Anda di halaman 1dari 18

HANDOUT

Topik : Mentoring dan Preseptoring


Mata Kuliah : Metode Pembelajaran
Waktu : 60 menit
Dosen : Yulica Aridawarni

Objektif Perilaku Siswa

Tanpa melihat handout, mahasiswa mampu menjelaskan kembali


mengenai pengertian, tujuan, persyaratan, keuntungan, kelemahan
setiap metode dan prosedur penggunaan dengan singkat, jelas dan
tepat.

Referensi

1
1. Nursalam, Efendi F. 2008. Pendidikan dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
2. www.thebritishofcolumbia.com/2004/precertorship-
program/ diakses pada tanggal 03 September 2010
3. www.managementhelp.org/ diakses pada tanggal 03
September 2010
4. http://www.excellentfamily.co.cc/2007/12/mentoring-
gaya-hidup-orang-orang-luar.html/ diakses pada tanggal 02
September 2010
5. http://eaglesspirit.blogspot.com/2007/03/mentoring.html
/ diakses pada tanggal 05 September 2010
6. Irawan, Dedi. PENGERTIAN DAN PHILOSOPHY
MENTORING (LIKOQ) TARBIYAH MATERI.Sabtu, 23 Mei
2009.(http://irwan-
alhadid.blogspot.com/2009/05/pengertian-dan-philosophy
mentoring.html, diakses 1 September 2010).

7. http://www.slideshare.net/robbycha/buku-
mentoring-rc-secfinale-n-edit-presentation / diakses pada
tanggal 30 Agustus 2010

8. http://haroqi.multiply.com/journal/item/38/ diakses
pada tanggal 05 September 2010

Uraian Materi

PENDAHULUAN
Keberhasilan proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain: penyelenggra pendidikan, sarana dan fasilitas,
kurikulum, peserta didik, dosen atau instruktur, proses pembelajaran,
media, dan alumni. Model-model pembelajaran merupakan salah satu

2
komponen dalam proses pembelajara yang menentukan keberhasilan
proses pendidikan.
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan
digunakan, dosen harus memahami system instruksiaonal yang akan
digunakan untuk mencapai kompetensi sesuai dengan tuntutan
pembelajaran. Dalam model pemngembangan instruksional langkah
awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan
instruksional dan menulis tujuan umum istruksional (TIU). Hal ini
dengan melakukan analisis instruksional dan identifikasi prilaku awal
serta karakteristik awal siswa untuk meneruskan tujuan instruksional
khusus (TIK)
Dari uraian diatas menyusun strategi instruksional merupakan
mata rantai berikutnya dari model pengembangan system instruksional
yang menghubungakan antara pokok bahasan/sub pokok bahasan
dengan metode dan media pembelajaran yang digunakan dalam proses
belajar mengajar.
Model pembelajaran adalah kerangka koseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalam belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas pembelajarn.
Proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri individu
terbentuk pengetahuan, sikap, keteranpilan, atau kebiasaan baru yanga
secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Keberhasilan suatu proses
pembelajaran bergantung pada penguasaan pengajar terhadap model
atau metode yang digunakan disamping pemilihan metode yang tepat.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang

3
memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam
keseluruhan proses baik secara mental maupun fisik.

MODEL PEMBELAJARAN
PRESEPTORING DAN MENTORING

Pembelajaran klinik merupakan fokus pembelajaran dan


pengajaran yang melibatkan klien secara langsung dan menjadi
“jantung” dari pendidikan kebidanan.

I. PRESEPTORING
Menurut Mahen dan Clark (1996), preceptor adalah seorang
bidan yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat menginspirasi
rekannya, menjadi tokoh panutan (role model), serta mendukung
pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu
tertentu dengan tujuan khusus mensosialikan trainee pada peran
barunya. Tujuan dari model preseptorship sendiri dapat dibagi menjadi
dua bagaian besar yaitu skala makro (luas) dan mikro (skala individu).
Preceptoring adalah peran instruksional di mana suatu ilmu kesehatan
profesional
dipasangkan untuk jangka waktu tertentu dengan pelajar (siswa atau
staf anggota
peran baru) untuk membantu dan mendukung pengalaman belajar dan
mengarahkan pelajar. (1,2)
Secara makro bertujuan untuk melibatkan pengembangan bidan
di dalam organisasi. Shamian dan Inhaber (1985), menyatakan bahwa
model preseptorship digunakan sebagai alat sosialisasi dan orientasi.
Hill dan Lowenstein (1992) memandang model preseptorship sebagai

4
salah satu metode recruitment staf. Akses ke pengetahuan organisasi
dan praktik klinik tidak dapat diprediksi oleh perawat baru, sehingga
diskusi antara preseptor dan preseptee diperlukan untuk memberikan
praktik terkini dalam lingkungan klinik dengan harapan preseptee akan
memiliki kemampuan yang sama dengan preseptornya. (1)

1.1 Tujuan Utama Preseptorship


Preseptorship secara mikro (bagi individu) adalah untuk
membantu proses transisi dari pembelajar ke praktisioner (Mahen dan
Clark, 1996), mengurangi dampak sebagai “syok realita” (Kramer,
1974) dan memfasilitasi bidan untuk berkembang dari apa yang
dihadapi lingkungan barunya (Bain, 1996). Fokus pada efisiensi dan
efektivitas layanan kebidanana yang berkembang cepat sering kali
menimbulkan culture shock tersendiri khususnya bagi bidan baru.

1.2 Kriteria Preceptor


Tidak semua bidan senior dan medio dapat memiliki kriteria
sebagai preceptor. UKCC (1993) menganjurkan bahwa preceptor
adalah bidan yang memiliki pengalaman minimal 12 tahun di bidang
yang sama atau di bidang yang berhubungan. Keterampilan
komunikasi dan kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yan
tepat dan mendukung perkembangan professional merupakan hal yang
terpenting (Shamian dan Inhaber, 1985). Secara garis besar dapat
disimpulkan kriteria preceptor yang berkualitas adalah berpengalaman
dan ahli di lingkungan klinik, berjiwa kepemimpinan, keterampilan
komunikasi yang baik, kemampuan membuat keputusan, mendukung
perkembangan profesional, memiliki kemampuan untuk mengajar dan
mau mengambil peran dalam penerapan model preseptorship, tidak

5
memiliki sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif,
fleksibilitas untuk berubah dan mampu beradaptasi dengan kebutuhan
belajar individu. (1)
Faktor kunci dalam pengembangan dan implementasi model
preseptorship adalah keterlibatan staf yang berpengalaman di semua
tingkatan, ketersediaan literatur untuk mendapatkan pemahaman
praktik terbaik dan penggunaan pengetahuan yang diperoleh untuk
dijadikan panduan dalam praktik. Penggunaan kombinasi dari strategi
perubahan dan program pendidikan staf dapat diimplementasikan
untuk meningkatkan model preseptorship. Komitmen dan dukungan
dari bidang kebidanan merupakan salah satu faktor penting. Hal
terakhir untuk menilai keberhasilan penerapan model preseptorship
harus dilakukan melalui audit yang sudah distandarisasi. (1)
Isu-isu yang dipertimbangkan dalam memberikan panduan bagi
program kemitraan preceptor dan preceptee adalah sebagai berikut:
1. Mengenalkan program
2. Mengidentifikasi dari tujuan pribadi serta institusi dan tujuan
yang dapat diukur
3. Identifikasi kebutuhan pelatihan
4. Meneyediakan sumber-sumber dukungan
5. Rencanakan praktik terkini
6. Diskusi awal mengenai pengembangan professional dan
pengenalan supervise klinik

Menurut Cerinus dan Ferguson (1994) bahwa tanggungjawab


dari seorang preceptor diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Preceptor bertanggungjawab terhadap pengkajian yang
dilakukan oleh preceptee.
2. Merencanakan model preseptorship untuk mendesain sesuai
dengan kebutuhan preceptee.
3. Melakukan peran pengajaran dan sebagai role model.

6
4. Melakukan evaluasi pada preceptee selama penerapan model
preseptorship.

Secara umum tanggungjawab seorang preceptor dapat dibagi


menjadi dua golongan sebagai berikut:
1. Tanggung jawab dasar
a. Komitmen dalam peran sebagai preceptor.
b. Memiliki keinginan untuk mengajar/membimbing dan
berbagi keahlian dengan mitra.
2. Tanggung jawab prosedural
a. Mengorientasikan dan mensosialisasikan preceptee pada
masing-masing unit.
b. Menilai perkembangan dari tujuan yang akan dicapai
preceptee.
c. Merencanakan kolaborasi dan implementasi program
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan preceptee.
d. Melakukan tindakan sebagai role model.
e. Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan
preceptee.
f. Memfasilitasi pengembangan dari apa saja yang harus
dikuasai preceptee melalui model preseptorship.

II. MENTORING
2.1 Definisi
Banyak sekali definisi dari mentoring, terutama sejak
populernya coaching untuk individu dan profesional. Pada dasarnya,
mentoring digambarkan sebagai aktifitas yang dilakukan seseorang
(mentor) untuk orang lain (mentee) dalam rangka membantu orang
tersebut melakukan pekerjaannya sehingga lebih efektif dan/atau untuk
kemajuan dalam karirnya. Seorang mentor bisa saja seseorang yang
"tadinya" melakukan pekerjaan tersebut. Mentor mungkin bisa

7
menggunakan berbagai pendekatan, misalnya coaching, training,
diskusi, konseling, dan sebagainya. (3)
Mentoring adalah suatu alat yang digunakan organisasi untuk
memelihara dan mengembangkan karyawannya. Hal ini bisa berupa
latihan praktis dan program formal. Para mentee mengamati, bertanya,
dan mempelajari (explore), sementara mentor mendemonstrasikan,
menerangkan, dan mencontohkan. Tugas mentor adalah untuk
meningkatkan proses belajar yang disengaja (intentional learning),
termasuk membangun kapasitas melalui metode seperti instruksi,
coaching, memberikan pengalaman dan memberi saran. (3)
Mentor sebagai pemimpin dari suatu proses belajar perlu untuk
berbagi cerita "Bagaimana cara saya melakukannya sehingga
berhasil". Mereka juga perlu untuk berbagi pengalaman mereka
tentang kegagalan, misalnya pengalaman "Bagaimana saya
melakukan kesalahan itu". Kedua pengalaman ini adalah pelajaran
yang luar biasa yang dapat melatih mentee untuk menganalisa realitas
individu dan organisasi. Pemimpin perlu menceritakan pengalaman
mereka, pengalaman pribadi, anekdot, dan contoh kasus karena hal-hal
tersebut menawarkan hikmah yang bernilai dan seringkali tidak
terlupakan. (3)
Mentoring adalah sebuah kerjasama. Mentoring yang sukses
berarti membagi tanggung jawab untuk belajar, tanpa
memperhitungkan fasilitas, materi, waktu, dan semua variabel yang
ada. Mentoring yang sukses dimulai dengan menentukan kontrak untuk
proses belajar, dimana mentor, mentee, dan manajer lini yang terkait
ikut terlibat.(3)

2.2 Tujuan

8
Tujuan mentoring adalah untuk pencapaian suatu keberhasilan
dalam segala bidang kehidupan sehari-hari. Seringkali dalam
menjalankan pekerjaan sehari-hari, apapun bidangnya, kita dihadapkan
pada suatu kenyataan atau kondisi dimana kita menemukan jalan buntu
atau bahkan kita merasa tidak ada satu masalah atau hambatan yang
berarti namun hasilnya tidak lebih baik ataupun lebih buruk. Hal ini
salah satunya disebabkan karena kita “To Close To The Action”
sehingga kita tidak bisa melihat permasalahan yang muncul. Mentoring
dalam hal ini sangat berperan penting sebagai mirror atau cermin untuk
menunjukkan “what the problem is”. (4)

2.3 Ciri-ciri

Adapun ciri-ciri mentoring adalah sebagai berikut: (5)


1. Ada suatu hubungan/relationship
Hal yang dikembangkan bukan sekedar pertemanan namun
lebih dari itu sehingga mentoring harus menciptakan suasana
dan hubungan seperti sebuah keluarga.
2. Adanya pengajaran dari pengalaman
Mentoring merupakan sebuah proses pembelajaran dari
pengalaman. Mentor akan menceritakan banyak pengalaman
yang pernah dialaminya. Hal ini akan membantu seseorang
(mentee) untuk dapat mengatasi atau menghadapi kesulitan
ataupun kondisi yang mungkin hampir sama dengan kondisi
yang dialami mentornya.
3. Proses “magang”
Mentoring bukan kelas tapi lebih kepada sebuah proses
pelatihan. Dalam proses ini kegagalan merupakan hal yang
wajar yang perlu dipelajari dan diambil makna positifnya untuk
kemajuan yang lebih baik di waktu mendatang.
4. Memiliki tujuan yang jelas

9
Di atas telah dibahas bahwa tujuan dari mentoring adalah untuk
pencapaian suatu keberhasilan dalam segala bidang kehidupan.
Ada sebuah proses perubahan kehidupan, bukan sekedar
aktivitas atau event saja dan tentunya memerlukan tenggang
waktu tertentu, secara terus menerus dalam kurun waktu yang
tidak terbatas.
5. Menerapkan pola multiplikasi
Seseorang yang telah “dimentori” atau telah mendapatkan
mentoring maka orang ini akhirnya akan mementor orang.

2.4 Kekuatan dan Kelemahan


Kekuatan Mentoring
Kekuatan mentoring diantaranya adalah sebagai berikut: (6)
a. Membantu seseorang melakukan transisi pada
kehidupan yang lebih baik
b. Memberikan informasi yang bermanfaat, melatih
seseorang untuk menghormati orang lain serta membantu
seseorang untuk menghadapi suatu permasalahan yang
spesifik
c. Mentoring ini dapat membantu seseorang menemukan
metode pembelajaran yang sesuai serta melatih kemampun
mengatur waktu.
d. Membantu seseorang menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru.
Sebagai contoh, mentoring dapat membantu seorang siswa
untuk mampu beradaptasi secara akademik dan sosial
dihubungkan dengan univeritas dan jurusan yang mereka
pilih pada periode yang paling kritis dimasa transisi yaitu 6
bulan pertama. Program mentoring diarahkan pada kampus

10
dengan semua fakultas yang diharapkan dapat
mengalokasikan staf akademik (mentor) bagi setiap siswa
(peserta mentoring). Pada awalnya hal ini diasumsikan
bahwa pada sebagian besar kasus guru/dosen akan mengajar
pada level pertama sehingga mahasiswa dapat
menjadikannya sebagai orang yang dapat membantu
mereka dalam mengurus segala sesuatu yang berhubungan
dengan akademik.
Kelemahan Mentoring
Adapun kelemahan dari mentoring antara lain: (7)
a. Perjalanan “Ego Pribadi” sebagian orang menggunakan
proses mentoring sebagai suatu perjalanan meningkatkan
ego. Mereka merasa bahagia ketika sang mentee
membangga-banggakan manfaat dan peran dirinya sebagai
mentor. Mereka merasa lebih bahagia lagi ketika
mendengar pujian dari mentee atas kontribusi mereka.
Perasaan-perasaan tadi dapat memimpin pada arah yang
tidak dikehendaki. Sebagai seorang mentor, Anda dapat
memasuki proses memanfaatkan mentee Anda demi
kebutuhan-kebutuhan Anda akan pengakuan atau
penghargaan.
b. Salah satu jebakan yang paling berbahaya dalam
mentoring adalah kebergantungan. Para mentor merasakan
bahwa para mentee membutuhkan mereka. Kemudian
mereka meletakkan landasan bagi suatu hubungan yang
didasari pada kebergantungan sejenis ini.

2.5 Prosedur

11
Setiap kegiatan apapun itu bentuknya harus selalu memiliki
prosedur, sehingga hasil akhir yang dicapai sesuai dengan yang
diharapkan. Prosedur yang harus dilakukan sebelum kegiatan
mentoring dilaksanakan adalah sebagai berikut:(8)
1. Perencanaan kegiatan
Kegiatan mentoring membutuhkan adanya pengelolalan yang
rapih yang berorientasi pada tujuan yang bisa memenuhi
kebutuhan secara maksimal. Pencapaian tujuan diaplikasikan
kedalam sebuah perencanaan yang baik dan teratur sehingga
bisa menentukan tingkat pencapaian sesuai dengan target.

2. Penetapan tentang legalitas kegiatan


Seorang mentor meminta adanya legalitas kegiatan dari pihak
yang akan dilaksanakan kegiatan mentoring dengan mencoba
menempuh jalur kerjasama, misalnya dengan mengajukan
proposal resmi seputar kegiatan.
3. Penetapan dan pembinaan calon mentor
Tidak semua orang dapat menjadi mentor yang baik. Seorang
mentor harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
e. Keinginan untuk menolong
f. Memiliki pengalaman yang positif
g. Reputasi yang baik untuk mengembangkan
orang lain
h. Waktu dan energi
i. Pengetahuan yang up-to-date
j. Sikap belajar
k. Memperlihatkan keterampilan manajerial
(mentoring) yang efektif.

12
4. Peta mentee sesuai dengan usia dan pemahamannya
Selain tenaga mentor, ternyata dalam kegiatan mentoring
membutuhkan adanya database mentee sebagai bahan para
pembina untuk mempetakan karakteristik peserta binaan.
5. Penjadwalan kegiatan
Penjadwalan kegiatan mentoring bisa dilakukan secara
serempak apabila mentor tersedia mencukupi kebutuhan sesuai
dengan jumlah mentee.
6. Penyediaan perangkat administrasi
Perangkat administrasi untuk kegiatan mentoring disesuaikan
dengan level dan kebutuhan para mentor, misalkan biodata,
schedul kegiatan mentoring, peralatan presentasi (whiteboard,
notebook, in focus), bahan materi kurikulum.
7. Penetapan tahapan dalam pembinaan
8. Pelaksanaan kegiatan

2.6 Contoh
1. Tipe Mentoring menurut Morton-Cooper & Palmer
a. Mentoring palsu, yaitu dukungan untuk tugas-tugas
yang berhubungan dengan kualifikasi profesional dan
pekerjaan.
b. Mentoring sejati, yaitu dukungan seutuhnya bagi
individu untuk mengembangkan sebuah peran profesional
yang baru dan kompleks.
2. Contoh Mentoring
a. Mentoring dalam organisasi

13
Mentoring dapat berlangsung dalam hubungan kontrak.
Diimplemetasikan sebagai bagian sebuah program
organisasi atau pengembangan karir bukan pengembangan
kepribadian dewasa. Masalah hubungan berakar dari
komunikasi yg buruk, salah persepsi, gagal komunikasi,
ketergantungan
b. Mentoring dalam pendidikan
Program mentoring yang digunakan sangat luas: program
anak berbakat, pelatihan guru awal-lanjutan, pengembangan
staf, program mahasiswa, pendidikan perawat. Tujuannya
adalah untuk menumbuhkan kemandirian, pembelajaran
yang diatur sendiri, memungkinkan pembelajaran yang
tidak mungkin dilakukan di dalam kelas.
c. Mentoring dalam keperawatan
Perawat mampu bekerja dengan cara kolaboratif dan
kooperatif dengan profesi kesehatan lainnya dan mengenali
serta menghargai konstribusi dalam tim kesehatan. Berakar
pada penerapan pembelajaran orang dewasa dan teori
perkembangan. Memungkinkan pendatang baru dalam
keperawatan untuk melewati masa peralihan lebih lancar
dari pemula menjadi praktisi penuh.

Istilah mentor, pembimbing, teman, pelatih dan guru sering


digunakan untuk menggambarkan peran serupa. Pada dasarnya semua
dirancang untuk menawarkan mekanisme dukungan, namun ada
perbedaan yang halus yang akan disorot lama. Ada banyak definisi dari
kata pembimbing dan konteks peran akan mempengaruhi pada definisi
yang dianut. Untuk tujuan ini buku definisi preceptorship adalah:

14
"Yang formal untuk satu hubungan panjang yang telah
ditentukan antara perawat berpengalaman dan perawat baru untuk
lingkungan itu. Tujuannya adalah untuk membantu perawat baru untuk
berhasil menyesuaikan diri, dan melakukan, peran baru."

Perbedaan dari Preceptor Dan Mentor


Karakteristik Preceptor Mentor

Fokus Menyediakan peluang Panduan pemula untuk


untuk pengalaman mencapai peran
tujuan yang akan dibayangkan.
dicapai.

Learning context Tempat Kerja, kinerja Tempat kerja, dengan


dalam praktek informal umpan balik, /
pengaturan pendidikan on-the-spot

Hubungan Satu untuk satu, batas Satu untuk satu, hubungan


waktu kontrak berkelanjutan selama
ditetapkan pada awal. jangka waktu tak terbatas
waktu

Content Menjelaskan seluk Beradaptasi gaya sendiri


beluk dan variasi dan bakat untuk manfaat
dalam aplikasi dunia visi yang mereka miliki.
nyata.

Student Pemula dalam konteks, Diidentifikasi sebagai


dengan pengetahuan pembelajar yang terampil,
sebelumnya dan sering berada dalam posisi
keterampilan. bawahan.
Mungkin memiliki
pengetahuan dan
keterampilan ahli.

Evaluasi Penilaian kinerja Analisis retrospektif


individu. kinerja individu
dikombinasikan dengan
tujuan dan keinginan.

15
Biaya Bervariasi dari Tidak menerima
pembayaran untuk pembayaran.
menjadi relawan.

Context Dalam pekerjaan Bekerja langsung diluar


pengaturan. pengaturan.

Waktu Periode pendek, Jangka waktu panjang


biasanya 2-12 minggu. dengan perkembangan dari
fase hubungan.

Hubungan pelaporan Pelaporan formal Diskusi rahasia minimal


tentang kemajuan yang pelaporan tentang status
preceptee. hubungan dalam situasi
formal.

Tingkat komitmen Komitmen rendah Tingkat komitmen yang


tingkat dilakukan tinggi; mungkin
hanya dalam pekerjaan memerlukan komitmen
pengaturan waktu di luar pekerjaan
pengaturan.

Hasil Pengembangan Hasil yang lebih luas yang


keterampilan klinis dapat mencakup
peningkatan praktek
klinis, kemajuan karir,
usaha ilmiah, prestasi
pribadi.

Ringkasan dan Penutup

Metode Pengajaran Preseptoring


Preseptoring adalah di mana suatu ilmu kesehatan profesional
dipasangkan untuk jangka waktu tertentu dengan pelajar untuk
membantu dan mendukung pengalaman belajar dan mengarahkan
pelajar.
Tujuan dari preseptoring

16
1. Makro
 Pengembangan bidan di dalam organisasi
2. Mikro
 Untuk membantu proses transisi dari pembelajar ke
praktisioner
 Adaptasi pada lingkungan baru
 Kriteria preseptoring
• Berpengalaman dan ahli di lingkungan klinik, berjiwa
kepemimpinan,
• keterampilan komunikasi yang baik,
• kemampuan membuat keputusan,
• mendukung perkembangan profesional,
• memiliki kemampuan untuk mengajar
 Prosedur preseptoring
• Mengenalkan program
• Mengidentifikasi dari tujuan pribadi serta institusi dan
tujuan yang dapat diukur
• Identifikasi kebutuhan pelatihan
• Meneyediakan sumber-sumber dukungan
• Rencanakan praktik terkini
• Diskusi awal mengenai pengembangan professional dan
pengenalan supervise klinik
Metode pengajaran Mentoring
1. Definisi metode pengajaran mentoring aktifitas yang
dilakukan seseorang (mentor) untuk orang lain (mentee) dalam
rangka membantu orang tersebut melakukan pekerjaannya
sehingga lebih efektif dan/atau untuk kemajuan dalam karirnya.

17
Seorang mentor bisa saja seseorang yang "tadinya" melakukan
pekerjaan tersebut.
2. Tujuan metode pengajaran mentoring untuk pencapaian
suatu keberhasilan dalam segala bidang kehidupan sehari-hari
3. Karakteristik mentoring :
a. Keinginan untuk menolong
b. Memiliki pengalaman yang positif
c. Reputasi yang baik untuk mengembangkan
orang lain
d. Waktu dan energi
e. Pengetahuan yang up-to-date
f. Sikap belajar
g. Memperlihatkan keterampilan manajerial
(mentoring) yang efektif.
4. Ciri-ciri mentoring
 Ada suatu hubungan/relationship
 Adanya pengajaran dari pengalaman
 Proses “magang”
 Memiliki tujuan yang jelas
 Menerapkan pola multiplikasi
5. Prosedur metode pengajaran mentoring
a. Perencanaan kegiatan
b. Penetapan tentang legalitas kegiatan
c. Penetapan dan pembinaan calon mentor
d. Peta mentee sesuai dengan usia dan
pemahamannya
e. Penjadwalan kegiatan
f. Penyediaan perangkat administrasi
g. Penetapan tahapan dalam pembinaan
h. Pelaksanaan kegiatan

18

Anda mungkin juga menyukai