Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Makalah Diare”tepat pada waktunya. Makalah ini penulis
susun untuk melengkapi tugas keperawatan medikal Penulis
mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Baik kepada Bapak/Ibu maupun pihak
sekitarnya Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang
berkembang di dunia.
B. Rumusan masalah
Dalam penelitian ini dirumuskan suatu masalah “Adakah
perbedaan penyembuhan luka bakar derajat dua dalam antara
menggunakan madu, minyak zaitun, dan bioplacenton pada tikus
galur wistar?”
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas perawatan luka bakar derajat dua antara
menggunakan madu, minyak zaitun, dan bioplacenton.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui lama penyembuhan berdasarkan tahapan-
tahapan penyembuhan luka bakar derajat dua dengan
menggunakan madu.
b. Mengetahui lama penyembuhan berdasarkan tahapan-
tahapan penyembuhan luka bakar derajat dua dengan
menggunakan minyak zaitun.
c. Mengetahui lama penyembuhan berdasarkan tahapan-
tahapan penyembuhan luka bakar derajat dua dengan
menggunakan bioplacenton.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Fase akut Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara
umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam
keadaan yang bersifat relatif life threatening. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera
atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72
jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian
utama penderita pada fase akut Pada fase akut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera
yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal
dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara
paskan O dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang
bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan
hiperdinamik yang masih ditingkahi dengan problema
instabilitas sirkulasi (Barbara, 2010).
2. Fase sub akut Berlangsung setelah fase syok teratasi yang
berlangsung sampai 21 hari. Masalah utama pada fase ini
adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan
Multi-System Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan
sepsis. Hal ini merupakan dampak atau perkembangan masalah
yang timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari
kerusakan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka
yang terjadi penyebab proses inflamasi dan infeksi, masalah
penutupan luka dengan titik perhatian pada luka terbuka atau
tidak dilapisi epitel luas dan atau pada struktur atau organ-
organ fungsional (Barbara, 2010).
3. Fase lanjut Fase lanjut akan berlangsung sekitar 8-12 bulan
hingga terjadinya maturasi parut akibat luka bakar dan
pemulihan fungsi organorgan fungsional. Masalah yang muncul
pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur
(Barbara, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan pengetahuan
dan sikap perilaku masyarakat dalam menangani luka bakar
ringan.
BAB IV
A. Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan dari teori yang sudah
penulis kumpulkan dan yaitu luka bakar adalah suatu
bentuk kerusakan atau dan atau kehilangan jaringan
disebabkan kontak dengan sumber yang memilik suhu
yang sanat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah dan
keparahan dari mulai segmen minor sampai ke segmen
mayor. Klasifikasi luka bakar menurut kedalaman luka
bakar dapat dibedakan menjadi 3 yaitu luka bakar
superfisial, luka bakar luka bakar Partial Thickness
superfisial dan dalam dan luka bakar Full Thickness. Jika
menurut luas luka bakar dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
luka bakar minor, luka bakar sedang dan luka bakar
mayor. Fase luka bakar berdasarkan perjalanan
penyakitnya dibagi tiga yaitu fase aku, fase sub akut dan
fase lanjut.
Penulis menemukan 5 diagnosis keperawatan hasil
Analisa data Tyaitu Nyeri akut berhubungan dengan efek
agen pencedera fisik (Prosedur Operasi), Risiko infeksi
berhubungan dengan kerusakan integritas kulit, Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, Obesitas
berhubungan dengan kurang 124 aktivitas fisik harian dan
sering makan makanan yang berminyak. Berlemak dan
kesiapan meningkatkan religiositas. Dengan intervensi
yang diberikan yaitu manajemen nyeri dengan terapi
nonfarmakologis murottal Al - Qur’an , bimbingan do’a
mengurangi rasa nyeri dan Teknik relaksasi nafas dalam
serta pemberian anlgetik. Selanjutnya intervensi
pencegahan infeksi dan perawatan luka bakar. Lalu
intervensi dukungan mobilisasi, manajemen berat badan,
edukasi diet dan peningkatan ritual keagamaan.
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama
3 hari, dari 5 diagnosis keperawatan diantaranya yaitu
Nyeri akut, Risiko Infeksi, Gangguan Mobilitas Fisik
Obesitas dan Kesiapan menigkatkan Religiositas, satu
diagnosa yang belum teratatasi yaitu obesitas dikarenakan
butuh intervensi yang berkelanjutan dan manajemen berat
badan yang terus berulang sampai BB pasien mencapai
ukuran ideal dan IMT pasien normal yaitu 18,5 – 24,9.
B. Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan Luka Bakar, maka penulis mengajukan beberapa
saran antara lain:
1. Bagi Pasien Setelah penulis melakukan asuhan
keperawatan penulis ingin menyampaikan beberapa saran
untuk meningkatkan asuhan keperawatan yang optimal,
yaitu dengan menyarankan kepada keluarga dan pasien
untuk melakukan perawatan luka bakar dan diet hipertensi
di rumah agar kondisi pasien bisa terus membaik dan
mendukung perkembangan Kesehatan pada pasien.
2. Bagi Profesi Keperawatan Meningkatkan riset dalam
bidang keperawatan medikal bedah agar pada saat
menentukan perencanaan serta implementasi dalam
pemberian asuhan keperawatan lebih tepat dan lebih
spesifik dengan melihat respon pasien dan keluarga
pasien.
3. Bagi Institusi Pendidikan Menyediakan atau memfasilitasi
mahasiswa terhadap sumber-sumber referensi yang terkini.
Diharapkan untuk memudahkan mahasiswa menemukan
sumber referensi dalam proses penyusunan Karya Tulis
Ilmiah
4. Bagi Penulis Dalam melakukan asuhan keperawatan ini
diharapkan penulis lebih cermat untuk mencermati
literatur dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
MAKALAH
DIARE
OLEH
TAHUN : 2022