Anda di halaman 1dari 52

1

PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR


Nigel Hollister
Correspondence Email: nigel.hollister@gmail.com
PENDAHULUAN
Luka bakar adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh
dunia. Pada tahun 2002 luka bakar api bertanggung jawab untuk sekitar 322.000
kematian diseluruh dunia.1 Kematian hanya bagian dari masalah untuk setiap
orang yang meninggal, banyak pula korban yang harus hidup dengan kecacatan
seumur hidupnya . Lebih dari 95% dari luka bakar yang fatal yang berhubungan
dengan api terjadi di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah. 1 Standar
perawatan luka bakar yang secara rutin tersedia di banyak negara, merupakan
suboptimal karena kurangnya pendidikan dan sumber daya. Artikel ini berfokus
pada dasar-dasar manajemen awal pasien luka bakar, yang dapat memiliki dampak
yang signifikan pada akhir perawatan.

EPIDEMIOLOGI
Lebih dari dua juta orang menderita luka bakar di India setiap tahun. 2 Asia
Tenggara sendiri menyumbang lebih dari setengah dari total jumlah kematian
terkait api di seluruh dunia dan perempuan di regio ini berusia 15 sampai 45 tahun
terhitung sebagai 26% dari kematian api diseluruh dunia. 3 Luka bakar adalah
penyebab utama kematian pada orang dewasa di daerah kumuh Karachi, Pakistan.
Anak-anak di bawah 5 tahun dan orang lanjut usia memiliki rasio kematian
tertinggi akibat luka bakar oleh api.1 Di Inggris ada sekitar 250 000 luka bakar per
tahun, 175 000 datang ke instalasi gawat darurat dan 13 000 dirawat di rumah
sakit. Dari jumlah tersebut, 1.000 perlu resusitasi cairan dan rata-rata 300 pasien
meninggal setiap tahun.2
FAKTOR RISIKO UNTUK LUKA BAKAR 2
a. Api terbuka untuk memasak, pemanasan dan pencahayaan.
b. Penyalahgunaan zat termasuk alkohol dan merokok
c. Status ekonomi dan sosial yang rendah, kepadatan penduduk,
kurangnya

langkah-langkah

keamanan,

kurangnya

pengawasan

orangtua
d. Kondisi medis seperti epilepsi
e. Kecelakaan yang tidak disengaja pada anak-anak - insiden anak yang
mengalami kekerasan diantara ada anak-anak dirawat di rumah sakit
untuk pengobatan luka bakar adalah 5-25%
f. Kekerasan terhadap perempuan terkait dengan ketidaksetaraan jenis
kelamin
g. Pria di tempat kerja karena luka bakar, kimia dan luka bakar listrik.
JENIS LUKA BAKAR
Luka bakar dapat termal, kimia, radiasi dan listrik. Luka bakar thermal
mungkin panas atau dingin. luka bakar panas meliputi kontak, api, kilat, panas dan
mendidih. Dengan melepuh luka bakar, yang lebih kental cairan dan semakin lama
kontak dengan kulit, semakin besar kerusakan.
Luka bakar kimia termasuk cedera ekstravasasi seperti dextrose

terkonsentrasi, kalsium dan natrium bikarbonat. Mereka lebih sering terjadi pada
orang tua di mana pembuluh darah yang lebih rapuh. luka bakar alkali
menghasilkan nekrosis liquefaktif dan dianggap luka bakar risiko yang lebih
tinggi karena kemungkinan mereka untuk menembus lebih dalam. luka bakar
asam adalah hasil dari nekrosis koagulasi, membatasi kedalaman dan penetrasi
luka bakar.
Luka bakar listrik menghasilkan cedera panas dengan melewati jaringan.
Sebagian besar masalah dari luka bakar tersebut tampak pada pasien terkena lebih
besar dari 1000V. Cedera jantung adalah yang paling penting dan monitoring
jantung dianjurkan untuk 4-72 jam. Cedera organ dalam, patah tulang,
mioglobulinuria dan sindrom kompartemen haruslah ditimbangkan.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Kulit adalah organ yang kompleks dengan berbagai fungsi. Hilangnya
fungsi penghalang ini terjadi dengan membakar kulit. Pemahaman perubahan ini
dalam fungsi kulit sangat membantu dalam manajemen awal.
Fungsi barrier

Perlindungan dari masuknya bakteri (infeksi).

Perlindungan dari penyerapan racun.

Keseimbangan cairan: hindari kehilangan cairan akibat penguapan.

Sensori (sentuhan, rasa sakit, tekanan).

Interaktif - sosial (kulit bagian terlihat).

Perlindungan dari cedera karena sifat elastisitas dan daya tahan.

Peraturan suhu tubuh untuk menghindari hipo atau hipertermia.

Struktur kulit
Epidermis
Lapisan terluar, lapisan tipis, yang dikenal sebagai epidermis, terutama terdiri dari
sel-sel epitel. Sel-sel epidermis terdalam adalah sel yang belum matang yang terus

membelah dan bermigrasi ke permukaan. Jenis yang sama dari regenerasi sel
epidermis adalah folikel rambut yang berlabuh di dermis.
Dermis
Dermis adalah lapisan yang lebih dalam, yang bertanggung jawab untuk daya
tahan dan elastisitas kulit. Saraf untuk sentuhan dan rasa sakit, pembuluh darah
dan folikel rambut yang ada di dermis. dermis bertanggung jawab untuk
mereformasi epidermis luar. Jadi, jika lapisan epidermis terbakar, luka bisa
sembuh asalkan ada dermis. Jika dermis hancur, luka bakar tidak dapat sembuh.
PATOLOGI
Kedalaman luka bakar tergantung pada panasnya suhu, waktu kontak dan
media. Kelebihan panas menyebabkan denaturasi protein dan kerusakan sel. Luka
bakar yang melepuh lebih cepat masuk ke dalam jaringan dari pada luka bakar
yang kering. Suhu permukaan lebih dari 68 C, yang disebabkan oleh panas
basah, menghasilkan kematian jaringan langsung. Pada panas kering diperlukan
suhu yang lebih tinggi untuk menyebabkan kematian jaringan. Ketebalan kulit
adalah hal yang penting; kulit yang tipis (orang tua dan anak-anak) akan yang
lebih dalam luka bakarnya. Jaringan mati di permukaan dikenal sebagai "eschar".
Agen beracun yang dilepaskan oleh inflamasi menyebabkan banyak kerusakan
jaringan setelah terbakar.
Luka bakar menyebabkan koagulasi di jaringan lunak. Daerah yang sedikit
perfusi menjadi re-perfusi, memicu pelepasan zat vasoaktif. Bahan kimia ini
menyebabkan pembentukan spesies oksigen reaktif, yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Terjadi

kehilangan cairan dan viskositas

plasma meningkat, dengan pembentukan microthrombi.


Setelah 24 jam pertama, kebutuhan cairan tiba-tiba turun karena
permeabilitas kapiler kembali normal. Kurangnya resusitasi dalam jangka waktu
24 jam pertama ini mengarah ke morbiditas yang signifikan dari hipovolemia dan
syok. Luka bakar mayor menyebabkan hipermetabolik (inflamasi) dengan
manifestasi demam, peningkatan tingkat metabolisme, meningkatkan ventilasi per

menit, peningkatan curah jantung (Cardiac output), penurunan afterload,


peningkatkan glukoneogenesis dan peningkatan katabolisme.
PENILAIAN AWAL
Penilaian luka bakar yang dini dapat mengurangi derajat nyeri, tingkat
infeksi, derajat jaringan parut dan meningkatkan tingkat penyembuhan.
manajemen awal secara substansial dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.
perawatan awal luka bakar, korban harus mengikuti prinsip-prinsip dasar
resusitasi trauma, dengan penilaian dan pengobatan masalah mengancam
kehidupan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi. Pengakuan membakar
keparahan, menghentikan proses pembakaran dan memulai cairan dan analgesia,
harus menjadi langkah berikutnya.
Anamnesa
Riwayat terjadinya luka bakar dapat memberikan informasi penting
tentang sifat dan tingkat luka bakar, dan setiap kemungkinan trauma inhalasi atau
trauma lainnya. Pertimbangkan jenis luka bakar (thermal, kimia, radiasi) dan
lokasi. Poin penting lainnya, termasuk riwayat trauma (misalnya ledakan), riwayat
kesehatan masa lalu, obat, alergi dan status imunisasi tetanus pasien. Memastikan
riwayat mekanisme secara dini karena sering paramedis menjadi satu-satunya
sumber informasi tentang kejadian tersebut.
Tenaga medis harus mempertimbangkan tindak penyiksaan sebagai
penyebab luka bakar pada anak-anak dan orang tua. Komponen riwayat yang
dapat meningkatkan kecurigaan atas tindak penyiksaan meliputi:

Adanya pertentangan tentang bagaimana cedera terjadi.

Cedera dengan tidak ada saksi

Pola luka bakar yang mengacu pada adanya kontak dengan benda,
misalnya luka bakar rokok.

Stocking dan sarung tangan yang tebakar, atau luka bakar yang melingkar.

Luka bakar di genitalia atau perineum.

Cedera tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Cedera dikaitkan dengan saudara kandung.

Kehadiran laki-laki dewasa yang tidak ayah anak yang tinggal di rumah
tangga.
Luka bakar yang disengaja sering menunjukkan pola percikan, dengan

luka bakar yang dipisahkan oleh bercak kulit terluka. Sebaliknya, luka bakar
disengaja sering melibatkan seluruh ekstremitas, muncul dalam pola melingkar
dengan garis yang menandai permukaan cairan.
PEMERIKSAAN DAN PENILAIAN LUKA BAKAR
Keparahan luka bakar ditentukan oleh:

Kedalaman luka bakar,

Ukuran luka bakar,

Lokasi luka bakar.

Di beberapa negara kedalaman luka bakar diklasifikasikan dengan derajat.


Di Inggris ada klasifikasi yang berbeda untuk membantu menentukan operasi,
panduan pengobatan dan memprediksi hasil akhir pengobatan.
Penilaian kedalaman luka bakar
Luka bakar derajat 1(eritema sederhana)
Ini terbatas secara eksklusif pada permukaan luar dan tidak dianggap
sebagai luka bakar yang signifikan. Tidak ada fungsi barrier yang berubah. Bentuk
yang paling umum adalah terbakar akibat sinar matahari, yang sembuhkan dengan
sendirinya dalam waktu kurang dari satu tanpa ada jaringan parut.
Luka bakar derajat 2 (superfisial parsial)
Luka bakar melibatkan seluruh epidermis dan tidak lebih dari sepertiga
atas dermis. Penyembuhan cepat, terjadi dalam 1-2 minggu, karena banyak jumlah
kulit yang tersisa dan pasokan darah yang baik. Jaringan parut jarang terjadi.
Nyeri awal adalah nyeri yang paling parah pada luka bakar, karena ujung saraf

pada kulit yang terkena udara. Lukabakar dengan kedalaman ini beresiko rendah
untuk infeksi kecuali terlalu terkontaminasi.
Perfusi pembuluh darah kecil daerah ini terluka, sehingga terjadi
kebocoran plasma dalam jumlah besar, yang akan mengangkat epidermis yang
panas dan hancur, menyebabkan pembentukan blister. Lepuh akan terus
bertambah besar dalam periode pasca-bakar. Lepuh/ blister yang terganggu atau
pecah akan berwarna merah muda, basah, sangat menyakitkan. Sering, epidermis
tidak mengangkat dermis selama 12 sampai 24 jam dan apa yang tampaknya
awalnya menjadi luka bakar tingkat pertama sebenarnya adalah luka bakar derajat
kedua.
Luka bakar derajat 2 (profunda parsial)

Sebagian besar kulit hancur kecuali sedikit bagian dari dermis. Luka
terlihat putih atau hangus terbakar, yang menandakan jaringan mati. Aliran darah
terganggu dan lapisan dermis mati, atau escar, melekat pada permukaan luka.
Nyeri berkurang dikarenakan dirusak oleh panas. Biasanya, orang tidak dapat
membedakan luka bakar derajat tiga dari ketebalannyan dengan visualisasi .
Terdapatnya sensasi dalam sentuhan biasanya menunjukan luka bakar dalam
keadaan profunda partial (luka bakar derajat 2).
Re-epitelisasi sangat lambat, kadang-kadang membutuhkan waktu
berbulan-bulan. Pada pasien ini pembentukan bula yang khas tidak terjadi.
Table 2. ringkasan dari penilaian kedalaman luka bakar
Derajat dari luka bakar
Eritema (derajat pertama )
Superfisial parsial (derajat kedua)

Profunda partial (derajat kedua)

Karakteristik dari penampilannya


Kemerahan
Reversibel
Jaringan menjadi pucat dengan penekanan
berbatas dengan lapisan ketiga dari dermis
blister, wet pink, nyeri
Jaringan pucat dengan penekanan
Sembuh dalam waktu 10 20 hari tanpa bekas
luka
Melibatkan sebagian besar lapisan kulit bagian

Full thickness (derajat ketiga)

dalam
Kering, putih atau kulit hangus
Jika sembuh, bekas luka parah
Jaringan tidak pucat dengan tekanan
Mungkin sembuh dalam 2-3 bulan
Kerusakan total dari kedua lapisan
Putih, hangus, kering
Tanpa nyeri
Perlu dilakukan eksisi dan skin
(cangkok)

Karena lapisan yang mati cukup tebal dan bias melekat pada dermis hal itu
menyebabkan tidak mudah terangkat dari permukaan. Permukaan luka mungkin
merah dan kering dengan daerah berwarna putih di bagian yang lebih dalam.
Terdapat penurunan aliran darah, yang menyebabkan luka sangat rentan terhadap
resiko cedera yang lebih dalam dan juga infeksi. Luka bakar yang dalam
membutuhkan 4-10 minggu untuk penyembuhan. Eksisi dan pencangkokan kulit
adalah pengobatan pilihan.
luka bakar derajat 3 (Full thickness)
Lapisan epidermal dan dermal telah rusak tanpa meninggalkan sel untuk
menyembuhkan. Luka bakar yang signifikan akan membutuhkan pencangkokan
kulit. Sebuah tampilan awal karakteristik dari jaringan luka bakar avascular adalah
warna putih lilin. Luka bakar juga menimbulkan rasa sakit dan jika disentuh
memiliki tekstur yang kasar dan tidak lentur.

grafted

Penilaian luas luka bakar


Semakin besar daerah permukaan tubuh yang terkena luka bakar maka
semakin besar morbiditas dan mortalitas. Luas luka bakar hanya di hitung pada
individual dengan partial thickness atau full thickness burn. Ada tiga cara untuk
menilai area luka bakar:
Daerah palmar
Sebuah metode sederhana untung menilai luas luka bakar adalah dengan
mengunakan permukaan palmar pasien, termasuk jari-jari. Satu permukaan palmar
pasien merupakan 1% dari BSA tapi bisa dianggap over estimasi oleh siapa yang
menganggap palmar dan jari jari sebesar 0,4% atau 0,8% luas luka bakar. (gambar
1)
Rule of nine (gambar 1)
Metode kedua adalah dengan
menggunakan rule of nine
untuk memperkirakan luas dari
luka

bakar.

ada

anak-anak

kepala menunjukan porsi yang


besar

dari

dibanding
dewasa.

massa
dengan

tubuh
orang

10

Grafik Lund dan Browder (Gambar 2)


Ini digunakan untuk menghitung luas
permukaan

luka

bakar

(BSA).

Ini

mengkompensasi untuk variasi bentuk


tubuh dengan usia.

PENANGANAN AWAL
Kematian yang segera merupakan dampak langsung dari trauma atau
sumbatan jalan nafas. Melakukan survei primer yang cepat untuk menilai airway,
breathing, dan circulation. Segera koreksi dengan cepat jika ditemukan masalah.
(Gambar 3) ringkasan tujuan dari manajemen awal.
Airway
Selama penilaian jalan napas, dilihat tanda-tanda cedera jalan napas. Luka
bakar wajah atau oral memberikan tanda-tanda rambut wajah atau hidung yang
hangus, suara serak, sputum karbon, atau perubahan status mental yang
menunjukan kemungkinan adanya trauma di jalan napas atau inhalasi. Perubahan
suara menunjukan adanya edema laring. Jika ragu maka pengamanan jalan napas
dapat menggunakan induksi anastesi dengan suxamethonium dan intubasi
enditrakeal.

Tidak

memotong

pipa

endotrakeal

dapat

menyebabkan

11

pembengkakan wajah yang signifikan dalam 24 jam. Berikan oksigenasi Oksigen


100% sampai carboxyhaemoglobin menurun.

12

13

Breathing
Setiap orang yang mempunyai riwayat terjebak atau terkurung didalam
kebakaran langsung dianggap mendapat trauma inhalasi. Trauma inhalasi
termasuk efek sistemik dari carboxyhaemaglobin (COHb), penyerapan hydrogen
sianida, pneumonitis kimia atau kombinasi. Karbon monoksida (CO) memiliki
hingga 250 kali afinitas untuk mengikat hemoglobin (HB) dari oksigen. COHb
memiliki setengah kehidupan 3-4 jam di udara ruangan, 30-40 menit di 100%
oksigen dan 20 menit oksigen hiperbarink.

Pertimbangkan toksisitas sianida jika ada riwayat asap beracun, asidosis


metabolic menyebabkan laktat atau anion gap. Sianida juga ditemukan dalam
asap, terutama dari pembakarn polyurethane. Dalam plasma sianida sulit diukur,
jadi treatment didasarkan pada indeks kecurigaan yang tinggi . pada keracunan
sianida biasanya cukup dengan cardiopulmonary support . Sodium nitrat bias
digunakan (300 mg IV lebih 5-10 menit) pada kasus yang berat. Jika fungsi
pernapasan pasien memburuk ingat ada banyak racun yang dikeluarkan dari alatalat rumah tangga yang terbakar. Itu semua dapat menyebabkan derajat yang
berbeda dari iritasi mukosa mebran, bronkospasme, bronchorrhoea, sumbatan
lender, dan edema paru. Pengobatan suportif dengan menggunakan oksigen yang
dilembabkan, bronkodilator dan ventilasi seperlunya.
Luka bakar yang dalam pada dinding dada dapat menghalangi pernafasan
dan membutuhka eskarotomi (insisi dari eskar).

14

Circulation
Setiap luka bakar yang lebih dari 15% dari area permukaan tubuh total
akan mengakibatkan syok karena hipovolumia. Tambahan cairan harus diberikan
segera dengan cairan yang hangat. Kanul intravena bisa diletakkan di kulit yang
terbakar jika diperlukan. Jika akses intravena tidak bisa dilakukan, pertimbangkan
untuk menggunakan akses intraoseus secepatnya. Resusitasi yang inadekuat, akan
menyebabkan syok atau vasokonstriksi, dan menurunkan aliran darah yang
berakibaat luka bakar semakin menyebar baik ukuran dan kedalamannya dan
menghalangi penyembuhan.
Dengan hilangnya pertahanan kulit yang tadinya intak, korban luka bakar
akan kehilangan banyak cairan tubuh akibat penguapan. Korban luka bakar
membutuhkan resusitasi cairan karena hanya 20-30% yang akan bertahan dalam
rongga intravaskular.
Terapi cairan untuk korban luka bakar pada fase akut dapat dihitung
menggunakan rumus Parkland, sebagai berikut:
Untuk anak-anak, digunakan rumus Parkland dimodifikasi, karena dipengaruhi
oleh luas permukaan tubuh hingga rasio berat badan:
-

Pada 8 jam pertama berikan dosis rumatan normal dan 2 ml/kgBB per %

luas permukaan tubuh setelah 8 jam.


Pada 16 jam selanjutnya lanjutkan dosis rumatan tetapi tambahkan 1
ml/kgBB per % luas permukaan tubuh.
Perlu diingat bahwa rumus tersebut hanya digunakan sebagai estimasi dan

pengaturan kebutuhan yang dibuat berdasarkan status pasien. Rumus tersebut


tidak dapat memprediksi kebutuhan resusitasi cairan secara akurat pada luka bakar
listrik. Sebagai tambahan, adanya trauma yang menyertai dapat meningkatkan
volume cairan yang ada untuk resusitasi.
Pantau status cairan (seperti urin yang keluar) dan atur cairan sedemikan
rupa. Penempatan kateter urin akan memastikan jumlah urin yang keluar secara
akurat setiap jam. Urin yang keluar harus di pertahankan sebanyak 0,5
ml/kgBB/jam. Pada anak-anak, pertahankan urin yang keluar sebanyak 1

15

ml/kgBB/jam, dengan nadi 80-180 kali per menit (tergantung usia) dan defisit
basa <2.
Perfusi ke ekstremitas distal yang terbakar harus diperhatikan lebih teliti.
Nyeri dan warna merpakan indikator yang tidak nyata dari ada tidaknya perfusi ke
area yang terbakar. Hati-hati bahwa luka bakar ekstremitas yang sirkumferensial
dapat mengganggu perfusi (eskarotomi atau fasiotomi mungkin diperlukan) dan
adanya perhiasan akan mengetat bersamaan dengan pembengkakan jaringan.

Disabilitas
Penurunan kesedaran pada pasien luka bakar disebabkan oleh hipoksia,
karbon

monoksida, hidrogen

sianida,

trauma

kepala

atau

obat-obatan.

Pengurangan tingkat kesadaran dapat mendahului luka bakar, bila pasian memiiki
kondisi medis yang lain seperti diabetes, epilepsi, atau penyakit serebrovaskular.
Jika terdapat kondisi yang demikian, analisa gas darah pasien, COHb, kadar gula
darah, elektrolit, kadar alkohil dan toksikologi urin. Perhatikan tanda-tanda
trauma kepala, defisit neurologi fokal atau asimetris pupil, yang mungkin
menunjukkan adanya trauma neurologis.
Eksposure
Lepaskan semua pakaian, dinginkan luka bakar dengan air mengalir atau
saline, tapi cegah hipotermia. Selimuti pasien dengan kain kering, steril dan
pakaian bersih, seperti cling film. Ambil kesempatan untuk mengakses
kedalaman dan luasnya luka bakar secara menyeluruh. Bersihkan daerah dengan
luka bakar minor yang lainnya dengan menggunakan sabun ringan dan
menggosok dengan lembut.
Debridement dari bula yang masih intak masih menjadi perdebatan; kulit
yang intak berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi, walaupun cairan

16

didalam bula bemanfaat menjadi media pertumbuhan bakteri. Bula yang masih
intak, tapi terletak pada area yang banyak rusak/ruptur, sebaiknya di debride.
World Health Organization (WHO) merekomendasikan debridement semua bula
dan eksisi seluruh jaringan nekrotik.
Cairan
Penambahan cairan intravena diperlukan untuk:
-

Dewasa dengan luas area tubuh yang terbakar lebih dari 15%
Anak-anak dengan luas area tubuh yang terbakar lebih dari 10%

Tidak ada bukti yang jelas bahwa kristaloid atau koloid lebih baik. Koloid
memiliki risiko alergi yang inheren dan pruritus dan ada beberapa bukti yang
menyebutkan pati bisa meningkatkan trauma pada renal.
Kehilangan cairan yang sedang berlangsung sulit dihitung. Kehilangan
cairan akan signifikan dengan adanya perban basah dan seprai. Setelah 24-48 jam,
cairan rumatan standar akan adekuat. Pemeriksaan ulangan dari urin yang keluar,
tanda klinis, biokimia dan hematokrit berguna dalam mengakses resusitasi cairan
yang adekuat.
Gaster Feeding
Tempatkan pipa nasogastrik atau orogastrik pada pasien dengan kesadaran
koma, karena pada pasien tersebut sering terjadi dilatasi lambung. Mulai
secepatnya makanan enteral atau tambahkan pelindung mukosa lambung
(antagonis H2, penghambat pompa proton atau sukralfat, jika tersedia).
Energi dan kebutuhan protein pasien akan meninggi secara cepat karena
adanya katabolisme dari trauma, kehilangan panas, infeksi dan permintaan
regenerasi jaringan. Jika diperlukan, beri makan pasien melalui pipa nasogastrik
untuk mengatur asupan gizi yang adekuat (lebih dari 6000 kkal per hari). Anemia
dan malnutrisi mencegah penyembuhan luka bakar dan menyebabkan kegagalan
dari cangkok kulit. Pemberian telur, minyak kacang dan suplemen lokal akan
membantu.

17

Head up
Posisikan kepala pasien setinggi 30 derajat.
Infeksi
Luka bakar yang masih baru awalnya akan steril tetapi selanjutnya akan
menimbulkan kolonisasi bakteri. Infeksi hampir terelakkan dan sepsis merupakan
penyebab paling banyak dari morbiditas dan mortalitas. Pemberian antimikrobial
topikal, mengganti pakaian dan pencegahan infeksi silang (seperti kebersihan
tangan yang ketat) merupakan hal yang penting. Antibiotik intravena tidak
direkomendasika pada terapi awal untuk kebanyakan pasien luka bakar, karena
bisa meningkatkan risiko kolonisasi lebih banyak organisme jahat dan resisten.
Antibiotik tersebut harus disediakan untuk pasien dengan infeksi sekunder.
Tambahan imunisasi tetanus bisa disesuaikan.
Indikasi Pemindahan Pasien ke Pusat Perawatan Pasien Luka Bakar
American Burn Association telah mengembangkan kriteria sebagai
masukan untuk pusat spesialis luka bakar, sebagai berikut:
-

Ketebalan luka bakar menyeluruh (derajat tiga) diatas 5% luas

permukaan tubuh
Ketebalan luka bakar parsial (derajat dua) diatas 10% luas permukaan

tubuh
Sebagian luka bakar menyeluruh atu luka bakar parsial yang mengenai
area kritis (seperti mata, tangan, kaki, alat genital, perineum, kulit
sekitar sendi-sendi besar), memiliki risiko signifikan untuk masalah

fungsional dan kosmetik.


Luka melingkat pada toraks dan ekstremitas
Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, trauma mayor
yang menyertai, atau adanya kondisi medis sebelumnya yang

signifikan.
Adanya trauma inhalasi

INVESTIGASI

18

Jika tersedia, pertimbangkan berikut ini:


-

Hitung darah lengkap, urea dan elektrolis, tes fungsi hati


Gas darah arteri dengan kadar karboksihemoglobin
Profil koagulasi
Analisa urin
Group and save
Kreatin fosfokinase dan kadar mioglobin urin pada trauma listrik. Adanya
mioglobin secara signifikan dapat merusak otot (rabdomiolisis) serta

menyebabkan gangguan ginjal yang akan datang


Rontgen toraks pada kasus inhalasi asap

ANALGESIA
Opioid dapat meredakan nyeri dengan cepat dan dapat dititrasi sampai
mencapai tingkat kenyamanan pada seetiap pasien. Jika tersedia, pompa
pengontrol analgesik merupakan hal yang tepat. Hati-hati penggunaan pada pasien
dengan hipoksemia dan penurunan kesadaran. Sebaiknya gunakan parasetamol
secara teratur dan, jika tidak ada kontraindikasi, gunakan obat anti-inflamasi non
steroid (NSAID). Pemasukan ketamin melalui infus berguna jika analgesik opioid
tidak tersedia atau tidak adekuat. Bolus ketamin dan entonox bisa digunakan
untuk mengganti balutan. Pada stadium lanjut, opioid oral dan antidepressan
trisiklik, seperti amitriptilin, bisa digunakan.
PEMBEDAHAN
Pada tahap awal setelah luka bakar, pembedahan merupakan prioritas
untuk melakukan debridement dari jaringan yang terkena. Pada saat yang sama,
ahli bedah biasanya akan mencoba untuk menutupi luka bakar dengan satu atau
lebih cangkok kulit, dengan alasan untuk mengurangi infeksi, mengurangi nyeri
dan mempercepat penyembuhan. Saat area yang terbakar melebihi area kulit yang
sehat, pengganti kulit (baik secara temporer atau permanen) dapat digunakan
untuk menutupi area luka bakar. Bisa menggunakan allograft (dari donor kadever)
dan xenograft (contohnya kulit babi).
Pembedahan lainnya yang dapat dilakukan bisa berupa:

19

Cangkok kulit seluruhnya


Flap surgery
Ekspansi jaringan
Allograft atau xenograft

ANASTESI PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR


Seorang anastesiologis akan menemukan pasien dengan luka bakar setiap
waktu selama bekerja di rumah sakit. Keterlibatan awal mungkin dijumpai dalam
departemen emergensi termasuk penilaian jalan napas, resusitasi, pemasangan
akses intravena, analgesik, terapi awal untuk penilaian luka, pembersihan,
debridement atau sebagian lagi terlibat dalam cangkok kulit atau bedah
rekonstruksi.
Perubahan jalan napas bergantung dengan waktu. Edema jalan napas
terjadi akibat pembakaran awal, atau perkembangan sebagai akibat dari inflamasi
jaringan atau resusitasi kristaloid. Pada tahap lanjut, bekas luka dan kontrakturitas
dapat menghalangi pembukaan mulut atau terbatasnya gerakan leher yang
mencegah pemasangan laringoskopi konvensional. Pertimbangan yang dapat
diberikan adalah dengan intubasi fibreoptic sadar atau trakeostomi saat sadar
dibawah pengaruh anastesi lokal. Setiap pasien harus dinilai berdasarkan
kebutuhan individu masing-masing.
Adanya luka yang basah atau adanya eksudat dapat menyusahkan
pemakaian masker. Awalnya, tekanan pada daerah wajah menimbulkan nyeri,
yang selanjutnya tidak bisa mempertahankan penutup wajah. Penggunaan kasa
kering dibolehkan saat dokter menyentuh pasien disertai dengan memakai sarung
tangan. Pipa endotrakeal harusnya dipertahankan dengan tali kawat dan bukan
dengan plester. Untuk pipa nasal atau pipa nasogastrik perangkat holter (penahan
yang berada di belakang septum nasal) dapat digunakan untuk mempertahankan
posisi, terutama pada pasien di ruang rawat intensif.
Penggunaan suxamethonium selama lebih dari 24 jam setelah terbakar
dianggap aman. Selanjutnya, akan terjadi peningkatan dari kanal ion kolinergik

20

ekstra-jungsional, diluar ujung lempengan motorik dan oleh sebab itu setelah
depolarisasi akan meningkatkan risiko hiperkalemia. Proliferasi yang serupa pada
daerah ikatan, terus mengalami perubahan baik dalam distribusi, metabolisme dan
ekskresi, peningkatan kebutuhan dari relaksan otot yang tak terdepolarisasi.
Selama pembersihan luka dan pencangkokan, perdarahan bisa semakin
banyak, terutama pada anak-anak yang lebih muda. Sebaiknya pastikan darah
tersedia, jika dibutuhkan, dan ada pendonor maupun spesimen yang aman.
Penggunaan kapas yang direndam dengan adrenalin (epinefrin) dapat mengurangi
kehilangan darah akibat vasokonstriksi. Pada luka bakar yang lebih hebat,
pemantauan akan sulit dilakukan tanpa adanya area yang jelas untuk pemasangan
lead EKG dan pengukur tekanan darah. Pembasuhan yang luas juga perlu
dipertimbangkan karena memerlukan posisi dan reposisi dari elektroda EKG.
Pantau suhu pasien; dengan pemaparan yang luas, debridement dan
anastesi umum, kehilangan suhu dapat terjadi dengan cepat, terutama pada anakanak. Lokasi kebakaran mungkin saja hangat tetapi tidak sama hangatnya dengan
suhu ruangan. Cairan untuk irigasi dan infus sebaiknya hangat dan penghangatan
didalam selimut dari lingkungan luar juga bisa dilakukan jika memungkinkan.

21

PROGNOSIS
Rumus yang tradisional digunakan untuk memprediksi mortalitas (usia
dalam tahun + persentasi luas permukaan tubuh yang terbakar, memberikan
persentasi mortalitas prediksi) tidak lagi digunakan, karena mortalitas menjadi
lebih baik secara signifikan dengan terapi modern. Faktor prognosis yang dapat
mempengaruhi outcome termasuk diantaranya intervensi segera, usia, area
permukaan tubuh total yang terbakar, dan adanya kerusakan paru. Bagaimanapun,
outcome yang didapat terantung dengan komorbiditas tambahan dan perawatan
standar yang diterima.
KESIMPULAN
Luka bakar dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi,
tetapi penanganan yang benar dan cepat dapat meningkatkan prognosis secara
dramatis. Penanganan segera luka bakar dapat mengurangi derajat nyeri, tingkat
infeksi,

derajat

luka

parut

dan

meningkatkan

penyembuhan.

Seorang

anastesiologis mempiliki peran penitng dalam tim multidisiplin dalam merawat


pasien luka bakar. Pemahaman yang baik mengenai anatomi, fisiologi, dan proses
patologi merupakan fungsi utama dalam peran ini. Yang termasuk dalam peran
awal ialah penilaian dan resusiatasi dan peran lanjut adalah sebagai anastesologis
untuk debridement, penggantian balut, dan bedah rekonsttruksi dan kosmetik.

22

LAPORAN KASUS

1.

Anamnesis
Ny. N, Perempuan 46 tahun, dibawa ke IGD RSUP HAM dengan keluhan

utama luka bakar yang sudah dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Luka dialami di wajah, kedua lengan, tangan dan kaki. Pasien terkena luka bakar
akibat berkelahi dengan suaminya lalu disiram dengan bensin dan dibakar didalam
mobil. Os merupakan pasien rujukan dari RSUD Pandan dan telah diberikan
resusitasi cairan awal luka bakar dalam 24 jam pertama.
RPT : Tidak jelas
RPO : Tidak jelas
2.

Time Sequence
22 September 2016
22 September 2016
22 September 2016
22 September 2016
22 September 2016
22 September 2016
22 September 2016

06.20 WIB
06.23 WIB
07.00 WIB
07.30 WIB
08.00 WIB
14.20 WIB
15.10 WIB

Pasien tiba di IGD RSUP HAM


Konsul bedah
Assesment debridement di KBE
Konsul anestesi untuk tindakan anestesi dengan
rencana debridement
ACC tindakan anestesi
Pasien didorong ke KBE untuk debridement
Operasi dimulai

23

3.

Primary Survey

Tanda dan Gejala


A (airway)

Kesimpulan
Clear

Penanganan

Snoring (-)

Hasil

O2 3 L/menit via Airway clear

C-spine stabil

T-piece ETT

Gargling (-)

Maxillofacial injury

Crowing (-)

(-)

C-spine stabil
Maxillofacial
injury (-)
B (breathing)

Spontaneous

Inspeksi:

O2 2 L/menit via

SaO2: 99%

T-piece ETT

RR: 20 x/menit

Nafas spontan
Thorax simetris
tidak ada bagian
yang ketinggalan
Perkusi:

Sonor kedua
lapangan paru
Palpasi:

Stem fremitus sulit


dinilai
Auskultasi:

SP/ST: vesikuler/SaO2: 97-99%


RR: 26 x/menit
C (circulation)

Adequate

Capillary refill

perfusion

time < 2 detik


Akral H/M/K

Maintenance

CRT < 2 detik

holiday segar

Akral H/M/K

2cc/kgBB = 2 x 60= 120 cc/jam

T/V: sulit dinilai


TD: 110/70mmHg

24

T/V: cukup

HR = 94x/menit,
regular

TD:140/80 mmHg
-

HR: 96x/menit,

UOP = 60 cc/jam

regular
Perdarahan: UOP = sudah
terpasang kateter
200 cc warna
kuning pekat
D (disability)

Compos Mentis

Kesadaran: AVPU:

Mempertahankan A-

Kesadaran Compos

B-C tetap lancar

Mentis

Respond
( ALLERT)
Pupil : Isokor
RC : 3 cm / 3 cm
E (exposure)

Terdapat Luka

Balut dengan kasa

Luka bakar dibalut

Jejas (-), Luka

bakar di wajah,

lembab

kasa lembab

bakar di wajah (+), leher, kedua lengan


leher(+), kedua

dan kedua tangan,

lengan (+), kedua

seluruh tungkai

tangan (+), tungkai kanan, paha dan


kanan dan kiri (+)

kaki kiri dengan


total 50 %

25

4. Secondary Survey
B1

: Airway clear, C-spine stabil, terpasang ETT T-piece dengan RR: 20


x/menit, SP : Vesikuler, ST:

-/- , S/G/C : -/-/-, riwayat

asma/sesak/batuk/alergi : -/-/-/-, SaO2 : 99% , gerakan leher: terbatas


B2

: Akral: H/M/K, TD: 110/70 mmHg, HR: 94 x/menit, reg, T/V:


lemah/cukup, CRT: <2 detik, terpasang CVC

B3

: Sens: Compos mentis, GCS 15 (E4M6V5), pupil: isokor, RC : +/+

B4

: UOP (+) volume: 60cc/jam, warna : kuning pekat, terpasang kateter


urine

B5

: Abdomen: simetris, soepel, peristaltik (+) normal

B6

: Edema (+), fraktur (-), flame burn 50% II-III, trauma inhalasi (+)

: Tidak jelas

: Tidak jelas

: Tidak jelas

: Tidak jelas

: Pasien mengalami luka bakar dibagian wajah, leher, kedua lengan dan
kedua tangan, seluruh tungkai kanan, paha dan kaki kiri

5.

6.

Penanganan IGD

Head up 30
Pemasangan IV line 18G, threeway, transfusion set, pastikan lancar
Beri oksigen 3 L/menit melalui ETT dengan T-piece
IVFD RL 30 gtt/i (cairan awal luka bakar sudah diberikan di RS

sebelumnya)
Pasang monitor untuk memantau hemodinamik
Pasang foley catheter untuk memantau urine output
Ambil sampel darah pemeriksaan laboratorium darah rutin, cross

match
Pemeriksaan penunjang radiologi foto thorax

Pemeriksaan Penunjang

26

Laboratorium IGD
22 September 2016
Jenis pemeriksaan

Hasil

Rujukan

14.3 g%

1216

4.97 x 106 /L

4.10-5.10

10,630/L

411x103

43%

3647%

149 x103/L

150450x103

PT

16.5

14.5

INR

1.15

APTT

28.3

34.5

TT

19.6

18.9

BUN

12 mg/dL

7-19 mg/dL

Ureum

26 mg/dL

15-40 mg/dL

0.50 mg/dL

0.61.1 mg/dL

Natrium (Na)

135 mEq/L

135155 mEq/L

Kalium (K)

4.3 mEq/L

3.65.5 mEq/L

Klorida (Cl)

106 mEq/L

96106 mEq/L

HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB)
Eritrosit
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
FAAL HEMOSTASIS

GINJAL

Kreatinin
ELEKTROLIT

HATI
Albumin

1.6 g/dL

3.5-5.0 g/dL

METABOLISME KARBOHIDRAT
Glukosa Darah (Sewaktu)

97 mg/dL

<200 mg/dL

7.440

7.35-7.45

37 mmHg

38-42

ANALISA GAS DARAH


pH
pCO2

27

pO2

164 mmHg

85-100

Bikarbonat (HCO3)

25.1 mmol/L

22-26

Total CO2

26.2 mmol/L

19-25

1.1

(-2)-(+2)

100 %

95-100

Kelebihan Basa (BE)


Saturasi O2

28

Pemeriksaan

Elektrokardiografi
Pemeriksaan Radiologi

6. Diagnosis
Flame Burn Derajat II A-B 50% o/t face + Trauma Inhalasi

7. Penatalaksanaan

8.

IVFD RL 30 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

Rencana tindakan selanjutnya

29

Tindakan Debridement oleh Departemen Bedah

Foto klinis pasien di ICU

30

RENCANA TINDAKAN
Debridement
Tindakan

: Debridement dan Trakeostomi

PS-ASA

: 2E

Teknik Anestesi

: GA-TIVA

Posisi

: Supine

Operasi selesai pada pukul 17.18 dan pasien dipindahkan ke ICU tanggal 23
September 2016 pada pukul 10.00 WIB (keadaan ruangan masih penuh pasca
operasi)

31

FOLLOW UP POST OPERATIF


22/9/2016
S:O:
B1: Airway clear. S/G/C: -/-/-, trakeostomi (+), RR 18 x/i, SaO2 99% dengan Tpiece 6Gh
B2: TD 140/70 mmHg
B3: Sens CM, Pupil isokor
B4: OUP (+)
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+)
B6: edema (-), fraktur (-)
A: Post debridement a/i flame burn grade II-III 40%
P:
Bed rest head up 30
Diet MC 1200kkal via NGT
IVFD RL 40 gtt/i
Inj. Cefriakson 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
Inj. Ketamin 200mg + 50 cc NaCl -> 2cc/jam
Cek darah lengkap, AGDA, RFT Post op
Lab Patologi Klinik (22/9/2016):
Hb: 14,3 g/dL
Leukosit: 10.630 /L
Ht: 43%
Trombosit: 149.000/L
Neu/Lim/Mon/ Eos/Baso : 83,3/8,4/8,2/0/0,1
AGDA (22/9/2016):
pH/ pCO2/pO2/HCO3/BE: 7,44/ 37 /164 /26,2/ 1,1
Albumin : 1,9 g/dL
KGDs: 97 mg/dL

32

BUN/ Ur/Cr : 12/26/0,5


Na/K/Cl : 135/4,3/106
Procalcitonin 1,3 ng/mL
23/9/2016
S :O:
B1 : airway clear, canul tracea (+), Tpiece, SP: Vesikuler, ST: - , RR 28x/i, , SaO2 99%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 160/80 mmHg
B3: Sens CM,
B4: OUP (+)
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)
A: Post debridement a/i flame burn grade II-III 40%
P:
Bed rest head up 30
Diet SV 1800Kkal+ 60gr protein+ekstra putih telur
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Cefriakson 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
Inj. Ketamin 200mg + 50 cc NaCl -> 2cc/jam
Aminofusin 14gtt/i
Hipoalbumin 1,9. Koreksi (3,0-1,9)x80x 0,8 = 70,4-------3 fls albumin 25%
24/9/2016
S :O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) terhubung Tpiece, SP: Vesikuler, ST: - , RR 20x/i, , SaO 2
99%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 170/80 mmHg
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), kateter urin (+)
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal

33

B6: edema (-), fraktur (-)


A: Post debridement a/i flame burn grade II-III 40%
P:
Bed rest head up 30
Diet SV 1800Kkal+ 60gr protein+ekstra putih telur
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Cefriakson 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
Fentanil 300mcg/ 50ccNaCl 0,9% 5cc/ jam
25/9/2016
S:O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) , MV: Spontan, Psupport : 15 mmH2O, PEEP 5cmH2O,
FiO2 50%, Sp: vesikuler, ST:B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 160/100 mmHg, HR: 96x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), urin 100cc/jam
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)
A: Post debridement a/i flame burn grade II-III 40%
P:
Bed rest head up 30
Diet SV 1800Kkal+ 70gr protein+ekstra putih telur
IVFD RL 20 gtt/i
IVFD Plasmanat 1fl/hari .
Inj. Cefriakson 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
Fentanil 300mcg/ 50ccNaCl 0,9% 5cc/ jam
Rencana debridement ulang ke-2
26/9/2016

34

S:O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) , MV: Spontan, Sp: vesikuler, ST:- ; RR 20x/i
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 150/90 mmHg, HR: 96x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), kateter urin terpasang
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)
A: flame burn grade II-III 40%
P:
Bed rest head up 30
Diet SV 1800Kkal+ 60gr protein+ekstra putih telur
IVFD RL 20 gtt/i
IVFD Plamanat 1fl/hari
Inj. Cefriakson 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
Fentanil 200mcg/ 50ccNaCl 0,9% 5cc/ jam
27/9/2016
S:O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) , MV: Spontan, Psupport : 8 mmH2O, PEEP 5cmH2O,
FiO2 40%, Sp: vesikuler, ST:- , RR 20x/i , SaO2 99%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 150/100 mmHg, HR: 102x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), urin 100cc/jam
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)
A: Post debridement a/i flame burn grade II-III 40%
P:

35

Bed rest head up 30


Diet SV 1800Kkal+ 60gr protein+ekstra putih telur
IVFD RL 20 gtt/i
IVFD Plasmanat 1fl/hari
Inj. Cefriakson 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
Fentanil 200mcg/ 50ccNaCl 0,9% 5cc/ jam
Lab Patologi Klinik (27/9/2016):
Hb: 10,1 g/dL
Leukosit: 13.570 /L
Ht: 31%
Trombosit: 185.000/L
Neu/Lim/Mon/ Eos/Baso : 86/6,6/5,5/1,5/0,4
AGDA (27/9/2016):
pH/ pCO2/pO2/HCO3/BE: 7,48/ 38 /196 /26,8/3,3
Albumin : 2,9 g/dL
KGDs: 94mg/dL
BUN/ Ur/Cr : 8/17/0,47
Na/K/Cl : 135/3,8/104
Procalcitonin 0,90 ng/mL
28/9/2016
S:O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) , MV: Spontan, Sp: vesikuler, ST:- , RR 20x/i , SaO 2
99%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 145/70 mmHg, HR: 140x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), kateter urin terpasang

36

B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal


B6: edema (-), fraktur (-)
A: flame burn grade II-III 40%
P:
Bed rest head up 30
Diet SV 1800Kkal+ 60gr protein+ekstra putih telur
IVFD RL 20 gtt/i
IVFD Plasmanat 1fl/hari
Inj. Aminofusin 14gtt/i
Inj. Cefriakson 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam
Fentanil 200mcg/ 50ccNaCl 0,9% 4cc/ jam
29/9/2016
S:O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+)Sp: vesikuler, ST:- , RR 20x/i , SaO2 98%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 150/80 mmHg, HR: 140x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), kateter urin terpasang
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)
A: flame burn grade II-III 40% + post trakeostomy
P:
Bed rest head up 30
Diet SV 1800Kkal+ 60gr protein+ekstra putih telur
IVFD RL 40 gtt/i
Paracetamol 1gr/8jam
Inj. Cefriakson 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 50mg/12 jam

37

Fentanil 200mcg/ 50ccNaCl 0,9% 5cc/ jam


Omeprazole 40mg/12jam
Nebul ventolin 2,5 mg/ 8 jam
Nebul Pulmicort 0,5mg/12 jam
Inj. Amikasin gr/ 24 jam/ iv
Lab Patologi Klinik (29/9/2016):
Hb: 10,6g/dL
Leukosit: 25.440/L
Ht: 30%
Trombosit: 332.000/L
Neu/Lim/Mon/ Eos/Baso : 94,20/2,9/2,3/0,3/0,3
Kesan : Leukositosis
AGDA (29/9/2016):
pH/ pCO2/pO2/HCO3/BE: 7,550/ 27,0/197,0/23,6/2,2
Albumin : 2,8 g/dL
KGDs: 126mg/dL
BUN/ Ur/Cr : 7/15/0,40
Na/K/Cl : 138/4,0/105
Lab. Mikrobiologi (29/9/2016):
Bahan : Swap
Bakteri : Pseudomonas aeruginosa
Antibiotik sensitif : Amikasin, Ceftazidime, ciprofloxacin, gentamicin, polimyxin B.
Bahan : Sputum
Bakteri : Acinetobacter baumanii
Antibiotik sensitif : Amikasin, doksisiklin, polimyxin B.
30/9/2016

38

S:O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) , MV: Spontan, Psupport : 10 mmH2O, PEEP
5cmH2O, FiO2 40%, Sp: bronkial, ST:ronkhi , RR 20x/i , SaO2 99%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 149/92 mmHg, HR: 140x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), kateter urin terpasang
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)
A: Flame burn grade II-III 40% + Post debridement ke II
P:
Inj .Fentanil 300mcg/ 50ccNaCl 0,9% 5cc/ jam
Diet SV 1800Kkal+ 100gr protein+ekstra putih telur
IVFD RL 40 gtt/i
Inj. Cefriakson 1gr/12 jam
Inj. Omeprazol 40mg/ 8 jam/ iv
IVFD Paracetamol 1gr/ 8 jam/ iv
Nebul ventolin 2,5 mg/ 8 jam
Nebul Pulmicort 0,5mg/12 jam
Inj. Amikasin 1gr/ 24 jam/ iv
1/10/2016
S:O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) , S/G/C :-/-/- , SP: Vesikuler, ST:ronkhi , RR 20x/i ,
SaO2 99%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 136/82 mmHg, HR: 120x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), kateter urin terpasang
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)

39

A: Flame burn grade II-III 40% + Post debridement ke II


P:
Bed rest head up 30
IVFD RL 40 gtt/i
Diet SV 1800Kkal+ 100gr protein+ekstra putih telur
Inj .Fentanil 300mcg/ 50ccNaCl 0,9% 5cc/ jam
Inj. Omeprazol 40mg/ 8 jam/ iv
IVFD Paracetamol 1gr/ 8 jam/ iv
Nebul ventolin 2,5 mg/ 8 jam
Nebul Pulmicort 0,5mg/12 jam
Inj. Amikasin 1gr/ 24 jam/ iv
Inj. Levofloxacin 750mg/24 jam
2-3/10/2016
S:O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) , MV: Spontan, Psupport : 10 mmH2O, PEEP
5cmH2O, FiO2 45%, S/G/C :-/-/- , SP: Vesikuler, ST:-, RR 20x/i , SaO2 98%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 136/82 mmHg, HR: 120x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), kateter urin terpasang
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)
A: flame burn grade II-III 40% + Post debridement ke II
P:
Bed rest head up 30
IVFD RL 40 gtt/i
Diet SV 1800Kkal+ 100gr protein+ekstra putih telur
Inj .Fentanil 300mcg/ 50ccNaCl 0,9% 5cc/ jam

40

Inj. Omeprazol 40mg/ 8 jam/ iv


IVFD Paracetamol 1gr/ 8 jam/ iv
Inj. Amikasin 1gr/ 24 jam/ iv
Inj. Levofloxacin 750mg/24 jam
Nebul ventolin 2,5 mg/ 8 jam
Nebul Pulmicort 0,5mg/12 jam
4-6/10/2016
S:O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) , MV: Spontan, Psupport : 10 mmH2O, PEEP
5cmH2O, FiO2 40%, S/G/C :-/-/- , SP: Bronkial, ST:-, RR 20x/i , SaO2 98%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 136/82 mmHg, HR: 120x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), kateter urin terpasang
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)
A: Flame burn grade II-III 40% + Post debridement ke II
P:
Bed rest head up 30
IVFD RL 40 gtt/i
Diet SV 1800Kkal+ 100gr protein+ekstra putih telur
Inj .Fentanil 300mcg/ 50ccNaCl 0,9% 5cc/ jam
Inj. Omeprazol 40mg/ 8 jam/ iv
IVFD Paracetamol 1gr/ 8 jam/ iv
Inj. Amikasin 1gr/ 24 jam/ iv
Inj. Levofloxacin 750mg/24 jam
Nebul ventolin 2,5 mg/ 8 jam
Nebul Pulmicort 0,5mg/12 jam
R/ Debridemen ulang, cek albumin

41

Lab Patologi Klinik (4/10/2016):


Hb: 7,4g/dL
Leukosit: 9720/L
Ht: 21%
Trombosit: 244.000/L
Neu/Lim/Mon/ Eos/Baso : 93,8/3,8/2,2/0,1/0,1
AGDA (4/10/2016):
pH/ pCO2/pO2/HCO3/BE: 7,620/ 24,0/192,0/24,7/4,5
KGDs: 102mg/dL
Na/K/Cl : 134/3,2/103
Lab Patologi Klinik (6/10/2016):
Hb: 8,8g/dL
Leukosit: 7470/L
Ht: 26%
Trombosit: 148.000/L
Neu/Lim/Mon/ Eos/Baso : 92/5,1/2,1/0,5/0,3
AGDA (6/10/2016):
pH/ pCO2/pO2/HCO3/BE: 7,470/ 32/143,0/23,3/0,2
Albumin : 2,5 g/dL
KGDs: 99mg/dL
BUN/ Ur/Cr : 10/21/0,50
Na/K/Cl : 141/3,5/106
Procalcitonin : 25,1 ng/mL
D-dimer : 795 ng/mL ( N : <500)
7-8/10/2016
S:-

42

O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) , MV: Spontan, Psupport : 10 mmH2O, PEEP
5cmH2O, FiO2 70%, S/G/C :-/-/- , SP: Bronkial, ST:+/+, RR 14x/i , SaO2 98%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 116/80 mmHg, HR: 124x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki
B4: OUP (+), kateter urin terpasang
B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)
A: Flame burn grade II-III 40% + Post debridement ke III
P:
Bed rest head up 30
IVFD RL 20 gtt/i
Diet SV 1800Kkal+ 100gr protein+ekstra putih telur
Inj .Fentanil 300mcg/ 50ccNaCl 0,9% 3cc/ jam
Inj. Omeprazol 40mg/ 8 jam/ iv
IVFD Paracetamol 1gr/ 8 jam/ iv
Inj. Amikasin 1gr/ 24 jam/ iv
Plasmanat 7gtt/i
Inj. Levofloxacin 750mg/24 jam
Nebul ventolin 2,5 mg/ 8 jam
Nebul Pulmicort 0,5mg/12 jam
R/ Debridemen ulang, cek albumin
9/10/2016
06.00
S:O:
B1 : airway clear,trakeostomi (+) , S/G/C :-/-/- , SP: Bronkial, ST:+/+, RR 28 x/i , SaO2
98%
B2: Akral H/M/K, CRT <2, TD 136/82 mmHg, HR: 124x/i, t/v : kuat/ cukup
B3: Sens CM, RC +/+ diameter 3mm ka=ki

43

B4: OUP (+), kateter urin terpasang


B5: Abdomen soepel, peristaltik (+) normal
B6: edema (-), fraktur (-)
A: Flame burn grade II-III 40% + Post debridement ke IV
P:
Bed rest head up 30
IVFD RL 20 gtt/i
Diet SV 1800Kkal+ 100gr protein
Inj .Fentanil 300mcg/ 50ccNaCl 0,9% 3cc/ jam
Inj. Omeprazol 40mg/ 8 jam/ iv
IVFD Paracetamol 1gr/ 8 jam/ iv
Inj. Amikasin 1gr/ 24 jam/ iv
Plasmanat 7gtt/i
Inj. Levofloxacin 750mg/24 jam
Nebul ventolin 2,5 mg/ 8 jam
Nebul Pulmicort 0,5mg/12 jam
12.20
Pasien mengalami bradikardi, dilakukan pemberian SA 2 ampul, dilakukan bagging namun
posisi dada tidak mengembang, pasien henti jantung dan dilakukan RJPO 5 siklus dan
pemberian epinefrin 2 ampul, ROSC (-). Dilakukan RJPO dan pemberian epinefrin 4
ampul,ROSC (-). Pasien dinyatakan meninggal .

44

DISKUSI DAN PEMBAHASAN


No.
1.

Teori

Kasus

Faktor resiko
a.

Api

untuk

memasak, Luka bakar pada kasus ini dikarenakan

pemanasan dan pencahayaan.


b.

oleh

Penyalahgunaan

terhadap

perempuan.

zat Pasien ini dibakar dengan cara disiram

termasuk alkohol dan merokok


c.

kekerasan

bensin terlebih dahulu oleh suaminya lalu

Status ekonomi dan sosial disulut dengan korek api.

yang rendah, kepadatan penduduk,


kurangnya

langkah-langkah

keamanan, kurangnya pengawasan


orangtua
d.

Kondisi

medis

seperti

epilepsi
e.

Kecelakaan

disengaja

pada

yang

tidak

anak-anak

insiden anak yang mengalami


kekerasan diantara ada anak-anak
dirawat di rumah sakit untuk
pengobatan luka bakar adalah 525%
f.

Kekerasan

perempuan

terkait

terhadap
dengan

ketidaksetaraan jenis kelamin


g.

Pria di tempat kerja karena

luka bakar, kimia dan luka bakar


listrik.

2.

Tipe luka bakar

Luka bakar digolongkan kepada luka

45

Luka bakar bisa disebabkan oleh bakar akibat kobaran api (flame)
luka bakar termal oleh karena air
panas, kobaran api, zat kimiawi,
dan kilatan listrik.
3.

Klasifikasi

luka

bakar

berdasarkan kedalaman

Luka

bakar

derajat

I Pasien ini mengalami luka bakar derajat

(superficial epidermis)

II-III.

Luka bakar derajat II

berwarna putih dan pucat. Sensasi pada

(dangkal dan dalam)

luka bakar pasien berkurang sesuai

Luka bakar derajat III

dengan teori akibat ujungujung saraf

(full thickness)

4.

Kulit

pasien

yang

terbakar

sensorik mengalami kerusakan.

Luas luka bakar


Perhitungan total area permukaan Luas luka bakar pada pasien ini adalah
tubuh yang terbakar (TBSA) dapat 49,5% yang meliputi:
dihitung dengan Rule of 9 .

5.

Primary survey dan resusitasi

Airway: perhatikan tandatanda obstruksi jalan napas


dan trauma inhalasi serta

Wajah : 4,5%
Kedua tangan anterior-posterior :

18%
Kaki kanan : 18%
Kaki kiri: 9%
Total : 49,5 %

Airway: Pada pasien ini dijumpai trauma


inhalasi, airway clear dengan terpasang
ETT

resiko edema laring.

Breathing: Pasien ini bernapas spontan,

46

Breathing:

penilaian

RR: 20x/menit , tidak dijumpai tanda-

ventilasi dan oksigenasi

tanda keracunan CO. SP/ST:

dengan cara look, listen

vesikuler/-. SaO2: 97-99%. Pasien

and

Perhatikan

diberikan terapi O2 2 l/menit via ETT

keracunan

dengan T-piece.

feel.

tanda-tanda

karbon monoksida.

Ciculation: Pasien diberikan resusitasi

Circulation:
kesadaran,
kulit,

penilaian
nadi,

waktu

kapiler

warna

pengisian

Maintenance holida-segar 2cc/kgBB =


2 x 60 = 120 cc/jam

suhu Pasien dipantau sirkulasi dan

dan

ektermitas.

cairan dengan Ringer Laktat dengan

Hitungan

perfusinya dengan UOP

cairan resusitasi dengan


rumus Parkland, yaitu :
luas luka bakar dalam
persen x berat badan dalam
kg x 4 mL larutan Ringer
Laktat.
pemberian

Keberhasilan
cairan

dapat

dilihat dari diuresis normal


yaitu sekurang-kurangnya
1000-1500 mL/24jam atau
1mL/kgBB/jam
6.

Kontrol infeksi dan penanganan


nyeri

Antibiotik intravena tidak

Kontrol infeksi pasien ini dilakukan

direkomendasika pada

dengan pemberian antibiotik broad

terapi awal untuk

spectrum : Inj. Ceftriakson 1gr/12 jam.

kebanyakan pasien luka


bakar, karena bisa

Penanganan nyeri pasien ini dilakukan


dengan pemberian Inj. Ketamin 200mg

47

meningkatkan risiko
kolonisasi lebih banyak
organisme jahat dan
resisten. Tambahan
imunisasi tetanus bisa

disesuaikan.
Opioid dapat meredakan
nyeri dengan cepat dan
dapat dititrasi sampai
mencapai tingkat
kenyamanan pada setiap
pasien Hati-hati
penggunaan pada pasien
dengan hipoksemia dan
penurunan kesadaran.
Sebaiknya gunakan
parasetamol secara teratur
dan, jika tidak ada
kontraindikasi, gunakan
obat anti-inflamasi non
steroid (NSAID).
Pemasukan ketamin
melalui infus berguna jika
analgesik opioid tidak

tersedia atau tidak adekuat.


Pada stadium lanjut,
opioid oral dan
antidepressan trisiklik,
seperti amitriptilin, bisa
digunakan

+ 50 cc Nacl : 2cc/jam

48

7.

Perawatan luka bakar & tindakan

bedah

Pada tahap awal setelah

luka bakar pada tanggal 22

luka bakar, pembedahan

September 2016 di KBE RS Haji

merupakan prioritas untuk

Adam Malik Medan


Pada pasien ini juga dilakukan

melakukan

debridement

dari jaringan yang terkena.

operasi

Pada saat yang sama, ahli

debridement.

bedah

biasanya

akan

mencoba untuk menutupi


luka bakar dengan satu
atau lebih cangkok kulit,
dengan

alasan

mengurangi

untuk
infeksi,

mengurangi

nyeri

dan

mempercepat

Pasien dilakukan debridement

penyembuhan.
Pada tahap lanjut, bekas
luka

dan

kontrakturitas

dapat

menghalangi

pembukaan

mulut

atau

terbatasnya gerakan leher


yang
pemasangan

mencegah
laringoskopi

konvensional.
Pertimbangan yang dapat
diberikan adalah dengan
intubasi fibreoptic sadar
atau trakeostomi saat sadar
dibawah pengaruh anastesi
lokal. Setiap pasien harus

trakeostomi

setelah

49

dinilai

berdasarkan

kebutuhan
masing-masing.

individu

50

BAB 5
KESIMPULAN
Seorang perempuan, 46 tahun, 60 kg, mengalami flame burn grade II-III
dengan luas 49,5%, dilakukan pemeriksaan primary survey dan secondary survey
secara teliti serta mengatasi secara langsung masalah yang ditemukan.
Penanganan awal pada pasien ini adalah:

Head up 30
Pemasangan IV line 18G, threeway, transfusion set, pastikan lancar
Beri oksigen 3 L/menit melalui ETT dengan T-piece
IVFD RL 30 gtt/i (cairan awal luka bakar sudah diberikan di RS

sebelumnya)
Pasang monitor untuk memantau hemodinamik
Pasang foley catheter untuk memantau urine output
Ambil sampel darah pemeriksaan laboratorium darah rutin, cross

match
Pemeriksaan penunjang radiologi foto thorax

Setelah dilakukan tindakan debridement, os dirawat inap di ICU dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

51

1.

Mock C, Peck M, Peden M, Krug E, eds. A WHO plan for burn prevention
and care. Geneva, World Health Organization, 2008.

2.

Available

at:

http://www.who.int/violence_injury_prevention/publications/other_injury/en/
burns_factsheet.pdf
3.

Hettiaratchy S and Papini R. Initial management of a major burn: II assessment and resuscitation. BMJ 2004; 329: 101.

4.

Hettiaratchy S and Papini R. Initial management of a major burn: I overview. BMJ 2004; 328: 1555.

5.

Peden M, McGee K, Sharma G. The injury chart book: a graphical overview


of the global burden of injuries. Geneva, World Health Organization, 2002

52

Anda mungkin juga menyukai