Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih
tingginya pertumbuhan penduduk. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar
usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh
karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan dengan Program
Keluarga Berencana. Program ini salah satu tujuannya adalah memberi jarak kehamilan
menggunakan metode kontrasepsi dan menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi
seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk (Saifudin,
2013). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang atau over behavior. Dalam memperkenalkan cara-cara kontrasepsi kepada
masyarakat tidak mudah untuk segera diterima karena menyangkut pengambilan keputusan
oleh masyarakat untuk menerima cara-cara kontrasepsi tersebut (Notoatmodjo, 2011).
Pendidikan sangat penting dalam penggunaan Akseptor KB dimana suatu proses
pengembangan kemampuan (perilaku) kearah yang diinginkan, pendidikan mencakup
pengalaman, pengertian, dan penyesuaian diri dari pihak terdidik terhadap rangsangan yang
diberikan kepadanya menuju kearah pertumbuhan dan perkembangan (Vitriyani, 2008).Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan salah satu kontrasepsi jangka panjang yang
efektif, aman, dan reversibel, dimana terbuat dari plastik atau logam kecil yang dililit dengan
tembaga dengan berbagai ukuran dan dimasukkan ke dalam uterus. Dari seluruh metode
kontrasepsi, akseptor kontrasepsi IUD di Indonesia mencapai 22,6%. IUD memiliki
efektifitas yang sangat tinggi dimana keberhasilannya mencapai 0,6 sampai 0,8 kehamilan
per 100 perempuan yang menggunakan IUD dengan 1 kegagalan dalam 125 sampai 170
kehamilan. Penggunaan kontrasepsi IUD harus memperhatikan kontraindikasi dan efek
sampingnya. Adapun kontraindikasi pemasangan kontrasepsi IUD antara lain kehamilan,
gangguan perdarahan, peradangan alat kelamin, kecurigaan tumor ganas pada alat kelamin,
tumor jinak rahim, kelainan bawaan rahim, peradangan pada panggul, perdarahan uterus yang
abnormal,karsinoma organ-organ panggul, malformasi panggul, mioma uteri terutama
submukosa,dismenorhea berat, stenosis kanalis servikalis, anemia berat dan gangguan
koagulasi darah, dan penyakit jantung reumatik. Sedangkan efek samping penggunaan
kontrasepsi IUD yaitu spotting, perubahan siklus menstruasi, amenorhea, dismenorhea,
menorrhagea, fluor albus, dan pendarahan post seksual (Oktaria, 2016).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan benda padat yang apabila dipasang
dalam cavitas uteri dapat menyebabkan perubahan endometrium uterus sehingga menganggu
implantasi ovum. AKDR yang mengandung tembaga (Cu) juga menghambat khasiat
anhidrase, karbon dan fosfatase alkali, memblok bersatunya sperma dan ovum, mengurangi
jumlah sperma yang mencapai tuba fallopii dan menginaktifkan sperma (Kusmiran, 2010).
AKDR dikatakan efektif karena hanya memerlukan 1 kali pemasangan dan dapat dibiarkan
selama bertahun tahun, aman karena dapat mencegah kehamilan dalam jangka waktu yang
lama (Manuaba, 2010).
AKDR memiliki karakteristik yang berbeda dengan alat kontrasepsi lainnya dimana masa
penggunaannya yang cukup lama yaitu hingga 10 tahun. Kebanyakan WUS lebih memilih
menggunakan kontrasepsi hormonal, padahal penggunaan kontrasepsi hormonal dalam
jangka waktu lama dapat berakibat pada terjadinya penurunan fertilitas, walaupun
penggunaannya sudah dihentikan (Hartanto, 2014). Di Indonesia pencapaian pasangan usia
subur (PUS) pada tahun 2017 sebanyak 45.905.815 dengan peserta KB aktif 34.872.054
(75,96%) yang terdiri dari peserta KB suntik sebanyak 16.203.682 Analisis Faktor
Determinan yang Mempengaruhi (46,37%), peserta KB pil sebanyak 9.000.384 (25,81%),
peserta KB AKDR 3.933.631 (11,28%), peserta KB implant sebanyak 3.077.417 (8,82%),
peserta KB MOW sebanyak 1.216.351 (3,49%), peserta KB kondom sebanyak 1.032.033
(2,96%) dan peserta KB MOP sebanyak 248.685 (0,71%) (BKKBN, 2017).
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti di Lingkungan RT.002/RW.007
kreo,tangerang menunjukkan bahwa diantara 10 wanita usia subur (WUS) ada 5 ibu yang
memakai alat kontrasepsi suntik, 3 ibu pasangan usia subur menggunakan pil, 2 orang ibu
mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi (sistem kalender). Dari hasil survei awal
menunjukkan rendahnya penggunaan KB AKDR diasumsikan karena pendidikan masyarakat
tergolong rendah, banyak ibu Wanita Usia Subur tamat pada tingkat pendidikan Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Pengetahuan mereka mengenai alat kontrasepsi
AKDR masih kurang, tidak menggunakan alat kontrasepsi AKDR karena tidak mengerti
keuntungan (keefektifan) dari alat kontrasepsi tersebut.
Adanya sikap ibu yang malu karena pemasangan alat kontrasepsi AKDR melalui vagina, dan
menganggap AKDR menyebabkan kanker, dapat terlepas atau keluar sendiri, serta menjalar
sampai ke jantung. Berdasarkan uraian diatas maka perlu diteliti tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pengetahuan wanita usia subur (WUS) terhadap penggunaan alat
kontrasepsi dalam rahim dilingkungan Rt.002/Rw.007 kreo,tangerang tahun 2023 .
b. Cara ilmiah
Cara ilmiah merupakan cara baru (modern) untuk mendapatkan pengetahuan karena
sifatnya lebih terstruktur, rasional dan saintifik. Cara ini disebut sebagai metode penelitian
(research methodology). Farncis Bacon merupakan seorang tokoh yang mengembangkan cara
berpikir induktif, beliau juga merupakan orang mengembangkan metode ilmiah. Cara ilmiah
dilakukan dengan melakukan observasi secara langsung mengenai fenomena alam maupun
populasi, selanjutnya hasil pengamatan tersebut digabungkan dan dikatagorikan lalu hasil
akhirnya dijadikan sebuah kesimpulan umum. Kesimpulan umum didapatkan dari observasi
langsung dan catatan fakta sehubungan dengan objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2018)