DINAS KESEHATAN
KABUPATEN MUSI BANYUASIN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
BAB II RENCANA KEGIATAN...........................................................
BAB III HASIL KEGIATAN DAN DOKUMENTASI........................
BAB IV KESIMPULAN.........................................................................
BAB V PENUTUP...................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan konsumsi makanan kita
belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar. Kekurangan vitamin A (KVA)
akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah terserang penyakit infeksi seperti diare, radang
paru-paru, pneumonia, dan akhirnya kematian. Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin
A (KVA) adalah rabun senja yaitu betuk lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea mata dan
kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan angka kematian, karena vitamin
A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti campak, diare, dan ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) (Almatsier, 2009).
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok
bayi usia 6 – 11 bulan dan kelompok anak balita usia 12 – 59 bulan (1 – 5 tahun) (Pediatrik, 2006).
Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi yang kuat, untuk
penglihatan yang normal, membantu memelihara kulit yang sehat dan mencegah lapisan mulut,
hidung, paru-paru dan saluran kencing dari kuman penyakit. Vitamin A yang diberikan pada balita
juga berfungsi untuk mengatur sistem kekebalan (immunesystem), dimana sistem kekebalan badan ini
membantu mencegah atau melawan penyakit dengan membuat sel darah putih yang menghapuskan
bakteri dan virus. Akibat lain yang lebih serius dari kekurangan vitamin A adalah buta senja dan
xeropthalmia karena terjadi kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening kornea mata. Upaya
perbaikan status vitamin A harus dimulai pada balita terutama pada anak yang menderita kekurangan
vitamin A (Depkes RI, 2009). Strategi penanggulangan kekurangan vitamin A masih bertumpuh
dengan cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi (6 – 11 bulan) kapsul biru yang
mengandung vitamin A 100.000 SI diberikan sebanyak satu kali pada bulan AGUSTUS atau Agustus,
balita (1 – 5 tahun) kapsul merah yang mengandung vitamin A 200.000 SI diberikan setiap bulan
AGUSTUS dan Agustus (Depkes, 2009).
A. TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan dari kegiatan ini adalah membuat jadwal kegiatan, rapat pra kegiatan,
koordinasi dengan bidan desa, menentukan jumlah sasaran Balita usia 6-11 Bulan dan
12-59 Bulan, persiapan vitamin A Merah dan Biru dan persiapan form pemberian
vitamin A.
B. TAHAP PELAKSANAAN
1 Desa Ngunang 03 Agustus 2021 247 244 98,7 Balita usia 3 Melakukan
8 tahun keatas pemberian vitamin A
banyak yang di beberapa PAUD.
tidak datang
posyandu.
2 Desa Terusan 05 Agustus 2021 213 206 96,7 Partisipasi Kegiatan di posyandu
1 masyarakat kurang efektif, karena
untuk datang ke terlalu ramai. Buat 2
posyandu sudah jadwal posyandu.
baik. Namun
jumlah balita
terlalu banyak.
3 Desa Kemang 06 Agustus 2021 214 208 97,1 Posyandu terlalu Membuat 2
9 ramai, sehingga hari/jadwal
kurang menjaga pemberian Vitamin
protocol A.
kesehatan.
5 Desa Keban I 11 Agustus 2021 161 155 96,2 Tempat Koordinasi dengan
7 posyandu perangkat desa
kurang efektif mengenai tempat
kegiatan posyandu.
6 Desa Keban II 13 Agustus 2021 126 123 97,6 Beberapa ibu Menyediakan masker.
1 balita tidak
menggunakan
masker.
DOKUMENTASI KEGIATAN
PEMBERIAN VITAMIN A DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGULAK
BULAN AGUSTUS TAHUN 2021
1. NGUNANG
DOKUMENTASI KEGIATAN
DOKUMENTASI KEGIATAN
PEMBERIAN VITAMIN A DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGULAK
BULAN AGUSTUS TAHUN 2021
3. DESA KEMANG
DOKUMENTASI KEGIATAN
DOKUMENTASI KEGIATAN
BAB V
PENUTUP
SARAN
1. Perlu dilakukan home visit/ kunjungan rumah.
2. Menyediakan sarana CTPS, Masker, membuat sauna posyandu dengan mengikuti protocol
kesehatan.
3. Apabila jarak posyandu terlalu jauh dari jangkauan masyarakat, ada baiknya posyandu
dipecah menjadi 2 posyandu.
4. Refreshing kader / pelatihan kader secara berkala.
5. Penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya Posyandu.
6. Perlu dilakukan kerja sama melakukan posyandu di TK ataupun PAUD.