Anda di halaman 1dari 31

KOLESTEATOMA

Pembimbing : dr. Hiro Salomo Mangape, Sp. THT-


KL
Disusun oleh:

Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL


Universitas Kristen Maranatha – RS Immanuel
Bandung
2019
ANATOMI TELINGA
ANATOMI TELINGA

Terdiri dari :
 Auris eksterna
 Auris media
 Auris interna

Di dalam auris media :


 Ossicula auditoris
 M.stapedius dan m.
Tensor tympani
 Chorda tympani
 Plexus tympanicus
Kavum Tympani

• atap : tegmen
tympani
• dasar : vena jugularis
(bulbus jugularis)
• lateral: membran
tympani
• medial : kanalis
semisirkularis, kanalis
fasialis, oval window,
round window,
promontorium
• anterior : tuba
eustachius
• posterior : aditus ad
antrum, kanalis
fasialis pars vertikalis
Tuba Eustachius

•fungsi : pemerata
tekanan dalam auris
media dan tekanan
udara lingkungan 
membran tympani
dapat bergerak secara
bebas

•menghubungkan
cavitas tympanica
dengan nasopharynx
Ossicula Auditoria

 meningkatkan gaya
getaran, tapi menurunkan
amplitudo getaran yang
disalurkan dari membran
tympani

 Dua otot penggerak :


 M. Stapedius  berinsersi di
collum stapedis
 M.tensor tympani  berinsersi
di manubrium mallei
KOLESTEATOMA
DEFINISI
 Kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel
 Dinamakan pertama kali oleh Johannes Mueller
(1838)
 Dipercaya sebagai suatu tumor dan salah satu
komponen utamanya adalah kolesterol
 “a pearly tumor of fat...among sheets of polyhedral
cells”
 Nama yang lebih sesuai diajukan oleh para ahli
yang lain adalah keratoma (Schucknecht)
PATOFISIOLOGI
 Terdiri dari :
 Deskuamasi epitel skuamosa (keratin)
 Jaringan granulasi yang mensekresi enzim
proteolitik
 Dapat memperluas diri dengan mengorbankan
struktur disekelilingnya
 Erosi tulang terjadi oleh dua mekanisme utama :
 Efek tekanan  remodelling tulang
 Aktivitas enzim  meningkatkan proses osteoklastik
pada tulang  meningkatkan resorpsi tulang
PATOFISIOLOGI
 Merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan kuman  infeksi
 Infeksi pelepasan sitokin yang menstimulasi
sel-sel keratinosit matriks kolesteatoma menjadi
hiperproliferatif, destruktif, dan mampu
berangiogenesis
 Desakan massa + reaksi asam oleh pembusukan
bakteri  nekrosis tulang  komplikasi
PATOFISIOLOGI
EPIDEMIOLOGI
 Insiden tidak diketahui
 Indikasi yang relatif sering pada pembedahan
otologi
 Penyebab umum relatif tuli konduktif sedang
pada anak dan dewasa
PATOGENESIS DAN KLASIFIKASI
 Klasifikasi kolesteatoma
 Kongenital
 Akuisital
 Primer
 Sekunder

 Patogenesis kolesteatom
 Banyak teori yang berusaha menjelaskan
terbentuknya kolesteatoma :
 Teori Invaginasi
 Teori Migrasi

 Teori Metaplasi

 Teori Implantasi
KOLESTEATOMA KONGENITAL
 Definisi
 Epitel skuamosa yang terperangkap di dalam tulang
temporal selama embriogenesis
 Mebrana tympani normal (intak)
 Tidak ada riwayat infeksi
 Tidak ada riwayat tindakan operatif otologi
 Paling sering ditemukan pada mesotimpanum
anterior, petrosus mastoid, dan cerebellopontin angle
KOLESTEATOMA KONGENITAL
KOLESTEATOMA AKUISITAL
 Primer
 Terbentuk sebagai akibat
dari retraksi membran
tympani (teori Invaginasi)
 Berawal dari retraksi pras
flaksida membran tympani
yang mencapai epitimpanum
 Skutum terkikis  defek pada

dinding lateral epytimpanum


yang perlahan meluas
 Retraksi berlanjut  melewati

tulang-tulang pendengaran dan


epitimpanum posterior 
membentuk retraction pocket
KOLESTEATOMA AKUISITAL
 Sekunder
 Terbentuk setelah perforasi membrana tympani
 Teori Migrasi
masuknya epitel dari kulit liang telinga atau dari
pinggir perforasi ke telinga tengah
 Teori Metaplasi
metaplasi mukosa kavum tympani karena iritasi
yang lama
 Teori Implantasi
epitel skuamosa terimplantasi di auris media pasca
tindakan operatif
PRESENTASI KLINIS
 Anamnesis
 Otorrhea tanpa nyeri yang berulang/terus menerus
 Gangguan pendengaran
 Obstruksi nasal
 Tinnitus
 Vertigo
 Riwayat otitis media kronik
 Riwayat pembedahan otologi
PRESENTASI KLINIS
 Pemeriksaan Otologi
 Otorrhea dan jaringan granulasi yang tidak responsif
terhadap antimikroba
 Perforasi membran tympani (90%)
 CAE penuh berisi pus mukopurulen dan jaringan
granulasi
 Retraksi membran tympani pada pars flaksida

 Audiometri  tuli konduktif


 Tes Penala  dicocokkan dengan audiometri

 Timpanometri  compliance MT menurun atau


perforasi
PEMERIKSAAN PENCITRAAN
 Rontgen konvensional posisi Waters dan
Stenvers
 CT scan
 Densitas kolesteatoma hampir sama dengan LCS
(-2 sampai +10 HU)  efek dari massa itu sendiri
yang lebih berperan dalam diagnosis
 Defek yang dapat dideteksi :
 Erosi skutum
 Fistula labirin

 Erosi pada tegmen tympani

 Keterlibatan tulang-tulang pendengaran

 Anomali atau invasi ke saluran tuba


PEMERIKSAAN PENCITRAAN
PEMERIKSAAN PENCITRAAN
 MRI
 Digunakan apabila diperkirakan dapat melibatkan
jaringan lunak sekitarnya
 Dapat mendeteksi :
 Invasi duramater
 Abses epidural atau subdural

 Herniasi otak ke rongga mastoid

 Peradangan pada labirin membran atau saraf fasialis

 Trombosis sinus sigmoid


PENATALAKSANAAN
 Terapi Medis
 Pembersih telinga
 Hidrogen peroksida 3%, asam asetat 1-2%, povidon iodine 5%
 Antimikroba topikal
 Golongan quinolon  hati-hati pada anak usia kurang dari
12 tahun
 Antimikroba sistemik
 Disesuaikan dengan kuman penyebab
 Pseudomonas : ampisilin-sulbaktam, kotrimoksazol,

ciprofloxacin
 Kuman anaerob : metronidazol, klindamisin, kloramfenikol

 Sukar ditentukan : kotrimoksazol, amoksisilin-klavulanat


PENATALAKSANAAN
 Terapi Pembedahan
 Timpanoplasti dinding utuh
 Timpanoplasti dinding runtuh
TIMPANOPLASTI DINDING RUNTUH
 Merupakan modifikasi dari mastoidektomi
radikal
 Bedanya : mukosa kavum timpani dan sisa
tulang-tulang pendengaran dipertahankan
setelah proses patologis dibersihkan. Tuba
eustachius tetap dipertahankan dan dibersihkan
agar terbuka. Kemudian kavitas operasi ditutup
dengan fasia m.temporalis baik berupa free fascia
graft maupun berupa jabir fasia m.temporalis,
dilakukan juga rekonstruksi tulang-tulang
pendengaran.
KOMPLIKASI
 Komplikasi segera  Komplikasi lambat
 Parese nervus fasialis  Kolesteatoma rekuren
 Kerusakan korda  Reperforasi
timpani  Lateralisasi tandur
 Tuli saraf  Stenosis liang telinga
 Gangguan luar
keseimbangan  Displasia atau
 Fistula labirin lepasnya prostesis
 Trauma pada sinus tulang pendengaran
sigmoid
 Infeksi pasca-operasi
PROGNOSIS
 Hampir selalu dapat dieliminasi
 Timpanoplasti dinding runtuh menjanjikan
tingkat rekurensi yang sangat rendah (5% kasus)
 Merupakan penyebab umum relatif tuli
konduktif permanen
KESIMPULAN
 Bahwa meskipun banyak teori yang berusaha menjelaskan mengenai
terbentuknya kolesteatoma, patogenesis dari terbentuknya
kolesteatoma sebenarnya masih belum pasti hingga saat ini.
 Sangat penting untuk memiliki pengetahuan dasar yang memadai
mengenai karkteristik anatomi dan fungsional dari telinga tengah
untuk mencapai penatalaksanaan yang memuaskan untuk
kolesteatoma
 Kunci dari didapatkannya diagnosis dini dan penatalaksanaan
segera yang tepat untuk kolestatoma adalah evaluai yang hati-hati
dan menyeluruh mengenai presentasi klinis hingga ke
pencitraannya.
 Penatalaksanaan yang paling sesuai adalah pembedahan dengan
tujuan untuk mengeradikasi penyakit dan untuk mencapai kondisi
telinga yang kering dan aman dari infeksi berulang.
 Pendekatan secara bedah harus disesuaikan pada masing-masing
pasien sesuai dengan keadaan umum dan luasnya penyebaran
kolesteatoma itu sendiri.
 Ahli bedah harus sangat waspada terhadap komplikasi pasca-
pembedahan yang mengancam nyawa ataupun menyebabkan kondisi
serius terhadap pasien seperti cedera nervus fasialis.
REFERENSI
1. Roland PS. Middle Ear, Cholesteatoma. Emedicine. June 29, 2009 (cited
August 25, 2009). Available at http://emedicine.medscape.com/article/860080-
overview.
2. Moore K, Agur AMR. Anatomi Klinis Dasar. Edisi Pertama. Jakarta :
Penerbit Hipokrates; 2002
3. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 2008
4. Waizel S. Temporal Bone, Aquired Cholesteatoma. Emedicine. May 1, 2007
(cited August 27, 2009). Available at
http://emedicine.medscape.com/article/384879-overview
5. Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis. Edisi Pertama. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI; 2005
6. Adams GL, Boies LR, Higler PA. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-
6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997
7. DeSouza CE, Menezes CO, DeSouza RA, Ogale SB, Morris MM, Desai AP.
Profile of congenital cholesteatomas of the petrous apex. J Postgrad Med
[serial online] 1989 [cited 2009 Sep 5];35:93. Available from:
http://www.jpgmonline.com/text.asp?1989/35/2/93/5702
8. Makishima T, Hauptman G. Cholesteatoma. University of Texas Medical
Branch Department of Otolaryngology. January 25, 2006 (cited August 25,
2009). Available at www.utmb.edu/otoref/grnds/Cholest.../Cholest-slides-
060125.pdf
TERIMAKASIH!!!

Anda mungkin juga menyukai