Oleh:
dr. Sheren Bella Ridca, S.Ked
Pembimbing:
dr. Selamet Ariyanto
dr. Devi Amuwardani
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, laporan kasus yang berjudul “Asma Bronchiale Eksaserbasi Akut” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan kasus ini disusun dalam rangka
mengikuti Program Internsip Dokter Indonesia di RS Wijaya Kusuma Lumajang
periode Februari 2021 sampai November 2021.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,
petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini,
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. dr. H. Koeswandono, M.Kes selaku Direktur RS Wijaya Kusuma Lumajang,
2. dr. Selamet Ariyanto selaku dokter pembimbing internsip RS Wijaya Kusuma
Lumajang,
3. dr. Devi Amuwardani, selaku dokter pembimbing internsip RS Wijaya
Kusuma Lumajang,
4. Tim IGD RS Wijaya Kusuma Lumajang,
5. Teman-teman sejawat internsip lainnya,
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan
ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan memberi
manfaat bagi masyarakat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Asma bronkial dapat terjadi pada semua umur namun sering dijumpai pada
awal kehidupan. Sekitar setengah dari seluruh kasus diawali sebelum berumur 10
tahun dan sepertiga bagian lainnya terjadi sebelum umur 40 tahun. 3 Pada usia
anak- anak, terdapat perbandingan 2:1 untuk laki-laki dibandingkan wanita,
namun perbandingan ini menjadi sama pada umur 30 tahun. Angka ini dapat
berbeda antara satu kota dengan kota yang lain dalam negara yang sama. Di
Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5 – 7 %.4,5
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas
Nama Pasien (L/P) : Ny. MK /P
TTL/Usia : 07 Mei 1986 / 35 th
Alamat : Sukodono
Pekerjaan : Guru
Agama : Islam
Suku : Jawa
No. RM : 141637
Tanggal Pemeriksaan : 14 Oktober 2021, 08.09 WIB
2.2. Anamnesis
1. Keluhan utama : Sesak
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RS Wijaya Kusuma dengan keluhan sesak. Sesak dirasakan
pasien sejak tadi pagi setelah pasien pingsan di sekolahan. Sesak dirasakan semakin
memberat sekitar 15 menit SMRS disertai dengan keluarnya keringat dingin.
Sebelum pasien pingsan pasien sempat mual (+) muntah (+) 2x isi susu dan cairan
warna kuning. Sehari SMRS pasien melakukan pembersaihan abses gigi dan
mengalami demam (+) pada malam harinya, sebelum dilakukan pembersihan abses
gigi pasien mengalami penurunan intake makanan dikarenakan nyeri dan bengkak
pada gigi selama 5 hari dan hanya bisa mengonsumsi makanan cair seperti
susu/energen, sehingga pasien juga merasakan nyeri dan rasa perih pada ulu hati.
Pasien mengaku sudah lama pasien tidak mengalami serangan asma, dalam satu
bulan ini tidak ada serangan sama sekali. Pasien rutin menggunakan obat semprot
asma, dan terakhir konsumsi obat kemarin pagi. Saat datang pasien lebih nyaman
dalam posisi duduk (+), berbicara terbata-bata (+) Batuk (-), pilek (-)
3. Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat diabetes : tidak ada
• Riwayat penyakit jantung: tidak ada
• Riwayat penyakit paru : tidak ada
• Riwayat hipertensi : tidak ada
2
• Riwayat sesak nafas : (+) sejak kecil pasien sudah menderita asma, pemicu:
debu, udara dingin, dan kelelahan
4. Riwayat pengobatan :
• Dipsamol Inhaler
• Seretide Inhaler
• Nebul combivent jika terjadi serangan sesak
5. Riwayat Penyakit Keluarga
• DM (-)
• Hipertensi (+)
6. Riwayat Kebiasaan
• Makan : 3 kali sehari.
• Alkohol : (-)
• Olahraga : (-)
• Merokok : (-)
7. Riwayat alergi : (-)
8. Riwayat sosial ekonomi : menengah ke atas
3
6. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 3 mm, reflek cahaya
(+).
7. Telinga
Bentuk normotia, sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-).
8. Hidung
Nafas cuping hidung (+/+), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-/-),rhinorrheae (-
), vulnus ekskoriasi (-)
9. Mulut dan tenggorokan
Bibir pucat (+), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-), tonsil membesar (-), pharing
hiperemis (-).
10. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-).
11. Thorax
bentuk simetris, retraksi supraklavikula (-), retraksi interkostal(+), retraksi subkostal(-
), hematoma (-), jejas (-), nyeri tekan (-)
a. Cor :
I : sianosis (-), iktus kordis tidak tampak
Pa : Iktus kordis teraba pada ICS V2 cm lateral LMCS, Pulsus perifer normal
Pe : batas jantung-paru normal
A : BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-), gallop (-)
b. Pulmo : statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan dan kiri simetris, benjolan (-), luka (-), hematoma
(-)
Pa : nyeri tekan (-), krepitasi (-), flail chest (-)
Pe : sonor, batas jantung-paru normal, batas paru-hepar normal
A : vesikuler normal, suara tambahan (+)
Rhonki Wheezing
- - + +
- - + +
- - + +
12. Abdomen
I : datar, distended(-), darm countur (-), darm steifung (-), jejas (-), scar (-)
4
A : bising usus (+) normal, bruit (-)
Pe : timpani, tapping pain (-)
Pa : soufel, nyeri tekan epigastric (+), hepar dan lien tidak teraba,shifting dullnes(-
),undulasi (-)
13. Ekstremitas
Akral dingin, CRT< 2 detik, edema tungkai -/-
14. Genitalia
Tidak dievaluasi
2.4. Pemeriksaan Penunjang
– Laboratorium 14/10/2021
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Lengkap pg/ml
Hemoglobin 11.9 gr/dl 11.7 – 15.5
Eritrosit 4.7 juta/ul 3.8 – 5.2
Leukosit 5.8 ribu/ul 3.6 – 11.0
Trombosit 400 ribu/mm3 150 – 440
Hematokrit 37 % 35 – 47
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0–1
Neutrofil Stab 0 % 3-5
Neutrofil Seg 48 % 54-62
Limfosit 40 % 22 – 40
Eosinofil 0 % 2–4
Monosit 12 % 4–8
GDA 93 Mg/dl <140
IMUNOSEROLOGI
SARS COV-19 Non Reaktif Non Reaktif
5
– EKG
7
SpO2; 98 % mg
Nafas cuping
hidung (-) Rencana KRS:
Thorax: retraksi • Seretide Inhaler
intercostal (-), 25/50mcg 2 dd 2
vesikuler/vesikuler, semprot
suara tambahan (-/- • Lansoprazole 1dd1
) • Ibuprofen 400mg
tab 2 dd 1 prn
2.10. Prognosis
Quo ad vitam : dubia at bonam
Quo ad fungsionam : dubia at bonam
Quo ad sanationam : dubia at bonam
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Asma adalah penyakit inflamasi dari saluran pernafasan yang melibatkan inflamasi
pada saluran pernafasan dan mengganggu aliran udara. Inflamasi saluran nafas pada
1
asma meliputi interaksi komplek dari sel, mediator-mediator, sitokin, dan kemokin.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat
dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.
Genetik
Obesitas
Jenis kelamin
b. Faktor lingkungan
Rangsangan alergen.
Infeksi.
Merokok
Obat.
3.3 Patofisiologi
10
Hiperreaktivitas saluran napas
Gejala klinis asma klasik terdiri dari trias sesak nafas, batuk, dan
mengi. Gejala lainnya dapat berupa rasa berat di dada, produksi sputum,
penurunan toleransi kerja, nyeri tenggorokan, dan pada asma alergik dapat
disertai dengan pilek atau bersin. Gejala tersebut dapat bervariasi menurut
waktu dimana gejala tersebut timbul musiman atau perenial, beratnya,
intensitas, dan juga variasi diurnal. Timbulnya gejala juga sangat
dipengaruhi oleh adanya faktor pencetus seperti paparan terhadap alergen,
udara dingin, infeksi saluran nafas, obat-obatan, atau aktivitas fisik. Faktor
11
sosial juga mempengaruhi munculnya serangan pada pasien asma, seperti
karakteristik rumah, merokok atau tidak, karakteristik tempat bekerja atau
sekolah, tingkat pendidikan penderita, atau pekerjaan.4
3.5 Diagnosis
- gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada, dan berdahak.
4. Pasien juga memiliki riwayat eksema, hay fever, atau riwayat keluarga
asma ataupenyakit atopi
5. Keluhan terjadi atau memburuk apabila terpapar : bulu binatang. rokok, aerosol
bahan kimia. perubahan temperature, debu tungau, obat-obatan (aspirin,beta bloker),
beraktivitas, serbuk tepung sari, infeksi saluran pernafasan
12
sebagian penderita dapat ditemukan suara nafas yang normal pada auskultasi
walaupun pada pengukuran faal paru telah terjadi penyempitan jalan nafas. 2,3
13
Tabel 2. Klasifikasi Derajat Asma pada Penderita dalam Pengobatan2
14
3.7 Tatalaksana
Pengobatan Sesuai Berat Asma2
Semua tahapan : ditambahkan agonis β2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak > 3-4x/hari
Berat Asma Medikasi Pengontrol Alternatif/Pilihan Lain Alternatif Lain
Harian
Asma Tidak perlu - -
Intermiten
Asma Persisten Glukokortikosteroid Teofilin lepas lambat -
Ringan inhalasi (200-400ug
Kromolin
BD/hari atau equivalennya)
Leukotrien modifiers
Asma Persisten Kombinasi inhalasi Kombinasi inhalasi Ditambah agonis
Sedang glukokortikosteroid (400- glukokortikosteroid (400- β2 kerja lama oral,
800ug BD/hari atau 800ug BD/hari atau atau
equivalennya) dan agonis equivalennya) ditambah
Ditambahkan
β2 kerja lama teofilin lepas lambat, atau
teofilin lepas
Kombinasi inhalasi lambat
glukokortikosteroid (400-
800ug BD/hari atau
equivalennya) ditambah
agonis β2 kerja lama oral,
atau
Glukokortikosteroid
inhalasi dosis tinggi
(>800ug BD atau
equivalennya) atau
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800ug BD
atau equivalennya)
ditambah leukotriene
modifiers
Asma Persisten Kombinasi inhalasi Prednisolon/ metil
Berat glukokortikosteroid prednisolon oral selang sehari
(>800ug BD/hari atau 10 mg ditambah agonis β2
equivalennya) dan agonis kerja lama oral, ditambah
β2 kerja lama, ditambah ≥1 teofilin lepas lambat
dibawah ini:
- teofilin lepas lambat
- leukotriene modifiers
- glukokortikosteroid oral
Semua tahapan : bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian
diturunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol
15
MENETAPKAN PENGOBATAN PADA SERANGAN AKUT
Kunci awal dalam penanganan serangan akut adalah penilaian berat serangan.
Tabel 4. Klasifikasi Berat Serangan Asma Akut1
Pulsus - ± + -
paradoksus
10 mmHg 10-20 mmHg > 25 mmHg kelelahan
otot
16
Tabel 5. Rencana Pengobatan Serangan Asma Berdasarkan Berat Serangan dan
Tempat Pengobatan1
17
KONTROL SECARA TERATUR
Dua hal penting yang harus diperhatikan dokter dalam penatalaksanaan asma
jangka panjang adalah melakukan tindak lanjut/follow up teratur dan merujuk
ke ahli paru pada keadaan-keadaan tertentu.
Jika asma tidak terkontrol pada pengobatan yang dijalani, maka pengobatan harus di
naikkan. Secara umum, perbaikan harus dilihat selama 1 bulan. Tetapi sebelumnya harus
dinilai tehnik medikasi pasien, kepatuhan dan usaha menghindari faktor resiko. Jika asma
sebagian terkontrol, dipertimbangkan menaikkan pengobatan yang tergantung pada
keefektifan terhadap pengobatan yang ada, keamanan, dan harga serta kepuasan pasien
terhadap pengobataan yang dijalani pasien. Dan jika, asma berhasil dikontrol selama
minimal 3 bulan, pengobatan dapat diturunkan secara gradual. Tujuan nya adalah
mengurangi pengobatan. Monitoring tetap penting dilakukan setelah asma terkontrol,
karena asma dapat tetap dapat terjadi eksaserbasi apabila kehilangan kontrol.
18
3.8 KIE
edukasi yang diberikan antara lain adalah pemahaman mengenai asma, tujuan
pengobatan, bagaimana mengidentifikasi dan mengontrol factor pencetus, obat-obat
yang digunakan berikut efek samping obat, dan juga penanganan asma di rumah.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
TEORI KASUS
ANAMNESA ANAMNESA
- Bersifat episodic, reversible, dengan atau tanpa - Pasien memiliki Riwayat asma
gejala sejak kecil
- Gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada, - Saat kambuh pasien mengeluh
dan berdahak sesak dan berat di dada
- Gejala timbul/memburuk di malam hari - Sering kambuh jika terkena
- Respon terhadap bronchodilator paparan debu, udara dingin,
- Memiliki Riwayat asma, atopi ataupun kelelahan
- Memburuk bila terpapar debu, bulu binatang, - Membaik dengan prmberian
perubahan suhu, rokok, maupun aerosol bahan kimia obat semprot/nebul combiven
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN FISIK
- Adanya peningkatan respiratory rate - RR: 27 x /menit, regular
- Pernafasan cuping hidung - Nafas cuping hidung (+/+),
- Penggunaan otot-otot bantu nafas - Retraksi interkostal(+),
- Pada auskultasi ditemukan suara tambahan wheezing - Wheezing seluruh lapang paru
- Akral dingin
PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan spirometry - Peningkatan monosit
- Pemeriksaan Ig E serum - Swab Ag SARS-Cov19 Non
- Skin prick test reaktif
- Peningkatan jumlah eosinofil
TATALAKSANA TATALAKSANA
- Tatalaksana sesuai dengan derajat asma, dan - Berdasarkan anamnesa dan
termasuk dalam serangan akut/ tidak. pemeriksaan fisik, pasien
- Serangan akut derajat sedang diberikan nebulisaasi termasuk dalam asma
agonis beta tiapm4 jam, Oksigen bila mungkin bronchiale eksaserbasi akut
Kortikosteroid sistemik - O2 4 lpm
- Alternatif selain nebul agonis beta: Agonis β2 - Nebul combiven 3x sehari k/p
subkutan, Aminofilin iv, Adrenalim 1/1000 0,3 mL sc
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
E. Hauser, SL. Jameson, JL. (eds), Harrison’s Principal of Medicine, 16th ed, Vol 2,
McGraw-Hill, Philladelphia, pp:1508-1515.
8. Chesnutt, MS. Prendergast, TJ. (2007), Lung, In: McPhee, SJ. Papadakis, MA. (eds)
Current Medical Diagnosis and Treatment, 46th ed, McGrawHill, Philadelphia, pp:
230-241.
9. G. Horvath and A. Wanner. Inhaled corticosteroids: effects on the airway
vasculature in bronchial asthma. Eur Respir J 2006; 27: 172–187
10. Mario Castro, Adalberto S. Rubin, Michel Laviolette. Effectiveness and Safety of
Bronchial Thermoplasty in the Treatment of Severe Asthma. Am J Respir Crit Care
Med Vol 181. pp 116–124, 2010
22