Anda di halaman 1dari 53

CASE REPORT

Otitis Media Supuratif Kronis

Pembimbing:
dr. M. Indra Sapta Sp.THT-KL

Disusun oleh:
Jevon Darmawan
Yuliana Kristina
Monica Melinda
Fidi Kusuma
Cicka Nabilla

Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL


RS Immanuel
Bandung
2019
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Nn. N
• Umur : 28 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Kota tempat tinggal : Bandung
• Pekerjaan : Tidak berkerja
• Suku Bangsa : Sunda
• Agama : Islam
• Status Pernikahan : Belum Menikah
ANAMNESIS
Dilakukan heteroanamnesa oleh kakaknya
Keluhan Utama : Penurunan pendengaran
• Anamnesis Khusus :
Seorang pasien datang ke poli THT dengan keluhan mengalami
penurunan pedengaran dari telinga kanan dan pasien sudah mengunakan
alat bantu dengar pada telinga kanan.
Pasien menyangkal adanya keluhan keluar cairan, demam, nyeri pada
telinga, batuk, pilek, telinga berdengung, nyeri menelan maupun nyeri
kepala
Pasien menyangkal adanya riwayat trauma telinga, kemasukan
bendang asing di telinga, ataupun penggunaan obat-obatan dalam jangka
panjang
Pasien mengaku sebelumnya sudah beberapa kali keluar cairan dari
telinga sejak SMA kelas 2. Keluhan ini terakhir dialami 3 bulan yang lalu,
cairan yang keluar berwarna kekuningan, sedikit kental, tidak bau dan
tidak ada darah dan sudah berobat. Pasien sebelumnya disarankan untuk
timpanoplasti, dan pasien ingin melakukan timpanoplasti.
ANAMNESIS
• Riwayat penyakit dahulu : 3 bulan yang lalu mengeluh keluar
cairan dari telinga kanan, diberi obat antibiotik obat tetes telinga.
• Riwayat penyakit keluarga : (-)
• Riwayat kebiasaan : merokok (+), sering membersihkan telinga
dengan cottonbud terutama saat gatal.
• Usaha berobat : pasien belum berobat
• Riwayat Alergi : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kesan sakit : Sedang
• TB : 158 cm
• BB : 63 kg
• BMI : 25,2 kg/m2
• Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 18x/menit
Suhu : 36,6oC
• Status generalis : Dalam Batas Normal
STATUS LOKALIS
Telinga Kanan Kiri
1. Preauricula
Tidak ada Tidak ada
Kelainan kongenital
Tidak ada Tidak ada
Inflamasi
Tidak ada Tidak ada
Tumor
2. Auricula
Tidak ada Tidak ada
Kelainan kongenital
Tidak ada Tidak ada
Inflamasi
Tidak ada Tidak ada
Tumor
(-) (-)
Nyeri tekan tragus

3. Postauricula
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Sikatri Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan mastoid (-) (-)
Kanan Kiri
Canalis Acusticus Externus
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Serumen Tidak ada ada
Benda asing Tidak ada Tidak ada
Inflamasi Ada, hiperemis Tidak ada
Granulasi/ polip/ tumor Tidak ada Tidak ada
Sekret Tidak ada Tidak ada

Membran Timpani
Warna keruh Tidak dapat dinilai
Permukaan Rata Tidak dapat dinilai
Sikatrik Tidak ada Tidak dapat dinilai
Refleks cahaya Tidak ada Tidak dapat dinilai
Perforasi Subtotal Tidak dapat dinilai
TES PENDENGARAN

Kanan Kiri

Tes garputala
- Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Bisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Hidung Kanan Kiri

Keadaan luar Bentuk dan ukuran normal Bentuk dan ukuran normal
Pasase udara Baik Baik

Rinoskopi Anterior
Mukosa Normal Normal
Sekret Tidak ada Tidak ada
Septum Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi
Konka inferior Tidak hiperemis, tidak edema Tidak hiperemis, tidak edema
Konka media Tidak terlihat Tidak telihat
Tumor/ Polip Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi posterior
Choanae
Mukosa nasofaring Tidak Dilakukan
Konka
Sekret
STATUS LOKALIS MULUT DAN
TENGGOROKAN
• Mulut : Mukosa merah muda, basah

• Gigi : Caries dentis (-)

• Palatum Durum : Tidak ada kelainan

• Palatum Molle : Tidak ada kelainan

• Uvula : Sentral, deviasi -, merah muda

• Lidah : Tidak ada kelainan


Tonsila Palatina Kanan Kiri

Mukosa Normal Normal


Ukuran T2 T2
Kripta Normal Normal
Detritus (-) (-)
Membran (-) (-)

• Dinding posterior faring : mukosa normal, granula (-), oedem (-)


Resume - Anamnesis
• Keluhan Utama : Hearing loss
• Anamnesis Khusus :
• Dilakukan heteroanamnesa dengan kakaknya
• Seorang pasien datang ke poli THT dengan keluhan hearing loss
terutama pada auris dextra dan saat ini menggunakan alat
bantu dengar pada telinga kanan.
• Pasien ingin melakukan timpanoplasti
• RPD :3 bulan yang lalu pasien mengalami otore auris dextra,
cairan yang keluar mukopurulen, tidak berbau, tidak bercampur
darah, diberi obat antibiotik obat tetes telinga. Sudah beberapa
kali mengalami otore serupa sejak SMA kelas 2
• R.Kebiasaan :pasien punya kebiasaan merokok, sering
membersihkan telinga dengan cottonbud terutama saat gatal.
Resume – Pemeriksaan Fisik
• Status lokalis :
1. Canalis acusticus externus : serumen -/+, inflamasi +/-,
sekret -/-
2. Membran Timpani :
dextra  warna keruh, permukaan rata, refleks cahaya hilang,
perforasi subtotal
Sinistra  tidak dapat dinilia karena tertutup serumen
Diagnosis Banding
• Otitis Media Supuratif kronik tipe benign auris dextra
• Otitis Media Supuratif kronik tipe maligna auris dextra
Diagnosis Kerja
• Otitis Media Supuratif Kronik tipe benign auris dextra
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Audiologi :
1. Pemeriksaan garputala :
tuli konduksi, bila tuli sensorineural curiga komplikasi
2. Audiometri nada murni :
untuk mengetahui derajat ketulian
3. Timpanometri
• Pemeriksaan Radiologi :
-Rontgen (lateral view, stenver’s view dan schuller’s view)
-CT Scan temporal  melihat perluasan
-MRI  untuk melihat jaringan lunak
Penatalaksanaan
Tujuan Penatalaksanaan :
- Menghilangkan gejala klinik
- Mencegah komplikasi
- Mencegah rekurensi
Non Farmakologi :
• Edukasi pasien agar telinga tidak kemasukan air dan tidak mengorek-
orek telinga sendiri dengan apapun
• Edukasi bahwa penyakit ini dapat berulang selama gendang telinga
masih perforasi
Farmakologi

• Antibiotik topikal :
-Tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid
Hindari golongan aminoglikosida  ototoksik
Terapi topikal dianjurkan tidak lebih dari 1-2 minggu
• Antibiotik per oral :
Golongan penisilin dan makrolide :
Amoxicillin 50-100mg/KgBB/Hari dalam 3 dosis
Eritromisin 25-50mg/KgBB/Hari dalam 4 dosis
70% bakteri penyebab menghasilkan beta laktamase +As.clauvulanat
Golongan fluoroquinolone :
Ciprofloxacin 2x500mg  Pada anak-anak
Antibiotik digunakan selama 3-4 minggu
Resep
R/ Co-amoxiclav tab 625mg No. X
S 3dd tab1

R/ Ranitidine tab 150mg NoX


S 2dd tab1

R/ Metil Prednisolon tab 4mg No XV


S 3 ddd tab1

R/ ottopain Fls I
S 3dd gtt1
Terapi Pembedahan
Indikasi :
• Perforasi yang menetap lebih dari 6 minggu
• Otore yang menetap lebih dari 6 minggu walaupun telah
menggunakan antibiotik
• Pembentukan kolesteatoma
• Pada pemeriksaan radiologi ditemukan mastoiditis kronis
• Tuli Konduksi
Pencegahan
• Hindari air masuk ke dalam telinga
• Hindari berolahraga renang
• Obati ISPA segera
Komplikasi
• Komplikasi di telinga tengah
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
• Komplikasi di telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
• Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
• Komplikasi di susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
Prognosis
• Quo ad vitam: Ad bonam
• Quo ad functionam: Dubia ad malam
• Quo ad sanationam: Dubia ad bonam
Anatomi Telinga
Telinga Luar (Auricula)

Fossa Triangularis Antihelix

Perdarahan:
Arteri temporalis
superficialis
Arteri auricularis posterior

Persarafan Kulit:
Nervus auricularis magnus
Nervus auriculotemporalis
Telinga Luar
(Meatus
Acusticus
Externus)
Telinga Luar
(Membrana Tympani)

Persarafan :
- Permukaan externa :
Nervus Auriculotemporalis dan
sebagian kecil oleh
Ramus Auricularis Nervus Vagus
- Permukaan interna : Nervus
Glossopharyngeus
Terdiri dari :
- Cavitas Tympani
- Tuba Auditiva
- Ossicula Auditus
Telinga Tengah (Dinding Cavitas Tympani)

Dihubungkan ke :
- Anteromedial (dengan
nasopharing) : tuba auditiva
- Posterior (dengan mastoid) :
antrum mastoideum
Telinga Tengah (Tuba AuditivaI)

• Bagian :
– 1/3 posterolateral : tulang (pars ossea)
– 2/3 medial : cartilago (pars cartilaginea)
• Otot yang berperan dalam pembukaan tuba
auditiva pars cartilaginea :
– Musculus levator veli palatine
– Musculus tensor veli oalatibe
• Fungsi :
– Menyamakan tekanan auris media dengan tekanan
atmosfer 🡪 memungkinakan gerakan membran
timpani
– Proteksi terhadap sekret nasopharynx
– Drainase sekret yang dibentuk telibga tengah ke
nasopharynx
• Vaskularisasi
– Arteri pharingea ascendens dan arteri canalis
pterydoideus.
• Persafaran :
– Plexus tumpanicus dan ganglion pterigopalatina (di
anterior tuba)
Telinga Dalam
(Labyrinthus Membranaceus)

Utriculus

Sacculus
Telinga Dalam
(Meatus Acusticus Internus)
MASTOID
Fisiologi
Pendengaran
• Energi bunyi ditangkap dalam bentuk gelombang oleh daun
telinga
• Dialirkan lewat meatus akustikus eksterna ke membran
timpani
• Di getarkan ke telinga tengah melewati tulang pendengaran
dan mengalami amplifikasi
• Getaran yang telah teramplifikasi menggentarkan perilimfe
pada skala vestibuli
• Dilanjutkan oleh membran Reissner yang akan mendorong
endolimfe pada skala media sehingga menimbulkan gerak
relatif antara membran basilaris dan membran tektoria
(Rangsang mekanik) menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan
terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel
• Menimbulkan proses depolarisasi sel rambut
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam
sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (Area
39-40) di lobus temporalis
OTITIS MEDIA
SUPURATIF KRONIS
Definisi
• Otitis Media Supuratif Kronis adalah inflamasi kronis atau jangka panjang
dari sebagian atau seluruh telinga tengah, yang ditandai dengan
keluarnya cairan dari telinga atau otore yang berulang dan perforasi
membran tympani yang permanen
• Dapat terjadi dengan atau tanpa kolesteatoma
Insidensi
• Insidensi lebih tinggi di negara berkembang karena rendahnya sosio-
ekonomi, nutrisi yang kurang, dan edukasi mengenai kesehatan yang
kurang
• Mengenai semua jenis kelamin dan segala usia, tapi terutama sering
pada anak-anak dan remaja
Etiologi
• Bakteri aerobik : misalnya Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli,
S. aureus, Streptococcus pyogenes, Proteus mirabilis, spesies Klebsiella
• Bakteri anaerobic : misalnya Bacteroides, Peptostreptococcus,
Proprionibacterium
Klasifikasi
a) Benign (Tubotympanic)
Disebut juga tipe aman atau jinak. Tipe ini melibatkan bagian anteroinferior
dari celah telinga tengah, yaitu tuba eustachius dan mesotympanicum dan
berhubungan dengan perforasi sentral. Tidak ada risiko komplikasi serius.
b) Maligna (Atticoantral)
Disebut juga tipe yang tidak aman atau berbahaya. Tipe ini melibatkan bagian
posterosuperior dari celah telinga tengah (yaitu attic, antrum dan mastoid)
dan dikaitkan dengan perforasi attic atau perforasi marginal. Penyakit ini
sering dikaitkan dengan proses bone-eroding seperti cholesteatoma, granulasi
atau osteitis. Risiko komplikasi tinggi pada tipe ini.
Faktor Risiko
⮚ Riwayat otitis media akut berulang
⮚ Tinggal pada lingkungan yang kondisi setiap harinya ramai/suara bising
⮚ Sering terkena infeksi saluran pernafasan atas
⮚ Abnormalitas anatomi atau kelainan congenital
⮚ Telinga sering kemasukan air
⮚ Kurang menjaga kebersihan telinga
Patogenesis
• Faktor-faktor tersebut menyebabkan kelainan oklusi dari tuba
eustachius.
• Oklusi tuba eustachius menyebabkan fungsi tuba eustachi baik
regulasi tekanan udara, proteksi dan drainase terganggu.
• Hal tersebut menyebabkan terjadinya infeksi dan inflamasi di
telinga tengah.
Patofisiologi
• Stadium oklusi:
• Terjadinya tekanan negative di telinga tengah akibat absorbsi
udara
• Membran timpani mengalami retraksi/ berwarna keruh pucat/
terkadang normal
• Efusi
Patofisiologi
• Stadium Hiperemis
• Pembuluh darah melebar di membrane
timpani sehingga membrane timpani
tampak oedem dan hiperemis
• Sekret yang terbentuk bersifat serosa
sehingga sulit dinilai
• Gejala : Rasa penuh dalam telinga dan
demam, pendengaran dapat sedikit
berkurang
• Otoskopi : Injeksi pembuluh darah
membrane timpani sekitar manubrium tepi
pars tensa dan pars flasida
Patofisiologi
• Stadium Supurasi
• Edema yang hebat pada mukosa telinga
tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial, serta terbentuknya eksudat
yang purulent di kavum timpani,
menyebabkan bulging.
• Tekanan yang berkelanjutan
menyebabkan iskemi lalu nekrosis
membrane timpani.
• Gejala : otalgia, demam, pendengaran
terganggu, muntah, kejang,
meningismus, nyeri tekan mastoid.
• Otoskopi : pada bagian yang nekrosis
terlihat bagian yang kekuningan lembek,
yang akan menjadi tempat perforasi atau
rupture.
Patofisiologi
• Stadium Perforasi
• Pengobatan yang terlambat atau
kurang adekuat dapat menyebabkan
rupture pada membrane timpani.
• Ditandai dengan keluarnya darah dan
nanah dari telinga tengah ke telinga
luar.
• Gejala : Otore (serosanguinolen lalu
mukopiurulen), otalgia berkurang,
pendengaran makin berkurang,
keadaan umum pasien membaik,
demam tidak dirasakan.
• Otoskopi : perforasi kecil pars tensa
disertai otore.
Patofisiologi
• Apabila infeksi dan inflamasi di telinga tengah
berkelanjutan (kronik) sehingga secret terus dikeluarkan
maka gendang telinga tidak dapat mengalami resolusi
yang mengakibatkan otore terus menerus dari telinga
tengah mengalir ke telinga luar melalui gendang telinga.
Manifestasi Klinis
• Sekret keluar dari telinga yang hilang timbul (otorrhea)
Sekret purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan.
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang
atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
• Gangguan pendengaran
Tergantung derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran (tuli konduktif
atau campuran).
Beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke
telinga tengah.
OMSK tipe ganas biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya
rantai tulang pendengaran.
• Nyeri telinga (otalgia)
Keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat
hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak.
• Vertigo
Vertigo tanda terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom.
Vertigo timbul akibat perubahan tekanan udara
mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan
vertigo dapat terjadi karena perforasi besar membran
timpani yang menyebabkan labirin lebih mudah
terangsang oleh perbedaan suhu.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai