadi bisa digunakan sebagai cara untuk
memperoleh pengetahaun dengan melalui pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di masa lalu.
5) Cara akal sehat
Akal sehat atau disebut juga common sense bisa digunakan untuk menemukan teori
atau kebenaran. Akal sehat sebagai cara untuk memperoleh pengetahuan yang didapatkan
secara tidak sengaja bersifat sporadic dan kebetulan.
6) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran atau akidah agama merupakan kebenaran yang diwahyukan dari tuhan melalui
para nabi. Kebenaran yang yang diterima nabi adalah wahyu dari allah bukan dari hasil akibat
pemikiran atau penelitian manusia.
7) Kebenaran secara intuitif
Pengetahuan secara intuitif didapatkan secara cepat melalui metode diluar kesadaran
dan tidak melalui metode pemikiran. Kebenaran yang didapatkan secara intuitif sulit diyakini
karena karena tidak memakai metode yang sensibel dan terstruktur.
8) Melalui jalan pikiran
Untuk bisa mendapatkan pengetahuan manusia bisa mengunakan jalan pikirannya,
baik cara induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi merupakan cara membuat pemikiran
secara langsung maupun tidak langsung melalui penjelasan yang dijabarkan oleh seseorang
yang kemudian dihubungkan hingga didapatkan suatu kesimpulan.
9) Induksi
Induksi adalah cara untuk menarik sebuah kesimpulan yang dimulai dari sebuah
pertanyaan khusus kearah pertanyaan umum. Kesimpulan yang terbentuk dalam induksi
didasarkan pada pengalaman empiris yang diterima oleh indera. Berdasarkan pada proses
pemikiran induksi dikelompokkan menjadi dua yaitu induksi sempurna dan induksi tidak
sempurna. Induksi sempurna apanila suatu kesimpulan didapat dari penjumlahan kesimpulan
tertentu. Proses berpikir induksi ini terjadi apabila dalam proses berpikir tersebut
menggunakan hasil pengamatan mengenai segala peristiwa tertentu yang berhubungan
dengan suatu hal, maka dari itu disebut induksi sempurna. Induksi tidak sempurna terbentuk
ketika kesimpulan yang didapat diperoleh dari lompatan dari pertanyaan-pertanyaan khusus.
Dasar dari kesimpulan yang didapatkan tidakberasal dari penjumlahan dari masing-masing
objek yang diteliti tetapi dari sebagian subjek yang dijadikan bahan penelitian.
10) Dekduksi
Deduksi merupakan kebalikan dari induksi, karena pembuatan kesimpulan deduksi
berasal dari pernyataanpernyataan yang bersifat umum kearah pernyataan yang bersifat
khusus. Dalam prosedur berpikir deduksi sesuatu yang dianggap benar secara umum hanya
ada pada kelas tertentu, begitu juga dengan kebenaran suatu peristiwa yang terjadi pada kelas
tersebut.

b. Cara ilmiah
Cara ilmiah merupakan cara baru (modern) untuk mendapatkan pengetahuan karena
sifatnya lebih terstruktur, rasional dan saintifik. Cara ini disebut sebagai metode penelitian
(research methodology). Farncis Bacon merupakan seorang tokoh yang mengembangkan cara
berpikir induktif, beliau juga merupakan orang mengembangkan metode ilmiah. Cara ilmiah
dilakukan dengan melakukan observasi secara langsung mengenai fenomena alam maupun
populasi, selanjutnya hasil pengamatan tersebut digabungkan dan dikatagorikan lalu hasil
akhirnya dijadikan sebuah kesimpulan umum. Kesimpulan umum didapatkan dari observasi
langsung dan catatan fakta sehubungan dengan objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2018)

Anda mungkin juga menyukai