Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS I

OTITIS MEDIA AKUT DAN RHINITIS AKUT PADA ANAK

Oleh:
dr. Dini Nur Muharromah Yuniati

Dokter Pendamping
dr. Richard Sabar Nelson Siahaan
dr. Corry Christina H

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD DR. CHASBULLAH ABDULMAJID KOTA BEKASI
OKTOBER 2019
Nama peserta : dr. Dini Nur Muharromah Yuniati
Nama wahana: RSUD Kota Bekasi
Topik: Otitis Media Akuto
Tanggal (kasus): 28 Oktober 2019
Nama Pasien: An. S No. RM: 18-19-06-21
Tanggal presentasi: Nama pendamping:
1. dr. Corry Christina H
2. dr. Richard Sabar Nelson Siahaan

Tempat presentasi: Aula Komite Medik RSUD Kota Bekasi


Obyektif presentasi:
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi dan □ Email □ Pos
diskusi
Data pasien: Nama: An. S, perempuan, Nomor RM: 18-19-06-21
1 tahun 4 bulan.
Nama klinik: RSUD Kota Telp: - Terdaftar sejak: 28 Oktober 2019
Bekasi
Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis / Gambaran Klinis : Otitis Media Akut dan Rhinitis Akut / Pasien datang dibawa ibunya dengan keluhan keluar cairan dari
kedua telinganya sejak 3 hari SMRS Ada keluhan batuk, pilek dan demam sumer-sumer sejak 7 hari SMRS. Pasien sdikatakan sudah
minum obat dari warung. Pasien dikatakan rewel dan tidak bisa tertidur dengan nyenyak.
1. Riwayat Kesehatan/Penyakit: Riwayat alegi disangkal,
2. Riwayat Keluarga : riwayat penyakit sistemik, alergi dan penyakit serupa disangkal
3. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada yang bermakna.
Daftar pustaka:
1. Pulungan, AS. (2013). Rhinitis Akut et causa Infeksi Bakteri pada Laki-Laki Dewasa 22 Tahun. Medula, 5.
2. Ilechukwu, G., Ilechukwu, C., Ubesie, A., Ojinnaka, C., Emechebe, G. and Iloh, K. (2014). Otitis Media in Children: Review
Article. Open Journal of Pediatrics, 04(01), pp.47-53.
3. Haidar, H. (2017). Acute Otitis Media- An Update. Journal of Otolaryngology-ENT Research, 8(4).
4. Ichrc.org. (2019). 6.9.1. Otitis media akut | ICHRC. [online] Available at: http://www.ichrc.org/691-otitis-media-akut [Accessed 12 Nov.
2019].

Hasil pembelajaran:
1. Penegakan diagnosis otitis media akut et causa rhinitis akut pada anak dan tatalaksananya.
Subjective : (Autoanamnesis)
 Keluhan utama: Keluar cairan dari kedua telinga
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli THT dibawaa oleh ibunya pada tanggal 28 Oktober 2019. Pasien dikeluhkan keluar cairan dari kedua telinga sejak 3
hari SMRS. Pasien dikatakan tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Cairan dikatakan berwarna bening bercampur dengan
serumen, agak lengket, tidak berbau dan keluar terus menerus. Awalnya dikatakan cairan keluar sedikit lama kelamaan semakin banyak
dan terus menerus. Keluhan lain berupa batuk dan pilek disertai dengan demam ada. Keluhan dirasakan sejak seminggu yang SMRS.
Demam dikatakan hilang timbul dengan suhu tertinggi 38,5 derajat celcius. Batuk dikatakan berdahak dan sulit untuk di keluarkan. Pasien
dikatakan rewel dan sulit tertidur nyenyak dikarenakan hidungnya sering tersumbat. Ibu pasien mengatakan sudah minum obat warung
tetapi tidak membaik.
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit asma-alergi disangkal.
 Riwayat kelahiran dikatakan lahir normal, menangis spontan, presentasi kepala, berat badan lahir normal.
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat penyakit darah tinggi, gula, kolesterol di keluarga disangkal.
 Riwayat sakit jantung, paru, liver, dan ginjal di keluarga disangkal.
 Riwayat keluhan serupa dengan pasien disangkal.
 Riwayat sosio-ekonomi
 Pasien merupakan anak pertama dan satu-satunya, saat ini berusa 1 tahun 4 bulan.
 Pasien saat ini datang ke Pol-THT dengan menggunakan jaminan berupa KS Bekasi.
Objective:
Status generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang Tekanan darah : Tidak dievaluasi
Kesadaran : Kompos mentis Laju nadi : 88 kali per menit, regular, kuat, isi cukup
BB : 9,2 kg Laju napas : 24 kali per menit, regular, torakoabdominal
TB : 80 cm Suhu : 37.5º C

Pemeriksaan fisis
Tabel 1. Hasil pemeriksaan fisis (28 Oktober 2019)
Kepala Normosefal, tidak tampak adanya deformitas.
Mata Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pupil isokor, reflex cahaya langsung dan tidak langsung positif
pada kedua mata.
Mulut Tonsil hiperemis -/-, oedem -/-, Faring hiperemis -
THT Sesuai Status Lokalis
Leher Tidak teraba adanya pembesaran KGB
Jantung S1, S2, tunggal, reguler, murmur (-)
Paru-paru Simetris, Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen Distensi (-), Bising usus (+) normal, hepar/lien tidak teraba

Ekstremitas Akral hangat, CRT <2 detik, tidak terdapat edema ektremitas
Status Lokalis THT :
Tabel 2. Status Lokalis
Telinga Kanan Kiri
Daun Telinga Bentuk : Normal Bentuk : Normal
Nyeri Tarik Aurikuler (-) Nyeri Tarik Aurikuler (-)
Nyeri Tekan Tragus (-) Nyeri Tekan Tragus (-)
Liang Telinga (KAE) Lapang Lapang
Serumen : ada Serumen : ada
Cairan : ada (serous) Cairan : ada (serous)
Membran Timpani Tidak dapat dievauasi Tidak dapat dievaluasi
Tumor Tidak Tidak
Tes Pendengaran
Weber : Tidak dievaluasi
Rinne : Tidak dievaluasi
Schwabach : Tidak dievaluasi

Hidung Kanan Kiri


Hidung Luar Normal Normal
Septum Tidak ada deviasi
Discharge Ada Ada
Mukosa Tidak dapat dievaluasi Tidak dapat dievaluasi
Tumor Tidak Tidak
Konka Tidak dapat dievaluasi Tidak dapat dievaluasi
Sinus Normal Normal
Koana Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Naso Endoskopi Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Tenggorok
Dispneu Tidak ada
Sianosis Tidak Ada
Mukosa Hiperemis
Dinding Belakang Faring Merah Muda, Post Nasal Drip (-)
Stridor Tidak
Suara Normal
Tonsil Kanan Kiri
Ukuran T1 T1
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kripta Tidak Tidak
Detruitus Tidak Tidak
Pus Tidak Tidak
Peritonsil Mukosa : Merah Muda Mukosa : Merah Muda
Pus : (-) Pus : (-)
Uvula Hiperemia (-), Edema (-), Letak Medial, Deviasi (-)
Palatum Molle Hiperemia (-), Edema (-)

Assesment (penalaran klinis)


Daftar masalah:
1. Otitis Media Akut
2. Rhinitis Akut
Rhinitis Akut
Rinitis akut adalah radang akut mukosa nasi yang ditandai dengan gejala rhinorea, obstruksi nasi, bersin-bersin dan disertai gejala umum malaise
dan suhu tubuh naik. Rinitis disebabkan oleh infeksi virus (Rhinovirus, Myxovirus, virus Coxsakie dan virus ECHO) atau infeksi bakteri terutama
Haemophylus Influensa, Steptococcus, Pneumococcus, dan sebagainya.1

Tabel 3. Perbedaan Rhinitis Akut dengan Sindrom Alergi.


Rhinitis Akut Syndrom Alergi

Waktu dan Gejala 1-2 hari (prodormal) Lama berminggu-minggu, bulan, tahun, musim

Sifat Sekret Mengental setelah 3-4 hari Encer terus-menerus

Gejala Umum Ada (demam, malaise) Tidak ada


Alergen Tidak Ada Ada
Otits Media Akut
Otitis media adalah inflamasi membran mukosa telinga tengah meliputi rongga timpani, antrum mastoid, sel udara mastoid dan Tuba Eustachius.
Inflamasi berhubungan dengan efusi telinga tengah, yang merupakan penumpukan cairan ditelinga tengah sehingga menyebabkan otorrhea. Otitis
media dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akut (<6 minggu) atau kronis (> 6 minggu).2
Otitis media akut sendiri merupakan penyakit telinga yang paling sering terjadi pada anak-anak. Hampir 85% anak memiliki episode otitis media
akut paling sedikit satu kali dalam 3 tahun pertama kehidupan dan 50% anak mengalami 2 episode atau lebih. Anak yang menderita otitis media
pada tahun pertama, mempunyai kenaikan risiko otitis media kronis ataupun otitis media berulang. Insiden penyakit akan cenderung menurun
setelah usia 6 tahun. Virus dan bakteri meupakan agen etiologi dari otitis media. Otitis media berjalan melalui tahapan berikut: oklusi tuba, pra-
supuratif, supuratif,resolusi atau komplikasi.2
Gejala dapat diawali dengan infeksi saluran nafas yang kemudian disertai keluhan nyeri telinga, demam, dan gangguan pendengaran. Pada bayi
gejala ini dapat tidak khas, sehingga gejala yang timbul seperti iritabel, diare, muntah, malas minum dan sering menangis. Pada anak yang lebih
besar keluhan biasanya rasa nyeri dan tidak nyaman pada telinga.2,3

Patogenesis
Area utama patologi pada otitis media adalah Tuba Eustachius dimana patogenesisnya berkaitan dengan fungsi abnormal pada tabung ini. Tuba
Eustachius merupakan mekanisme pertahanan utama telinga tengah, hal itu dikarenakan tuba eustaschia menghubungkan rongga timpani dengan
nasofaring yang memiliki berbagai macam fungsi yaitu, melindungi telinga tengah dari sekresi nasofaring, drainase sekresi telinga tengah, dan
memungkinkan keseimbangan tekanan udara dengan tekanan atmosfer dalam telinga tengah. Tidak seperti orang dewasa, tabung Eustachia anak
lebih selaras secara horizontal dan lubang pembukaan tonus tubarius dikelilingi oleh folikel limfoid yang banyak jumlahnya. Adenoid pada anak
dapat mengisi nasofaring, sehingga secara mekanik dapat menyumbat lubang hidung dan tuba eustakius, ini memungkinkan penyebaran infeksi
yang lebih mudah dari nasofaring ke telinga tengah.3,4
Obstruksi mekanik ataupun fungsional tuba eustaschius dapat mengakibatkan efusi telinga tengah. Obstruksi mekanik intrinsik dapat terjadi
akibat dari infeksi atau alergi dan obstruksi ekstrinsik akibat adenoid atau tumor nasofaring. Obstruksi fungsional dapat terjadi karena jumlah dan
kekakuan dari kartilago penyokong tuba. Obstruksi fungsional ini lazim terjadi pada anak-anak. Obstruksi tuba eustakius mengakibatkan tekanan
telinga tengah menjadi negatif dan jika menetap mengakibatkan efusi transudat telinga tengah. Bila tuba eustakius mengalami obstruksi tidak
total, secara mekanik, kontaminasi sekret nasofaring dari telinga dapat terjadi karena refluks (terutama bila membran timpani mengalami
perforasi), karena aspirasi, atau karena peniupan selama menangis atau bersin. Bayi dan anak kecil memiliki tuba yang lebih pendek dibandingkan
dewasa, yang mengakibatkannya lebih rentan terhadap refluks sekresi nasofaring. Faktor lain yaitu respon imun bayi yang belum sempurna.
Infeksi saluran nafas yang berulang juga sering mengakibatkan otitis media melalui inflamasi dan edema mukosa dan penyumbatan lumen tuba
eustakius. 3,4

Diagnosis Otitis Media pada Anak


Diagnosis otitis media akut dibuat berdasarkan pada pemeriksaan membran timpani. Tetapi pada anak pemeriksaan ini mungkin sulit dilakukan
karena saluran telinga yang kecil, adanya serumen dan juga keadaan anak yang tidak kooperatif. Dari pemeriksaan otoskopi didapatkan gerakan
membran timpani yang berkurang, cembung, kemerahan dan keruh, dapat juga dijumpai sekret purulen. Adanya penurunan gerak dari membran
timpani merupakan dasar kecurigaan pada otitis media akut. Bila diagnosis masih meragukan, perlu dilakukan tindakan aspirasi dari telinga
tengah. 3

Terapi Otitis Media Akut pada Anak


Tatalaksana yang diberikan :2,4
1. Amoksisilin oral merupakan antibiotik pilihan awal
dosis 40 mg/kgbb/24 jam, 3 kali sehari selama 10 hari.
2. Eritromisin (50 mg/kgbb/24jam) bersama dengan sulfonamid (100mg/kgbb/24 jam trisulfa atau 150 mg/kgbb/24jam sulfisoksazol) 4 kali sehari
3. Trimetroprim-sulfametoksasol (8 dan 40 mg/kgbb/24 jam) diberi 2 kali sehari,
4. Sefaklor (40 mg/kgbb/24 jam, 3 kali sehari, amoksisilin-klavulanat 40 mg/kgbb/24 jam 3 kali sehari, atau sefiksim 8 mg/kgbb/24 jam sekali
atau 2 kali sehari.
5. Kombinasi dari eritromisin dan sulfonamid atau sulfisoksazol (apabila sensitif antibiotik golongan penisilin).
Pada Otitis Media tanpa komplikasi, pemberian antibiotika cukup selama 5 hari. Apabila dalam perjalanannya terdapat perburukan gejala klinis
atau ditemukannya kuman yang telah resisten, maka timpanosentesis perlu dilakukan untuk mengidentifikasi kuman penyebab.
Terapi suportif lain :4
1. Analgetik,
2. Antipiretik,
3. Dekongestan.
Pada penderita dengan nyeri telinga berat, miringotomi dapat dilakukan untuk memberi kelegaan. Kadang insisi yang besar perlu dilakukan ketika
miringotomi agar memungkinkan drainase telinga tengah yang cukup. Jika dalam 24 jam terdapat penambahan gejala dan tanda sedangkan pasien
masih dalam pemberian antibiotik, maka kita harus mencurigai adanya infeksi bersama seperti meningitis dan komplikasi otitis media supuratif.
Anak harus dilakukan pemeriksaan lang dan timpanosentesis serta miringotomi harus segera dilakukan. Setelah 2 minggu, penderita perlu
dievaluasi, khususnya penyembuhan otoskopik.2,4
Planning
 Rencana terapi
 Ear Toilet
 Akilen
 Amoksisilin
 CTM
 Cortidex

Anda mungkin juga menyukai