Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Preceptorship adalah suatu metode pengajaran dan pembelajaran kepada
mahasiswa dengan menggunakan perawat sebagai model perannya. Preceptorship
bersifat formal, disampaikan secara perseorangan dan individual dalam waktu yang
sudah ditentukan sebelumnya antara perawat yang berpengalaman (preceptor) dengan
perawat baru (preceptee) yang didesain untuk membantu perawat baru untuk
menyesuaikan diri dengan baik dan menjalankan tugas yang baru sebagai seorang
perawat. (CNA, 1995). Program preceptorship dalam pembelajaran bertujuan untuk
membentuk peran dan tanggung jawab mahasiswa untuk menjadi perawat yang
profesional dan berpengetahuan tinggi, dengan menunjukan sebuah pencapaian
berupa memberikan perawatan yang aman, menunjukan akuntabilitas kerja, dapat
dipercaya, menunjukan kemampuan dalam mengorganisasi perawatan pasien dan
mampu berkomunikasi dengan baik terhadap pasien dan staf lainnya (CNA, 2004)
Menurut NMC (Nurse Midwifery Council di UK 2009) mendefinisikan
preceptorship sebagai suatu periode (preceptorship) untuk membimbing dan
mendorong semua praktisi kesehatan baru yang memenuhi persyaratan untuk
melewati masa transisi bagi mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan praktik
mereka lebih lanjut (Keen, 200). Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
preceptorship adalah sekurang-kurangnya 1-2 bulan. Lama waktu pelaksanaan
biasanya ditentukan oleh institusi pendidikan atau pegawai yang mengetahui
karakteristik dari mahasiswa atau praktisi, persyaratan yang dibutuhkan dan
karakteristik tempat di mana pelaksanaan preceptorship akan dilakukan.
Seorang preceptor adalah orang yang mampu melakukan dan telah
mendapatkan kompetensi dasar yang dibutuhkan bagi seorang pemula. Beberapa
kompetensi yang diberikan oleh preceptor akan disesuaikan oleh tempat di mana
mereka bekerja dan disesuaikan oleh masing-masing bidang keperawatan oleh peran
preceptor. Peran serta preceptee terdapat dalam pengkajian dan evaluasi formatif dan
sumatif. Evaluasi dalam program preceptorship dapat dilaporkan kepada institusi
dengan meyakinkan bahwa mahasiswa telah mendapatkan kompetensi yang
dibutuhkan dalam keamanan diri, etika dan praktek yang kompeten.
Kebanyakan sekolah perawat mempunyai program untuk mengikutsertakan
preceptorship untuk membantu mahasiswa mendapatkan kompetensi klinik dan
mempersiapkan mereka untuk masa transisi terhadap tempat bekerja, khususnya di
fase akhir dari program. Institusi pendidikan keperawatan yang menerima mahasiswa
dari unit lain tetapi ingin mendapatkan gelar di bidang keperawatan, juga
menggunakan preceptorship untuk membantu menyesuaikan dengan peran yang baru.
Pada akhirnya pengembangan staf di fasilitas layanan kesehatan yang menggunakan
preceptorship untuk mengorientasikan pegawai baru atau perawat yang pindah dari
unit yang berbeda telah menjadi hal biasa saat ini.
B. Tujuan
Agar mahasiswa mampu memahami pengertian Perceptorship, tujuan, kriteria,
tanggung jawab, dan contoh sikap dalam Perceptorship.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Perceptor adalah seorang perawat yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat
,menginspirasikan rekannya, dapat menjadi tokoh panutan (role model), serta
mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu untuk jangka waktu tertentu
dengan tujuan khusus mensosialisasikan individu pada peran barunya.
B. Tujuan Perceptorship
1. Tujuan dari perseptorship terbagi dalam tujuan mikro dan makro. Tujuan tersebut
meliputi:
a. Makro
1) Melibatkan pengembangan perawat di dalam organisasi.
2) Perseptorship merupakan alat untuk orientasi dan sosialisi
3) Sebagai salah satu metode rekruitmen staff
b. Mikro
1) Untuk membantu proses transisi dari pembelajar ke praktisioner
2) Mengurangi dampak sebagai shok realita
3) Memfasilitasi perawat untuk berkembang dari apa yang dihadapi dalam
lingkungan

C. Kriteria Perseptorship
Menurut UKCC tahun 1993 mengajurkan perseptor adalah:
1. Perawat yang memiliki pengalaman minimal 12 tahun di bidang yang sama atau
bidang yang masih berhubungan,
2. Ketrampilan komunikasi dan kepemimpinan
3. Kemampuan membuat keputusan yang tepat
4. Memiliki kemampuan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam
penerapan model perseptorship
5. Tidak memiliki sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif
6. Mendukung perkembangan profesional
7. Fleksibilitas untuk berubah
8. Mampu beradaptasi dengan kebutuhan pembelajaran individu (Shamien &
Habier, 1997)
9. Perawat profesional
10. Memahami konsep dan asuhan keperawatan.
11. Mampu menerima feed backs.
12. Menjadi role model
13. Berpendidikan Pendidikan Tinggi Keperawatan.
14. Lulus pendidikan keperawatan dengan baik.
D. Tanggung Jawab seorang Perseptor
1. Tanggung jawab dasar
a. Komitmen dalam peran sebagai perseptor
b. Memiliki keinginan untuk mengajar atau membimbing dan berbagi keahlian
dengan mitra
2. Tanggung jawab procedural
a. Mengorientasikan dan mensosialisasikan perceptee pada masing-masing unit
b. Menilai perkembangan dari tujuan yang kan dicapai perceptee
c. Merencanakan kolaborasi dan implementasi program pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan perceptee
d. Melakukan tindakan sebagai role model
e. Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan perceptee
f. Memfasilitasi pengambangan dari apa yang harus dikuasai perceptee melalui
perceptorship
E. Beberapa contoh sikap pembimbing klinis

1. Sikap caring terhadap pasien.


2. Sikap caring terhadap peserta didik.
3. Mengenalkan diri pada pasien.
4. Bersikap humor dalam kontex yang sesuai.
5. Berorientasi dengan lingkungan dengan sikap percaya diri.
6. Menggunakan komunikasi therapeutik.
7. Mendemonstrasikan praktek keperawatan yang up to date dan kemampuan
merawat sesuai prosedur keperawatan.
8. Selalu melibatkan diri dalam pelayanan saat diperlukan.
9. Melapor secara teratur.
10. Ikut mendengar laporan pergantian gilir jaga.
11. Penampilan rapi dan bersih dan menarik.
12. Mendemonstrasikan penggunaan alat-alat baru.
13. Flexible.
14. Menunjukan sikap respect kepada seluruh ketenagaan di lapangan.
15. Menciptakan iklim yang condusive untuk belajar.
16. Memelihara kerahasiaan informasi.
17. Menghargai martabat dan integritas pasien.
18. Mendorong diskusi yang berhubungan dengan dilema etik.
19. Memberi umpan balik (Feed back).
20. Menunjukkan sikap antusias terhadap keperawatan.
21. Menunjukkan akontabilitas terhadap tindakan sendiri.
Menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah dalam lapangan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Preceptorship adalah suatu metode pengajaran dan pembelajaran kepada
mahasiswa dengan menggunakan perawat sebagai model perannya.
Preceptorship bersifat formal, disampaikan secara perseorangan dan
individual dalam waktu yang sudah ditentukan sebelumnya antara perawat
yang berpengalaman (preceptor) dengan perawat baru (preceptee) yang
didesain untuk membantu perawat baru untuk menyesuaikan diri dengan baik
dan menjalankan tugas yang baru sebagai seorang perawat.

B. Saran
Agar perawat memperlajari Preceptorship lebih dalam sehingga bisa
menjembatani kesenjangan antara teori yang didapatkan selama pembelajaran
di kampus, dengan kenyataan yang ada di klinik.
DAFTAR PUSTAKA
Huriani E, Malini H. Mentorship sebagai suatu metode binbingan klinik dalam
keperawatan.
Nursalam E.Pendidikan dalam Keperawtan.Jakarta.Salemba Medika.2008

Anda mungkin juga menyukai