Disusun oleh:
Anisa Resti Andariningtyas (21/472508/KU/22810)
Annisa Rabbani (20/472509/KU/22811)
Ajeng Prilla Rosiana (20/472506/KU/22808)
Shafa Nabilla Pradani (20/472751/KU/22855)
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak yang
disebabkan kekurangan asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi yang tak
memadai. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh
pendek. Penderita stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat
kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah. Tingginya prevalensi
stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada kerugian ekonomi bagi
Indonesia.
Prevalensi stunting Indonesia berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG)
2016 mencapai 27,5 persen. Menurut WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat
dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Artinya, secara
nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis, terlebih lagi di 14 provinsi
yang prevalensinya melebihi angka nasional. Jumlah penderita stunting di
Indonesia menurut hasil Riskesdas 2018 terus menurun. Tetapi langkah pencegahan
stunting sangat perlu dilakukan.
Penyebab dari stunting adalah rendahnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama
kehidupan, yakni sejak janin hingga bayi umur dua tahun. Selain itu, buruknya
fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan
juga menjadi penyebab stunting. Kondisi kebersihan yang kurang terjaga membuat
tubuh harus secara ekstra melawan sumber penyakit sehingga menghambat
penyerapan gizi.
Stunting dapat dicegah, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu
hamil, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan kemudian dilanjutkan dengan
MPASI. Orang tua juga diharapkan membawa balitanya secara rutin ke Posyandu,
memenuhi kebutuhan air bersih, meningkatkan fasilitas sanitasi, serta menjaga
kebersihan lingkungan. Orang tua berperan penting terhadap pencegahan kejadian
stunting. Oleh karena itu, pengetahuan orang tua mengenai pencegahan stunting
perlu ditingkatkan, salah satunya dengan dilakukan edukasi pencegahan stunting
dengan asupan gizi seimbang isi piringku.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dilakukannya pendidikan kesehatan ini ini diharapkan keluarga
dapat memahami pemenuhan gizi seimbang pada usia 1000 hari
kelahiran anak.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, diharapkan keluarga dapat:
a. Memahami pengertian stunting
b. Menyebutkan kembali tanda dan gejala stunting
c. Menyebutkan kembali penyebab stunting
d. Memahami cara pencegahan stunting
e. Menyebutkan kembali jenis-jenis komponen makanan bergizi
seimbang bagi anak sesuai pedoman isi piringku
f. Mengerti jumlah atau porsi berdasarkan jenis makanan yang sesuai.
g. Menyebutkan contoh-contoh dari jenis makanan bergizi seimbang.
C. SASARAN
Ibu dengan balita di Dusun Jodag.
D. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 18 November 2021
Waktu : 10.30 - 12.00 WIB.
Tempat : Rumah Kepala Dusun Jodag
E. MATERI
Terlampir
G. METODE
Metode yang digunakan adalah:
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
I. SUMBER
Kemdikbud, RI. (2019). Gizi dan Kesehatan Anak Usia Sekolah Dasar.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Retrieved 22 November 2021, from
http://repositori.kemdikbud.go.id/20938/1/E_ModulGizi%26Keseh
atanSD_02%20Ok.pdf.
B. Penyebab Stunting
Situs Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka
panjang karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut:
1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama.
2. Retardasi pertumbuhan intrauterine.
3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori.
4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres
5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.
Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti
bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan mungkin
telah terjadi di masa lalu seorang.
C. Gejala Stunting
a. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
b. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil
untuk usianya
c. Berat badan rendah untuk anak seusianya
d. Pertumbuhan tulang tertunda
D. Pencegahan Stunting
Pola Makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap
makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan
dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa
pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, disamping
tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur. Dalam satu porsi makan,
setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan
sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak
daripada karbohidrat.
Pola Asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang
kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita. Dimulai
dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal
bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi
kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan
kandungan empat kali selama kehamilan. Bersalin di fasilitas kesehatan,
lakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan berupaya agar bayi mendapat
kolostrum air susu ibu (ASI). Setelah itu, ASI boleh dilanjutkan sampai usia
2 tahun, namun anak perlu diberikan makanan pendamping ASI dan perlu
terus dipantau tumbuh kembangnya ke Posyandu setiap bulan.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah memberikan hak anak dalam
mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang
telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah. Masyarakat
bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di Posyandu atau Puskesmas.
Sajian Isi Piringku merupakan panduan untuk menunjukan sajian makanan pada
setiap kali makan (sarapan, makan siang, dan makan malam). Dari visual Isi
Piringku dapat dilihat anjuran makan sehat yaitu pada 1/2 piring terdiri dari 2/3
makanan pokok dan 1/3 lauk pauk (porsi makanan pokok lebih banyak dari lauk
pauk), serta pada 1/2 piring lainnya terdiri dari 2/3 sayur, 1/3 buah (porsi sayur lebih
banyak dari buah).
1. Makanan Pokok
2. Lauk-pauk
Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan nabati. Lauk-pauk
hewani contohnya daging (sapi, kambing, rusa, dll), unggas (ayam, bebek, dll), ikan
termasuk hasil laut, telur, susu, dan hasil olahannya. Sedangkan lauk pauk nabati
berupa tahu, tempe, kacang-kacangan (kacang tolo, kacang merah, kacang tanah,
kacang hijau, dll).
Sumber pangan protein hewani mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan
mudah diserap tubuh. Kekurangannya, jumlah kolesterol dan lemaknya lebih tinggi
serta harganya relatif mahal. Sebenarnya anak-anak masih memerlukan kedua zat
ini untuk pertumbuhan tapi akan berakibat tidak baik pada orang dewasa.
Sedangkan bahan pangan protein nabati mempunyai keunggulan yaitu kandungan
lemak tak jenuhnya lebih tinggi daripada bahan pangan hewani. Kandungan
isoflavonnya terutama pada kedelai memiliki manfaat yang sangat banyak.
Keuntungan lainnya yaitu harga bahan pangan ini jauh lebih murah disbanding
hewani, namun kelemahannya adalah bahan pangan nabati kurang higienis pada
proses pembuatan lauk-pauk yang berasal dari kacang-kacangan.
3. Sayuran
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral terutama karoten, Vit.A, Vit.C,
zat besi, dan fosfor. Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam sayuran
berperan sebagai anti oksidan. Beberapa sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa
dimasak terlebih dahulu sementara yang lainnya dapat dimasak dengan cara
dikukus, direbus, dan ditumis. Contoh sayuran antara lain terong, ketimun, selada
air, labu siam, rebung, bayam, kangkung, buncis, kol, wortel, tomat, pare, brokoli,
lobak, dll. Manfaat sayiuran bagi tubuh antara lain:
- Menxegah dan mengurangi stress berlebih
- Memperlancar buang air besar
- Mencegah penyakit jantung dan kanker
- Mempertahankan berat badan seimbang
- Sebagai sumber energy tubuh
- Membersihkan racun dalam tubuh (detoksifikasi)
- Menjaga kesehatan mata
- Membuat kulit sehat
- Memperkuat tulang
- Menu makanan sehat.
4. Buah-buahan
Buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin (Vit A, B, B1, B6, C), mineral
dan serat pangan. Sebagian vitamin dan mineral yang terkandung dalam buah-
buahan berperan sebagai anti oksidan. Contoh buah-buahan antara lain pisang,
melon, semangka, rambutan, papaya, salak, jambu, mangga, belimbing, apel, dll.
Manfaat buah buahan bagi tubuh antara lain:
- sumber vitamin
- Sumber air dan gizi yang dapat meningkatkan metabolism tubuh
- Sumber antioksidan
- Mencegah penyakit tertenru
- Obat luar tubuh seperti jerawat, bisul, dsb.
- Mencegah penyakit jantung, hipertensi, dan stroke
- Meningkatkan daya tahan tubuh
- Menjaga kebugaran tubuh.