Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu
atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada umur kehamilan diatas 28 minggu maka
sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ketiga.1
Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut yaitu perdarahan yang ada
hubungannya dengan kehamilan yaitu plasenta previa, solusi plasenta, perdarahan pada
plasenta letak rendah, pecahnya sinus marginalis dan vasa previa. Perdarahan yang tidak ada
hubungannya dengan kehamilan yaitu pecahnya varices vagina, perdarahan polip serviks,
perdarahan perlukan seviks, perdarahan karena keganasan serviks. 1
Frekuensi perdarahan antepartum sekitar 3% sampai 4% dari semua persalinan. Kejadian
plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus perdarahan
antepartum plasenta previa merupakan penyebab terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian
perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa harus dipikirkan terlebih dahulu.1,2
Perdarahan obstetrik yang terjadi pada kehamilan trisemester ketiga dan yang terjadi
setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak
mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang fatal. Salah satu sebabnya
adalah plasenta previa. Oleh karena itu perlulah keadaan ini diantisipasi seawal-awalnya
sebelum perdarahan belum sampai ke tahap yang membahayakan ibu dan janin. Pada umumnya
penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa perdarahan berulang yang
mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan terjadi pada waktu yang tidak tertentu, tanpa
trauma. Sering disertai dengan kelainan letak janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah
janin tidak masuk ke dalam panggul, tetapi masih mengambang diatas pintu atas panggul.
Wanita yang menderita plasenta previa harus dibawa ke rumah sakit terdekat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam karena tindakan tersebut dapat memprovokasi perdarahan berlangsung
cepat dan deras. 3

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi placenta previa?
1.2.2 Apa definisi, etiologi, patofisiologi, faktor resiko, manifestasi klinis, dan diagnosis pada
placenta previa?
1.2.4 Bagaimana penatalaksanaan kasus placenta previa?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik serta memberikan pembelajaran bagi
calon dokter untuk dapat meninjau kasus klinis.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Untuk mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, faktor resiko, manifestasi klinis, dan
diagnosis pada plasenta previa.
1.3.2.2 Untuk mengetahui penatalaksanaan plasenta previa

1.4 Manfaat
1.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu kebidanan
dan kandungan pada khususnya
1.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan
klinik bagian ilmu kebidanan dan kandungan

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas
Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 05/09/1993 (26 Tahun)
Suku : Madura
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Galis
Status Perkawinan : Menikah (1x)
Identitas Suami
Nama : Tn. K
Umur : 28 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Alamat : Galis
Status Perkawinan : Menikah (1x)
MRS : 10 Mei 2019 pukul 16.15 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 10 Mei 2019

2.2 Anamnesis
 Keluhan Utama :
Pasien datang sendiri dengan keluhan perdarahan sejak pukul 14.30.
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien hamil anak pertama dengan usia kehamilan 37/38 minggu. Pasien datang dengan
keluhan perdarahan pervaginam sejak pukul 14.30, darah berwarna merah segar, tanpa disertai
rasa nyeri, dengan volume perdarahan ± 1L. Satu hari SMRS pasien sempat mengalami flek-
flek dan perdarahan sedikit, namun berhenti setelah pasien beristirahat. Riwayat pijat (-),
riwayat aktivitas berat (-), riwayat HT (-), lendir (-), darah (+), kenceng (-), cairan (-), pusing (-
).
3
 Riwayat Perjalanan Singkat :
September 2018
Pasien terlambat haid, tes kehamilan sendiri dan hasil (+) pasien periksa kehamilan untuk
mengkonfirmasi kehamilan.
Oktober 2018 – April 2019
Pasien kontrol ke bidan praktek mandiri sebanyak 8x dan Sp. OG sebanyak 3x dengan
tekanan darah berkisar antara 120-100/70-80 mmHg. Pasien diberi vitamin kehamilan dan
disarankan kontrol rutin.
19 April 2019
Pasien MRS di RSUD Syamrabu karena perdarahan pervaginam dengan usia kehamilan
34/35 minggu, dan setelah perawatan konservatif selama 1 minggu di RS, perdarahan berhenti
dan pasien KRS
10 Mei 2019 jam 16.15
Pasien datang sendiri ke RSUD Syamrabu dengan keluhan perdarahan pervaginam sejak
pukul 14.30 dan semakin banyak, darah berwarna merah segar, tanpa disertai nyeri.

 Riwayat kehamilan ini


1. Hamil muda : mual (+), muntah (+), perdarahan (-), kejang (-)
2. Pijat perut : (-)
3. Minum jamu : (-)
4. Trauma : (-)
5. ANC : Bidan 8x dengan tekanan darah rata-rata 120-100/70-80 mmHg

 Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit serupa : (+) saat UK 34/35 minggu
Hipertensi : (-)
Diabetes mellitus : (-)
TBC : (-)
Asma : (-)
Alergi : (-)
Riwayat Secsio Caesarea : (-)
Epilepsi : (-)

4
 Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi : (-)
Diabetes mellitus : (-)
TBC : (-)
Asma : (-)
Alergi : (-)

 Riwayat Haid
Menarche : ± 12 tahun
Siklus : ± tiap 28 hari, teratur
Lama : ± 7 hari
Jumlah darah : sedang (2-3 pembalut/hari)
Dismenorhea : dismenorhea (+) hari 1-2 hari sebelum menstruasi
Flour Albus : (-)
HPHT : 22 Agustus 2018
UK 37-38 mgg
HPL : 29 Mei 2019

 Riwayat Perkawinan
Menikah : 1 kali, saat usia ± 22 tahun
Lama menikah : ± 8 tahun

 Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. 9 bulan/bidan/Spt B/perempuan/2700g/5th
2. Hamil ini

 Riwayat KB
KB suntik 3 bulan selama ± 3 tahun, terakhir KB pada Mei 2018

 Riwayat Sosial dan Kebiasaan


Pasien merupakan ibu rumah tangga. Interakasi dengan keluarga, tetangga, dan
teman kerja baik. Lingkungan sekitar mendukung kehamilan pasien. Pola makan pasien
sehari-hari baik, teratur, dan porsi makan sedikit, komposisi nasi, sedikit lauk-pauk, sayur,
dan buah. Pasien tidak memiliki kebiasaan minum alkohol, jamu, kopi. Perokok pasif (+).
Selama hamil, pasien dapat melakkan kegiatan sehari – hari seacara normal.
5
2.3 Pemeriksaan Umum (tanggal 10-05-2019, Pukul 16.30)
Keadaan umum : Lemah
GCS : 4-5-6
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
Tekanan darah : 115/85 mmHg
Nadi : 106 x/menit
Suhu (axiller) : 36,6 °C
RR : 28 x/menit
Antropometri
Berat Badan sebelum hamil : 48 kg
Tinggi badan : 147 cm
BMI 25,0 (overweight)
Berat badan hamil : 54 kg

2.4 Pemeriksaan Fisik


a. Status Generalis
1. Kulit : gatal (-), luka (-), bekas luka (-) warna sawo matang.
2. Kepala
a. Wajah : simetris
b. Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), odem palpebra (-/-).
c. Mulut : kebersihan gigi geligi cukup, stomatitis (-), hiperemi faring (-),
pembesaran tonsil (-)
3. Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
bendungan vena leher (-)
4. Thoraks : Mammae simetris, hiperpigmentasi areola (+), puting susu menonjol
(+), kolostrum (-)
Cardio
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis kuat angkat
 Perkusi :
Batas kiri bawah : ICS V mid clavicula line sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV parasternalis dextra
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
6
 Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada simetris, retraksi (-/-)
 Palpasi : fremitus taktil kiri sama dengan kanan
 Perkusi : sonor/sonor
 Auskultasi
Suara dasar : vesikuler (+/+)
Suara tambahan : Rhonki / Wheezing
- - - -
- - - -
- - - -

5. Abdomen
Inspeksi : tampak sedikit membesar, gambaran pembuluh darah collateral
(-), tumor (-), striae livide (+), striae albican (-), linea alba (-),
linea nigra (+), bekas operasi (-)
Auskultasi : suara bising usus normal
Palpasi : pembesaran organ (-), nyeri tekan (+), teraba massa abnormal (-
)
Perkusi : timpani (+)
6. Ekstremitas : akral hangat (+/+) superior dan inferior, edema (-/-) superior dan
inferior.

b. Status Obstetri
Pemeriksaan luar
Inspeksi : Perut membesar arah membujur
Palpasi :
₋ Leopold I : di atas teraba kepala. TFU 27 cm.
₋ Leopold II : punggung janin terletak di kanan ibu.
₋ Leopold III : bagian terbawah dari janin teraba bokong.
₋ Leopold IV : bagian terendah belum masuk ke PAP.
Auskultasi : Denyut jantung janin 149x/m
His : (-)
Taksiran berat Janin berdasarkan rumus Johnson : 2325 g
Pemeriksaan dalam: tidak dilakukan karena fluxsus aktif (+)

7
2.5 Pemeriksaan Penunjang
2.5.1 Laboratorium
2.5.1.1 Darah Lengkap
Jumat, 10-05-2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi lengkap
Hemoglobin 9.3 11,7-15,5 gr/dl
Eritrosit 3.79 3,8-5,2 juta/ul
Leukosit 9.8 3,6-11,0 ribu/ul
Trombosit 291 150-440 ribu/mm3
Hematokrit 29.0 35-47%

Index Eritrosit
MCV 76.6 70-96 fL
MCH 24.5 26-34 pg
MCHC 32.0 30-36%

Hitung Jenis Leukosit


Basofil 0.81 0-1 %
Neutrofiil 74.70 40-70 %
Limfosit 18.30 22-40 %
Eosinofil 0.41 2-4 %
Monosit 5.83 4-8 %

HOMEOSTASIS
PT 9.7 9.4 – 12.5
aPTT 19.5 25.1 – 38.6

IMUNOSEROLOGI
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif
HIV Non Reaktif Non Reaktif

8
2.5.2 USG

Dari gambaran USG didapatkan:


 Sungsang THIU/ DJJ(+)
 BPD :8.82 cm
 AC :29.36 cm 35/36 mgg
 EFW :2399g
Placenta di anterior sampai dengan OUI/grade II/AFI minimal

2.6 Resume
Ny. D, 26 th datang ke RSUD Syamrabu pada tanggal 10 Mei 2019 dengan keluhan
perdarahan pervaginam sejak pukul 14.30, darah berwarna merah segar, tanpa disertai rasa
nyeri, dengan volume perdarahan ± 1L. Satu hari SMRS pasien sempat mengalami flek-
flek dan perdarahan sedikit, namun berhenti setelah pasien beristirahat. Riwayat pijat (-),
riwayat aktivitas berat (-), riwayat HT (-), lendir (-), darah (+), kenceng (-), cairan (-), pusing
(-).
Status presentasi dan status generalisata ketika pasien datang, pasien tampak lemah,
GCS:456, A/I/C/D: +/-/-/-, TTV pasien TD: 115/85, N: 106x/m, RR:28x/m, dan S: 36,60C.
Pada pemeriksaan obstetrik, dijumpai abdomen membesar dengan ukuran TFU 27 cm, letak
sungsang, perdarahan pervaginam (+), his (-), DJJ : 149x/m. Dari pemeriksaan penunjang
didapatkan anemis, placenta di anterior sampai OUI, oligohidramnion. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis kasus ini yaitu GIIP1001 37/38 mgg
9
THIU + letak sungsang +APB e.c PPT fluxus berulang + severe oligohidramnion + TBJ
2300 gr.
2.7 Diagnosis Kerja
GIIP1001 37/38 mgg THIU + letak sungsang +APB e.c PPT fluxus berulang +
severe oligohidramnion + TBJ 2300 gr.
2.8 Planning
Pro terminasi kehamilan perabdominam

2.9 Penatalaksanaan
 O2 masker 8 lpm
 Inf RL rehidrasi 2 flash
 Inj asam traneksamat 500 mg
 Sedia WB 2 kolf
 Antibiotik profilaksis cefazolin 2 g

2.10 Laporan Operasi


 KIE dan Inform concent
 Desinfeksi lapangan operasi dengan iodin
 Insisi abdomen dampau cavum abdomen terbukaeksplorasi: uterus gravida
aterem, AP D/S, massa (-)
 Dilakukan LSCS
 Insisi SBR 2 cmmenembus placenta
 Bayi dilahirkan dengan ekstrasi kaki lahir bayi
perempuan/2200g/50cm/33cm/AS: 3-5
 Ketuban meconeal
 Plasenta di anterior sampai dengan OUI dilahirkan dengan tarikan ringan
 SBR jahit 2 lapis
 Cuci cavum abdomen
 Jahit lapis demi lapis sampai luka tertutup
 Perdarahan ± 500cc

10
2.11 Follow Up
11-05-2019, Pukul 07.00 WIB, LT 3
S O A P
Post Partum KU : cukup P2002 post  IVFD RL:D5
Perabdominam Hari STU : CM, GCS 456 partum SC 2:1/24 jam
ke-1 VS:  Kateter (+)
 TD : 110/70 mmHg  Mobilisasi
 Nyeri luka operasi  Nadi : 96 x/menit  SM 1gr/jam SP
(+)  RR : 20 x/menit sampai jam 15.00
o
 BAK (+)  S : 36,4 C  Inj. Ceftriaxone 2x
 BAB (-) STO : tinggi fundus 1gr
uteri 2 jari di bawah  Inj.Kalnex 3x250
pusat, kontraksi mg
uterus (+) baik, fluxus  Inj.Ranitidin
(-). 2x50mg
 Inj.Ketorolac
3x30mg
 Transfusi WB 1
kolf

12-05-2019, Pukul 07.00 WIB, LT 3


S O A P
Post partum KU : cukup P2002 post  IVFD RL:D5
perabdominam hari ke STU : CM, GCS 456 partum SC 2:1/24 jam
2 VS:  Mobilisasi
 Nyeri luka  TD : 110/70 mmHg  Asam
operasi (+)  Nadi : 82 x/menit mefenamat
 BAK (+)  RR : 20 x/menit 3x500mg
 BAB (+)  S : 36oC  SF 1x1
STO : fluxus (-)  Cefadroxil
2x500mg
 Tranfusi WB 1
kolf

11
13-05-2019, jam 07.00, LT 3
S O A P
Post partum STU : CM, GCS : 456 P1001 Post  IVFD RL
perabdominam hari ke VS partum SC 500cc/ 24 jam
4  TD :110/70mmHg  Minum
 Nyeri luka operasi  Nadi :82x/m maksimal
(+)  RR :20x/m 1000cc/24 jam
 BAK (+)  S :360C  Mobilisasi
 BAB (+) STO : fluxus (-)  Asam
mefenamat
3x500mg
 SF 1x1
 Cefadroxil
2x500mg
 Pro KRS

Pemeriksaan laboratorium
Sabtu, 11-05-2019 (Post SC)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi lengkap
Hemoglobin 8.2 11,7-15,5 gr/dl
Eritrosit 3.26 3,8-5,2 juta/ul
Leukosit 15.2 3,6-11,0 ribu/ul
Trombosit 243 150-440 ribu/mm3
Hematokrit 24.6 35-47%

Index Eritrosit
MCV 75.5 70-96 fL
MCH 25.1 26-34 pg
MCHC 33.3 30-36%

12
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0.52 0-1 %
Neutrofiil 84.40 40-70 %
Limfosit 7.97 22-40 %
Eosinofil 0.03 2-4 %
Monosit 7.06 4-8 %

Senin, 13-05-2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hematologi lengkap
Hemoglobin 9,2 11,7-15,5 gr/d3
Eritrosit 3,76 3,8-5,2 juta/ul
Leukosit 19,1 3,6-11,0 ribu/ul
Trombosit 299 150-440 ribu/mm3
Hematokrit 29,1 35-47%

Index Eritrosit
MCV 77,4 70-96 fL
MCH 24,4 26-34 pg
MCHC 31,5 30-36%

Hitung Jenis Leukosit


Basofil 0,20 0-1 %
Neutrofiil 88,80 40-70 %
Limfosit 8,16 22-40 %
Eosinofil 0,11 2-4 %
Monosit 2,73 4-8 %

13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi seluruh atau sebahagian dari ostium uteri internum.3
Sejalan dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah bawah
rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi.
Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa
mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada
derajat atau klasifikasi plasenta previa ketika pemeriksaan dilakukan baik dalam masa antenatal
maupun masa intranatal, baik dengan ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena
itu pemeriksaan ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun
intranatal.3

3.2 Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah diketahui
dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen
bawah rahim.3
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan endometrium yang
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada :2,4,5
1. Multipara, terutama jika jarak kehamilannya pendek
2. Mioma uteri
14
3. Kuretasi yang berulang
4. Umur lanjut (diatas 35 tahun)
5. Bekas seksio sesaria
6. Riwayat abortus
7. Defek vaskularisasi pada desidua
8. Malnutrisi
9. Plasenta yang besar dan luas : pada kehamilan kembar, eriblastosis fetalis.
10. Wanita yang mempunyai riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya
11. Perubahan inflamasi atau atrofi misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.
Hipoksemia yang terjadi akibat CO akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal
ini terutama terjadi pada perokok berat (> 20 batang/hari).

Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi
luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau
menutupi ostoum uteri internum.2
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat
implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang lebih rendah dekat ostium uteri internum.
Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas seperti pada
eritroblastosis, diabetes mellitus, atau kehamilan multiple.2
3.3 Insiden
Kejadian plasenta previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh
kasus perdarahan antepartum, Plasenta previa merupakan penyebab terbanyak. Plasenta previa
lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dari pada usia diatas 30 tahun. Juga lebih
sering pada kehamilan ganda daripada kehamilan tunggal.2,3
3.4 Klasifikasi
Klasifikasi dari plasenta previa (empat tingkatan):

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum. Pada jenis ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal, karena
risiko perdarahan sangat hebat.
15
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
Pada jenis inipun risiko perdarahan sangat besar, dan biasanya janin tetap tidak
dilahirkan secara normal.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum. Hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Janin bisa
dilahirkan secara normal, tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Plasenta letak rendah, plasenta lateralis, atau kadang disebut juga dangerous placenta
adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sehingga tepi bawahnya
berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2
cm dianggap plasenta letak normal. Risiko perdarahan tetap ada namun tidak besar, dan
janin bisa dilahirkan secara normal asal tetap berhati-hati.3,6
Gambar Klasifikasi plasenta Previa:

3.5 Faktor Risiko


Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian plasenta previa adalah:1
1. Umur penderita
 Umur muda karena endometrium masih belum sempurna.
 Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur.

2. Paritas
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat
 Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek
16
 Bekas operasi, bekas kuretage atau plasenta manual
 Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip
 Pada keadaan malnutrisi

3.6 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan mungkin juga
lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tampak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit
banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian
pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi
maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen
bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti kan terjadi (unavoidable
bleeding). Perdarahan di tempat itu relative dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen
bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang
dimilikinya minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan
sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi
mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan
lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan
bertahap, maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikian perdarahan akan
berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa
rasa nyeri (pain-less).3
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam
kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu
ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis atau letak rendah perdarahan
baru akan terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya
sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama
sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih separuh kejadiannya pada
kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium
uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak membentuk
hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin

17
ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta
previa.3
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah
diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada
dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan inkreta bahkan plasenta perkreta yang
pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus buli-buli dan ke rectum bersama plasenta previa.
Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah
sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen
otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan
pasca persalinan pada plasenta previa, misalnya dalam kala tiga karena plasenta sukar melepas
dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak
mampu berkontraksi dengan baik.3

3.7 Gejala Klinis


1. Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri.2
Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh. Hal ini
disebabkan oleh:
 Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari
abortus.
 Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan
dinding rahim.
2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim
sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.2
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih
sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan
marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah, robekannya
beberapa sentimeter dari tepi plasenta.2

3.8 Diagnosis
Diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik, pemeriksaan
khusus, dan pemeriksaan penunjang.1
1. Anamnesa plasenta previa1
a. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b. Sifat perdarahan
18
- Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
- Tanpa sebab yang jelas
- Dapat berulang
c. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.

2. Pada inspeksi dijumpai:1


a. Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.

3. Pemeriksaan fisik ibu1


a. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
b. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma
c. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
- Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal
- Tekanan darah turun, nadi dan pernapasan meningkat
- Daerah ujung menjadi dingin
- Tampak anemis

4. Pemeriksaan khusus kebidanan.1


1. Pemeriksaan palpasi abdomen
- Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
kehamilan
- Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai kelainan
letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
- Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera
mengambil tindakan. Tujuan pemeriksan dalam untuk:
- Menegakkan diagnosis pasti
- Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau
hanya memecahkan ketuban
4. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan ultrasonografi
19
- Mengurangi pemeriksaan dalam
- Menegakkan diagnosis
Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) yang diterapi ekspektatif
ditegakkan dengan pemeriksaan USG. Dengan pemeriksaan USG transabdominal ketepatan
diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal atau transperineal (translabial),
ketepatannya akan lebih tinggi lagi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat
dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk plasenta previa.2,3
Dengan bantuan USG, diagnosis plasenta previa/plasenta letak rendah sering kali sudah
dapat ditegakkan sejak dini sebelum kehamilan trisemester ketiga. Namun dalam
perkembangannya dapat terjadi migrasi plasenta. Sebenarnya bukan plasenta yang berpindah
tetapi dengan semakin berkembangnya segmen bawah rahim, plasenta (yang berimplantasi di
situ) akan ikut naik menjauhi ostium uteri internum.2

3.9 Komplikasi
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada ostium dan
merupakan porte d’entrée yang mudah tercapai. Lagi pula, pasien biasanya anemis karena
perdarahan sehingga daya tahannya lemah. 2
Bahaya plasenta previa adalah : 2,3
1. Anemia dan syok hipovolemik karena pembentukan segmen rahim terjadi
secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya diuterus dapat
berulang dan semakin banyak dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat
dicegah.
2. Karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan sifat segmen
ini yang tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya
menorobos ke dalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi
sebab dari kejadian plasenta inkreta bahkan plasenta perkreta. Paling ringan
adalah plasenta akreta yang perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum
masuk ke dalam miometrium. Walaupun tidak seluruh permukaan maternal
plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian terjadi
retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas timbullah
perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi pada uterus yang
yang pernah seksio sesaria. Dilaporkan plasenta akreta terjadi sampai 10%-35%
pada pasien yang pernah seksio sesaria satu kali dan naik menjadi 60%-65% bila
telah seksio sesaria tiga kali.
20
3. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai dengan perdarahan yang banyak. Oleh karena itu
harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual ditempat ini misalnya pada
waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu
mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retensio plasenta. Apabila oleh salah
satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang
lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi a.uterina, ligasi
a.ovarika, pemasangan tampon atau ligasi a.hipogastrika maka pada keadaan yang
sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total.
Morbiditas dari semua tindakan ini tentu merupakan komplikasi tidak langsung
dari plasenta previa.
4. Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini memaksa lebih
sering diambil tindakan operasi dengan segala konsekuensinya.
5. Kehamila premature dan gawat janin sering tidak terhindarkan karena tindakan
terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada
kehamilan < 37 minggu dapat dilakukan amniosintesis untuk mengetahui
kematangan paru-paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat
pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
6. Solusio plasenta
7. Kematian maternal akibat perdarahan
8. Disseminated intravascular coagulation (DIC)
9. Infeksi sepsis

21
3.10 Penatalaksanaan
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan pada trisemester kedua atau
trisemester ketiga harus dirawat di dalam rumah sakit. Pasien diminta istirahat baring dan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan factor Rh. Jika rhesus
negative RhoGam perlu diberikan pada pasien yang belum pernah mengalami sensitisasi.
Jika kemudian ternyata perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan
sehat dan janin masih premature, dibolehkan pulang dan dilanjutkan dengan rawat rumah
atau rawat jalan dengan syarat telah mendapat konsultasi yang cukup dengan pihak keluarga
agar dengan segera kembali kerumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun
kelihatannya tidak mencemaskan. Dalam keadaan yang stabil tidak keberatan pasien untuk
di rawat di rumah atau rawat jalan. Pada kehamilan antara 24-34 minggu diberikan steroid
dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. Dengan rawat jalan pasien lebih
bebas dan kurang stress serta biaya dapat ditekan. Rawat inap kembali diberlakukan bila
keadaan menjadi lebih serius.3
. Semua pasien dengan perdarahan per vagina pada kehamilan trimester ketiga,
dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Jika ada gejala hipovolemia seperti hipotensi
dan takikardi pasien tersebut mungkin telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih
berat dari pada penampakannya secara klinis. Bila pasien dalam keadaan syok karena
pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian
infus atau tranfusi darah. 3,7
Pengobatan plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan:2
1. Terminasi
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut,
misalnya: kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak, parturien, dan janin mati
(tidak selalu).
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang
terbuka (tamponade pada plasenta).
b. Dengan seksio sesarea, dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga
rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesarea
juga mencegah terjadinya robekan serviks yang agak sering terjadi pada
persalinan pervaginam.

22
2. Ekspektatif
Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia
luar baginya kecil sekali.
Sikap ekspektatif hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan
perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.
Konservatif / Penanganan Ekspektif ( Kriteria ) :
1. keadaan umum ibu dan janin baik
2. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
3. Perdarahan sedikit / minimal / tidak ada ( kadar Hb masih dalam batas normal
: ≥ 8 gr % )
4. Belum ada tanda-tanda persalinan.
5. Tempat tinggal pasien dekat rumah sakit (menempuh perjalanan 15 menit).
Perawatan konservatif berupa :
 Istirahat total untuk menghindari bleeding,
Tujuan utama adalah mencapai kehamilan minggu ke-36 pada saatbayi sudah
siap dikeluarkan.
 Infus D 5% dan elektrolit
 Spasmolitik. Hematik. tokolitik, roboransia.
 Awasi perdarahan, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
 Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
 Pemeriksaan USG, Hb, hematokrit, masa perdarahan, masa pembekuan,
Golongan darah
 mobilisasi bertahap (bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah
melakukan perawatan konservatif)
 Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan.
 Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit
 tidak boleh melakukan senggama.
 Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien ditunggu
sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif.
Penderita plasenta previa juga harus diberikan terapi antibiotic mengingat
kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakan-
tindakan intrauterine. Jenis persalinan yang kita pilih pada pengobatan plasenta previa dan
kapan melaksanakan tergantung pada:2

23
a. Perdarahan banyak atau sedikit
b. Keadaan ibu dan anak
c. Besarnya pembukaan
d. Tingkat plasenta previa
e. Paritas
Perdarahan yang banyak, pembukaan yang kecil, nullipara dan tingkat plasenta
previa yang berat mendorong kita melakukan seksio sesaria. Sebaliknya perdarahan yang
sedang/sedikit, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan tingkat plasenta previa yang
ringan dan anak yang mati cenderung untuk dilahirkan pervaginam.2
Pada perdarahan yang sedikit dan anak masih belum matur dipertimbangkan terapi
ekspektatif, dengan syarat keadaan ibu dan anak baik, Hb normal dan perdarahan tidak
banyak. Pada terapi ekspektatif pasien di rawat di rumah sakit sampai berat anak ± 2500
gram atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan untuk
menentukan lokalisasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan umum
ibu. Jika kehamilan telah 37 minggu, kehamilan dapat diakhiri dengan cara vaginal atau
seksio sesaria. Dengan cara vaginal dimaksudkan untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
yang dengan demikian menutup pembuluh-pembuluh darah yang terbuka (tamponade pada
plasenta). Dengan seksio sesaria dimaksudkan untuk mengosongkan rahim hingga rahim
dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Seksio sesaria juga mencegah terjadinya
robekan serviks yang agak sering pada persalinan pervaginam.2
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesaria adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap
dilaksanakan. Adapun tujuan dari seksio sesaria adalah:8
 Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat berkontraksi dan menghentikan
perdarahan.
 Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin
dilahirkan pervaginam.
 Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri
dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek, selain itu, bekas tempat
implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan
vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
 Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
 Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi dan
keseimbangan cairan masuk-keluar.
24
Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling
banyak dilakukan. Bentuk operasi lainnya seperti:1,2
a. Cunam Willet Gausz
- Bertujuan untuk mengadakan tamponade plasenta pada kepala.
- Menjempit kulit kepala bayi pada placenta previayang ketubannya telah
dipecahkan.
- Memberikan pemberat sehingga pembukaan dipercepat.
- Diharapkan persalinan spontan.
- Sebagian besar dilakukan pada janin telah meninggal.

b. Versi Braxton Hicks


- Bertujuan untuk mengadakan tamponade plasenta dengan bokong dan untuk
menghentikan perdarahan dalam rangka menyelamatkan ibu.
- Dilakukan versi ke letak sunsang.
- Satu kaki dikeluarkan sebagai tampon dan diberikan pemberat untuk
mempercepat pembukaan dan menghentikan perdarahan.
- Diharapkan persalinan spontan.
- Janin sebagian besar akan meninggal.

c. Pemasangan Kantong Karet Metreurynter


Kantong karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan mempercepat
pembukaan sehingga persalinan dapat segera berlangsung.1
Dengan kemajuan dalam operasi kebidanan, narkosa, pemberian transfusi, dan
cairan maka tatalaksana pertolongan perdarahan plasenta previa hanya dalam bentuk:1
- Memecahkan ketuban
- Melskuksn seksio sesarea
- Untuk bidan segera melakukan rujukan sehingga mendapat pertolongan yang
cepat dan tepat.

Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena:2


- Setelah pemecahan ketuban, uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak
menekan pada plasenta.
- Plasenta tidak tertahan lagioleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding
rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim.
25
3.11 Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasive dengan USG di
samping ketersedian transfusi darah dan infus cairan telah ada di hamper semua rumah sakit
kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah
melahirkan dengan seksio sesaria atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan.
Penurunan jumlah ibu hamil dengan dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialissasi
program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian
banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun nasib janin masih belum terlepas dari
komplikasi kelahiran premature baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio
sesaria. Karena kelahiran premature belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan
konservatif dilakukan. Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif maka mortalitas
dan morbiditas ibu dan bayi tinggi. Sekarang penanganan bersifat operasi dini, maka angka
kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun.3,4,9

26
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut, diajukan suatu kasus seorang wanita usia 31 tahun yang
kemudian didiagnosa dengan GIIP1001 37/38 mgg THIU + letak sungsang +APB e.c PPT
fluxus berulang + severe oligohidramnion + TBJ 2300 gr.Selanjutnya yang akan dibahas
pada kasus ini yaitu :
1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat ?
GIIP1001 37/38 mgg THIU + letak sungsang +APB e.c PPT fluxus berulang + severe
oligohidramnion + TBJ 2300 gr. Pasien didiagnosa hamil karena memenuhi beberapa
kriteria kehamilan, diantaranya tanda-tanda tidak pasti kehamilan yaitu : amenorrhea, perut
membesar, pigmentasi kulit pada areola mammae, striae gravidarum pada kulit abdomen.
Dan adanya tanda pasti kehamilan yaitu : adanya gerak janin, pemeriksaan leopold I-IV
yang dapat meraba bagian besar dan kecil janin, tedapat denyut jantung janin dan terdapat
janin pada pemeriksaan penunjang (USG). Sedangkan untuk usia kehamilan, dapat
ditentukan dengan dengan HPHT yaitu tanggal 22/8/2018 sehingga hari taksiran kehamilan
tanggal 29/5/2019.
Pemeriksaan tinggi fundus uteri TFU 27 cmTaksiran berat Janin berdasarkan rumus
Johnson : 2325 g. Janin tunggal hidup dinilai dari pemeriksaan Leopold yang memberi
kesan adanya satu janin dengan letak sungsang dimana teraba kepala di bagian atas, bokong
di sebelah bawah, ini dipertegas dengan hasil pemeriksaan Ultrasonografi (USG).
Diagnosa perdarahan antepartum (APB) ditegakkan karena pasien mengeluh
perdarahan pada umur kehamilan > 22 minggu. Perdarahan ini biasanya bersumber dari
kelainan plasenta yaitu plasenta previa atau solusio plasenta. Namun dari gejala klinis yang
dialami pasien lebih mendekati gejala plasenta previa dibandingkan gejala solusio plasenta.
Gejala klinis plasenta previa pada kasus ini antara lain, perdarahan dengan warna darah
merah segar yang tidak disertai nyeri perut, perdarahan tanpa sebab, jumlah perdarahan
sesuai dengan kondisi pasien, bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul, dan
kondisi janin dalam keadaan baik. Diagnosa ini dipertegas dengan hasil pemeriksaan USG
ditemukan adanya implantasi plasenta pada Segmen Bawah Rahim menutupi ostium uteri
internum. Perdarahan yang terjadi pada pasien ini dikatakan aktif karena pada pemeriksaan

27
didapatkan adanya darah pervaginam yang keluar secara aktif. Sehingga, pasien ini di
diagnosa dengan perdarahan antepartum e.c plasenta previa totalis.

2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat ?


Pada pasien ini dilakukan terminasi kehamilan per –abdominam (SC) karena > 37 minggu,
perdarahan cukup banyak, kondisi ibu mulai sesak dan anemis, yang merupakan tanda-tanda
menuju shock, disertai dengan oligohidramnion yang beresiko menyebabkan distress pada bayi.
Jadi penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat.

3. Apa penyebab plasenta previa pada kasus ini ?


Berdasarkan kepustakaan penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara
pasti, namun kerusakan dari endometrium pada persalinan sebelumnya, gangguan implantasi
blastokista dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme yang paling
mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa pada sebagian besar kasus.
Kemungkinan blastokista berimplantasi secara kebetulan pada SBR, atau dapat pula
disebakan adanya faktor predisposisi dari pasien ini adalah yaitu kebiasaan suami pasien yang
tidak sehat yaitu merokok sehingga pasien menjadi perokok pasif. Kebiasaan merokok maupun
menghisap asap rokok secara tidak langsung juga dapat menyebabkan plasenta previa.
Hipoksemia akibat karbon mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta
menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Selain itu pasien juga memiliki faktor
presisposisi yang lain yatu malnutrisi yang menyebabkan keadaan endometrium menjadi
kurang baik.

28
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan kasus ini terdiri dari:
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yaitu USG : GIIP1001 37/38 mgg THIU + letak sungsang
+APB e.c PPT fluxus berulang + severe oligohidramnion + TBJ 2300 gr
2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu terminasi kehamilan
per abdominam.
3. Faktor predisposisi dari pasien ini adalah kebiasaan suami pasien yang tidak sehat yaitu
merokok serta keadaan malnutrisi pada pasien.
4. Prognosis: dubia ad bonam

5.2 Saran
Perlu dilakukannya skrining awal tanda maupun faktor resiko terjadinya plasenta previa,
dengan USG, maupun kontrol rutin

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC; 1998. hal. 253-7
2. Sastrawinata S. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi II. Jakarta. EGC;
2005. hal. 83-91
3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009. hal. 495-502
4. Rustam Mochtar, Dr, Prof, Snopsis Obstetri, Edisi Ke-2, Jilid I, Jakarta 1998 : 269-279.
5. Yoon Y, Placenta previa, Available at http://www.emedicine.com/emerg/topic427.html.
Accessed on Februari 15, 2012
6. Dinata F. Plasenta previa. Available from URL:http//www.google.com/. Accessed on
Februari 15, 2012.
7. Hanafiah M.T. Plasenta Previa. Available from URL:http//www.emedicine.com/.
Accessed on Februari 15, 2012
8. Anonymous. Placenta Previa. Available from
URL:http://www.pennhealth.com/health_info/pregnancy/labordelivery/articles/placenta
previa.html. Accessed on Februari 15, 2012
9. Winkjosastro, Hanifa, dkk, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Cetakan Keempat, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 362-76 ; 606-22.

30

Anda mungkin juga menyukai