Model bimbingan ini merupakan sistem dan proses melimpahkan
kewenangan secara bertahap dari para preseptor kepada peserta didik. Setiap ruang yang dilalui peserta didik harus memiliki pembimbing yang berperan sebagai preseptor. Tujuannya adalah agar peserta didik menjadi dewasa dan matang dalam profesionalisme keperawatan sehingga ketika lulus mampu menjadi profesional sejati. Tujuan ini dapat dicapai dengan membekali peserta didik suatu program “ANTARA” yang terstruktur dan mendukung sebagai jembatan menuju upaya menghasilkan praktisi yang handal dan kompeten terutama untuk mampu bekerja dalam situasi layanan yang bertingkat tinggi. Pada program pendidikan ners ini lebih sesuai dengan menggunakan istilah preseptor karena durasi hanya kurang lebih satu tahun dan berlangsung secara intensif. Proses belajar merupakan proses dua arah. Peserta didik memiliki akontabilitas sendiri karena preseptor tidak memiliki akuntabilitas untuk mewakili peserta didik.
Preseptee (peserta didik)
Peserta didik harus merupakan seseorang yang telah dibekali dengan
kompetensi yang diperlukan dan mahir untuk menjalankannya, sehingga dapat berfungsi sebagai praktisi yang akuntabel. Oleh karena itu, semua peserta didik yang akan berperan sebagai preseptee adalah individu yang baru akan memasuki dunia nyata dan memerlukan bimbingan namun telah memiliki seluruh capaian pembelajaran yang diperlukan. Kebutuhan akan preseptor terjadi karena upaya untuk mempertahankan layanan pasien yang berkualitas dan keberadaan peserta didik tidak merupakan pihak yang didaya-gunakan karena ketidak-cukupan tenaga atau dianggap sebagai tenaga gratisan. Sebaliknya, preseptor juga diperlukan untuk mengurangi stres yang mungkin dialami oleh peserta didik sebagai lulusan sarjana keperawatan baru yang belum mengenal dunia kerja sebenarnya. Disamping itu, keberadaan preseptor juga untuk menjamin bahwa tanggung jawab tidak sepenuhnya berada pada peserta didik, tidak diberikan secara lebih dini atau tidak seharusnya diberikan secara kurang tepat. Yang terakhir, tentu saja untuk mengurangi risiko pekerjaan terjadi
Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia 2015 276
pada peserta didik dan pasien terutama pada lingkungan layanan kesehatan yang lebih kompleks. Pada program preseptoring, proses mempelajari suatu capaian pembelajaran sudah diminimalisasi, sebaliknya pada pendidikan ini difokuskan pada penerapan pengetahuan, teori, konsep, sikap, dan keterampilan kedalam tatanan nyata dengan subyek klien nyata / riil bukan pasien simulasi. Oleh karena itu, keberadaan seseorang yang bertindak sebagai pembimbing dan preseptor bukan hanya memberikan bimbingan tetapi juga melimpahkan sebagian kewenangan yang dimilikinya dalam memberikan asuhan klien kepada peserta didik.
Definisi tentang Preseptor:
1. Preseptor / mentor dapat merupakan seorang dosen yang ditempatkan di
tatanan klinik atau perawat senior yang bekerja di tatanan layanan dan ditetapkan sebagai preseptor. 2. Ia harus seorang ahli atau berpengalaman dalam memberikan pelatihan dan pengalaman praktik kepada peserta didik; biasanya seorang perawat praktisi yang bekerja dan berpengalaman di suatu area keperawatan tertentu, yang mampu mengajarkan, memberikan konseling, menginspirasi, serta bersikap dan bertindak sebagai “model peran” untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu pemula dalam periode tereantu dengan tujuan tertentu mensosialisasikan pemula kedalam peran baru sebagai profesional”
Kriteria preceptor
1. Preseptor atau mentor pada pendidikan ners ini seharusnya
berpendidikan lebih tinggi dari peserta didik (PP no. 19/2005, pasal 36 ayat 1), minimal merupakan seorang ners tercatat (STR) / memiliki lisensi (SIP/SIK) yang berpengalaman klinik minimal 5 tahun. 2. Memiliki sertifikat kompetensi sesuai keahlian di bidangnya (PP no 19/2005 tentang standar nasional pendidikan, pasal 31 ayat 3 dan pasal 36 ayat 1) . 3. Telah berpengalaman minimal 2 tahun berturut-turut ditempatnya bekerja dimana yang bersangkutan ditunjuk sebagai preseptor sehingga dapat membimbing peserta didik dengan baik. 4. Merupakan model peran ners yang baik dan layak dicontoh karena sikap, perilaku, kemampuan profesionalnya diatas rata-rata.
Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia 2015 277
5. Telah mengikuti pelatihan pendidik klinik yang memahami tentang kebutuhan 6. peserta didik akan dukungan, upaya pencapaian tujuan, perencanaan kegiatan dan cara mengevaluasinya.
Kemampuan preseptor
1. Berkomunikasi secara baik dan benar.
2. Model peran profesional. 3. Berkeinginan memberikan waktu yang cukup untuk peserta didik. 4. Pendengar yang baik dan mampu menyelesaikan masalah. 5. Tanggap terhadap kebutuhan dan ketidak-berpengalaman peserta didik. 6. Cukup megenali dan terbiasa dengan teori dan praktik terkini. 7. Kompeten dan percaya diri dalam peran sebagai preseptor.
Tugas pokok preseptor
1. Preseptor mengidentifikasi kebutuhan belajar klinik peserta didik
melalui silabus/Course Study Guide/ modul praktik dari institusi pendidikan. 2. Cukup berpengalaman dan kompeten untuk membantu peserta didik menerapkan pengetahuan teoritis kedalam praktik. 3. Memperlihatkan komitmen tinggi untuk membimbing peserta didik selama proses belajar klinik berlangsung. 4. Membantu menyelesaikan masalah yang bersifat transisi peran dari peserta didik menjadi ners kompeten yang dihadapi oleh peserta didik. 5. Bersama peserta didik memformulasikan tujuan belajar untuk menjembatani masalah transisional tersebut diatas. 6. Menyelesaikan masalah, membantu membuat keputusan dan menumbuhkan akuntabilitas peserta didik selama proses belajar. 7. Memfasilitasi sosialisasi profesional peserta didik kedalam peran profesi ners peserta didik. 8. Memberikan umpan balik secara terus menerus dan periodik pada peserta didik terkait kemajuan atau kelemahan peserta didik selama belajar di klinik. 9. Berperan sebagai narasumber dalam memberikan dukungan personal dan profesional kepada peserta didik.
Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia 2015 278
10. Membantu peserta didik dalam mengkaji, memvalidasi, serta mencatat pencapaian kompetensi klinik peserta didik.
Metoda pembelajaran peserta didik
Beberapa metoda pembelajaran peserta didik diinisiasi dan fasilitasi oleh
preseptor/ mentor di setiap stase, meliputi : 1. Pre dan postconference. 2. Tutorial individual yang diberikan preseptor. 3. Diskusi kasus. 4. Seminar kecil tentang kasus atau IPTEK kesehatan/keperawatan terkini. 5. Pendelegasian kewenangan bertahap (lampiran 1.) 6. Problem Solving for Better Health (PSBH). 7. Belajar berinovasi dalam pengelolaan asuhan. 8. Laporan kasus dan overan dinas.
Pemilihan metoda disesuaikan dengan tujuan pencapaian kompetensi dan
lama waktu program preseptoring sudah berlangsung.