Anda di halaman 1dari 11

30 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40

PENGARUH PENAMBAHAN BUBUR DAUN KEMANGI ( Ocimim basilicum L. ) TERHADAP


KANDUNGAN GIZI KERUPUK SAGU
EFFECT OF ADDITION OF BASIL (Ocimim basilicum L.) LEAF PORRIDGE TO
NUTRITIONAL CONTENT OF SAGO CRACKERS
Hijra Wijaraya N 1), Muh. Wiharto Caronge 2), Muh. Rais 3)
1Alumni Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian
2 dan 3 Dosen PTP FT UNM

ijaa0611@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan bubur daun kemangi
terhadap kandungan gizi kerupuk sagu. Rancangan percobaan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari konsentrasi penambahan bubur daun kemangi,
yaitu: 0% (Kontrol), 10%, 15%, dan 20%. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah
analisis kimia (kadar air, kadar provitamin A (β-karoten), kandungan fosfor, kandungan
antioksidan) dan nilai organoleptik kerupuk sagu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan konsentrasi bubur daun kemangi mempengaruhi kadar air, kadar provitamin A,
khususnya β-karoten, kadar fosfor, dan tingkat antioksidan kerupuk sagu. Begitu juga pada hasil
penerimaan atau tingkat kesukaan panelis. Perlakuan terbaik, dalam hal analisis kimia dan uji
organoleptik, adalah kerupuk sagu dengan penambahan 10% konsentrasi penambahan bubur
daun kemangi, dengan nilai kadar air 7,96%, kadar provitamin A (β-karoten) sebesar 1,96 %,
kadar fosfor 0,045%, dan kandungan antioksidan 3,98%, nilai kesukaan warna 3,23, nilai
kesukaan aroma 3,65, nilai kesukaan rasa 3,87, dan nilai kesukaan tekstur 3,93.
Kata kunci : Kerupuk sagu, bubur daun kemangi, organoleptik, analisis kimia
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect adding gruel of basil leave to the nutritional
content of sago crackers. The experimental design used was a Completely Randomized Design
(CRD) consisting of the concentration of the adding gruel of basil leave, namely: 0% (Control),
10%, 15%, and 20%. The parameters observed in this study were chemical analysis (water
content, levels of provitamin A (β-carotene), phosphorus content, antioxidant content) and
organoleptic value of sago crackers. The results showed that the concentration of adding gruel of
basil leave affect water content, levels of provitamin A, especially β-carotene, phosphorus levels,
and antioxidant levels of sago crackers. Likewise, on the results of acceptance or the level of
panelist fondness. The best treatment, in terms of chemical analysis and organoleptic test, is
sago crackers with the addition of 10% concentration of adding gruel of basil leave, with a value
water content of 7.96%, provitamin A content (β-carotene) level of 1.96%, phosphorus content of
0.045%, and 3.98% antioxidant content, fondness value of color 3.23, fondness value of aroma
3.65, fondness value of flavour 3.87, and fondness value of texture 3.93.
Keywords: sago crackers, gruel of basil leave, organoleptic, chemical analysis

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40 31

PENDAHULUAN pengolahan yang berkembang saat ini


memungkinkan adanya diversifikasi produk
Sagu sangat potensial untuk
pangan yang berbasis pada tepung sagu,
dikembangkan sebagai bahan pangan
yaitu bisa dikembangkan mulai dari
alternatif bagi masyarakat Indonesia selain
pembuatan produk tepung sagu komposit
beras, karena kandungan karbohidrat sagu
dan produk-produk lain yang biasa
mampu menghasilkan pati kering hingga 25
dikonsumsi oleh masyarakat seperti
ton per Ha, kemampuan subtitusi tepung
kerupuk. Pemanfaatan tepung sagu sebagai
dalam industri pangan, peluang
bahan pengikat pada kerupuk memiliki
meningkatkan produktivitas, potensi areal
potensi menjadi komoditas unggulan
dan perluasannya, serta kemungkinan
(Nurfadila dkk, 2015). Sagu sangat potensial
diversifikasi produk (Alfons dan Bustaman,
dan tersedia dalam jumlah yang banyak.
2005). Dengan demikian, prospek dan
Kemangi adalah spesies basil yang
peluang pengembangan sagu baik sebagai
terbesar di seluruh dunia, baik dalam bentuk
bahan pangan maupun sebagai bahan baku
segar ataupun untuk produksi minyak
industri cukup menjanjikan. Menurut
esensial. Kemangi merupakan salah satu
Richana dkk., (2000) dalam 100 g pati sagu
spesies yang menarik karena aroma dan
mengandung 94 g karbohidrat dan 0,2 g
rasanya, tanaman kemangi mengandung
protein.
minyak atsiri. Tanaman kemangi dapat
Sagu merupakan pangan utama
dimanfaatkan sebagai obat tradisional, daun
sejak zaman dahulu bagi sebagian
kemangi digunakan untuk mengobati
masyarakat Indonesia seperti penduduk di
demam, peluruh asi dan rasa mual.
Papua dan Maluku, dan sebagian
Daun kemangi banyak digunakan
masyarakat di Sulawesi seperti Kendari dan
oleh masyarakat Indonesia sebagai menu
Luwu (Palopo). Demikian pula, pemanfaatan
lalapan yang wajib ada. Sesuai dengan
sagu untuk pembuatan makanan tradisional
namanya, daun kemangi apabila
sudah lama dikenal oleh penduduk di
disandingkan dengan lalapan lain tercium
daerah-daerah penghasil sagu baik di
lebih wangi. Daunnya kecil-kecil dan hampir
Indonesia maupun di Papua Nugini dan
mirip dengan seledri, namun banyak juga
Malaysia (Boston, 2009). Sagu dapat
yang tidak menyukai daun kemangi karena
dimanfaatkan sebagai bahan pangan
rasanya yang getir.
setelah berbentuk tepung dan digunakan
Daun kemangi memiliki khasiat dan
pada berbagai jenis olahan makanan antara
manfaat yang luar biasa untuk kesehatan,
lain papeda maupun kapurung dimana
karena daun kemangi mengandung β
fungsi kedua makanan tersebut hanyalah
karoten (provitamin A) dan vitamin C, zat
sebagai makanan selingan saja (PKPP,
besi, kalsium, dan fosfor. Hal yang membuat
2012).
daun kemangi luar biasa adalah sifat
Sagu juga digunakan untuk bahan
antioksidan dan sifat antibakterinya. Khasiat
pangan yang lebih komersial seperti roti,
daun kemangi tidak dapat dirasakan oleh
biskuit, sohun, kerupuk, bihun, dan
semua orang karena sebagian orang kurang
sebagainya (Auliah, 2012). Menurut
menyukai kemangi. Tapi akhir-akhir ini,
Peningkatan Kemampuan Peneliti dan
sudah bermunculan inovasi baru cara
Perekayasa (PKPP) (2012) teknologi

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
32 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40

menyajikan sayuran jenis ini agar dapat berjudul “Pengaruh Penambahan Bubur
dikonsumsi oleh semua orang, salah Daun Kemangi (Ocimim basilicum L.)
satunya yaitu dengan menambahkan terhadap Kandungan Gizi Kerupuk Sagu“.
kemangi pada pembuatan kerupuk. TUJUAN PENELITIAN
Menurut Anindita, dkk (2016)
kerupuk merupakan suatu jenis makanan Penelitian ini bertujuan sebagai
ringan yang sudah lama dikenal oleh berikut:
sebagian besar masyarakat Indonesia. 1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
Kerupuk bertekstur garing dan dikonsumsi penambahan bubur daun kemangi
sebagai makanan selingan maupun sebagai terhadap kandungan gizi kerupuk sagu.
variasi dalam lauk pauk. Pada dasarnya, 2. Untuk mengetahui penerimaan panelis
makanan tersebut mudah dijumpai dan terhadap kerupuk sagu dengan
dijual dengan harga murah baik dalam konsentrasi penambahan bubur daun
bentuk kemasan yang belum digoreng kemangi.
(kerupuk mentah) dan kemasan yang sudah METODE PENELITIAN
digoreng (kerupuk matang).
Penelitian ini diawali dengan tahap
Menurut Muliyawan (1991) dalam
persiapan yang meliputi persiapan seluruh
pembuatan kerupuk diperlukan bahan yang
alat dan bahan yang akan digunakan pada
mengandung pati sebagai bahan pengikat
pembuatan kerupuk sagu dengan
agar bahan satu sama lain saling terikat
penambahan bubur daun kemangi.
dalam satu adonan yang berguna untuk
Persiapan bahan diawali dengan pemilihan
memperbaiki tekstur. Bahan pengikat yang
daun kemangi yang berkualitas yaitu
sering digunakan dalam pembuatan kerupuk
dengan ketentuan daun kemangi yang tidak
adalah bahan yang mengandung
cacat, tidak hancur, dan tidak busuk. Sagu
karbohidrat seperti tepung terigu, tepung
yang digunakan yaitu sagu kering yang
beras, tepung ketan, tepung jagung, tepung
diperoleh dengan cara sagu basah
tapioka, tepung ubi jalar, dan tepung sagu.
dicampur air dengan perbandingan 1:1,
Kerupuk sangat beragam dalam
kemudian disaring, setelah itu didiamkan
bentuk, ukuran, warna, bau, rasa,
selama ± 1 jam, kemudian dikeringkan
kerenyahan, ketebalan, ataupun nilai
menggunakan cabinet dryer pada suhu
gizinya. Berdasarkan bahan-bahan pemberi
600C selama ± 6 jam, seanjutnya diayak
rasa yang digunakan dalam pengolahannya,
menggunakan ayakan 60 mesh. Uraian
dikenal kerupuk udang, kerupuk ikan, dan
prosedur penelitian antara lain adalah :
beberapa jenis lainnya. Berdasarkan cara
pengolahannya, rupa dan bentuk kerupuk a. Pengolahan Bubur Daun Kemangi
dikenal seperti kerupuk mie, kerupuk Pengolahan bubur daun kemangi
kembang dan lain sebagainya. Di samping melalui beberapa tahap, yaitu :
itu, berdasarkan tempat atau daerah 1) Daun kemangi dibersihkan dan dicuci.
penghasil dikenal kerupuk Sidoarjo, kerupuk 2) Daun kemangi disortasi dengan memilih
Surabaya, dan kerupuk Palembang. daun kemangi yang tidak cacat, tidak
Berdasarkan hal tersebut, maka hancur dan tidak busuk.
peneliti mencoba melakukan penelitian yang

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40 33

3) Kemudian, daun kemangi ditimbang 8) Adonan yang telah matang didinginkan


sebanyak 100 gram di dalam frezer selama ± 10 jam
4) Setelah itu, daun kemangi ditambahkan sehingga kerupuk mengeras dan mudah
air sebanyak 100 ml dipotong.
5) Daun kemangi kemudian dihaluskan 9) Kemudian, adonan diiris tipis dengan
menggunakan blender. ketebalan ± 1-2 mm menggunakan alat
pengiris.
b. Pengolahan Kerupuk Sagu
10) Adonan dikeringkan kembali di
Pengolahan kerupuk sagu yang
room dryer dengan suhu ± 500 C selama
ditambahkan dengan bubur daun kemangi
± 3 hari.
melalui beberapa tahap, yaitu sebagai
11) Setelah kering, kerupuk digoreng di
berikut :
dalam minyak panas dengan suhu 1500C
1) Tepung sagu sebanyak 500 gram untuk
dalam keadaan terendam selama 10
masing-masing campuran dibagi menjadi
detik sambil dibalik-balik agar merata.
dua bagian, yaitu bagian A (50%) dan
bagian B (50%). Bagian A ditambahkan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan air dengan perbandingan 1:2,
dan bumbu kerupuk yaitu garam halus Kadar Air
(1%), gula (1%), bawang putih (3%) yang
sudah dihaluskan, natrium bikarbonat
(5%), dan telur 1 butir. Campuran 8.00
kemudian dimasak sambil diaduk
Kadar Air (%)

6.00
menjadi gel kental.
2) Tepung sagu bagian B dicampur sedikit 4.00 7.03 7.55 7.71 7.96
demi sedikit dengan tepung sagu bagian
2.00
A dan ditambahkan bubur daun kemangi
dengan perlakuan 0 %, 10 %, 15 %, dan 0.00
20 %. 0 10 15 20
(Kontrol)
3) Adonan dihomogenkan hingga Konsentrasi Penambahan Bubur Daun Kemangi
(%)
tercampur dengan rata dan tidak lengket
di tangan. Gambar 1.
Pengaruh Penambahan Konsentrasi Bubur
4) Adonan kemudian dibentuk menjadi
Daun Kemangi terhadap Kadar Air Kerupuk
silinder (dodolan) dengan panjang 15 cm Sagu
dan diameter 2 cm.
5) Adonan dimasukkan ke dalam plastik Kadar air kerupuk sagu perlakuan
lembaran yang telah diberi lubang kecil penambahan konsentrasi bubur daun
agar pada saat pengukusan adonan kemangi sebanyak 20% lebih tinggi
cepat matang. dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
6) Adonan dikukus pada suhu ±100 0 C Semakin rendah konsentrasi
selama ± 1 jam. penambahan bubur daun kemangi, maka
7) Adonan yang telah matang kemudian kadar air yang dihasilkan juga mengalami
diangin-anginkan selama 30 menit penurunan (Irmayanti, dkk 2017). Selain itu,

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
34 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40

penurunan kadar air juga disebabkan oleh Kadar Provitamin A (β-Karoten)


adanya penggorengan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Weiss (1983) dalam 2.00

Provitamin A (β-Karoten) (%)


Ratnaningsih, dkk (2007) yang menyatakan
dalam penggorengan terjadi perpindahan 1.50

panas dan massa oleh minyak. Dalam 1.00 1.76 1.96


1.51
proses penggorengan ini sebagian air dalam 1.32
0.50
bahan pangan akan menguap sehingga
menurunkan kadar air yang dihasilkan. 0.00
Kadar air kerupuk sagu yang baik
adalah perlakuan kontrol dengan nilai kadar Konsentrasi Penambahan Bubur Daun
air 1,03%, karena semakin rendah kadar air Kemangi (%)

yang dihasilkan maka kerupuk sagu akan Gambar 2.


semakin bagus. Selain itu, kadar air yang Pengaruh Penambahan Konsentrasi Bubur
tinggi pada tepung sagu dapat Daun Kemangi terhadap Kadar Provitamin A
mempengaruhi tekstur yang dihasilkan (β Karoten) Kerupuk Sagu
kerupuk sagu menjadi kurang renyah,
sedangkan kadar air yang rendah pada Hasil menunjukkan adanya
tepung sagu dapat mempengaruhi tekstur perbedaan nilai kadar provitamin A (β-
kerupuk sagu menjadi renyah. Hilangnya karoten) akibat pemberian perlakuan
atau kurangnya kandungan air pada sagu konsentrasi pada kerupuk sagu yang
basah yang dihasilkan karena pada proses dihasilkan. Hal tersebut disebabkan karena
pengolahan sagu basah menjadi tepung semakin banyak konsentrasi penambahan
telah mengalami proses pengolahan panas bubur daun kemangi maka kadar provitamin
yaitu pengeringan dengan menggunakan A (β-karoten) yang dihasilkan akan semakin
mesin pengering kabinet sehingga tinggi. Menurut Made (2015) kandungan
menyebabkan hilangnya air bebas dalam vitamin A daun kemangi tiap 100 gram
tepung sagu. Hal ini sejalan dengan sebanyak 750 RE (Retinol Equivalents).
pendapat Purnomo (1995), bahwa air bebas Provitamin A (β-karoten) kerupuk
dapat dengan mudah hilang apabila terjadi sagu pada konsentrasi penambahan bubur
penguapan atau pengeringan, sedangkan daun kemangi lebih tinggi dibandingkan
air terikat sulit dibebaskan dengan cara dengan kontrol diakibatkan karena daun
tersebut. kemangi kaya akan betakaroten yang
berfungsi menajamkan dan mencegah
kerusakan mata terutama pada retina mata.
Perlakuan kontrol juga mengandung
provitamin A disebabkan oleh adanya bahan
tambahan yang digunakan pada
pengolahan kerupuk sagu yaitu telur yang
mengandung provitamin A sebanyak 900 UI.

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40 35

Kadar Fosfor putih mengandung kadar fosfor sebanyak


153 mg.
Hasil penelitian menunjukkan
adanya perbedaan kadar fosfor kerupuk Pentingnya kadar fosfor yang
sagu pada setiap perlakuan. Kadar fosfor dihasilkan pada kerupuk sagu dengan
tertinggi diperoleh dari perlakuan penambahan bubur daun kemangi karena
penambahan konsentrasi bubur daun kebutuhan akan kadar fosfor bagi tubuh
kemangi 20%, yaitu 0,045%, sedangkan manusia terpenuhi tanpa mengkonsumsi
kadar fosfor yang terendah diperoleh dari secara langsung daun kemangi, melainkan
perlakuan kontrol, yaitu 0,026%. Hasil masyarakat dapat menikmatinya dalam
penelitian menunjukkan semakin banyak bentuk olahan kerupuk.
konsentrasi penambahan bubur daun Kadar Antioksidan
kemangi, yaitu 20% maka kadar fosfor yang
terkandung dalam kerupuk sagu semakin

Kadar Antioksidan (%)


4.00
tinggi.
2.00 3.33 3.86 3.98
3.14

0.00
Kadar Fosfor (%)

0.050

0.045
0.026 0.030 0.036
Konsentrasi Penambaahn Bubur Daun
0.000 Kemangi (%)

Gambar 4.
Pengaruh Penambahan Konsentrasi Bubur
Konsentrasi Penambahan Bubur Daun
Kemangi (%) Daun Kemangi terhadap Kadar Antioksidan
Kerupuk Sagu
Gambar 3.
Pengaruh Penambahan Konsentrasi Bubur Hasil penelitian menunjukkan
Daun Kemangi terhadap Kadar Fosfor semakin banyak konsentrasi penambahan
Kerupuk Sagu bubur daun kemangi, yaitu 20% maka kadar
antioksidan yang dihasilkan akan semakin
Kadar fosfor kerupuk sagu tertinggi tinggi. Hal ini disebabkan karena daun
diperoleh dari konsentrasi penambahan kemangi memiliki antioksidan yang sangat
bubur daun kemangi pada perlakuan 20%. baik untuk melawan radikal bebas yang
Hal tersebut disebabkan karena semakin masuk ke dalam tubuh kita. Kadar
banyak konsentrasi penambahan bubur antioksidan terdapat juga pada perlakuan
daun kemangi maka kadar fosfor yang kontrol, karena adanya salah satu bahan
dihasilkan akan semakin tinggi. Kadar fosfor tambah yang digunakan yaitu telur dan
pada perlakuan kontrol sebesar 0,026%. bawang putih, dimana kedua bahan tambah
Fosfor ditemukan dalam kerupuk sagu ini juga mengandung antioksidan (Kasmira
perakuan kontrol disebabkan oleh bahan dkk, 2018).
tambahan yang digunakan adalah bawang
Daun kemangi mengandung
putih, dimana di dalam 100 gram bawang komponen non gizi antara lain senyawa
flavonoid dan eugenol, arigin, anetol, boron,

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
36 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40

dan minyak atsiri. Flavonoid dan eugenol terjadinya pencoklatan non enzimaztis pada
berperan sebagai antioksidan, yang dapat kerupuk sagu. Menurut Vaclavin dan
menetralkan kolesterol dan bersifat Christian (2007) pencoklatan non enzimatis
antikanker. seperti reaksi Maillard dan karamelisasi ini
Antioksidan alami di dalam sering terjadi selama pemanasan. Reaksi
makanan dapat berasal dari senyawa Maillard meningkat tajam pada suhu yang
antioksidan yang sudah ada dari satu atau tinggi dan menyebabkan pencoklatan
dua komponen makanan, senyawa semakin cepat terjadi (Winarno, 2002).
antioksidan yang terbentuk dari reaksi- Warna alami yang terdapat pada
reaksi selama proses pengolahan, senyawa kemangi didapat dari zat hijau daun yaitu
antioksidan yang diisolasi dari sumber alami klorofil. Winarno (1980), klorofil yang
dan ditambahkan ke makanan sebagai terdapat didalam kloroplas, sel-sel ini akan
bahan tambahan pangan (Pratt 1992). pecah akibat penggilingan sehingga pigmen
akan keluar dan sebagian akan rusak atau
Warna
teroksidasi karena kontak dengan udara.
Perubahan warna ini juga terjadi
Nilai Rata-rata Panelis terhadap

4.00
karena klorofil memiliki sifat yang tidak stabil
Warna Kerupuk Sagu (%)

3.00
2.00 3.23 2.84 2.92 2.89 sehingga sulit menjaga agar molekulnya
1.00
0.00 tetap utuh, terlebih dengan perlakuan
pemanasan. Winarno (1992), menyatakan
bahwa klorofil dalam daun yang masih
hidup berikatan dengan protein. Dalam
Konsentrasi Penambahan Bubur Daun proses pemanasan protein akan
Kemangi (%)
terdenaturasi dan klorofil dilepaskan.
Gambar 5. Aroma
Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna
Keupuk Sagu 4.00
terhadap Aroma Kerupuk Sagu

3.00
Data yang dihasilkan menunjukkan
Nilai Rata-rata Panelis

2.00 3.16 3.65 3.31 2.99


bahwa panelis menyukai perlakuan kontrol 1.00
0.00
dibandingkan warna kerupuk sagu dengan
(%)

perlakuan konsentrasi penambahan bubur


daun kemangi. Hal ini disebabkan karena
Konsentrasi Penambahan Bubur Daun
tanpa adanya penambahan bubur daun Kemangi (%)
kemangi pada pembuatan kerupuk sagu
menghasilkan warna asli kerupuk sagu yang
berwarna cokelat muda, sedangkan kerupuk Gambar 5.
Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Aroma
sagu dengan penambahan konsentrasi
Keupuk Sagu
bubur daun kemangi menghasilkan kerupuk
sagu berwarna cokelat gelap. Tingkat kesukaan panelis terhadap
Hal ini diduga karena proses aroma kerupuk sagu dipengaruhi oleh
pemasakan dengan panas menyebabkan penambahan bubur daun kemangi. Semakin

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40 37

tinggi konsentrasi penambahan bubur daun kemangi pada pembuatan kerupuk sagu
kemangi, yaitu 20% maka aroma yang berpengaruh terhadap rasa pada kerupuk
dihasilkan akan semakin menyengat yang sagu yang dihasilkan.Hal ini disebabkan
berasal dari kandungan sitral yang tinggi karena semakin banyak penambahan bubur
pada daun dan bunganya (Heyne, 1987). daun kemangi maka rasa kerupuk sagu
Pengamatan terhadap aroma yang dihasilkan akan semakin pahit.
kerupuk sagu dilakukan dengan cara Kandungan flavonoid pada daun
penentuan tingkat kesukaan aroma secara kemangi menyebabkan terdapatnya rasa
sensorik dengan indra pembau (Sri, 2017). pahit dan kesat pada tumbuhan ini sehingga
Tingginya tingkat kesukaan aroma terhadap dapat memacu dan merangsang sekresi
kerupuk sagu disebabkan oleh adanya kelenjar saliva dalam meningkatkan
penambahan bubur daun kemangi yang produksi saliva dengan cara kimiawi.
memiliki aroma sangat khas yang berasal Menurut Teuscher (2006) kemangi
dari daunnya yang sangat kuat namun mempunyai rasa rempah, terkadang
lembut dengan sentuhan aroma limau. Bau menyerupai merica dan terkadang
aromatik yang unik dari daun kemangi juga menyegarkan.
berasal dari kandungan minyak atsiri yang Perbedaan rasa pada daun
terkonsentrasi pada daun yang diketahui kemangi dikarenakan oleh beberapa
terdapat bahan utama aktif eugenol senyawa kimia yang terkandung
sebanyak 71% yang juga dapat didalamnya, terutama methyl chavicol
merangsang produksi saliva dengan cara (orestragol), linalool, citral, methyl
neuronal melalui sistem syaraf autonom, cinnamate, dan euganol (Raghavan, 2000).
baik simpatis maupun parasimpatis (Shinta, Tekstur
2012).
Rasa
Nilai Rata-rata Panelis terhadap

4.00
Tekstur Kerupuk Sagu (%)

3.00
Nilai rata-rata Panelis terhadap

4.00
2.00 3.93 3.77
Rasa Kerupuk Sagu (%)

3.00 3.35 3.35


1.00
2.00 3.87
3.04 3.05 2.52 0.00
1.00
0.00

Konsentrasi Penambahan Bubur Daun Kemangi


(%)
Konsentrasi Penambahan Bubur Daun
Kemangi (%)
Gambar 5.
Gambar 5. Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Tekstur
Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Keupuk Sagu
Keupuk Sagu Skor organoleptik terhadap tekstur
Hasil analisis menunjukkan bahwa kerupuk sagu yang paling disukai oleh
perbedaan penambahan bubur daun panelis diperoleh dari perlakuan konsentrasi

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
38 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40

penambahan bubur daun kemangi Teknologi Pertanian Maluku. Badan


sebanyak 10%. Tekstur kerupuk yang Litbang Pertanian, Maluku.
dihasilkan renyah, hal tersebut dikarenakan Auliah, A. 2012. Formulasi Kombinasi
kadar air kerupuk sagu yang dihasilkan Tepung Sagu dan Jagung pada
tergolong rendah. Kerupuk dibuat dari Pembuatan Mie. Jurnal Chemica
bahan baku dan bahan tambahan. Sumber Vol. 13 No. 2 Hal. 33 -38.
bahan baku yang digunakan untuk membuat
kerupuk adalah bahan pangan dengan Boston. 2009. Proses Pengolahan Sagu.
kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, Diakses 06 Oktober 2016.
yaitu pati. Pati yang digunakan sebagai Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna
bahan baku dalam pembuatan kerupuk Indonesia Jilid II. Badan Litbang
disebut sebagai puffable material. Puffable Kehutanan, Jakarta.
material adalah bahan yang memegang
Irmayanti, Husain Syam, dan Jamaluddin.
peranan utama dalam proses pemekaran
2017. Perubahan Tekstur Kerupuk
produk (Koswara,2009).
Berpati Akibat Suhu dan Lama
KESIMPULAN Penyangraian. Jurnal Pendidikan
Berdasarkan hasil pembahasan Teknologi Pertanian. Vol.3 (2017):
dalam penelitian ini, maka dapat S165-S174. FT.UNM.
disimpulkan sebagai berikut : Kasmira, Lahming, dan Ratnawaty Fadilah.
1. Konsentrasi penambahan bubur daun 2018. Analisis Perubahan
kemangi memberikan pengaruh terhadap Komponen Kimia Keripik Bayam
kandungan gizi (kadar air, kadar Hijau (Amaranthus tricolor. L) Akibat
provitamin A (β-karoten), kadar fosfor, Proses Penggorengan. Jurnal
dan kadar antioksidan) kerupuk sagu Pendidikan Teknologi Pertanian.
yang dihasilkan. Vol.4 (2018): S49-S55. FT.UNM.
2. Kerupuk sagu dengan konsentrasi
Koswara, Sutrisno. 2009. Sagu Sebagai
penambahan bubur daun kemangi
Bahan Pangan. www.
memberikan pengaruh terhadap tingkat
ebookpangan. com. Diakses 17
penerimaan panelis.
Agustus 2016.
3. Kerupuk sagu terbaik dihasilkan dari
perlakuan konsentrasi penambahan Made Astawan. 2015. Kandungan Gizi Daun
bubur daun kemangi sebanyak 10% Kemangi. Institut Pertanian Bogor.
dengan kadar air 7.96%, kadar Bogor
provitamin A (β-karoten) 1,96%, kadar Muliyawan, D. 1991. Pengaruh Berbagai
fosfor 0,045%, dan kadar antioksidan Tingkat Kadar Air Terhadap
3,98%, dan nilai uji organoleptik berada Pengembangan Kerupuk Sagu
pada kisaran suka. Goreng. Skripsi. Jurnal teknologi
DAFTAR PUSTAKA industry, FATETA, IPB, Bogor.
Alfons, J. B dan Bustaman, S., 2005. PKPP. 2012. Peningkatan Nilai Tambah
Prospek dan Arah Pengembangan Sagu Dalam Pengembangan Usaha
Sagu di Maluku. Balai Pengkajian Rumah Tangga Di Provinsi

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40 39

Gorontalo. Balai Peningkatan Shinta., 2012, Potensi Minyak Atsiri Daun


Kemampuan Peneliti dan Nilam (Pogostemon cablin B.),
Perekayasa Provinsi Gorontalo. Daun Babadotan (Ageratum
http://pkpp.ristek.go.id/index.php/pe conyzoides L), Bunga Kenanga
nelitian/ detail/748. [20 April 2014] (Cananga odorata hook F &
Thoms) dan Daun Rosemary
Pratt 1992. Antioksidan alami pada bahan
(Rosmarinus officinalis L) Sebagai
pangan. Poltekkes Kemenkes
Repelan Terhadap Nyamuk
Jakarta II
Aedes aegypti L, Media Litbang
Purnomo, 1995. Aktivitas Air dan Kesehatan., 22(2): 61-69.
Peranannya dalam Pengawetan
Syamsuddin,N., Kadirman, dan Wiharto
Pangan. Jakarta:Universitas
Caronge. 2015. Analisis Kesukaan
Indonesia.
terhadap Karakteristik Olahan
Raghavan, Susheela. 2000. A Handbook of Nugget yang Disubtitusi Rumput
Spices, Seasonings, and Laut dan Tepung Sagu. Jurnal
Flavorings. Technomic Publishing Pendidikan Teknologi Pertanian.
Company, Inc. United States of Vol.1 (2015): 1-11. FT.UNM.
America.
Teuscher, Eberhard. 2006. Medicinal Spices
Ratnaningsih, B. Raharjo dan Suhargo, : A Handbook of Culinary Herbs,
2007. Kajian Penguapan Air dan Spices, Spice Mixtures and Their
Penyerapan Minyak pada Essential Oils. Medpharm Scientific
Penggorengan Ubi Jalar (Ipomoea Publishers Stuttgart. Germany.
batatas L.) dengan metode deep-fat
Vaclavik, V dan Christian, E.W. 2007.
frying. Agritech 27:28-29
Essentials of Food Science.
Richana, N., P. Lestari, N. Chilmijati, dan S. Springer. New York
Widowati. 2000. Karakterisasi
Wahyuni,S., M. Rais, dan Ratnawaty
Bahan Berpati (Tapioka, Garut dan
Fadiah. 2017. Fortifikasi Tepung
Sagu) dan Pemanfaatannya
Kulit Melinjo sebagai Pewarna
Menjadi Glukosa Cair. Prosiding
Alami pada Pembuatan Kerupuk
Seminar Nasional Industri Pangan.
Singkong. Jurna Pendidikan
Volume I. PATPI, Surabaya. Hal.
Teknoogi Pertanian. Vol. 3 (2017):
396-406
212-222.FT. UNM.
Rusman, AR., Kadirman, dan Wiharto
Winarno, G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz.
Caronge. 2016. Pengembangan
1980. Pengantar Teknologi Pangan.
Produk Kerupuk Udang Melalui
Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.
Subtitusi Tepung Ubi Jalar Ungu
(Ipomoea batatas Lam) dengan Winarno F, G. 1980. Kimia Pangan dan Gizi
Variasi Lama Penggorengan. Jurnal II. Jakarta: PT. Gramedia.
Pendidikan Teknologi Pertanian.
Vol.2 (2016): 135-148. FT.UNM.

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858
40 Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian Volume 5 Nomor 1 (2019) : 30 - 40

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.


PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

p-ISSN : 2476-8995
e-ISSN : 2614-7858

Anda mungkin juga menyukai