Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar yang terjadi pada wanita hamil jarang terjadi, namun sering
berakibat fatal bagi maternal maupun janin. Insiden luka bakar pada perempuan hamil
bervariasi 0,6-15%. Di Indonesia masih sangat kurang data yang dipublikasi tentang
masalah luka bakar paada kehamilan sehingga sulit untuk mendapatkan insidensi,
angka kesakitan, angka kematian dan cara pengelolaan yang efektif. 1
Trauma luka bakar pada kehamilan memerlukan penangan khusus padap
penderitanya dan janin yang dikandungnya. Luka bakar lebih dari 35% luas
permukaan tubuh dapat memicu persalinan dini disertai kematian intrauterine pada
minggu pertama luka bakar. Angka kematian maternal dan janin mencapai 100%
pada luka bakar 60% luas permukaan tubuh. 1. Pada kehamilan awal, menyelamatkan
nyawa ibu adalah prioritas tertinggi, dapat memperluas manajemen dukungan
kehidupan ibu sekaligus mengamankan kehidupan yang baru lahir. 2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh
trauma panas atau trauma dingin. Penyebabnya adalah api, air panas, listrik,
kimia, radiasi dan trauma dingin. Kerusakan ini dapat menyertakan jaringan
bawah kulit. 3
Luka bakar akibat uap atau cairan panas (scald burns) merupakan
penyebab tersering luka bakar pada populasi umum. Kedalaman luka bakar
ditentukan oleh suhu cairan, lama paparan cairan dan viskositas cairan (biasanya
terdapat kontak yang lama dengan cairan yang lebih kental). 4
Trauma luka bakar pada wanita hamil kejadian relatif jarang tetapi sering
berakibat fatal. Luka bakar yang terjadi pada ibu hamil akan meningkatkan
resiko abortus spontan dan kelahiran premature. Perubahan fisiologi pada
kehamilan mempengaruhi penanganan luka bakar kehamilan.1
B. Epidemiologi
Menurut WHO (World Health Organisation), sekitar 90% luka bakar
terjadi pada social ekonomi rendah di Negara-negara berpenghasilan menengah
ke bawah, daerah yang umumnya tidak memerlukan infrastruktur yang
dibutuhkan untuk mengurangi insiden luka bakar. Data yang diperoleh dari WHO
menyebutkan bahwa wanita di wilayah Asia Tenggara memiliki angka kejadian
luka bakar yang tertinggi, 27% dari angka keseluruhan secara global meninggal
dunia dan hamper 70% diantaranya adalah wanita. 3
Dari studi epidemiologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
tahun 2011-2012 data pasien yang dirawat selama periode 2 tahun adalah 303
pasien. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 2,26: 1 dan usia rata-rata
adalah 25,7 tahun (15-54 tahun). Sebagian besar pasien dengan luka bakar berat
20-50% adalah 45, 87%. Rata-rata pasien dirawat adalah 13,72 hari dengan
angka kematian sebanyak 34% pada tahun 2012 dan sebanyak 33% pada tahun
2011. Data dari RSUP daerah diluar Jakarta, RSU. Sanglah Denpasar tahun 2012
dari total 154 pasien yang dirawat 13 orang meninggal (8,42%) akibat ledakan
api dengan luka bakar luas dan dalam, RSUP Sardjito Yogyakarta, pada tahun
2012 terjadi bencana gunung merapi meletus yag kedua kali, dari total pasien 49
yang dirawat di unit luka bakar, 30 pasien adalah korban gunung meletus dimana
21 orang (70%) terkena trauma inhalasi dan meninggal sebanyak 16 pasien
(53.3%), selanjutnya RSUD Soetomo Surabaya tahun 2011 dari total pasien 145,
127 pasien (87.6%) sembuh dipulangkan, dan 15 pasien (10.3%) meninggal. 3
Luka bakar yang terjadi selama kehamilan relatif jarang terjadi, tetapi
telah dilaporkan meningkatkan angka kematian dan morbiditas ibu dan bayi.
Beberapa faktor mempengaruhi morbiditas dan mortalitas akibat luka bakar
selama kehamilan dan beberapa faktor telah terbukti menjadi penyebab utama
kematian pada korban luka bakar. Faktor ini mencakup kedalaman dan ukuran
luka bakar, kesehatan dan usia ibu dan perkiraan usia kehamilan janin. 5
Penelitian yang dilakukan di Iran Selama periode 7 tahun ini, 38 wanita
hamil dengan luka bakar di berbagai bagian tubuh mereka dirawat di rumah sakit
Motahari di Teheran. Mengenai frekuensi luka bakar pada trimester kehamilan,
frekuensi tertinggi ditemukan pada trimester kedua (73,7%), dan frekuensi pada
trimester pertama dan ketiga adalah 7.9 dan 18,4. Tingkat kematian ibu pada
trimester ketiga (57,1%) lebih tinggi daripada pada trimester kedua (46,4%) dan
trimester pertama (33,3%); Namun, tingkat kematian janin adalah yang tertinggi
pada trimester pertama (66,7%) diikuti oleh trimester ketiga (57,1%). Secara
keseluruhan, kematian janin terjadi pada setengah dari pasien. 6
Di Indonesia masih sangat kurang data yang dipublikasi tentang masalah
luka bakar pada kehamilan sehingga sulit untuk mendapatkan insidensi, angka
kesakitan, angka kematian dan cara pengelolaan yang efektif. Luka bakar pada
perempuan hamil di unit luka bakar RSU Dr. Soeotmo Surabaya jumlahnya
relatif kecil yaitu 0,96% dari seluruh kasus luka bakar tetapi umumnya berakibat
fatal. Kasus yang ditangani selama 7 tahun didapatkan angka mortalitas yang
tinggi yaitu 62,5% kematian maternal dan 75% kematian janin. 1
C. Etiologi
Luka bakar dapat terjadi karena berbagai sebab. Luka bakar akibat uap
atau cairan panas (scald burns) merupakan penyebab tersering luka bakar pada
populasi umum. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh suhu cairan, lama
paparan cairan (Tabel 1.1), dan viskositas cairan (biasanya terdapat kontak yang
lama dengan cairan yang lebih kental). Luka bakar akibat air panas biasanya akan
sembuh tanpa perlu pencangkokan kulit (skin grafting). Namun, luka bakar
akibat minyak panas cenderung menyebabkan luka bakar kulit yang lebih dalam
dan kadang-kadang membutuhkan tatalaksana pembedahan. Luka bakar akibat
kobaran api (flame burns) merupakan penyebab paling umum berikutnya dari
cedera luka bakar, biasanya disebabkan karena kebakaran rumah, api unggun dan
pembakaran daun atau sampah. Jika pakaian pasien terbakar, biasanya akan
menjadi luka bakar ketebalan penuh (full thickness burns). Luka bakar akibat
jilatan api (flash burns) juga cukup umum terjadi dan biasanya karena kebakaran
dari propana atau bensin. Luka bakar akibat jilatan api biasanya akan melukai
kulit yang terpapar (paling sering wajah dan ekstremitas) dan biasanya
menyebabkan luka bakar ketebalan sebagian (partial thickness burns). Luka
bakar kontak (contact burns) terjadi karena bersentuhan dengan tungku kayu,
logam panas, plastik, atau batu bara. Luka bakar kontak biasanya dalam namun
terbatas pada luas permukaan tubuh yang terkena. Selain itu, luka bakar juga
dapat terjadi akibat agen listrik dan kimia.4
Berdasarkan data dari Iran frekuensi luka bakar tertinggi disebabkan oleh
minyak dan bensin (55,3%). Penyebab luka bakar lainnya adalah gas dosmetik
(21,1%), air mendidih (7,9%) dan penyebab lainnya (10,5%) dari kasus. 6
Tabel 1.1 Waktu Immersi Untuk Menyebabkan Luka Bakar Ketebalan
Penuh. 4
• WAKTU • SUHU (°F)
1 detik 158
2 detik 150
10 detik 140
30 detik 130
1 menit 127
10 menit 120

D. Patofisiologi
Pajanan panas yang menyentuh permukaan kulit mengakibatkan
kerusakan pembuluh darah kapiler kulit dan peningkatan permeabilitasnya.
Peningkatan permeabilitas ini mengakibatkan edema jaringan dan pengurangan
cairan intravaskular. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan terjadi akibat penguapan yang berlebihan di derajat 1, penumpukan cairan
pada bula di luka bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka
bakar derajat 3. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya masih
terkompensasi oleh keseimbangan cairan tubuh, namun jika lebih dari 20%
resiko syok hipovolemik akan muncul dengan tanda-tanda seperti gelisah, pucat,
dingin, nadi lemah dan cepat, serta penurunan tekanan darah dan produksi urin.4
kulit manusia dapat mentoleransi suhu 44oC (111oF) relatif selama 6 jam sebelum
mengalami cedera termal. 7

Anda mungkin juga menyukai