Anda di halaman 1dari 30

Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak

Balita Usia 24-59 Bulan


(Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas
Gabus II Kabupaten Pati Tahun 2017)
Pendahuluan

 Masalah gizi balita stunting  menghambat proses tumbuh kembang


 Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan
selanjutnya.
 Balita pendek  tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan,
miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak menular.
 Stunting : masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan gizi
 Prediktor terkuat terjadinya stunting pada usia 12 bulan adalah berat badan lahir rendah.
 Sebagian besar bayi dengan BBLR mengalami gangguan pertumbuhan pada masa kanak-kanak.
 Stunting yang terjadi pada balita disebabkan juga oleh beberapa faktor:
 gangguan pertumbuhan dalam kandungan,
 kurang gizi mikro,
 asupan energi yang kurang dan
 infeksi.
 Jika hal ini terjadi pada usia balita, maka menyebabkan gangguan pertumbuhan.
 Stunting sangat erat kaitannya dengan kebutuhan zat gizi pada masa pertumbuhan seperti energi,
protein, dan mikronutrien.
 Prevalensi balita pendek di Indonesia juga tertinggi dibandingkan Myanmar (35%),
Vietnam (23%), Malaysia (17%),Thailand (16%) dan Singapura (4%)
 Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia termasuk dalam 17 negara,
di antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting dan
overweight pada balita.
Simpulan

 Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara status ekonomi (p= 0,003,
OR=5,333), asupan protein (p= 0,026, OR=3,538) dan seng (p= 0,012, OR=4,241)
dengan kejadian stunting dan ketiganya merupakan faktor resiko stunting.
 Variabel berat badan lahir rendah tidak memiliki hubungan dengan kejadian stunting
namun merupakan faktor risiko stunting, (p = 0,319, OR=1,647).
 Variabel lain seperti asupan energi, zat besi, kalsium, dan vitamin A tidak memiliki
hubungan bermakna dengan kejadian stunting.
Metode dan Hasil
Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain kasus
case control.
 Lokasi penelitian: Wilayah kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati
 Waktu penelitian: Bulan Juli 2017
 Populasi: seluruh anak balita usi 24-59 bulan di lokasi penelitian, yaitu 499 balita
Metode Penelitian (Lanjutan)

 Pengambilan sampel: purposive sampling


 Variabel terikat: keadaan status gizi balita dengan indeks TB/U
 Variabel bebas: berat badan lahir, tingkat kemakuran keluarga, dan asupan zat gizi
(energi, protein, besi, seng, kalsium, vitamin A)
Hasil Penelitian
Analisis Bivariat
Analisis Bivariat (Lanjutan)
CRITICAL APPRAISAL
1.Apakah studi ini membahas sebuah masalah
dengan focus yang jelas?

Ya, penelitian ini berfokus pada tujuan untuk menentukan hubungan antara berat lahir rendah, status
ekonomi dan asupan nutrisi dengan stunting pada anak usia 24-59 bulan di Pusat kesehatan masyarakat
Gabus II
Masalah penelitian dapat difokuskan dengan PICO framework. PICO framework pada penelitian ini
adalah :
 Populasi : seluruh anak balita di wilayah Puskesmas Gabus II yang berumur 24-59 bulan yang
berjumlah 499 balita.
 Intervensi : Tidak dilakukan intervensi dalam penelitian
 Comparation : hubungan antara berat lahir rendah, status ekonomi dan asupan nutrisi dengan stunting
 Outcome : Terdapat hubungan antara status ekonomi (p= 0,003, OR=5,333), asupan protein (p= 0,026,
OR=3,538) dan seng (p= 0,012, OR=4,241) dengan kejadian stunting dan ketiganya merupakan faktor
resiko stunting. Variabel berat badan lahir rendah tidak memiliki hubungan dengan kejadian stunting
namun merupakan faktor risiko stunting, (p = 0,319, OR=1,647). Variabel lain seperti asupan energi,
zat besi, kalsium, dan vitamin A tidak memiliki hubungan bermakna dengan kejadian stunting.
2.Apakah peneliti menggunakan alat dan pertanyaan yang sesuai dengan tujuan
dari studi?

Ya, untuk untuk menentukan hubungan antara berat lahir rendah, status ekonomi
dan asupan nutrisi dengan stunting pada anak usia 24-59 bulan di Pusat kesehatan
masyarakat Gabus II, peneliti menggunakan penelitian observasional analitik
dengan menggunakan desain kasus control. Penelitian ini menggunakan non random
sampling, yaitu purposive sampling. Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah
keadaan status gizi balita dengan indeks TB/U. Variabel bebasnya adalah berat
badan lahir, tingkat kemakmuran keluarga, dan asupan zat gizi (energi, protein,
besi,seng, kalsium, vitamin A). Hal ini sudah sesuai dengan jenis penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
3. Apakah responden pada penelitian sudah cukup sehingga hasil yang
didapatkan bukan hal yang kebetulan?

 Ya, responden adalah anak balita di wilayah Puskesmas Gabus II yang berumur 24-59
bulan
 Besar sample 499 balita yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang ditetapkan.
4. Apakah responden, Staf dan peneliti tidak mengetahui tentang perlakuan yang diberikan?

 Tidak, responden mengetahui data-data yang akan diteliti, yaitu mengenai variabel
terikatnya adalah keadaan status gizi balita dengan indeks TB/U. Variabel bebasnya
adalah berat badan lahir, tingkat kemakmuran keluarga, dan asupan zat gizi (energi,
protein, besi,seng, kalsium, vitamin A). Penelitian ini menggunakan non random
sampling, yaitu purposive sampling.
5. Apakah data diambil dengan cara yang sesuai dengan tujuan studi?

Ya, data variabel yang diambil untuk studi sudah sesuai sebagai faktor risiko terjadinya
stunting pada balita. Tetapi instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tidak
dijelaskan oleh peneliti, terutama mengenai asupan gizi balita.
6. Apakah studi memiliki partisipan yang cukup?

Ya, jumlah sampel pemeriksaan yaitu sebanyak 66 balita usia 24-59 bulan yang terdiri dari 33
balita normal dan 33 balita dengan masalah gizi stunting. Jumlah ini diambil dari populasi
total 499 balita usia 24-59 bulan di wilayah Puskesmas Gabus II dan sudah memenuhi jumlah
minimal sampel untuk studi
7. Bagaimana hasil dari uji ini dipresentasikan
dan apakah temuan utamanya?

 Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara status ekonomi (p= 0,003,
OR=5,333), asupan protein (p= 0,026, OR=3,538) dan seng (p= 0,012, OR=4,241)
dengan kejadian stunting dan ketiganya merupakan faktor resiko stunting.
 Variabel berat badan lahir rendah tidak memiliki hubungan dengan kejadian stunting
namun merupakan faktor risiko stunting, (p = 0,319, OR=1,647).
 Variabel lain seperti asupan energi, zat besi, kalsium, dan vitamin A tidak memiliki
hubungan bermakna dengan kejadian stunting.
8. Apakah analisis yang digunakan dalam
studi sudah sesuai dan dijelaskan dengan
jelas?
 Penelitian  observasional analitik dengan menggunakan desain kasus kontrol.
 Populasi  anak balita di wilayah Puskesmas Gabus II yang berumur 24-59 bulan yang
berjumlah 499 balita.
 Penelitian ini menggunakan non random sampling, yaitu purposive sampling.
 Variabel terikatnya adalah keadaan status gizi balita dengan indeks TB/U.
 Variabel bebasnya adalah berat badan lahir, tingkat kemakmuran keluarga, dan asupan zat
gizi (energi, protein, besi,seng, kalsium, vitamin A).
9. Apakah terdapat penjelasan yang jelas
mengenai temuan yang di dapat ?

 Hasil penelitian pada jurnal tersebut dijelaskan dengan baik dan rinci oleh penyusun
jurnal sehingga dapat memberikan informasi mengenai kondisi gizi pada anak balita usia
24-59 bulan di puskesmas Gabus II Kabupaten Pati
10. Seberapa penting hasil dari penelitian
ini ?

 Penelitian yang dilakukan dapat menjadi evaluasi dan pembanding untuk kondisi gizi
pada anak balita usia 24-59 bulan di puskesmas wilayah lain dan sekaligus untuk
pengetahuan tentang faktor risiko kejadian stunting.
11. Apakah penelitian ini dapat diaplikasikan pada
populasi lokal?

 Ya, pada penelitian ini dapat menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi


terjadinya stunting sehingga dapat membantu dlm pencegahan pada populasi lokal
THANK YOU!

Anda mungkin juga menyukai