Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN PENYULUHAN
UPT PUSKESMAS SIPAHUTAR
KABUPATEN TAPANULI UTARA

Telah mendapatkan persetujuan dari :

Diketahui Mengetahui

Kepala Puskesmas Sipahutar Penanggung Jawab Gizi

dr.Lemiston Ego Simamora Eka Sri Lestari Sitompul


NIP 197705062009111 002

1
LAPORAN PENYULUHAN
UPT PUSKESMAS SIPAHUTAR
DIKECAMATAN SIPAHUTAR

Dilakukan oleh TPG

SRI EKA LESTARI SITOMPUL

Di Puskesmas Sipahutar

Kecamatan Sipahutar

TAHUN

2018

2
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………..4

A. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………….5

B. TUJUAN………………………………………………………………………..5

C. MANFAAT……………………………………………………………………..6

D. KEGIATAN………………………………………… ………………………..6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………. 13

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….13

3
BAB 1

LATAR BELAKANG
A. PENDAHULUAN

Usia 0 - 24 bulan atau yang biasa disebut baduta merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat, sehingga dikatakan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode
emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai
untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh
makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang
akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya
(Nutrisiani, 2010).

Anak bawah dua tahun (baduta) merupakan salah satu kelompok usia yang rentan terhadap
permasalahan gizi karena anak baduta berada dalam proses tumbuh kembang yang cepat. Oleh
karena itu kebutuhan zat gizinya relatif lebih tinggi (Bunga dkk, 2012). Asupan nutrisi yang tidak tepat
juga akan menyebabkan anak mengalami malnutrisi yang akhirnya meningkatkan angka kejadian
morbiditas dan mortalitas (Mufida dkk, 2015).

Gizi kurang merupakan permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh penyebab langsung
yaitu intake zat gizi dari makanan yang kurang dan adanya penyakit infeksi. Penyebab langsung
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu ketersediaan pangan keluarga yang rendah, perilaku kesehatan
Termasuk pola asuh ibu dan anak yang tidak benar, serta pelayanan kesehatan rendah dan lingkungan
yang tidak sehat (Nutrisiani, 2010).

Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi bayi/anak umur 0-24 bulan melalui perbaikan
perilaku masyarakat dalam pemberian makanan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Ketidaktahuan ibu baduta tentang cara pemberian makanan
bayi dan anak, dan adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung
menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada umur dibawah
2 tahun (baduta) (Sulistyoningsih, 2012).Praktik pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) yang
optimal merupakan intervensi yang efektif dalam meningkatkan status kesehatan anak dan
menurunkan kematian anak (Nandan dan Yunus, 2009). Standar emas PMBA yaitu Inisiasi Menyusui
Dini (IMD), ASI Eksklusif, MP-ASI, Menyusui hingga usia 2 tahun sangat direkomendasikan karena
dapat menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kualitas hidup ibu.Sebagian besar
kejadian kurang gizi dapat dihindari apabila mempunyai cukup pengetahuan tentang cara
pemeliharaan gizi dan mengatur makanan anak (Roesli, 2012).

Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan
makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Sikap
adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung
(unfavorable) pada suatu objek. Sikap merupakan perasaan positif atau negatif atau keadaan mental
yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus
pada respon seseorang terhadap objek, orang dan keadaan. Pengetahuan ibu merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap gizi balita serta paling mudah diintervensi dan diukur. Intervensi
yang dilakukan dapat berupa penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai gizi balita
terutama mengenai tanda-tanda sakit pada anak, jadwal pemberian makanan pada balita, macam
makanan bergizi, jenis makanan yang seimbang dan manfaat makanan pada balita (Notoatmodjo,
2003).

4
Penyuluhan Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) dapat digunakan dengan media
booklet. Media penyuluhan booklet sebagai media massa benda mampu menyebarkan informasi
dalam waktu relatif singkat kepada banyak orang yang tempat tinggalnya berjauhan. Bentuk fisiknya
menyerupai buku yang tipis dan lengkap informasinya, yang memudahkan media tersebut untuk
dibawa ( Satmoko dan Harini, 2006).Media dalam penyuluhan kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosi kesehatan untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.
Booklet memiliki kelebihan dapat dibuat dengan mudah dan biaya yang relatif murah serta lebih
tahan lama dibandingkan dengan media audio dan visual serta juga audio visual (Gustaning,
2014).Penelitian Adawiyani (2013) menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap ibu
hamil tentang konsumsi TTD setelah dilakukan intervensi pendidikan melalui media booklet.
Pemberian booklet anemia juga berpengaruh pada kenaikan kadar Hb ibu hamil. Penelitian Sinha dkk
(2012) juga menunjukkan keefektifan menggunakan media video dan booklet dalam meningkatkan
pengetahuan tentang edukasi gizi pada anak remaja sekolah di Allahabad.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 secara Nasional diperkirakan Prevalensi
Balita Gizi Buruk dan Kurang sebesar 19,6 %. Dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2010 secara
Nasional Pravelensi Gizi Buruk dan Kurang sebesar 18% maka Prevalensi Gizi Buruk dan Kurang
mengalami peningkatan sebesar 1,6%.Berdasarkan survey pendahuluan, tahun 2015 di Kabupaten
Boyolali prevalensi balita gizi buruk sebesar 0,79% dan gizi kurang sebesar 4,46%. Presentase tertinggi
penderita gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Boyolali tahun 2015 terdapat di Puskesmas Kemusu
II yaitu prevalensi gizi kurang 12,7% dan gizi buruk 3,3%. Desa Kemusu merupakan desa dengan
prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk tertinggi diantara 7 desa binaan wilayah Puskesmas
Kemusu II, prevalensi gizi kurang 13,07% dan gizi buruk 3,53%.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Pengaruh Penyuluhan dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Baduta Tentang
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Di Desa Kemusu Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan peneliti sebagai berikut : “
Apakah Ada Pengaruh Penyuluhan dengan Media Booklet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu
Baduta Tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) Di Kecamatan Sipahutar?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

bertujuan untuk memberikan Pengetahuan dan Sikap Ibu Baduta Tentang Pemberian Makan Bayi
Dan Anak (PMBA) Di Kecamatan Sipahutar

2. Tujuan Khusus

 Memberikan pengetahuan ibu baduta tentang pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media booklet di Di Kecamatan
Pintu Pohan
 Memberikan pengetahuan sikap ibu baduta tentang pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media booklet di Di Kecamatan
Pintu Pohan

5
D. MANFAAT

1. Bagi Ibu Baduta

Memberikan informasi mengenai pemberian makan bayi dan anak (PMBA) kepada ibu yang
mempunyai anak baduta dengan media booklet sehingga ibu dapat memberikan asupan makan
yang tepat bagi anak.

2. Bagi Puskesmas

diharapkan dapat memberikan masukan serta menambah media untuk pelaksanaan program gizi
mengenai pengetahuan gizi khususnya materi tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak agar status
gizi baduta dapat meningkat.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup terbatas pada pengaruh penyuluhan dengan media booklet terhadap pengetahuan
ibu baduta tentang pemberian makan bayi dan anak (PMBA) Di Kecamatan Sipahutar

F. METODE

- Ceramah

- Tanya jawab

G. TAHAPAN PENYAJIAN

No Tahapan Waktu Kegiatan Fasilitator Kegiatan Sasarn Media

1 Pembukaan 5 a. Memberikan salam a. Menjawab


menit salam
b. Memperkenalkan
diri b. mendengark
an
c. Menjelaskan tujuan

d. Menyampaikan latar
belakang materi

e. Menggali
kemampuan /
pengetahuan
peserta

2. Penyampaian 15 a. Menjelaskan Mendengar, Power


Materi menit pengertian isi memperhatikan dan Point
piringku bertanya

b. Menjelaskan
manfaat isi piringku

c. Apa saja yang


merupakan gizi
seimbang

d. Hal-hal yang dapat


mempengaruhi gizi
seimbang

3. Penutup 10 a. Bertanya kepada Menjawab


menit peserta mmendengarkan
menjawab salam
b. Membuat
kesimpulan hasil
penyuluhan

c. salam

6
I.PEMATERI
a. Tenaga Pengelola Gizi : Eka Sri Lestari

J. EVALUASI
Pada tahap evaluasi ini diberiksn tanya jawab secara lisan kepada peserta meliputi :

a. Pengertian Mp-Asi
b. Permasalahan Dalam Pemberian Mp-Asi
c. Hal-Hal Yang Harus Diingat Dalam Pemberian Makanan Pendamping Asi

7
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MP-ASI

1. Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan
kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
2. MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbASIs susu menuju ke makanan
yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik
oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan
dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang.
3. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun
jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak .
4. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik
dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini.

Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat :

a. Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga,


b. Menghilangnya refleks menjulurkan lidah,
c. Bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu
memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk mrnunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh
ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan.

B. PERMASALAHAN DALAM PEMBERIAN MP-ASI

Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak
disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan
penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih
komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Selain itu ibu-ibu kurang
menyadari bahwa setelah bayi berumur 6 bulan memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang
semakin bertambah, sesuai dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya.

Beberapa permasalahan dalam pemberian makanan bayi/anak umur 0-24 bulan :

1. Pemberian Makanan Pralaktal (Makanan sebelum ASI keluar)

Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, air teh, madu, pisang, yang
diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan
bayi, dan mengganggu keberhASIlan menyusui.

2. Kolostrum dibuang

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan berwarna kekuning-
kuningan. Masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayinya. Kolostrum
mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi
tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.

3. Pemberian MP-ASI terlalu dini atau terlambat

Pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan) menurunkan konsumsi ASI
dan gangguan pencernaan/diare. Kalau pemberian MP-ASI terlambat bayi sudah lewat usia 6
bulan dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan anak.

4. MP-ASI yang diberikan tidak cukup

Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak tepat dan tidak cukup baik
kualitas maupun kuantitasnya. Adanya kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan
kebiasaan tidak menggunakan santan atau minyak pada makanan anak, dapat menyebabkan

8
anak menderita kurang gizi terutama energi dan protein serta beberapa vitamin penting yang
larut dalam lemak.

5. Pemberian MP-ASI sebelum ASI

Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat menyebabkan ASI
kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI.
Dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI
berkurang, yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat berakibat anak menderita
kurang gizi. Seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI.

6. Frekuensi pemberian MP-ASI kurang

Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan berakibat kebutuhan gizi anak tidak
terpenuhi.

7. Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja

Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI
dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang
manajemen laktASI pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan konsumsi zat gizi rendah apalagi
kalau pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan.

8. Kebersihan kurang

Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat menyediakan dan
memberikan makanan pada anak. MASIh banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan,
menyimpan makanan matang tanpa tutup makanan/tudung saji dan kurang mengamati perilaku
kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti
diare (mencret) dan lain-lain.

9. Prioritas gizi yang salah pada keluarga

Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota keluarga yang lebih besar,
seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan untuk anak baduta dan bila makan bersama-sama
anak baduta selalu kalah.

C. HAL-HAL YANG HARUS DIINGAT DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI

1. Jenis-jenis makanan padat antara lain :

a. Pisang.

Banyak bayi yang memulai makanan padatnya dengan pisang yang dihaluskan. Pisang yang
anda pilih sebaiknya pisang kepok merah yang memang umumnya diberikan pada bayi.
Untuk awal mula mungkin 1 buah pisang kecil sudah cukup dan bisa anda kerik dengan
sendok kecil agar halus dan mudah ditelan bagi anak anda yang belum punya gigi saat ini.

b. Bubur beras merah.

Anda dapat membuat sendiri dengan cara membeli beras merah yang ada di supermarket
dan menjadikan bubur. Cara pemberiannya pun mudah, anda dapat mencampurkan bubur
beras merah yang kaya dengan vitamin ini dengan susu formula bayi agar lidah bayi anda
tidak merasa asing. Untuk pertama kali, buatlah sedikit dahulu dan ini bisa dijadikan variasi
makanan agar bayi tidak bosan.

c. Sayuran.

Sayuran yang dapat anda berikan bisa berupa wortel, brokoli atau bayam yang dihaluskan,
bisa dengan dicincang atau di blender. Anda dapat mencampurkan sayuran ini pada bubur

9
bayi. Cucilah terlebih dahulu sayurannya dengan pencuci sayuran agar pestisida yang
terdapat di sayuran terbuang.

d. Sereal/biscuit bayi.

Cara pemberiannya dapat dicampur dengan susu formula bayi atau jika itu biscuit agar tidak
terlalu manis anda dapat menghancurkannya cukup dengan air hangat.

2. Jenis dan karakter dari makanan Makanan pendamping ASI itu disesuaikan dengan umur bayi:

a. Bayi 0 – 6 Bulan

Bayi usia 0-6 bulan sebenarnya tidak memerlukan makanan pendamping, dengan ASI saja
sudah mencukupi. ASI ekslusif dewasa ini disarankan memang sampai dengan bayi usia 6
bulan. Namun bila kebutuhan ASI tidak mencukupi, atau ada hal tertentu yang menyangkut
kondisi sang ibu seperti tidak keluarnya ASI, pemberian makanan penunjang bisa dilakukan.

Pada usia 3-4 bulan, bayi bisa diberikan buah-buahan seperti pisang dan air jeruk manis.
Pemberian bubur susu (makanan lumat sampai lembik) disesuaikan dengan keperluan
masing-masing bayi. Makanan padat bayi pertama ini (bubur susu) dapat dibuat dari tepung
seperti tepung beras, jagung atau havermouth dengan ditambahkan susu dan gula.
Pemberian bubur susu dan buah-buahan 1x sehari.

Usia sebelum 4 bulan ini dapat pula mulai diberikan telur ayam, tetapi harus waspada
kemungkinan alergi dengan gejala urtikaria. Bila terjadi alergi, pemberian telur
ditangguhkan. Biasanya bayi sudah tahan telur pada usia 7 bulan ke atas.

Untuk pemberian makanan lumat bisa memilih waktu yang sesuai misalkan sekitar jam
09.00 dengan memperhatikan bahwa kira-kira 2 jam sebelumnya tidak diberi apa-apa. Pada
bayi usia 5-6 bulan dapat diberikan 2x bubur susu sehari, buah-buahan dan juga telur.

b. Bayi 6 – 8 Bulan

Bayi dapat mulai diberi nasi tim yang merupakan makanan lunak dan makanan campuran
yang lengap karena dapat dibuat dari beras, bahan makanan sumber protein hewani (hati,
daging cincang, telur atau tepung ikan) dan makanan sumber protein nabati seperti tahu,
tempe, sayuran hijau (bayam), buah tomat dan wortel. Sehingga nasi tim ini merupakan
makanan yang mengandung nutrien lengkap.

Selama bayi, pemberian nasi tim ini harus disaring terlebih dahulu untuk memudahkan
menelannya dan tidak mempersulit atau memperberat pencernaan.

c. Bayi 8 – 12 Bulan

Bubur susu sudah dapat diganti seluruhnya dengan nasi tim, yaitu pada pagi hari sebagai
makan pagi misalnya sekitar jam 09.00. Siang hari sekitar jam 13.00 sebagai makan siang
dan sore hari sekitar jam 17.00 – 18.00 sebagai makan malam.

Bila bayi disusui lebih dari 1 tahun, harus diperhatikan kemungkinan timbulnya anoreksia
(berkurangnya atau hilangnya napsu makan) terhadap makanan lain sehingga anak bisa
kekurangan protein dan kalori yang akhirnya menderita penyakit malnutrisi energi protein.

Pengaturan makan yang berhasil pada masa bayi akan mempermudah kelancaran
pengaturan makan pada usia selanjutnya. Pada akhir masa bayi telah dibiasakan abyi
menerima makanan 3x sehari

3. Makanan Buatan dan Susu Formula

Memberikan makanan buatan hanya dibenarkan bila menyusui tidak dapat dilaksanakan,
misalnya produksi ASI tidak ada atau sangat kurang. Susu formula sebagai pengganti ASI

10
kebanyakan dibuat dari susu sapi. Hampir semua tersedia dalam bentuk bubuk dan hanya
memerlukan pengenceran dengan air matang sebelum disajikan. Pengganti ASI (PASI) ini dapat
dikelompokan berbagai macam baik menurut rasa, menurut Ph cairan, kadar nutrien, bahan
utama protein, maksud penggunaan maupun menurur komposisi nutriennya.

Bila bayi tidak menghabiskan hidangan yang disediakan, mungkin bayi telah cukup mendapatkan
pengganti ASI dan sebaliknya bila menghabiskan hidangan yang disediakan mungkin juga masih
kurang sehingga hidangan selanjutnya perlu diperbanyak terutama jika bayi masih menangis
atau belum puas.

4. Pentingnya Variasi

Untuk memperkenalkan makanan pada bayi, mulailah dengan 1 jenis makanan. Tunggu paling
tidak selama 4 hari sebelum mengenalkan makanan jenis lain. Adanya tenggang waktu membuat
bayi makin mengenal dan bisa menerima makanan barunya. Reaksi alergi biasanya baru muncul
beberapa hari setelah jenis makanan itu dikonsumsi. Jika timbul reaksi alergi jenis tertentu, Anda
jadi tahu persis penyebabnya.

Sebagian pakar percaya, penting untuk mulai memperkenalkan sayuran hijau dulu, sehingga
pola citarasa bayi tidak ‘termanjakan' dengan rasa manis dari buah-buahan. Sebagian pakar lagi
menganggap itu hanya mitos belaka. Menurut mereka, bayi terlahir dengan menyukai yang
manis-manis. Anda bisa mengombinasikan kedua pendapat ini, dan melihat mana yang paling
pas buat bayi Anda.Yang pasti, mengombinasikan berbagai jenis makanan akan membuat bayi
tidak cepat bosan, memicu selera makannya plus tidak menjadikannya si pemilih makanan.
Jangan sampai ia terbiasa makan makanan yang itu-itu saja. Ia bisa kekurangan gizi yang
dibutuhkannya.

5. Jadikan Sebagai Rutinitas

Waktu makan—sarapan, makan siang dan makan malam—harus Anda terapkan secara
konsisten. Ini bukannya tanpa alasan. Sistem pencernaan bayi perlu dilatih untuk belajar
menerima, mencerna, serta menyerap makanan pada waktu-waktu yang ditentukan. Untuk
masing-masing waktu makan itu, sajikan kelompok makanan yang ada dalam tabel 'Jadwal
pemberian makanan si kecil' . Perlu dicatat, kalau kenyang si kecil akan memberi sinyal.
Misalnya, menjulurkan lidah atau memalingkan kepala. Jadi, jangan takut si kecil akan makan
secara berlebihan.

6. Mulai Memperkenalkan Biskuit

Anda sudah bisa mulai memberi biskuit bayi sebagai camilan di antara waktu makan. Koordinasi
antara mata dan tangannya sudah cukup baik, sehingga ia bisa membawa tangannya ke mulut.
Pada umur 7 bulan, rata-rata bayi sudah mampu makan sendiri biskuitnya. Umumnya, tekstur
biskuit yang lembut membuat bayi mudah mengemutnya, bahkan akan membantu merangsang
pertumbuhan giginya.

7. Gizi Penting untuk Usia 6-12 Bulan

Pada usia 6-12 bulan, pola makan anak harus mengikuti piramida makanan. Makin ke atas makin
sedikit porsi makanan yang harus dikonsumsi anak. Berikut urutannya dari paling bawah ke
paling atas:

a. Sumber karbohidrat , yakni roti, jagung, nasi, cereal , dan sebagainya, dikonsumsi sebanyak 1-
3 kali/hari @ 1 mangkuk kecil.

b. Sumber zat pengatur , yaknis sayuran dikonsumsi sebanyak 1-2 kali/hari sekitar 25-50 g
mentah. Buah dikonsumsi sebanyak 1-2 kali/hari sekitar 25-75 g.

c. Sumber protein yaitu ASI dikonsumsi sebanyak 2-3 kali/hari. Protein lainnya dikonsumsi
sebanyak 1-3 kali/hari. Misalnya, ayam kampung (paha bawah), telur (1/2–1 butir), daging

11
(1/2 potong sedang/20 g), kacang-kacangan (1-2 sendok makan), tahu (1 potong/50 g),
tempe (1 potong/25 g), serta ikan (1 potong sedang/20 g).

Bila perlu, berikan sumber lemak berupa minyak sebanyak 1/2 sendok teh.

8. Masalah Makanan yang Bisa Timbul Bagi Bayi Usia 6-8 Bulan

Alergi makanan adalah suatu reaksi yang timbul pada tubuh setelah seseorang mengonsumsi
suatu jenis makanan. Reaksi ini dipicu oleh kondisi kekebalan tubuh pada orang tersebut. Bila
salah satu dari Anda atau pasangan Anda punya riwayat alergi makanan, risikonya pada si kecil
meningkat sampai 20-30%. Jika Anda berdua alergi, risikonya pada anak naik lagi hingga 40-70%.

Tanda-tanda si kecil mengalami alergi makanan, antara lain:

a. Ruam di kulit

b. Diare

c. Muntah

9. Kebutuhan Energi MP – ASI

a. Usia 6 – 8 bulan : 200 kkal/hari

b. Usia 9 – 11 bulan : 300 kkal/hari

c. Usia 12 – 23 : 550 kkal/hari

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Stunting BUKAN hanya terjadi pada orang miskin.


 Perbaiki asupan nutrisi dan lengkapi imunisasi.
 Perhatikan kesehatan remaja, tangani anemia.
 Stunting dan COVID -19: stunting membuat imun turun, angka kematian lebih
tinggi dari yang tidak stunting.
 Hati-hati kerilumologi stunting dan nutrisi. Jangan percaya testimoni, cerdas
membedakan mitos.
 Lakukan perencanaan keluarga yang MATANG.

DAFTAR PUSTAKA

- http://papadanmama.com/2009/06/4-makanan-padat-bergizi-untuk-bayi-anda/

- http:/bayisehat.com

- http://parentingislami.wordpress.com/2008/05/27/makanan-pendamping-asi-mp-asi/

http://pondokibu.com/tag/makanan-pendamping-asi-mp-asi/

13
PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEHNIS (UPT) PUSKESMAS SIPAHUTAR
KECAMATAN SIPAHUTAR

Jl.TD.Pardede Kec. Sipahutar 22471 . Email : puskesmassipahutar@go.id

SURAT PERINTAH TUGAS


Nomor : 445/270/ 13.1/IV/2021

Kepala Puskesmas UPT Puskesmas Sipahutar dengan ini menugaskan :

No Nama /Nip Jabatan Ket


1 Eka Sri lestari Sitompul Petugas Program -
Nip- Gizi

Untuk :Sosialisasi Pembinaan Edukasi Konseling Pmba Dan Gizi Seimbang Di


Kantor Camat Sipahutar
Tujuan : Seluruh Kader yang ada diwilayah kecamatan Sipahutar
Lamanya : 1 (satu) hari
Tanggal berangkat : 25 Febuari 2021
Tanggal Kembali : 25 Febuari 2021

Demikian surat tugas ini diberikan untuk diketahui dan dapat dilaksanakan sebaik-
baiknya.

Ditetapkan di : Sipahutar
Pada tanggal : 23 Febuari 2018

Mengetahui

Kepala Puskesmas Sipahutar

dr.Lemiston Ego Simamora


NIP 197705062009111 002

14
PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEHNIS (UPT) PUSKESMAS SIPAHUTAR
KECAMATAN SIPAHUTAR

Jl.TD.Pardede Kec. Sipahutar 22471 . Email : puskesmassipahutar@go.id

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TAPANULI UTARA

NOMOR : 153 /SK-DINKES /II/2021

TENTANG

PENETAPAN NARASUMBER SOSIALISASI PEMBINAAN EDUKASI KONSELING PMBA DAN


GIZI SEIMBANG DI UPT PUSKESMAS SIPAHUTAR

PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL


KESEHATAN KABUPATEN TAHUN ANGGRAN 2020

Menimbang

a) Bahwa untuk pelaksanaan Program Kesehatan Masyarakat maka perlu


ditetapkan narasumber sesuai dengan DPPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten
Tapanuli Utara Tahun Anggaran 2021.
b) Bahwa untuk dimaksud Poin tersebut di atas maka perlu ditetapkan narasumber
Kegiatan Sosialisasi Pembinaan Edukasi Konseling Pmba Dan Gizi Seimbang
dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Toba.
Mengingat

1. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran


Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 12 tahun 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4437. Sebagimana telah diubah
terakhir dengan undang undang nomor 12 tahun 2008 nomor 59, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4884.

2. Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara


Republik Indonesia tahun 2009 nomor 144 tambahan Negara Republik Indonesia
nomor 5063.

3. Undang Undang nomor 22 tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2013 Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 113.
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5252).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan Antara Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 82
tambahan lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4737.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat


Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 89 tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4741).

15
6. Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas Dan Fungsi
Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon Satu
Kementerian Negara.

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK. 033 01/60/I/2010 Tentang Rencana


Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010 -2014

8. Pengesahan DPPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun


Anggran 2021.

MEMUTUSKAN

Menepatan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIPAHUTAR


TENTANG PENETAPAN NARASUMBER PROGRAM UPAYA KESEHATAN
MASYARAKAT KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN
KABUPATEN TAHUN ANGGARAN 2021.

KESATU : Nama Narasumber Kegiatan Sosialisasi Pembinaan Edukasi Konseling PMBA


Dan Gizi Seimbang yaitu
1. Eka Sri Lestari Sitompul

KEDUA : Tugas dan Tanggung Jawab Narasumber.


a. mempersiapkan dan menyampaikan materi untuk kegiatan dimaksud
b. Menjawab dan menjelaskan pertanyaan peserta kegiatan pertemuan .

KETIGA : Narasumber dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala


Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara.

KEEMPAT : Segala Biaya yang timbul akibat ditetapkannya keputusan ini dibebankan pada
DPA SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara tenggara 2021

KELIMA : Keputusan ini berlaku selama kegiatan dimaksud berlangsung dan apabila
dikemudian hari terdapat kekeliruan kekeliruan di dalamnya akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Tembusan Yth
1. Inspektur Daerah Kabupaten
2. Yang bersangkutan
3. Arsip

Mengetahui

Kepala Puskesmas Sipahutar

dr.Lemiston Ego Simamora


NIP 197705062009111 002

16
PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI UTARA
DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEHNIS (UPT) PUSKESMAS SIPAHUTAR
KECAMATAN SIPAHUTAR

Jl.TD.Pardede Kec. Sipahutar 22471 . Email : puskesmassipahutar@go.id

Notulen Pertemuan Nama Pertemuan : Sosialisasi Pembinaan Edukasi ,Konseling Pmba Dan
Gizi Seimbang
Waktu : 09.00 s/d selesai
Tempat : Kantor Camat Sipahutar
Peserta :
- Kepala UPT. Puskesmas
- Penanggung Jaawab Program Gizi dan Pendamping TPG
- Kader
Susunan Acara 1. Pembukaan dari Protokol
2. Doa Pembuka
3. Kata Sambutan
4. Pembahasan Materi Kepala Puskesmas Ferawati Ginting
,SKM
5. Makan Siang
6. Pembahasan Materi Oleh Eka Sri Lestari Sitompul
7. Doa Penutup
Pembahasan  Pembukaan : Juli Afrianti
 Sambutan : Kepala UPT Puskesmas Sipahutar
 Diskusi
1. Berat badan dan tinggi badan yang “kecil”, bagaimana
membedakan stunting atau genetik (keturunan karena
ayah ibu juga kecil)?
Jawab :Stunting adalah keadaan pendek yang khas disebabkan oleh
gangguan nutrisi, infeksi berulang yang tidak tertangani dalam
jangka waktu yang lama. kurva pertumbuhan dari sejak lahir,
adalah pertumbuhan janin terhambat? Adakah riwayat infeksi
berulang akibat imunisasi tidak lengkap? adakah riwayat gagal
tumbuh? Malnutrisi yang tidak teratasi dalam waktu lama
sehingga menyebabkan badannya pendek?
2. Apakah stunting setelah usia 2 tahun (sudah lewat 1000
hari pertama kehidupan) sama sekali tidak bisa
diperbaiki?
Jawab : Ada dua masalah akibat stunting yaitu pertumbuhan otak dan
tinggi badan. Pertumbuhan otak sangat pesat terjadi pada 2
tahun pertama sehingga setelah usia 2 tahun, tidak bisa
diperbaiki. Tinggi badan masih bisa diperbaiki dengan
berharap pada fase pubertas. Oleh karena itu JANGAN
mengobati stunting tapi lakukanlah PENCEGAHAN. Periode
emas yang masih bisa memperbaiki stunting adalah sebelum
usia 2 tahun, dan hasilnya pun tidak bisa kembali sempurna,
artinya bisa diperbaiki namun optimal.
3. Apakah vitamin/ suplemen / minyak ikan dapat mencegah
stunting?
Jawab : Stunting dapat dicegah dengan pemberian nutrisi yang tepat.
Nutrisi pembangun tumbuh adalah makronutrien yang terdiri
dari Karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan vitamin dan
mineral merupakan mikronutrien yang merupakan zat pendukung,
bukan pembangun. Vitamin dan mineral terbaik berasal dari makanan,
bukan dari apotek. Tidak ada vitamin dan suplemen pencegah
stunting.

17
4. Adakah cara cepat/ tips mencegah stunting?
Jawab : tidak ada cara yang cepat, namun ada cara yang mudah yang
harus dilakukan bertahun-tahun. Pencegahan stunting adalah
perjalanan yang cukup panjang dari mempersiapkan remaja putri
sebelum menempuh kehamilan, perencanaan keluarga dan kehamilan
yang matang, menjaga kehamilan yang sehat, nutrisi saat hamil dan
menyusui, manajemen laktasi yang baik, manajemen MPASI yang
adekuat, mencegah penyakit dengan imunisasi yang LENGKAP dan
pemantauan pertumbuhan anak terus-menerus. Jadi tidak ada cara
cepat.

5. Perlukah menambah sufor saat MPASI jika kenaikan berat


badan melambat?
Jawab Saat usia 6-12 bulan, ada dua manajemen nutrisi yang harus
dievaluasi yaitu:
 Apakah ASI cukup?
 Apakah kuantitas dan kualitas MPASI cukup?
Pemberian sufor hanya dilakukan jika ASI tidak cukup.
Pemberian ASI pada masa MPASI tetap dominan mencapai 120 ml x
Berat badan perharinya.

6. Anak gagal tumbuh sebelum usia 6 bulan, dan dianjurkan


pemberian sufor, bagaimana dengan sufor?
Jawab : Saat anak gagal tumbuh di periode ASI (0-6 bulan),
lakukanlah 2 hal yaitu: cukupkan gizinya dengan PASI (pengganti ASI)
dan lakukan relaktasi (mengembalikan/meningkatkan produksi
ASI).PASI (sufor) dapat diberikan seperti memberikan ASI perah yaitu
perporsi sekitar 20 mlx berat badan dan setiap 8-12x sehari.
Jangan lupa merangsang produksi ASI sehingga nantinya, kebutuhan
PASI akan menurun seiring dengan bertambahnya produksi Asi

7. Ibu hamil defisiensi besi, bagaimana mengatasinya?


Jawab : Pencegahan anemia pada ibu hamil harus dilakukan sebelum
hamil. Jika anemia sudah terjadi saat hamil maka kondisi ini sudah
terlambat, sehingga harus diatasi segera, pada umumnya dokter
kandungan akan memberikan suplemen besi tergantung pada derajat
keparahan defisiensinya (dapat berupa infus zat besi, suplemen
minum). Namun perlu diingat, penyebab utama defisiensi besi adalah
asupan besi yang kurang sehingga wajib mengubah pola makan
sehingga tidak terulang di saat fase menyusui.

Kesimpulan: 1. Stunting BUKAN hanya terjadi pada orang miskin.


2. Perbaiki asupan nutrisi dan lengkapi imunisasi.
3. Perhatikan kesehatan remaja, tangani anemia.
4. Stunting dan COVID -19: stunting membuat imun turun,
angka kematian lebih tinggi dari yang tidak stunting.
5. Hati-hati kerilumologi stunting dan nutrisi. Jangan percaya
testimoni, cerdas membedakan mitos.
6. Lakukan perencanaan keluarga yang MATANG.

18

Anda mungkin juga menyukai