Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM KLINIK

MATA KULIAH METODIK KHUSUS

Nama : Titin Wartini

Nim Mahasiswa : P27224016051

Kelas : D IV Kebidanan Alih Jenjang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2015/2016

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM KLINIK KEBIDANAN

MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN

DI PUSKESMAS CAWAS I

Disusun Oleh :

Nama : Titin Wartini

NIM :P27224016051

Kelas : D4 Kebidanan Alih Jenjang

Tanggal Pelaksanaan:14 Juni 2016 – 1 Juli 2016


Disetujui Tanggal :

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Siti Yulaikah,SST,M.Keb Sumarmi, SST


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
melindungi dan memberi rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Laporan Metodik Khusus di PUSKESMAS Cawas I ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulis laporan ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan dan Metodik Khusus Polteknik Kesehatan Surakarta Jurusan
Kebidanan Program Diploma IV Bidan Komunitas Tahun 2015/ 2016.

Dalam menyusun laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak,
Untuk itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dr.Bambang Pujiharja selaku kepala Puskesmas Cawas I


2. Kh. Endah Widhi A., M. Mid selaku KAPRODI DIV KEBIDANAN POLTEKKES
SURAKARTA
3. Emy Suryani, M. Mid selaku dosen Pengampu Mata Kuliah Metodik Khusus DIV
KEBIDANAN POLTEKKES SURAKARTA
4. Sih Rini Handajani, M. Mid selaku dosen pengampu Mata Kuliah Metodik Khusus
DIV KEBIDANAN POLTEKKES SURAKARTA
5. Teman – teman DIV KEBIDANAN Alih jenjang POLTEKKES SURAKARTA tahun
2016

Penulis menyadari bahwa Laporan Praktek Klinik ini masih jauh dari sempurna baik
materi maupun teknik penulisannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar penyusunan selanjutnya akan lebih baik.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Klaten, Juni 2016


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu cara untuk mengembangkan mutu pembelajaran klinik adalah
dengan menerapkan metode khusus yang baik (preseptorsip, mentorsip,
preconference, posconference, bedside teaching, nursing rounds). Pengalaman praktek
yang maksimal selama di lapangan praktek akan dapat mengintegrasikan semua
pengetahuan, keterampilan dan sikap mahasiswa yang akan menjadi bekal bagi
mahasiswa setelah selesai dari institusi pendidikan.
Preseptorsip adalah suatu metode pengajaran dimana seorang praktisi yang
memiliki pengalaman di bidangnya yang mampu memberikan dukungan kepada
mahasiswa dalam memahami perannya dan hubungan kesejawatan.Preseptorsip
bersifat formal, disampaikan secara perseorangan dan individu dalam waktu yang
sudah ditentukan sebelumnya antara perawat yang berpengalaman (preseptor) dengan
perawat baru (preseptee) yang didesain untuk membantu perawat baru untuk
menyesuaikan diri dengan baik dan menjalankan tugas yang baru sebagai seorang
perawat atau bidan. Preseptorsip dalam pembelajaran bertujuan untuk membentuk
peran dan tanggung jawab mahasiswa untuk menjadi perawat yang profesional dan
berpengetahuan tinggi, dengan menunjukan sebuah pencapaian berupa memberikan
perawatan yang aman, menunjukan akuntabilitas pasien dan mampu berkomunikasi
dengan baik terhadap pasien dan staf lainnya .
Mentorsip adalah suatu metode dimana seorang pembimbing klinik yang lebih
terampil atau berpengalaman membimbing 1 orang mahasiswa semester akhir atau
karyawan baru dalam mengintegrasikan semua ilmu, sikap dan keterampilan
kebidanan/keperawatan termasuk memahami peran bidan/perawat secara
komprehensif.Pembimbing klinik yang berpengalaman disebut mentor, sementara
individu yang dibimbing adalah mentee.
Mentorsip bertujuan agar individu yang memiliki pengalaman lebih sedikit
(mentee) dapat menambahkan atau mengembangkan kompetensinya yang sudah
dimilikinya. Seorang mentor harus mempunyai pengetahuan yang cukup banyak untuk
memberikan saran agar memastikan mentee mendapatkan kemajuan
maksimum. Namun seringkali kita melihat keadaan yang berbeda dimana seorang
pembimbing klinik tidak maksimal dalam menunjukkan kemampuannya membimbing
peserta didik, baik dikarenakan beban kerja fungsional yang banyak dalam pelayanan
kepada pasien, komunikasi yang tidak jelas dengan institusi pendidikan, atau bahkan
kurangnya kepercayaan diri dari pembimbing klinik tersebut. Hal ini yang mendorong
pentingnya pembahasan tentang metode preseptorsip dan mentorsip di klinik agar
proses bimbingan di lapangan dapat maksimal dan peserta didik dapat mencapai target
pembelajaran serta kompetensi yang diharapkan.
Pre conference merupakan kegiatan pembelajaran sebelum mahasiswa
melakukan kegiatan praktek klinik, yang dilakukan setiap hari. Mahasiswa dan preceptor
membahas dan menyepakati kegiatan pembelajaran harian
Post Conference adalah pertemuan segera setelah melakukan praktek klinik
untuk memberi umpan balik pada mahasiswa tentang proses pembelajaran yang telah
dilaluinya. Pertemuan ini merupakan suatu komponen pengalaman yang paling
berharga dalampembelajaran klinik.
Bedside Teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di depan
pasien. Dengan metode bedside teaching mahasiswa dapat menerapkan ilmu
pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi, ketrampilan klinik dan
profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku
dan pendekatan dokter kepada pasien.
Supervisi adalah segala usaha dari petugas- petugas sekolah dalam memimpin
guru- guru dan petugas pendidikan lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk
memperkembangkan pertumbuhan guru- guru, menyelesaikan dan merevisi tujuan
pendidikan, bahan- bahan pengajaran dan metode mengajar dan penilaian pengajaran
Nursing Rounds merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat atau
siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan oleh
teacher nurse atau head ners dengan anggota staffnya atau siswa untuk pemahaman
yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktik pembelajaran klinik, mahasiswa DIV Bidan Pendidik
Politeknik Kesehatan Surakarta diharapkan mendapatkan pengalaman actual
tentang pelaksanaan proses model pembelajaran Klinik dan metode pembelajaran
Klinik.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik pembelajaran klinik selama 3 minggu, mahasiswa
DIV Alih Jenjang diharapkan mampu:
a. Merencanakan dan mempersiapkan proses pembelajaran
b. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode
dan media yang tepat baik dalam teori maupun praktik.
c. Memberikan bimbingan kepada mahasiswa dengan menerapkan berbagai
model pembelajaran klinik dan metode pembelajaran klinik.

C. Manfaat
1. Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengalaman dalam proses pembelajaran baik teori
maupun praktik, dan menerapkan secara langsung teori- teori yang didapat dikelas.
2. Bagi Lahan Praktek
Dapat dijadikan sebagai wacana baru untuk meningkatkan pengetahuan dan
pandangan bahwa praktik pembelajaran klinik sangat penting bagi mahasiswi dalam
menambah wawasan dan pengalamannya.
3. Bagi Masyarakat
Dengan adanya pembelajaran klinik diharapkan akan menghasilkan tenaga pendidik
yang professional dan mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif dan
efisien serta menyenangkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. MENTORSIP
1. Pengertian
Mentoring merupakan hubungan pembelajaran dan konseling antara orang
yang berpengalaman yang membagi keahlian professional dengan orang yang lebih
sedikit pengalaman untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan dari bagian
yang kurang pengalaman (Dermawan, 2012). Mentoring adalah sebuah proses dari
rangkaian pembentukan karakter manusia, dari mentoring akan dihasilkan berbagai
hal dan yang terpenting adalah ketangguhan karakter. Mentoring adalah perilaku-
perilaku atau proses yang dipolakan dimana seseorang bertindak sebagai penasehat
kepada orang lain. Mentorship adalah suatu bentuk sosialisasi untuk peran
profesional yang merangsang pencapaian kompetensi sains natural.
2. Karakteristik dalam Mentorsip
Ada 5 karakteristik mentorship yaitu:
a. sifat hubungan yang menguatkan dan memberdayakan
b. menawarkan serangkaian fungsi menolong/membantu untuk memfasilitasi
pembinaan dan memberikan dukungan
c. perannya meliputi keterkaitan antara aspek personal
d. fungsional dan hubungan, dan tujuan individu (menti) dan fungsi penolong
ditetapkan oleh individu yang terlibat
e. bisa saling memilih (siapa mentor dan menti) dan diidentifikasi fase
hubungannya.
3. Terdapat dua tipe kegiatan mentoring, yaitu :
a. Mentoring yang bersifat alami, contohnya seperti persahabatan, pengajaran,
pelatihan dan konseling
b. Mentoring yang direncanakan, yaitu melalui program-program terstruktur dimana
mentor dan mentee memilah dan memadukan kegiatan mentoring melalui
proses-proses yang bersifat formal.
4. Hal – hal yang dapat ditawarkan oleh mentor bagi mentee
a. Ketrampilan dan pengetahuan yang baru
b. Pengalaman dalam organisasi
c. Iklim yang mendukung untuk mengevaluasi sukses dan kegagalan
d. Kesempatan berhubungan dalam jaringan kerja
e. Menerima dorongan dan dukungan
f. Mendapatkan pengakuan bagi keberhasilan
g. Mengembangkan cara pandang yang baru dan berbeda
h. Mendapatkan asistensi dengan gagasan-gagasan
i. Menerima nasehat dan petunjuk dari sumber yang obyektif
j. Menerima reasuransi atau dukungan pendapat
5. Tujuan Mentorsip
Mentoring dalam keperawatan mempunyai tujuan agar NAKES mampu
bekerja dengan cara kolaboratif dan kooperatif dengan profesi kesehatan lainnya
dan mengenali serta menghargai konstribusi dalam tim kesehatan, berakar pada
penerapan pembelajaran orang dewasa dan teori perkembangan, memungkinkan
pendatang baru dalam keperawatan untuk melewati masa peralihan lebih lancar dari
pemula menjadi praktisi penuh (Rosyidi, 2008).
6. Manfaat Mentorship
a. Manfaat Bagi Mentor (Pembimbing Klinik)
1) Mentor akan belajar dan melakukan refleksi-perspektif yang luas,
mengembangkan pandangan baru tentang masalah dan mengetahui lebih
baik dari kebutuhan / peralatan lain.
2) Kesempatan untuk melangkah diluar rutinitas normal, menjadi lebih objektif
dan untuk belajar terhadap pertanyaan asumsi sendiri dan mental model
3) Puas dalam memberikan kontribusi positif untuk pengembangan individu dan
organisasi
b. Manfaat Mentee (Peserta Didik)
1) Perpindahan fundamental dalam ketrampilan individu dan kemawasdirian
2) Pengembangan pendekatan seumur hidup untuk belajar mandiri
3) Meningkatkan penerimaan untuk kompetensi manajerial
4) Mengembangkan jaringan melintasi spektrum yang luas dari penyedia
layanan dalam kondisi normal.
5) Meningkatkan kapasitas untuk membuat “kemampuan belajar
mengaplikasikan” dengan konteks organisasi.
6) Meningkatkan kemampuan sebagai sumber ide dan praktek dari pandangan
organisasi dan di intergrasikan kedalam dirinya
7) Meningkatkan mawas diri, otonomi dan percaya diri.
7. Kerugian Mentorship
a. Kesulitan / Problem untuk mentoring
b. Memerlukan waktu
c. Kesempatan dan biaya untuk karyawan
d. Saat stress atau krisis konseling dibutuhkan
e. Saat hubungan menjadi disfungsional
B. PRESEPTORSHIP
1. Pengertian
Perceptor adalah seseorang yang mengajar, meberikan bimbingan, dapat
memberikan inspirasi, menjadi panutan (role model) serta mendukung
pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu tertentu
dengan tujuan khusus mensosialisasikan traineer pada peran barunya.
2. Tujuan Preseptorship
Tujuan preseptorsip dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:
a. Secara mikro: preceptorship secara mikro bertujuan membantu proses
transisi dari pembelajaran ke praktisioner, mengurangi dampak sebagai“syok
realita” dan memfasilitasi individu untuk berkembang dari apayang dihadapi
dari lingkungan barunya.
b. Secara makro: preceptorship secara makro bertujuan untuk melibatkan
pengembanagn perawat di dalam bernegosiasi. Preceptorship digunakan
sebagai sosialisasi dan orientasi, sehingga diskusi antara preceptor dan
preceptee diperlukan untuk memberikan pandangan dan harapan preceptee
akan memiliki kemampuan yang sama dengan preceptornya.
3. Manfaat Preceptorship
Dalam program preceptorship dapat memberikan manfaat baik kepada
preseptor/ guru preseptee atau murid, atau lulusan yang baru, yaitu:
a. Peningkatan pengalaman preceptee dalam perawatan pasien
b. Peningkatan diri preseptor dalam memecahkan sebuah kasus
4. Syarat Preseptor
a. Berpengalaman dan ahli dalam bidang klinik
b. Berjiwa kepemimpinan
c. Kemampuan membuat keputusan
d. Mendukung perkembangan professional
e. Memiliki kemauan untuk mengajar dan mau mengambil peran dalam
penerapan model preseptorsip
5.Peran preceptor
a. Meyakinkan mahasiswa dapat mencapai tujuan belajar
b. Mahasiswa dapat dievaluasi secara proporsional
c. Tercapai 3 patnership, antara mahasiswa, akademi, dan preseptor
6. Tanggung Jawab Preseptor
a. Mengoreksi mahasiswa ke unit kebidanan dan klien
b.Mengoreksi tujuan belajar dan menyediakan anjuran bagi berlangsungnya
pengalaman belajar
c. Melakukan supervisi
d. Bertanya pada mahasiswa dan dan membawa mahasiswa pada situasi yang
menantang sesuai dengan tujuan belajar
e. Bersikap role model

C. PRE CONFERENCE
Pre conference merupakan kegiatan pembelajaran sebelum mahasiswa melakukan
kegiatan praktek klinik, yang dilakukan setiap hari.Mahasiswa dan preceptor
membahas dan menyepakati kegiatan pembelajaran harian
Pembahasan dalam pre conference
a. Tujuan belajar hari itu
b. Perubahan jadwal/ kondisi kalau ada
c. Peranan mahasiswa dan tanggung jawab hari itu termasuk tugas dan jadwal
d. Pre conference idealnya harus dilakukan di tempat yang khusus, jauh dari area
pelayanan klien
e. Selama pertemuan tersebut preceptor harus melakukan :
1) Menyambut mahasiswa
2) Membahas tujuan belajar untuk hari itu
3) Memberikan tugas dan menunjuk pasien untuk masing- masing mahasiswa
4) Menjawab setiap pertanyaan
5) Lembar

D. POST CONFERENCE
Pertemuan segera setelah melakukan praktek klinik untuk memberi umpan balik
pada mahasiswa tentang proses pembelajaran yang telah dilaluinya. Pertemuan ini
merupakan suatu komponen pengalaman yang paling berharga dalampembelajaran
klinik (Luchtman, 2003).
Post conference merupakan kombinasi dari debriefing, belajar dan membuat
rencana.
Yang harus dilakukan preceptor selama pertemuan yaitu
1. Mengkaji tujuan hari itu dan kemajuan yang
2. Bertanya pada para mahasiswa mengenai kasus saat itu terutama kasus yang
menarik atau sulit
3. Menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai situasi atau klien
4. Melakukan praktek tambahan dengan model simulasi, jika diperlukan
5. Mengkaji ulang dan mendiskusikan tugas- tugas kelompok
6. Merencanakan sesi klinik hari selanjutnya, memberitahu mahasiswa jika ada
perubahan, jika diperlukan.

E. BEDSIDE TEACHING
Bedside Teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung didepan pasien.
Dengan bedside teaching mahasiswa bisa menerapkan ilmu pengetahuan,
mnelaksanakan kemampuan komunikasi, ketrampilan klinik dan profesionalsime,
menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku dan pendekatan
nakes kepada pasien. Bedside merupakan pembelajaran kontekstual dan interaktif
yang mendekatkan pembelajaran pada real clinical setting.Bedside teaching
merupakan metode pembelajaran dimana pembelajar mengaplikasikan kemampuan
kognitif, psikomotor dan efektif secara terintegrasi.Sementara itu, dosen bertindak
sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran yang siap untuk memberikan bimbingan
dan umpan balik kepada pembelajar. Didalam proses bedside teaching diperlukan
kearifan fasilitator tentang kemungkinan timbulnya hal- hal yang tidak diinginkan
sebagai akibat dari interaksi antara pembelajar dan pasien.

Keuntungan Bedside Teaching yaitu :


Dalam penelitian Williams K ( Tufs Univ, maret 2008) dihasilkan kesimpulan bahwa
bedside teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari ketrampilan klinik.
Beberapa keuntungan bedside teaching antara lain :a
a. Observasi langsung
b. Menggunakan seluruh pikiran
c. Klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik
d. Kesempatan untuk membentuk ketrampilan klinik mahasiswa
e. Memperagakan fungsi:
1) Perawatan
2) Ketrampilan interaktif

Bedside teaching tidak hanya bisa diterapkan di rumah sakit, ketrampilan


bedside teaching juga dapat diterapkan dibeberapa situasi dimana ada pasien

Persiapan sebelum pelaksanaan bedside teaching :

a. Persiapan :
1) Tentukan tujuan dari setiap sesi pembelajaran
2) Baca teorisebelum pelaksanaan .

Ingatkan mahasiswa akan tujuan pembelajaran:


1) Mendemonstrasikan pemeriksaan klinik
2) Komunikasi dengan pasien
3) Tingkah laku yang professional
b. Pelaksanaan bedside teaching :
Membuat peraturan dasar
1) Pastikan setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka
2) Mencakup etika
3) Batasi interupsi jika mungkin
4) Batasi penggunaan istilah medis saat didepan pasien

Hambatan Bedside Teaching yaitu :

Dalam pelaksanaan bedside teaching, ada beberapa hambatan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan bedside teaching :

a. Gangguan (misalnya panggilan telepon)


b. Waktu rawat inap yang singkat
c. Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak
d. Tidak ada papan tulis
e. Tidak bisa mengacu pada buku
f. Pelajar lelah

Beberapa hambatan dari pasien :

Langkah- langkah dalam model The Five Steps Microskill adalah sebagai berikut:
1. Step1. Tanyakan Komitmen mahasiswa
Petunjuk: setelah mahasiswa mempresentasikan sebuah kasus, ia akan
menunggu respon dari dosen atau bertanya mengenai petunjuk untuk kasus ini.
Preceptor : preceptor meminta mahasiswa untuk menyatakan masalah yang ada
dalam kasus yang dipresentasikan dapat dalam bentuk hipotesis diagnosis atau
rencana manajemen pengobatan.
Rasional : meminta mahasiswa awal dalam menentukan kebutuhan belajar
mereka dan prior knowledge yang telah mereka miliki.
Contoh : “ Apa diagnosis pasien ini?”
2. Step 2. Mengenali bukti- bukti yang mendukung
Petunjuk : ketika mendiskusikan suatu kasus, mahasiswa memiliki komitmen
terhadap masalah yang dikemukakan dan menantikan respon dosen untuk
mengkonfirmasikan pendapat mereka.
Preceptor :sebelum memberikan arahan, mintalah mahasiswa untuk memberikan
bukti yang mendukung pendapat mahasiswa tersebut.
Rasional : Mintalah mahasiswa untuk mengungkapkan proses berpikir mereka
sehingga dosen dapat mengidentifikasi apa yang mahasiswa tahu dan yang
belum tahu.
Contoh: “ Penemuan utama apa yang mendasari diagnosis anda?”
3. Step 3. Katakana pa yang mahasiswa sudah lakukan dengan benar
Petunjuk : Pelajar telah menangani suatu kau=sus secara sangat efektif yang
hasilnya membantu preceptor, pasien atau rumah sakit. Mahasiswa tidak
menyadari bahwa yang telah dilakukannya efektif dan memiliki dampak yang
positif.
Preceptor: berilah komentar kepada mahasiswa bahwa ia sudah melakukan hal
yang benar dn membawa dampak positif.
Contoh : ”Anda telah mempertimbangkan kemampuan pasien dalam memilih
obat. Kepekaan anda telah emmbantu pasien dalam mengatasi masalahnya “
4. Step 4. Perbaiki yang masih ada
Petunjuk : pekerjaan mahasiswa telah mempertunjukkan kekeliruan, kesalahan
atau penyimpangan.
Preceptor : segera mungkin setelah kekliruan, temukan waktu dan tempat yang
sesuai untuk mendiskusikan apa yang salah dan bagaimana cara menghindari
atau mengoreksi kesalahan di masa datang. Pertama kali berilah kesempatan
belajar untuk mengkritik hasil kerja mereka
Contoh : “ anda benar bahwa gejala yang ada mengarah kepada perdarahan
atonia uteri. Tetapi anda tidak bias memastikan bahwa ia bukan atonia uteri
sebelum anda melakukan pemeriksaan fisik pada uterus pasien”.
5. Step 5. Mengajarkan konsep/ kaidah umum
Petunjuk : preceptor memastikan bahwa ia mengetahui seputar kasus yang
dipresentasikan mahasiswa.
Preceptor: Ajarkan prinsip umum, konsep.
Rasional : Instruksi lebih mudah diingat dan diterima bila diberi dalam bentuk
kaidah umum, prinsip atau perumpamaan.
Contoh : “Jika pasien mengalami perdarahan post partum kita tidak bias
langsung melakukan masase. Anda harus memastikan apa penyebab dari
perdarahan tersebut apakah karena atonia, retensi, laserasi atau factor
koagulasi”

Penelitian dosen klinik di Aagard mengidentifikasi beberapa factor yang mempengaruhi


model ini efektif dalam pendidikan klinik, yaitu:

a. Dosen klinik lebih percaya diri dalam mengevaluasi mahasiswa


b. Dosen klinik mampu meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa
c. Dosen klinik mampu memberikan feedback yang berkualitas

Pelaksanaan :

1. Sebelumnya diskusikan tindakan dan tujuan tiondakan kebidanan yang akan


dilakukan oleh peserta didik. Umumnya dikaitkan dengan proses kebidanan yang
telah ditetapkan untuk klien.
2. Pada awalnya pembimbing dapat memberikan contoh langsung pada situasi nyata,
lalu diikuti oleh peserta didik
3. Selanjutnya pembimbing mengobservasi kegiatan atau tindakan kebidanan yang
dilakukan oleh peserta didik.
4. Setelah selesai pembimbing mengajak peserta didik mengevaluasi yindakan yang
telah dilakukan dan memberikan umpan balik

F. NURSING ROUNDS
Pertemuan antara staff yang usai kerja melaporkan pada staff yang mulai
kerja tentang kondisi pasien, dengan staff menjelaskan apa yang telah dilakukan dan
mengapa dilakukan yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka kerja berfikir
staf, dan secara sistematis menegakkan kemampuan system untuk menangani
masalah medis.
Nursing Rounds merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat
atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan
dilakukan oleh teacher nurse atau head ners dengan anggota staffnya atau siswa
untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap
pasien (clement, 2011)
1) Karakteristik Nursing Rounds
Nursing Rounds mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:
a) Klien dilibatkan secara langsung
b) Klien merupakan fokus kegiatan
c) Konsuler memfasilitasi kreatifitas
d) Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
e) Primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah
2) Tujuan Nursing Rounds (Armola et al. (2010)
a) Melihat kemampuan staff dalam managemen pasien
b) Mendukung pengembangan professional dan peluang pertumbuhan
c) Meningkatkan pengetahuan nurse dengan menyajikan dalam format studi
kasus
d) Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan
penilaian ketrampilan klinis
e) Membangun kerjasama dan hormat
f) Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggan dalam profesi keperawatan
3) Manfaat Nursing Rounds
a) Nursing Rounds dapat meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan pada
nurse. Clement (2011) menyebutkan manfaat nursing round adalah
membantu mengembangkan ketrampilan keperawatan, selain itu watak et. al
(2008) dengan adanya nursing rounds akan menguji pengetahuan perawat.
Peningkatan ini bukan hanya keterampilan dan pengetahuan keperawatan
b) Melalui kegiataan nursing rounds, perawat dapat mengevaluasi kegiatan
yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Pasien sebagai alat
untuk menggambarkan parameter penilaian teknik intervensi (o’connor, 2006)
c) Nursing Rounds merupakan sarana belajar bagi nurse dan mahasiswa nurse.
Nursing rounds merupakan studi percontohan yang menyediakan sarana
untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (wolak
et al, 2008)
d) Manfaat nursing rounds adalah membantu mengorientasikan prawat baru
pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak mengetahui mengenai
pasien yang dirawat diruamgan. Dengan nursing rounds hal ini bisa dicegah,
nursing rounds membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien
(clement, 2011)
4) Tipe- tipe Nursing Rounds ( Close dan castledine, 2005)
a. Matron nurse
b. Nurse management rounds
Ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi
pada sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas tindakan yang telah
dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga pada proses interaksi. Pada
ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat dan head nurse.
c. Patient comport nurse
Ronde yang berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien dirumah
sakit.fungsi pada ronde ini yaitu memenuhi semua kebutuhan pasien.
Misalnya ketika ronde dilakukan dimalam hari, perawat menyiapkan tempat
tidur untuk pasien tidur.
d. Teavhing rounds
Dilakukan antara teacher nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat,
dimana terjadi proses pembelajaran. Dengan pembelajaran langsung perawat
atau mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat
langsung pada pasien.
5) Tahapan Nursing Rounds
Ramani (2003), tahapan nursing rounds adalah :
a) Pre- rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning, dan orientation
b) Rounds, meliputi : introduction (pendahuluan), interaction (interaksi) ,
observation (pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing
(kesimpulan)
c) Post- rounds, meliputi: debriefing (Tanya jawab), feedback (saran), reflection
(refleksi), preparation (persiapan)
Hal yang perlu dipersiapkan dalam Nursing rounds :
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang
langka)
b. Menentukan tim nursing rounds
c. Mencari sumber atau literature
d. Membuat proposal
e. Mempersiapkan klien : informed consent dan format pengkajian

G. SUPERVISI
1. Pengertian
Menurut P. Adams dan Frank G. Dickey menyatakan supervise adalah suatu
program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.
Supervisi adalah segala usaha dari petugas- petugas sekolah dalam
memimpin guru- guru dan petugas pendidikan lainnya dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk memperkembangkan pertumbuhan guru- guru,
menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan, bahan- bahan pengajaran dan
metode mengajar dan penilaian pengajaran.
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang di supervise agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana D, 2008).
2. Ciri dan sifat Supervisi
Seorang supervisor hendaknya memiliki ciri- ciri pribadi sebagai guru yang baik,
memiliki pembawaan yang tinggi, pandangan yang luas mengenai proses
pendidikan dalam masyarakat, kepribadian yang menyenangkan dan kecakapan
melaksanakan human relation yang baik. Kecakapannya dalam menggunakan
proses kelompok sangat vital, dan dia harus cakap memimpin kelompok menurut
prinsip- prinsip demokratis, memiliki kecakapandan keteguhan hati untuk
mengambil tindakan cepat terhadap kesalahan- kesalahan yang telag
diperbuatnya untuk segera diperbaiki.
3. Fungsi Supervisi
a) Mejalankan aktifitas untuk mengetahui situasi administrasi pendidikan,
sebagai kegiatan pendidikan di sekolah dalam segala bidang.
b) Menentukan syarat- syarat yang diperlukan untuk menciptakab situasi
pendidikan di sekolah
c) Menjalankan aktivitas untuk mempertinggi hasil dan untuk menghilangkan
hambatan- hambatan.
4. Tugas Supervisi
Seorang supervisor dapat dilihat dari tugas yang dikerjakannya.Seorang
pemimpin pendidikan yang berfungsi sebagai supervisor tampak jelas perannya.
Sesuai dengan pengertian hakiki supervisi, maka supervisi berperan atau
bertugas memberi support (supporting), membantu (assisting) dan
mengikutsertakan (sharing).
Selain itu macam- macam tugas supervise pendidikan yang riel dan lebih
terperinci, yaitu:
a) Menghadiri rapat/ pertemuan- pertemuan organisasi- organisasi professional
b) Memilih dan menilai buku- buku yang diperlukan bagi murid- murid
c) Mendiskusikan metode- metode mengajar dengan guru- guru
d) Membimbing guru- guru dalam menyusun dan mengembangkan sumber-
sumber atau unit- unit pengajaran
e) Menyusun tes- tes standar bersama kepala sekolah dan guru- guru

5. Tujuan Supervisi
Adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung, sehingga
bawahan memiliki bakal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau
pekerjaan dengan hasil yang baik dan mengorientasi, melatih lkerja, memberi
arahan, dan mengembangkan kemampuan personil.
Menurut WHO (1999) , tujuan dari pengawasan yaitu :
a) Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber daya
yang tersedia
b) Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan- kekurangan para pekerja
kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman serta
mengatur pelatihan yang sesuai.
c) Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan- kekurungan
pada kinerja tersebut.
d) Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagipekerja
telah cukup dan dipergunakan dengan baik.
BAB III

PELAKSANAAN

A. PERSIAPAN
Dalam mempersiapkan proses bimbimbingan klinik, Pembimbing (Mahasiswa
praktikan) memiliki tugas yaitu :
1. Memberikan informasi tentang klien yang meliputi nama klien, umur, daignosa
kebidanan, dll
2. Melakukan pre conference
3. Mengevaluasi pemahaman mahasiswa

Tugas Mahasiswa dalam fase bimbingan persiapan yaitu :

1. Membuat laporan pendahuluan


2. Mengikuti pre conference
3. Membaca informasi tentang klien yang berkaitan dengan Laporan Pendahuluan.
4. Melakukan persiapan dengan memperkenalkan diri dengan klien

B. PELAKSANAAN
Tugas pembimbing dalam fase bimbingan pelaksanaan proses bimbingan klinik
yaitu
1. Mengobservasi mahasiswa
2. Memberikan umpan balik
3. Memberikan bimbingan untuk menumbuhkan kemampuan intelektual, teknikal
dan interpersonal
4. Melakukan metode bimbingan klinik lain

Tugas yang diberikan mahasiswa (preceptee) dalama fase bimbingan


pelaksanaanyaitu

1. Memperkenalkan diri ke pasien


2. Melakukan kontak dengan pasien
3. Melakukan validasi pengkajian berdasarkan diagnose kebidanan
4. Melakukan metode bimbingan klinik lain.
C. EVALUASI
Tugas pembimbing ( mahasiswa praktikkan) yaitu
1. Melakukan bimbingan dan observasi tentang kemampuan interpersonal
2. Menerima hasil asuhan kebidanan dari mahasiswa
3. Memeriksa laporan dari peserta didik
4. Mengevaluasi laporan
5. Memberikan umpan balik
6. Melakukan post conference

Tugas mahasiswa dalam fase bimbingan yaitu

1. Menyimpulkan hasil yang dicapai selama proses asuhan kebidanan dengan


klien
2. Membuat laporan lengkap tentang asihan yang telah dijalankan
3. Menyampaikan laporan kepada pembimbing
4. Menerima hasil evaluasi dan umpan balik dari pembimbing
5. Mengikuti post conference
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisa
Setelah melaksanakan praktik Metode pembelajaran klinik dan model
pembelajaran klinik terhitung mulai tanggal 14 Juni 2016 – 1 Juli 2016 dengan
melakukan praktek bimbingan di Puskesmas Cawas I. Kegiatan praktik model
pembelajaran klinik dan metode pembelajaran klinik pada hari pertama survey
tempat dan orientasi, kontrak dengan pembimbing lahan.Kegiatan selanjutnya
menyusun satuan acara pembelajaran.Setiap mahasiswa DIV Kebidanan melakukan
praktek membimbing yang didampingi oleh dosen pembimbing.Setelah selesai
dilanjutkan dengan diskusi hasil evaluasi dari membimbing untuk memberikan
masukan tentang kekurangan dalam teknik membimbing.
Dengan melaksanakan bimbingan ini penulis dapat merasakan peran sebagai
pembimbing ini tidaklah mudah karena harus dapat berinteraksi dengan baik tidak
hanya pada mahasiswa, tetapi juga dengan dosen atau karyawan dimana
mahasiswa praktik serta penguasaan materi dalam membimbing.
B. Kelebihan
Adapun yang diperoleh yaitu :
1. Praktik pembelajaran klinik dengan mengimplementasikan materi yang
diperoleh dikampus dapat diterapkan dilahan, pembimbing senantiasa
memberikan bimbingan dan meluangkan waktu sehingga proses
pembelajaran klinik dari persiapan hingga pelaksanaan semua dapat
berjalan lancar.
2. Aktifnya mahasiswa dalam proses bimbingan pembelajaran klinik ini
memudahkan kami untuk memberikan pelajaran ataupun materi di
Puskesmas Cawas I. Kegiatan pembelajaran praktek klinik diberikan pada
mahasiswa DIV Bidan Reguler semester II.
C. Kendala
Dalam kegiatan pembelajaran klinik ini terdapat kendala yaitu
1. Pembekalan dari kampus kurang
2. Waktu praktek pembelajaran klinik bersamaan pelayanan kesehatan
dipuskesmas, sehingga pelaksanaan pembelajaran klinik menjadi terganggu
karena membutuhkan waktu yang lebih banyak. dan mahasisa merasa
tergesa- gesa untuk menyelesaikan pembelajaran
3. Perbedaan persepsi diantara pembimbing lahan membuat mahasiswa
menjadi bingung dalam menyusun laporan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Mentoring adalah perilaku-perilaku atau proses yang dipolakan dimana
seseorang bertindak sebagai penasehat kepada orang lain. Mentoring merupakan
hubungan pembelajaran dan konseling antara orang yang berpengalaman yang
membagi keahlian professional dengan orang yang lebih sedikit pengalaman untuk
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan dari bagian yang kurang pengalaman
Perceptor adalah seseorang yang mengajar, meberikan bimbingan, dapat
memberikan inspirasi, menjadi panutan (role model) serta mendukung pertumbuhan
dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu tertentu dengan tujuan
khusus mensosialisasikan traineer pada peran barunya.
Pre conference merupakan kegiatan pembelajaran sebelum mahasiswa
melakukan kegiatan praktek klinik, yang dilakukan setiap hari. Mahasiswa dan
preceptor membahas dan menyepakati kegiatan pembelajaran harian
Post Conference adalah pertemuan segera setelah melakukan praktek klinik
untuk memberi umpan balik pada mahasiswa tentang proses pembelajaran yang
telah dilaluinya. Pertemuan ini merupakan suatu komponen pengalaman yang paling
berharga dalampembelajaran klinik.
Bedside Teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di depan
pasien. Dengan metode bedside teaching mahasiswa dapat menerapkan ilmu
pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi, ketrampilan klinik dan
profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku
dan pendekatan dokter kepada pasien.
Supervisi adalah segala usaha dari petugas- petugas sekolah dalam
memimpin guru- guru dan petugas pendidikan lainnya dalam memperbaiki
pengajaran, termasuk memperkembangkan pertumbuhan guru- guru, menyelesaikan
dan merevisi tujuan pendidikan, bahan- bahan pengajaran dan metode mengajar dan
penilaian pengajaran
Nursing Nurse merupakan proses interaksi antara pengajar dan perawat atau
siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan
oleh teacher nurse atau head ners dengan anggota staffnya atau siswa untuk
pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien
B. SARAN
Penulis mengharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memanfaatkan makalah ini untuk menambah wawasan tentang metodik khusus
sehingga dapat menerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan kemampuan
komunikasi, ketrampilan klinik, dan profesionalisme, menemukan seni pengobatan,
mempelajari bagaimana tingkah laku dan pendekatan tenaga medis kepada pasien.
Penulis mengharapkan dosen lahan dan dosen pembimbing memiliki
persepsi, metode,dan cara pengerjaan yang sama dalam memberikan tugas kepada
mahasiswa, agar mahasiswa tidak kebingungan dalam mengerjakan tugas tersebut
dilahan praktek.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden. 2012. Mentorship Dan Perceptorship Dalam Keperawatan. Jurnal Akper
Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

Happel. 2009. Model of Preceptorship in Nursing: Reflecting The Complex Functions of The Role,
Nursing Education Perspective

Huriani, Emil dan Hema Malini. 2012.Mentorship Sebagai Suatu Inovasi Metode Bimbingan Klinik
Dalam Keperawatan. Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas

Ommer, Suliman et al. 2013. Perception of Nursing Students to Two Models of Preceptorship in
Clinical Training. Nurse Education in Practice

Rosyadi.Ong. 2009. Mentoring dalam Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan di Rumah Sakit,
retrieved Nov 2nd 2013 from http://ongrosyadi.wordpress.com/2009/02/27/mentoring-dalam-
bimbingan-praktek-klinik-keperawatan-di-rumah-sakit/

Anda mungkin juga menyukai