Anda di halaman 1dari 37

KESELAMATAN PASIEN

DALAM ASUHAN KEPERAWATAN

Ns. Dodi Wijaya, M.Kep

Bagian Keperawatan Dasar dan Manajemen Keperawatan PSIK Universitas Jember


Outline

• Pendahuluan
• Pentingnya Keselamatan Pasien dalam Askep
• Keselamatan Pasien & K3 di RS
• Sasaran Keselamatan Pasien
Pendahuluan
Dasar Hukum:
• UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja: setiap orang yang berada
di tempat kerja perlu terjamin keselamatannya
• Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
• UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
• UU No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit berisi akreditasi RS dan syarat
fisik RS
• Permenaker Nomor 5/Men/1996 tentang SMK3
• KMK RI Nomor 432/Menkes/ SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen
kesehatan & keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit
• KMK RI No. 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang standar K3 di RS
• PMK RI No. 1691/Menkes/PER/VIII/2011 tentang keselamatan
pasien rumah sakit
• Standar akreditasi RS: KARS 2012, JCI 2013
Pendahuluan
• Keselamatan merupakan KDM yang “maya”
• Jika tidak selamat  kegagalan dalam pencegahan
• Ada beberapa kendala dan hambatan dalam
pencapaiannya  5M?

• Tujuan akhir adalah keselamatan di RS: pasien,


perawat sebagai pekerja/ petugas kes, institusi RS
(bangunan, peralatan, bisnis), mahasiswa
keperawatan, pengunjung, lingkungan sekitar institusi
Pentingnya Keselamatan Pasien

• KP: Suatu proses pelayanan pasien yang aman terdiri


dari asesmen risiko, identifikasi dan manajemen
risiko, pelaporan dan analisis insiden, tindak lanjut,
dan solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
• Asas hukum tertinggi  landasan kebijakan
• Salah satu elemen terpenting akreditasi RS
• Dilakukan hanya oleh perawat yang kompeten
• Mencerminkan kompetensi perawat
• Mencerminkan mutu pelayanan keperawatan
Pentingnya Keselamatan Pasien
Kedudukan Keselamatan dalam Askep
Input Proses Output  Outcome
Man: Perawat Professional/
Kompeten, Beban Kerja •Tidak Ada Accident,
Mahasiswa Keperawatan? •Pengkajian Injury, Insiden
Money: (KTD)
Keuangan ruang rawat •Perumusan Diagnosis
Material: Fasilitas Keselamatan •Perencanaan
Methods: Tujuan ruang rawat, •Kualitas Pelayanan
Budaya kerja di ruangan, •Pelaksanaan
•Kepuasan Pasien
Beban kerja, •Evaluasi •Kepuasan Perawat
Metode Asuhan
Machines: SIM Pelaporan &
Tindak Lanjut

Feedback
Pentingnya Keselamatan Pasien

• Kesehatan & keselamatan pasien


Pasien meningkat  mendapat yankes
bermutu  “menular positif”

• Bebas Risiko & Hazard Perasaan


Staf (+) tentang pekerjaan  Produktifitas
kerja >>  retensi  berprestasi

• Kepatuhan >> Tercipta generasi


Mahasiswa penerus berkualitas (bebas risiko &
hazard bio, fisik, kimia, ergo, psiko)
Keselamatan Pasien & K3 di RS
Perbandingan Keselamatan Pasien RS K3 di RS
Landasan PMK RI No. KMK RI No.
1691/MENKES/PER/VIII/2011 432/MENKES/SK/IV/2007,
1087/MENKES/SK/VIII/2010
Pengertian Suatu sistem di mana rumah sakit Upaya untuk memberikan jaminan
membuat asuhan pasien lebih aman keselamatan dan meningkatkan
yang meliputi asesmen risiko, derajat kesehatan pekerja dengan
identifikasi dan pengelolaan hal cara pencegahan kecelakaan dan
yang berhubungan dengan risiko Penyakit Akibat Kerja (PAK),
pasien, pelaporan dan analisis pengendalian bahaya di tempat
insiden, kemampuan belajar dari kerja, promosi kesehatan,
insiden dan tindak lanjutnya serta pengobatan dan rehabilitasi
implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil
10
Keselamatan Pasien & K3 di RS
Perbandingan Keselamatan Pasien RS K3RS
Tujuan Tercapainya enam sasaran Terciptanya lingkungan kerja yang
keselamatan pasien aman, sehat dan produktif untuk
SDM Rumah Sakit, aman dan sehat
bagi pasien, pengunjung/pengantar
pasien, masyarakat dan lingkungan
sekitar Rumah Sakit sehingga
proses pelayanan Rumah Sakit
berjalan baik dan lancar
Lingkup Organisasi, Standar Pencegahan bahaya biologik,
Keselamatan Pasien, Sasaran fisik-radiasi, kimia, ergonomik,
Keselamatan Pasien, psikososial pada SDM &
Penyelenggaraan
Pengelola RS
Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
Pelaporan Insiden, Analisis dan
Solusi, serta
Pembinaan dan Pengawasan
Keselamatan Pasien & Kepuasan
Keselamatan Pasien Kepuasan Pengguna
Ketepatan identifikasi pasien Pasien

Peningkatan komunikasi efektif Tenaga Kesehatan:


perawat

Peningkatan keamanan obat


Mahasiswa
Kepastian tepat lokasi,
prosedur, pasien operasi

Pengurangan risiko infeksi


terkait pelayanan kesehatan

Pengurangan risiko pasien jatuh


1. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

Adalah suatu prosedur konfirmasi identitas pasien untuk ketepatan


identifikasi agar tidak terjadi kesalahan dan agar sesuai dengan identitas
yang ada didalam rekam medik

Identifikasi Pasien diterapkan kepada semua pasien Instalasi Rawat


Inap, rawat jalan, pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD), pasien
menggunakan bahan kontras dan pasien yang akan menjalani suatu
prosedur.
PRINSIP IDENTIFIKASI PASIEN
1. Semua pasien rawat inap, IGD, dan rawat jalan yang akan menjalani
suatu prosedur harus diidentifikasi dengan benar saat masuk rumah
sakit dan selama masa perawatannya.
2. Gelang pengenal/identitas pasien berisi data : nama lengkap pasien
dan nomor rekam medis.
3. Tujuan utama gelang pengenal pasien ini adalah untuk
mengidentifikasi pemakainya
4. Proses verifikasi identitas pasien dilakukan pada saat:
a. sebelum pemberian obat, darah atau produk darah
b. sebelum pemberian transfusi darah
c. sebelum pengambilan darah atau spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis (laboratorium, rontgen)
d. sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur
lainnya.
WARNA GELANG IDENTIFIKASI
PASIEN
Kepada seluruh pasien yang tidak memiliki alergi, gunakan gelang
pengenal sesuai dengan jenis kelaminnya:
1. Biru untuk pasien pria
2. Merah muda (pink) untuk pasien wanita.
3. Semua pasien harus ditanyakan mengenai alergi yang dimiliki. Jika
pasien memiliki alergi diberikan gelang penanda pengenal berwarna
merah, Riwayat alergi pasien harus dicatat di rekam medis
4. Pasien memiliki risiko jatuh, menggunakan gelang penanda
berwarna kuning.
5. Pasien yang menolak resusitasi (DNR) diberikan gelang penanda
berwarna putih.
Tn. Abdul Fathir 313.10.88

13 Februari 1972 (29) L


1. PROSEDUR PEMASANGAN GELANG PASIEN
2. PROSEDUR IDENTIFIKASI GELANG PASIEN
3. PROSEDUR LAINNYA
4. PROSEDUR MELEPAS GELANG
2. PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF
KOMUNIKASI ANTAR PEMBERI LAYANAN DI
RUMAH SAKIT

PERAWAT - PERAWAT

PERAWAT – DOKTER/ Tim


Kes Lain
Komunikasi Perawat -Perawat
Dilakukan saat :
1. Timbang terima pasien (operan) antar shif jaga
2. Timbang pasien pasien saat menerima pasien baru di ruangan
KOMUNIKASI TIMBANG TERIMA
METODE S B A R (VERSI KARS 2012)

S
• Situation

B
• Background

A
• Assessment

R
• Recommendation
Situation
• Patient age
• Gender
• Pre-op diagnosis
• Procedure
• Mental status
pre-procedure
• Patient stable/unstable
SITUASI/KONDISI PASIEN

Tn. Amir, 38 tahun, post op


appendixtomy hari ke 2, pasien mengeluh
panas, pasien tampak lemah, Masalah
keperawatan Hipertermia
Background
• Medical history
• Allergies
• Interventions
• Feel precautions
• Restraint precautions
LATAR BELAKANG

Pasien ini post operasi appendixtomy hari ke 2 , dengan


kondisi balutan tampak baik, akan tetapi hari ini panas
tinggi . Sudah dilakukan kompres hangat, mengganti
pakaian tipis, dan menganjurkan pasien minum banyak,
advis dokter dumin diberikan 3 kali 500 mg sudah
diberikan satu kali
Assessment
• Last Vital signs
• Neuro, Respiratory, Cardiac,
GI/GU, Musculo, Skin,
Psychosocial
• Abnormal lab
• X –Ray results
•Fluids
•IV – dressing & due
ASESMEN YG SUDAH DILAKUKAN

Kondisi cek terakhir TTV suhunya 40 ° C,


RR 32X/mnt, akral hangat, pemeriksaan
DL menunggu Lab, infus RL 21 tpm,
pasien belum BAK
Recommendation/Request

• Goals
• Consults
• Test/ treatments
• Discharge needs
REKOMENDASI

Masalah pasien belum teratasi,


lanjutkan intervensi, monitor
balance cairan, jangan lupa nanti
sore jam 15 ambil hasil Lab
kemudian lapor dokter, anjurkan
pasien untuk terus minum banyak.
CONTOH SBAR

S B A R
Tn. Amir, 38 tahun, Pasien ini post Kondisi cek terakhir Masalah pasien
post op operasi TTV suhunya 40 ° C, belum teratasi,
appendixtomy, appendixtomy hari RR 32X/mnt, akral lanjutkan intervensi,
pasien mengeluh ke 2 , dengan hangat, pemeriksaan monitor balance
panas, pasien kondisi balutan DL menunggu Lab, cairan,
tampak lemah, tampak baik, akan infus RL 21 tpm, jangan lupa nanti
Masalah tetapi hari ini panas pasien belum BAK sore jam 15 ambil
keperawatan tinggi . Sudah hasil Lab kemudian
gangguan dilakukan kompres lapor dokter,
keseimbangan suhu hangat, mengganti anjurkan pasien
tubuh (Hipertermi) pakaian tipis, dan untuk terus minum
menganjurkan banyak
pasien minum
banyak, advis dokter
diberikan dumin 3
kali 500 mg sudah
diberikan satu kali
KOMUNIKASI PERAWAT –
DOKTER VIA TELPON : TBaK

T : Tulis instruksi yang diberikan

Ba : Baca ulang instruksi yang


telah ditulis dan jika perlu di-
spelling
K : Konfirmasi kembali
KOMUNIKASI PERAWAT –
DOKTER: TBaK VIA Telepon

T : Baik, saya tulis SANMOL 3 kali 500 mg

Ba : Saya baca ulang ya dok, SANMOL 3 kali 500 mg ( spelling/


eja )

K : Sekali lagi saya konfirmasi ulang:SANMOL 3 kali 500 mg untuk


pasien Sofyan yang suhunya 40 C
3. Peningkatan Keamanan Obat

High alert medications memiliki risiko yang lebih


tinggi dalam menyebabkan komplikasi, efek samping,
atau bahaya. Hal ini dapat dikarenakan adanya
rentang dosis terapeutik dan keamanan yang sempit
atau karena insidens yang tinggi akan terjadinya
kesalahan.
Obat-obatan dalam Kategori High Alert
Medications
Kategori / Kelas Obat-obatan Contoh Jenis obat
Agonis adnergik IV Epinefrin
Antagonis adrenergic IV Propanolol
Agen anestesi (umum, inhalasi, Propofol, ketamin
dan IV)
Anti-trombotik, termasuk:
a. Antikoagulan  Heparin IV, Inviclot inj
b. Trombolitik  Warfarin Natrium, Enoxaparine
Sodium, Lovenox inj

Insulin Insulin Regular


Opioid / narkose:
a. IV  Petidin, Morphine inj, Fentanyl inj

Agen blok neuromuscular Rokuronium, atrakurium


Konsentrat KCl untuk injeksi
Metode untuk meminimalisasi kesalahan ini meliputi
beberapa strategi seperti
1. Menyediakan akses informasi mengenai high alert medications
2. Membatasi akses terhadap high alert medications
3. Menggunakan label dan tanda ‘peringatan’ untuk high alert
medications
4. Untuk obat High Alert tandai pada tempat penyimpanannya dengan
stiker berwarna merah dengan tulisan HIGH ALERT
5. Untuk obat LASA/NORUM tandai pada tempat penyimpanannya
dengan stiker berwarna kuning dengan tulisan LASA
6. Penyimpanan terpisah dari obat-obatan lain, untuk obat dengan
kategori LASA/NORUM harus diatur untuk memisahkan obat-
obatan tersebut dengan diberi jarak/diseling dengan obat lain.
7. Obat High Concentrate, narkotika dipisahkan di tempat tersendiri
dan diberi tanda dengan jelas. Untuk obat High Concentrate, wadah
dan area penyimpanan diberi tanda warna merah yang jelas yang
dapat membedakan dengan obat lain.

8. Melakukan prosedur pengecekan ganda¸ untuk obat-obat tertentu


yaitu obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan
lainnya akan ditinjau ulang dalam audit dan revisi high alert
medications oleh panitia farmasi dan terapi serta obat-obat yang
termasuk dalam kategori high alert medications
PRINSIP
1. Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan
a. Mengurangi jumlah high alert medications yang disimpan di suatu unit
b. Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
c. Hindarkan penggunaan high alert medications sebisa mungkin
2. Lakukan pengecekan ganda
3. Minimalisasi konsekuensi kesalahan
a. Pisahkan obat-obat dengan nama atau label yang mirip
b. Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
c. Batasi akses terhadap high alert medications
d. Gunakan tabel dosis standar (daripada menggunakan dosis perhitungan
berdasarkan berat badan/ fungsi ginjal, di mana rentan terjadi kesalahan).
Pengelompokan jenis cairan infus

Pelabelan tempat obat


Pengelompokan obat hight alert
Bahan Referensi
Joint Commission International. (2013). Joint Commission International Accreditation
Standars for Hospitals (5th editio., p. 274). Illinois: Departement of Publication Joint
Commission Resources.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). KMK No. 1087 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RS. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2007). KMK RI No 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen K3 di RS. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2009). Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman penyelenggaraan keselamatan pasien di
rumah sakit (p. 48). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit. (2008). Pedoman pelaporan insiden
keselamatan pasien (IKP) (2nd ed., p. 25). Jakarta: Persatuan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia.
UU No. 36, 2009 tentang Kesehatan
UU No. 44, 2009 tentang Rumah Sakit
UU No. 38, 2014 tentang Keperawatan
TERIMA KASIH
I can’t improve a patient’s quantity of life,
but I can improve their quality of life (Jackie,
Marie Curie Nurse)

Anda mungkin juga menyukai