Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

DAN KESEHATAN REPRODUKSI NY. M UMUR 42 TAHUN

P2A0Ah2 DENGAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN

DI PUSKESMAS SUKOHARJO

Disusun Oleh :
Rulita Ayu Rachmawati
P27224017153

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN

2021

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

DAN KESEHATAN REPRODUKSI NY. M UMUR 42 TAHUN

P2A0Ah2 DENGAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN

DI PUSKESMAS SUKOHARJO

Disusun Oleh :
Rulita Ayu Rachmawati P27224017153

Tanggal Pengkajian / Pemberian Asuhan : 18 Februari 2021

Disetujui tanggal : 15 Maret 2021


Mengetahui,

Pembimbing Lapangan

Sunarti, SST

NIP. 19710815199303 2 007


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar
bagi negara berkembang. Jumlah penduduk di Indonesia saat ini adalah
266.927.712 orang, yang terdiri dari 49,9% laki-laki dan 50.1%
perempuan. Di atas juga ditampilkan jumlah pertumbuhan penduduk tiap
tahunnya, dimana per tanggal 15 -3 - 18 penduduk Indonesia bertambah
976.811 jiwa. Jumlah penduduk Indonesia luar biasa banyak, membuat
Indonesia menempati urutan ke 4 dalam daftar negara dengan jumlah
penduduk terbanyak di dunia, dimana China menempati posisi pertama
diikuti India dan Amerika Serikat (Muliadi, 2018).
Salah satu cara yang digunakan untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk adalah melalui pengendalian angka kelahiran. Pemerintah
melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) telah
menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak tahun
1970. Pada dasawarsa awal berjalannya program KB (1970-1980), laju
pertumbuhan penduduk Indonesia meningkat menjadi 2,37% dari 2,13%
pada dasawarsa sebelumnya. Kemudian pada dasawarsa selanjutnya
(1980- 1990), laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat ditekan
menjadi 1,98% dan 1,40% pada dekade berikutnya (1990-2000).
Selanjutnya pada tahun 2000-2010 laju pertumbuhan penduduk
meningkat menjadi 1,49%. (BKKBN,2012)
Suntik KB adalah kontrasepsi hormonal yang mengandung hormon
progestogen (progestin), yang serupa dengan hormon alami wanita, yaitu
progesteron. Hal ini dapat menghentikan ovulasi. Biasanya, suntik KB
disuntikkan pada bagian tertentu pada tubuh, seperti di paha, pundak, di
bawah perut, atau lengan atas. Setelah disuntikkan, kadar hormon akan
meningkat dan kemudian menurun secara bertahap hingga suntikan
selanjutnya (Adrian, 2018).
Efek samping kontrasepsi suntik 3 bulan yaitu berupa pola haid
tidak teratur, perdarahan bercak atau perdarahan sela sampai 10 hari,
mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan
hilang setelah suntikan kedua atau ketiga, ketergantungan klien terhadap
pelayanan kesehatan, penambahan barat badan, tidak menjamin
perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B
virus, atau infeksi virus HIV, kemungkinan terlambatnya pemulihan
kesuburan setelah penghentian pemakaian (BKKBN, 2011). Dengan efek
samping yang sedemikian, akseptor kb tetap memilih kb suntik sebagai
kontrasepsinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi
hormonal adalah tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, umur, jumlah
anak.
Berdasarkan data dari dinas kesehatan selama tahun 2011, jumlah
peserta KB di Indonesia terbanyak adalah menggunakan KB suntik
(51,21%), pil (40,2%), IUD/spiral (4%), implant (4,93%), MOW (2.7%),
dan lainnya (1.1%). Untuk Provinsi Jawa Timur selama tahun 2011,
jumlah terbanyak adalah pengguna KB suntik (48,2%), Pil (21,01%),
IUD/spiral (4%), Implant (8,5 %), MOW (5%) dan lainnya
(1,9%).Pelayanan KB di Indonesia sebagian besar diberikan oleh bidan
(76,6%) di fasilitas pelayanan swasta yaitu tempat praktek bidan (54,6%)
(Riskesdas, 2013).
Tingginya akseptor KB dalam pemillihan KB suntik 3 bulan
tentunya tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB
memilih metode kontrasepsi. Data di atas menunjukkan bahwa KB suntik
merupakan metode dengan minat tertinggi. Kebanyakan dari akseptor KB
memilih KB suntik karena mereka hanya perlu melakukannya 1-3 bulan
sekali dan tidak perlu melalui proses trauma seperti pada saat pemasangan
spiral. Kontrasepsi suntik dinilai efektif, pemakaiannya yang praktis,
harganya relatif murah dan aman (Uliyah, 2010) KB suntik 3 bulan juga
tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak bergantung pada faktor
senggama, bisa digunakan oleh semua wanita yang usia reproduktif
(Saifuddin, 2010).
Alat kontrasepsi memang sangat berguna sekali dalam
program KB namun perlu diketahui bahwa tidak semua alat
kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap
pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi.
Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis
pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih
dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang
tersedia. Maka dari itu, kita sebagi tenaga kesehatan yang berkompeten
dalam bidang reproduksi sebaiknya bisa mengarahkan masyrakat dalam
memilih KB yang cocok serta memperkceil terjadinya kontra indikasi
pada akseptor KB.
A. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi Ny. M Umur 42 Tahun
P2A0Ah2 dengan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan di Puskesmas Plupuh I
dengan menggunakan manajeman kebidanan
2. Tujuan Khusus
a. Pengkajian pada Ny. M (mengumpulkan data subyektif dan
obyektif yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan).
b. Interpretasi data pada Ny. M (identifikasi diagnosa / masalah).
c. Identifikasi diagnosa / masalah potensial dan mengantisipasi
masalah pada Ny. M
d. Penyusunan Tindakan segera pada Ny. M
e. Perencanaan asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
pada Ny. M
f. Tindakan sesuai rencana asuhan yang telah disusun secara efisien
dan aman pada Ny. M
g. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan pada Ny. M
h. Dokumentasi manejemen asuhan kebidanan yang telah dilakukan
pada Ny. M
B. Manfaat
1. Bagi Klien Dan Masyarakat
Agar klien maupun masyarakat dapat menjadi akseptor KB dengan
menentukan pilihan alat kontrasepsi yang aman, nyaman dan sesuai
dengan keinginnannya.
2. Bagi Bidan
Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam
asuhan kebidanan pada Ny. M
3. Bagi mahasiswa
Sebagai masukan dalam pemberian asuhan pada akseptor KB serta
meningkatkan keterampilan mahasiswa dala memberikan asuhan
kepada Ny. M
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keluarga Berencana


1. Keluarga Berencana
a. Pengertian
Saifuddin (2011) kontrasepsi (contraception control) adalah cara
untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-
obatan. Salah satu alat kontrasepsi yang menggunakan obat yaitu
kontrasespsi suntik berupa obat yang berisi hormon yang diberikan
secara suntikan pada seorang wanita sehingga mampu melindungi ibu
terhadap kemungkinan hamil. Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal.
Metode suntikan KB menurut Manuaba (2011) telah menjadi
bagian dari metode keluarga berencana nasional dengan bertambah
tingginya minat pemakaian suntikan KB adalah karena aman, sederhana,
efektif tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pasca persalinan.
b. Tujuan Program
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
mengatur kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati,
2013).
c. Macam-Macam Kontrasepsi
1) Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe
Laktasi (MAL), Coitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu
perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode
kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup
serviks dan spremisida (Handayani, 2010).

2) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


(AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (hormon
progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani,
2010). AKDR yang mengandung hormon Progesteron atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1
tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2010).
3) Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (hormon
progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani,
2010). AKDR yang mengandung hormon Progesteron atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1
tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2010).

4) Metode Kontrasepsi Hormonal


Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (hormon
progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani,
2010). AKDR yang mengandung hormon Progesteron atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1
tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2010).
2. Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) / Suntik 3 Bulan
a. Pengertian
Kontrasepsi suntikan progestin adalah mencegah terjadinya
kehamilan dengan cara disuntik intra muskuler yang berdaya kerja 3
bulan dan tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan
mengandung hormon progesteron dan tidak mengganggu produksi ASI.
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan, yang hanya
berisi hormone progesterone disuntikkan ke dalam tubuh wanita secara
periodic (Saifuddin, 2011).
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikkan ke
dalam tubuh dalam jangka waktu tertentu, kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna
untuk mencegah timbulnya kehamilan. Kontrasepsi suntik digunakan
adalah noretisteron Enentat, Depo Medroksi Progesteron Asetat
(DMPA), cyclofem. Salah satu kontrasepsi modern yang sering
digunakan DMPA yang berisi depo medroksi pregesteron asetat
sebanyak 150 mg dengan guna 3 bulan (Saifuddin, 2011).
Kontrasepsi suntik KB 3 bulan adalah Depo Medroksi
Progesteron Asetat (Depo provera), mengandung 150 mg DMPA, yang
diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (di daerah
bokong) (Affandi, 2014).
b. Farmakologi
Depomedroksi progesterone asetat tersedia dalam bentuk laruran
mikrokristalistaline. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai
kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya
menurun kembali. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek
akumulatif dari DMPA dalam darah/serum (Hartanto, 2010).
c. Mekanisme Kerja DMPA
Mekanisme kerja suntik DMPA digolongkan menjadi 2, secara
primer dan sekunder sebagai berikut :
1) Primer
Mencegah ovulasi kadar Folikel Stimulating Hormone
(FSH) dan Luitenizing Hormone (LH) menurun dan tidak terjadi
sentakan LH. Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi
dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif.
Dengan pemakaian jangka lama endometrium bisa menjadi sedikit
sehingga hampir tidak didapatkan jaringan bila dilakukan biopsi,
tetapi perubahan tersebut akan kembali normal dalam waktu 90
hari setelah suntikan DMPA berakhir.
2) Sekunder
a) Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan
barier terhadap spermatozoa.
b) Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk
implantasi dari ovum yang telah dibuahi.
c) Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di
dalam tuba fallopi
(Hartanto, 2010).
d. Jenis Kontrasepsi DMPA
Menurut Affandi (2014), terdapat 2 jenis kontrasepsi suntik, yaitu:
1) Depo medroksi progesteron Asetatt (DMPA) mengandung 150 mg
DMPA 1 cc dan 3 cc yang di berikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuskuler (didaerah bokong).
2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung
200 mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intramuskuler.
e. Efektivitas Kontrasepsi DMPA
Kontrasepsi Depo Provera menurut Affandi (2014), memiliki
efektifitas tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun,
asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Menurut Everett (2008) kontrasepsi Depo Provera memiliki
efektivitas antara 99% dan 100% dalam mencegah kehamilan. Sehingga
kontrasepsi suntik Depo Provera adalah bentuk kontrasepsi yang sangat
efektif karena angka kegagalan penggunaannya lebih kecil. Menurut
beberapa pendapat tersebut kontrasepsi Depo Provera memiliki
efektifitas tinggi sekitar 99% asalkan penyuntikannya dilakukan teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan
f. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan Depo Provera
menurut Affandi (2014) yaitu :
1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil.
2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan
setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
4) Ibu menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah
menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara
benar dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat
segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid
berikutnya datang.
5) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan
ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang
lain lagi, kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
6) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan
pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat
segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang.
Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7
hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual
7) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.
Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai
hari ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah
hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur.
Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu
tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.

g. Keuntungan
Keuntungan kontrasepsi Depo Provera menurut Irianto (2014)
dan Saifuddin (2011), yaitu :
1) Sangat efektif (99,6%).
2) Resiko kesehatan kecil.
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4) Pemeriksaan dalam tidak dibutuhkan pada pemakaian awal.
5) Dapat dilaksanakan oleh tenaga paramedis.
6) Suntikan Noristeral dan Depo Provera tidak mengandung
estrogen sehingga tidak mempengaruhi secara serius
penderita penyakit jantung dari reaksi penggumpalan darah
yang kadang kala dihubungkan dengan kontrasepsi pil yang
mengandung estrogen.
7) Peserta tidak perlu menyimpan obat suntik.
8) Tidak ada ketergantungan peserta kecuali kembali suntik
setiap 1,2 atau 3 bulan.
9) Tidak mempengaruhi pemberian ASI.
10) Reaksi suntikan sangat cepat (< 24 jam).
11) Dapat digunakan oleh wanita tua diatas 35 tahun.
12) Tidak perlu diingat kecuali kembali untuk suntikan berikut.
13) Mencegah kehamilan ektopik.
14) Jangka panjang.
15) Sangat efektif walaupun peserta terlambat 1 minggu dan
jadwal yang ditentukan.
16) Sangat berguna untuk klien yang tidak ingin hamil lagi, tetapi
belum bersedia untuk mengikuti sterilisasi (tubektomi).
h. Kerugian
Kerugian kontrasepsi Depo Provera menurut Anggraini dan
Martini (2012), yaitu:
1) Sering ditemukan gangguan haid sebagai efek samping dari
kontrasepsi Depo Provera, seperti :
a) Siklus haid yang memendek atau memanjang.
b) Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak
(spotting).
d) Tidak haid sama sekali.
2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk suntikan).
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut.
4) Permasalah berat badan.
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
7) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang.
8) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang.
9) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat.
i. Cara Pemberian Kontrasepsi Suntik DMPA
Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan dengan cara disuntik
intramuskular di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak
bekerja dan efektif.
Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang
dibasahi etil isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum
disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik (Saifuddin, 2011).

j. Efek Samping DMPA


Efek samping kontrasepsi Depo Provera menurut Irianto (2014),
yaitu:
1) Terjadinya gangguan siklus haid
Gangguan pola haid dari penggunaan kontrasepsi suntik
depo provera adalah :
a) Gangguan pola haid amenorrea disebabkan karena
terjadinya atrofi endometrium yaitu kadar estrogen turun
dan progesteron meningkat sehingga tidak menimbulkan
efek yang berlekuk – lekuk di endometrium
(Wiknjosastro, 2009).
b) Gangguan pola haid spotting disebabkan karena
menurunnya hormon estrogen dan kelainan atau
terjadinya ganggan hormon (Hartanto, 2010).
c) Gangguan pola haid metroraghia disebabkan oleh kadar
hormon estrogen dan progesteron yang tidak sesuai
dengan kondisi dinding uterus (endrometrium) untuk
mengatur volume darah menstruasi dan dapat
disebabkan oleh kelainan organik pada alat genetalia atau
kelainan fungsional (Hartanto, 2010).
2) Hipertensi
Menurut Djoko Santoso (2010), tekanan darah adalah
tekanan dimana darah beredar dalam pembuluh darah. Tekanan ini
terus menerus berada dalam pembuluh darah dan memungkinkan
darah mengalir konstan. Tekanan darah dalam tubuh pada dasarnya
merupakan ukuran tekanan atau gaya didalam arteri yang harus
seimbang dengan denyut jantung, melalui denyut jantung darah
akan dipompa melalui pembuluh darah kemudian dibawa keseluruh
bagian tubuh. Tekanan darah dipengaruhi volume darah (Rusdi,
2009).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di
mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam
jangka waktu lama) terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau
ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.
Idealnya orang sehat mempunyai tekanan darah berkisar
antara sistoli <130 dan diastolik < 85 atau sistolik antara 130 – 139
dan diastolik antara 85 – 89. Hipertensi merupakan kelainan yang
sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk
mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita
secara teratur. Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi
tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Hipertensi
sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika
salah satu orang tua terkena hipertensi, maka kecenderungan anak
untuk menderita hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan
mereka yang tidak memiliki orang tua menderita hipertensi. Selain
hal diatas, ada faktor – faktor lain yang juga berperan dalam
munculnya penyakit hipertensi antara lain : usia, stress, serum lipid,
diet, obesitas, faktor hormonal, pemakaian kontrasepsi hormonal,
penyakit ginjal, obat – obatan dan penyebab lainnya.
Diatas disebutkan salah satu faktor pencetus hipertensi
adalah penggunanan alat kontrasepsi hormonal. Perempuan
memiliki hormon estrogen yang mempunyai fungsi mencegah
kekentalan darah serta menjaga dinding pembuluh darah supaya
tetap baik. Pada akseptor KB hormonal suntik mengalami
ketidakseimbangan hormon estrogen karena produksi hormon
estrogen di otak dihambat oleh hormon – hormon kontrasepsi yang
diberikan lewat suntikan. Apabila kondisi ketidakseimbangan kadar
hormon estrogen ini berlangsung lama, maka akan dapat
meningkatkan kekentalan darah walaupun dalam tingkatan yang
sedikit sehingga akan mempengaruhi tingkat tekanan darah.

3) Keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina


(Keputihan).
Keputihan adalah keluarnya cairan berwarna putih dari dalam
vagina atau adanya cairan putih di mulut vagina (vagina discharge).
Penyebabnya dikarenakan oleh efek progesterone merubah flora
dan PH vagina, sehingga jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan
menimbulkan keputihan (Irianto, 2014).

4) Timbulnya jerawat pada wajah.


Pada pemakaian kontrasepsi suntikan dapat menyebabkan
gejala-gejala tersebut adalah akibat pengaruh hormonal suntikan.
Penyebabnya adalah progestin terutama 19-morprogestin
menyebabkan peningkatan kadar lemak.
Dianjurkan kurangi makanan berlemak disertai dengan
menjaga kebersihan wajah dan sebagainya. Bila semakin
bertambah, anjurkan menggunakan kontrasepsi lain.
Penanggulangan yang dilakukan dalam menghadapi
timbulnya jerawat yaitu pemberian vitamin A dan vitamin E dosis
tinggi. Bila disertai infeksi dapat diberikan preparat tetracycline
250mg 2 X 1 kapsul selama 1 atau 2 minggu (Suratun, 2010).

5) Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau setelah


penghentian suntikan.
Rambut rontok selama pemakaian suntikan atau bisa sampai
sesudah penghentian suntikan. Progesteron terutama 19-
norprogesterone dapat mempengaruhi folikel rambut, sehingga
tinbul kerontokan rambut.

6) Terjadinya penambahan berat badan atau penurunan berat


badan.
Pemakaian kontrasepsi suntik baik kontrasepsi suntik
bulanan maupun tribulanan mempunyai efek samping utama yaitu
perubahan berat badan. Faktor yang mempengaruhi perubahan
berat badan akseptor KB suntik adalah adanya hormon progesteron
yang kuat sehingga merangsang hormon nafsu makan yang ada di
hipotalamus. Dengan adanya nafsu makan yang lebih banyak dari
biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan zat-zat gizi
oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan disimpan di
bawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya penumpukan
lemak yang berlebih hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak
(Masjoer, 2007).
Menurut Hartanto (2010), salah satu efek samping dari
metode suntikan adalah adanya penambahan berat badan.
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi
antara kurang dari satu kilogram sampai lima kilogram dalam tahun
pertama. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas.
Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan
karena retensi cairan tubuh. Hipotesa para ahli: DMPA (Depot
medroxy progesterone acetate) merangsang pusat pengendali nafsu
makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih
banyak dari pada biasanya.
Wanita yang menggunakan kontrasepsi Depot medroxy
progesterone acetate (DMPA) atau dikenal dengan KB suntik tiga
bulan, rata-rata mengalami peningkatan berat badan sebanyak 11
pon atau 5,5 kilogram, dan mengalami peningkatan lemak tubuh
sebanyak 3,4% dalam waktu tiga tahun pemakaian, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh University of Texas Medical Branch
(UTMB) (Masjoer, 2007). Sedangkan pada kontrasepsi suntik
bulanan efek samping terhadap berat badan sangatlah ringan,
umumnya pertambahan berat badan sedikit (Hartanto, 2010).
Efek samping utama pemakaian DMPA adalah kenaikan
berat badan. Sebuah penelitian melaporkan peningkatan berat
badan lebih dari 2,3 kilogram pada tahun pertama dan selanjutnya
meningkat secara bertahap hingga mencapai 7,5 kilogram selama
enam tahun. Sedangkan pemakaian cyclofem berat badan
meningkat rata-rata dua hingga tiga kilogram tahu pertama
pemakaian, dan terus bertambah selama tahun kedua (Varney,
2010).
Bukti kenaikan berat badan selama penggunaan kontrasepsi
suntik 3 bulan masih perdebatan. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Faiqah (2014) mengatakan bahwa ada perbedaan berat badan ibu
sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan /
DMPA dengan nilai p masing-masing p = 0,0001. Hal ini
dikarenakan pertambahan berat badan ini merupakan efek samping
bagi beberapa akseptor pemakai kontrasepsi suntik. Terjadinya
kenaikan berat badan disebabkan karena hormon progesteron
mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak,
sehingga lemak di bawah kulit bertambah, selain itu hormon
progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan
menurunkan aktifitas fisik, akibatnya pemakaian suntikan dapat
menyebabkan berat badan bertambah (Glasier, 2008).
Hasil yang sama juga dikemukakan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Ekawati (2010) terdapat pengaruh KB suntik
DMPA dengan peningkatan berat badan di BPS Siti Syamsiah
Wonokerto Wonogiri, didapatkan adanya pengaruh KB suntik
DMPA dengan peningkatan berat badan. Kenaikan berat badan
lebih dari 2,3 kg pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat
secara bertahap sehingga mencapai 7,5 kg selama 6 tahun.
Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa tidak ada masalah
berkaitan berat badan. Seorang wanita yang mulai menggunakan
Depo Provera harus mendapat saran tentang kemungkinan
peningkatan berat badan dan mendapat konseling tentang berat
badan yang sesuai dengan gaya hidup sehat (Varney,2010).
Penanggulangannya, jelaskan kepada akseptor bahwa
kenaikan berat badan adalah efek samping dari pemakaian
suntikan, akan tetapi tidak selalu perubahan berat badan tersebut
diakibatkan dari pemakaian suntik KB. Kenaikan dapat disebabkan
oleh hal-hal lain, namun dapat pula terjadi penurunan berat badan.
Hal ini juga tidak selalu disebabkan oleh suntikan KB dan perlu
diteliti lebih lanjut. Pengaturan diet merupakan pilihan yang utama.
Akseptor dianjurkan untuk diet tinggi kalori, bila tidak berhasil,
dianjurkan untuk mengganti kontrasepsi menjadi kontrasepsi
nonhormonal (Suratun, 2010).

7) Pusing atau sakit kepala pada salah satu sisi atau seluruh
bagian kepala disertai rasa mual yang amat sangat.
Efek samping tersebut mungkin ada tetapi jarang terjadi dan
biasanya bersifat sementara. Pusing dan sakit kepala disebabkan
karena reaksi tubuh terhadap progesteron sehingga hormon
estrogen fluktuatif (mengalami penekanan) dan progesteron dapat
mengikat air sehingga sel – sel di dalam tubuh mengalami
perubahan sehingga terjadi penekanan pada syaraf otak.

8) Mual dan muntah yang terjadi pada bulan-bulan pertama


pemakaian.
Mual sampai muntah seperti hamil muda. Terjadi pada bulan-
bulan pertama pemakaian suntikan. Penyebabnya dikarenakan
reaksi tubuh terhadap hormon progesteron yang mempengaruhi
produksi asam lambung (Saifuddin, 2011).

9) Perubahan libido atau dorongan seksual yang menurun atau


meningkat.
10) Mengalami depresi atau perasaan lesu dan tidak
bersemangat.
k. Indikasi
Menurut Anggraini (2012) dan Saifuddin (2011), indikasi
pemakaian KB suntik DMPA yaitu :
1) Usia reproduksi.
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.
3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi.
4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
5) Setelah abortus atau keguguran.
6) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
7) Perokok.
8) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah
gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
9) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
atau obat tuberkulosis (rifampisin).
10) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung
estrogen.
11) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
12) Anemia defisiensi besi.
13) Mendekati usia menopouse yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
l. Kontraindikasi
Menurut Anggraini dan Martini (2012), kontraindikasi pemakaian
KB suntik DMPA yaitu :
1) Hamil atau dicurigai hamil.
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama
amenorea.
4) Tidak dapat digunakan pada diabetes melitus disertai
komplikasi
m. Penilaian Lama pemakaian Kontrasepsi DMPA
Menurut Purnamasari (2009) penilaian lama pemakaian
kontrasepsi DMPA antara lain:
1) 1-3 tahun : Kurang lama
2) 3-4 tahun : cukup lama
3) > 4 tahun : lama

B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada
individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara
bertahap dan sistematis, melalui suatu manajemen kebidanan.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien
(Varney, 1997).
Manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan, yang
dimulai dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi. Proses ini bersifat
siklik (dapat berulang), dengan tahap evaluasi sebagai data awal pada siklus
berikutnya.
Pada awal pemeriksaan, dikumpulkan dari semua informasi yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien dengan
cara:

Tanggal : menampilkan hati, tanggal kunjungan klien


Jam : menampilkan waktu kunjungan klien

I. PENGKAJIAN OLEH : menampilkan nama petugas kesehatan


A. DATA SUBJEKTIF :
Data yang diperoleh dari apa yang diutarakan klien
1. Identitas :
a. Nama Ibu : untuk mengetahui nama dan mengenal
klien.
b. Umur : untuk mengetahui umur dan resiko klien.
Umur masa subur 20-35 tahun
c. Agama : untuk pemberian motivasi pada klien.
d. Suku/bangsa : untuk mengetahui dasar tingkah laku klien .
e. Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan klien dan
penggunaan bahasa dalam konseling.
f. Pekerjaan : untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi.
g. Alamat : untuk mengetahui lingkungan tempat
tinggal
h. Nama Suami : untuk mengetahui nama suami klien.
i. Umur : untuk mengetahui umur suami klien.
j. Agama : untuk pemberian motivasi.
k. Suku/bangsa : untuk mengetahui adat istiadat dasar
l. Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan
suami.
m. Pekerjaan : untuk menggambarkan situasi ekonomi
n. Alamat : untuk mengetahui kondisi lingkungan
suami
klien
2. Keluhan utama : untuk mengetahui alasan pasien datang
Misal :

a. Ingin ikut KB jangka panjang tetapi bukan kontap


b. Ingin ikut KB yang tidak mengganggu produksi ASI
Menanyakan juga apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan
ulang.
3. Status perkawinan
Hal ini penting untuk mendapatkan gambaran mengenai suasana
rumah tangga pasangan. Untuk mengetahui status perkawinannya,
lama perkawinan, syah atau tidak, sudah berapa kali menikah, berapa
jumlah anaknya (Wiknjosastro, 2005).

a. Kawin/tidak kawin : untuk mengetahui status klien


b. Usia saat kawin : idealnya 20-35 tahun
c. Lama perkawinan : lamanya perkawinan hingga kehamilan
d. Perkawinan : Perkawinan yang keberapa.
4. Data Kebidanan:
a. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah
yang dikeluarkan dan pernahkah dismenorhoe (Nursalam, 2008).
1) Menarche :
Waktu pertama kali menstruasi. Mengidentifikasi tingkat
kesuburan. Semakin cepat menarche maka masa menopause
semakin lama. Idealnya 10-12 tahun.
2) Siklus :
Untuk menentukan apakah teratur atau tidak. Normalnya
siklus adalah 28 hari.
Siklus panjang yang berkisar 30-35 hari.
Siklus pendek yang berkisar 20-25 hari.
3) Banyaknya :
Idealnya 3x/hari. Mengidentifikasi banyak tidaknya darah
yang keluar.
4) Lamanya :
Untuk mengetahui kualitas kontraksi rahim. Normalnya 5-7
hari.
5) Warna :
Idealnya bewarna merah-kecoklat-coklatan
6) Bau :
Normalnya berbau anyir. Untuk mengetahui metabolisme
ibu. Dan tingkat kebersihan.
7) Disminorhae :
Merasakan sakit atau tidak.

b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.


G....P....A
Untuk menentukan adanya resiko atau tidak

No Kehamilan Persalinan Nifas BBL

Ham U Kom Penolo Jenis Kom Lakta Kom JK BB skr


il K p ng p si p lahi g
ke- r

Kehamilan ke- : diisi sampai dengan kehamilan terakhir.


UK : Usia Kehamilan.
Komp : komplikasi yang dialami selama hamil.
Contoh : mual, pusing, konstipasi, dll.
Penolong :petugas kesehatan yang menolong
persalinan.
Jenis : apakah persalinanya spontan atau tidak.
Komplikasi : apakah ada komplikasi yang dialami
selama
proses persalinan.
Laktasi : Apakah ibu melakukan laktasi pada bayi.
Sampai bayi umur berapa.
Komplikasi : komplikasi yang dialami saat masa nifas.
JK : Jenis Kelamin bayi
BB Lahir : Berat bayi saat lahir. Normalnya 2,5-3,5
kg.
Sekarang : Keadaan sekarang.

c. Riwayat Kontrasepsi yang Digunakan


Untuk mengetahui jenis kontrasepsi, lama pemakaian, serta
pengaruh terhadap pemakaian, kapan berhenti KB, alasanya apa.
Data ini mengkaji alat kontrasepsi yang digunakan serta untuk
mengetahui jenis KB, lama penggunaan, keluhan yang dialami
Ibu sebagai efek samping dari alat kontrasepsi yang digunakan
(Varney, 2007).

No. Jenis Mulai Memakai Berhenti / Ganti Cara


Kontrasepsi Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan

5. Riwayat Kesehatan
Apakah klien pernah menderita penyakit yang merupakan
kontra indikasi pelayanan yaitu memungkinkan hamil, penyakit
kuning, hati, kelainan irombo embolik, perdarahan pervaginam
tanpa diketahui sebabnya ada benjolan pada payudara atau mungkin
keganaan payudara.
Penyakit darah tinggi. Penyakit pembuluh darah yang
menyebabkan langsing. Sakit kepala atau migren atau epilepsy tuber
colossi dan depresi
a. Riwayat penyakit sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita saat ini. (Ambarwati & Wulandari, 2008)
b. Penyakit sistemik, menurun, menular yang pernah/ sedang
diderita:
(jantung, asma, TBC, ginjal, DM, malaria, HIV/AIDS)
c. Penyakit yang pernah / sedang diderita :
d. Riwayat penyakit ginekologi :
Misal : kanker rahim, kista, mioma uteri, polip uteri.
6. Data Kebutuhan Dasar
Apakah klien sudah memenuhi kebutuhan dasarnya. Yang dapat
mendukung penggunaan kontrasepsi yang tepat untuk klien.
a. Nutrisi (makan, minum) :
Mengkaji pola makanan ibu meliputi frekuensi, komposisi,
jumlah, serta jenis dan jumlah minuman. Hal ini untuk
mengetahui apakah gizi ibu baik atau buruk, pola makan ibu
teratur atau tidak (Hidayat,2008). Pemenuhan nutrisi haruslah
seimbang mulai dari karbohidrat, protein, serat, vitamin, unsur
mineral.
b. Eliminasi (BAK, BAB) :
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah
(Ambarwati & Wulandari, 2008)
c. Pola tidur/ istirahat :
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur siang. rata-
rata 6-8 jam/hari (Ambarwati & Wulandari, 2008).
d. Aktivitas :
Untuk memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas
yang biasanya dilakukan dirumah. Aktivitas terlalu berat akan
menimbulkan gangguan penggunaan KB.
e. Pola seksual :
Untuk mengetahui apakah masih melakukan hubungan seksual
untuk mendukung kontrasepsi yang tepat.
f. Personal Hygiene :
Hal yang perlu digali karena akan mempengaruhi kesehatan
klien. Jika klien mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam
perawatan kebersihan dirinya maka perlu diberikan bimbingan
cara perawatan diri sedini mungkin. (Ari Sulistyawati : 2009).
7. Data Psikososial
a. Dukungan suami/ keluarga :
Adakah dukungan dari keluarga atau suami untuk mendukung
penggunaan kontrasepsi.
b. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi :
Untuk mengetahui seberapa pemahaman klien tentang alat
kontrasepsi sehingga bidan lebih mudah memberikan KIE yang
dibutuhkan klien.
c. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi yang dipakai sekarang:
Apabila klien sudah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya,
maka dapat diketahui pemahaman kontrasepsi yang sedang
digunakan.
II. DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum :
Untuk mengetahui keadaan keseluruhan ibu. Baik apabila
ibu memperlihatkan respon baik terhadap lingkungan dan orang
lain, serta fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam
berjalan. Lemah apabila ibu tidak memberikan respon baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta ibu tidak dapat berjalan
sendiri (Ari Sulistyawati : 2009).

2. Kesadaran :
Untuk mendapat gambaran tentang kesadaran ibu. Mulai dari
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma
(Ari Sulistyawati : 2009).

Composmentis : Sadar penuh

Apatis : Acuh tak acuh dan lama dalam

Somnolen : Keadaan mengantuk (letargi)

Delirium : Penurunan abnormal, disertai dengan


peningkatan yang abnormal

Koma : Keadaan tidak sadar diri yang

3. Tanda tanda vital


a. Tekanan darah : <140/90 mmHg dan >90/60 mmHg
b. Suhu : 37,5°C – 38°C
c. Respirasi : 16-15x/menit
d. Nadi : 60-80x/menit
(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009,pp.83-84).

4. Berat badan : adanya penurunan berat badan atau bahkan


tetap.
5. Tinggi badan : minimal 150 cm
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik/ sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien
dari ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2008), meliputi :
1. Kepala
a. Rambut
Meliputi warna, mudah rontok atau tidak dan kebersihannya.
Normalnya tidak rontok, bersih.
b. Muka
Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah
oedema. Normalnya tidak pucat dan tidak oedem.
c. Mata
Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan
sklera warna putih. Normalnya konjungtiva merah muda dan
sklera putih.
d. Hidung
Bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak. Normalnya
bersih tidak ada polip
e. Telinga
Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak. Normalnya
bersih dan tidak ada serumen.
f. Mulut
Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau
tidak. Normalnya tidak ada stomatitis dan tidak berdarah.
2. Leher
Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau tidak,
adakah pembesaran kelenjar limfe. Normalnya tidak ada
pembesaran thyroid atau benjolan.
3. Mammae
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak. Normalnya simetris dan
tidak ada benjolan ataupun nyeri.
4. Abdomen
Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau tidak, ada nyeri
atau tidak. Normalnya tidak ada benjolan atau nyeri.
5. Genetalia/vulva, anus
Normalnya Tidak ada infeksi
6. Ekstremitas (atas, bawah)
Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau tidak, ada nyeri

atau tidak. Normalnya tidak ada benjolan atau nyeri. Ada cacat

atau tidak oedema atau tidak terdapat varices atau tidak

(Wiknjsastro, 2006).

C. Pemeriksaan ginekologis (inspekulo, periksa dalam)


Normalnya tidak ada peradangan pada dinding vagina atau perdarahan
berupa flek-flek bewarna merah kecoklatan dari dalam rahim
(Hartanto, 2004). Tidak ada pembukaan serviks.
D. Pemeriksaan penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila
diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium dan papsmear
(Varney, 2007).

III. INTERPRETASI DATA DASAR


Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasi data untuk
kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan
perawatan kesehtan yang diidentifikasi khusus (Varney, 2007).
A. Diagnosa Kebidanan
Prediksi yang mencakup masalah potensial dan prognosis hasil dari
hasil perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan
oleh bidan (Hidayat, 2012).
Misal : Ny X umur 39 tahun P3A0 dengan akseptor MOW
Data subjektif :
1. Ibu mengatakan umur 39 tahun
2. Ibu mengatakan ingin melakukan KB MOW
Data obyektif :
1. Keadaan umum askeptor KB MOW baik
2. Kesadaran askeptor KB MOW compose mentis
3. TTV (normal)
4. Pemeriksaan Genetalia tidak ada infeksi.
B. Masalah
Diidentifikasi berdasarkan masalah yang ditemukan dengan didukung
oleh data subyektif dan obyektif (Hidayat, 2012).
Misal : akseptor MOW mengatakan cemas.
C. Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan denga kebutuhan pasien saat itu (Hidayat,
2012). Menurut Saifuddin (2010) kebutuhan meliputi:
1. Memberi informasi pada ibu tentang keuntungan dan kerugian KB
MOW.
2. Jelaskan tentang teknik operasi, anestesi lokal dan kemungkinan
rasa sakit atau tidak enak selama operasi.
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat setela operasi.

IV. DIAGNOSA POTENSIAL.


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007)
Misal pada pengguna MOW yaitu perdarahan di daerah tuba.

V. TINDAKAN ANTISIPASI ATAU SEGERA


Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi
dan melakukan rujukan (Varney, 2007)

VI. PERENCANAAN
Tahap proses perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap masalah
dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara
menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap
agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil (Varney, 2007).
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan akseptor KB MOW.
Menurut Saifuddin (2010), persiapan pra-operatif MOW, yaitu:
1. Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW termasuk

mekanisme.

2. Pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang

mungkin terjadi.

3. Berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta

pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol.

4. Berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang diberikan

sesudah tindakan pembedahan.

5. Anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan dan

minum sekurang-kurangnya 2 jam sebelum operasi.

6. Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau ditemani

orang dewasa.

7. Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan

dibersihkan dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan

antiseptic.

8. Tidak memakai perhiasan dan tidak memakai kosmetik seperti

pemerah bibir, pemerah pipi, kutek dan lain-lain.

9. Menghubungi petugas setibanya di klinik

Perawatan dan pemeriksaan pasca operasi menurut Suratun (2008), yaitu:

1. Setelah tindakan pembedahan klien dirawat di ruang pulih selama


kurang lebih 4 – 6 jam.
2. Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien dari meja operasi ke
kereta dorong dan dari kereta dorong ke tempat tidur di ruang pulih
dilakukan oleh 2 orang perawat dengan mendekatkan kareta dorong ke
meja operasi atau tempat tidur. Akseptor diminta untuk menggeserkan
badannya, bila klien memperoleh anestesi umum pemindahan pasien
dilakukan oleh 3 – 4 orang.
3. Selama diruang pulih klien diamati dan dinilai:
a. Nadi, tekanan darah, pernafasan tiap 15 menit pertam, tiap 30 menit
pada 1 jam kedua dan selanjutnya tidap jam hingga pasien pulang.
b. Rasa nyeri yang timbul yang mungkin memerlukan pengobatan
analgetik.
c. Perdarahan dari luka dan kemaluannya.
d. Suhu badannya.
4. Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan minum
dan makan, karena rasa mengantuk telah hilang.
5. Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan duduk
dan latihan berjalan dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak
pusing.

VII. PELAKSANAAN
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya,
baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan.
Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun
berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Varney, 2007).
Menurut Saifuddin (2010) pelaksanaan post operasi meliputi:
1. Setelah tindakan pembedahan klien dirawat di ruang pulih selama
kurang lebih 4 – 6 jam.
2. Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien dari meja operasi
ke kereta dorong dan dari kereta dorong ke tempat tidur di ruang pulih
dilakukan oleh 2 orang perawat dengan mendekatkan kareta dorong
ke meja operasi atau tempat tidur. Akseptor diminta untuk
menggeserkan badannya, bila klien memperoleh anestesi umum
pemindahan pasien dilakukan oleh 3 – 4 orang.
3. Selama diruang pulih klien diamati dan dinilai:
a. Observai Nadi, tekanan darah, Suhu dan pernafasan tiap 15
menit pertam, tiap 30 menit pada 1 jam kedua dan selanjutnya
tidap jam hingga pasien pulang.
b. Observasi rasa nyeri yang timbul yang mungkin
memerlukan pengobatan analgetik.
c. Observasi perdarahan dari luka dan kemaluannya.
4. Setelah dua jam tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan minum
dan makan, karena rasa mengantuk telah hilang.
5. Setelah dua jam tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan duduk
dan latihan berjalan dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak
pusing

VIII. EVALUASI
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang
dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan ecara
terus menerus untuk mengingkatkan pelayanan secaa komprehensif dan
selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuahn klien (Varney, 2007)
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA

DAN KESEHATAN REPRODUKSI NY. M UMUR 42 TAHUN

P2A0Ah2 DENGAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN

DI PUSKESMAS SUKOHARJO

Tempat Praktek : Puskesmas Sukoharjo


No. Reg : 79XX
Tanggal, Jam : 18 Februari 2021, 09.00 WIB
Oleh : Rulita Ayu Rachmawati

I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subjektif
1. Identitas

Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. K


Umur : 42 tahun Umur : 45 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangs : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
a Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Swasta
Pekerjaan : Swasta Alamat : Sambiroto, RT
Alamat : Sambiroto, RT 2, Sukoharjo
2, Sukoharjo

2. Alasan datang / keluhan : ibu ingin melakukan kunjungan ulang KB


suntik 3 bulan. Ibu mengatakan tidak mengalami haid hanya flek-flek
saja.

3. Status Perkawinan
a. Kawin/tidak kawin : kawin
b. Usia kawin : 25 tahun
c. Lama perkawinan : 25 tahun
d. Perkawinan : I (Pertama)
4. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
Menarche usia 12 tahun, siklus menstruasi teratur, lamanya 7 hari,
warna darah merah, ganti pembalut 2 kali/hari, tidak mengalami
dismenore.
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

Persalinan Nifas
Hamil
Tgl Lahir UK Jenis Penolong Komplikasi J BBL Laktasi Komplikasi
ke-
K
1 03-03-1996 39 spontan bidan Tidak ada P 3000 ASI Tidak ada
mg gram Eksklusif
2 15-08-2000 38 spontan bidan Tidak ada P 3200 ASI Tidak ada
mg gram Eksklusif

c. Riwayat kontrasepsi yang digunakan


Suntik 3 bulan
5. Data kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah / sedang diderita
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak sedang
menderita penyakit sistemik
b. Penyakit yang pernah / sedang diderita
Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, TBC, hipertensi,
hepatitis dan diabetes mellitus.
c. Riwayat penyakit ginekologi
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit ginekologi
6. Data kebutuhan dasar
a. Nutrisi
Makan : 3 kali sehari, jumlah sedang, jenis : nasi, sayur, lauk dan
buah, tidak ada keluhan
Minum : 8 – 9 gelas perhari, tidak ada keluhan
b. Eliminasi
BAK : 4-5 kali sehari
BAB : 1 kali sehari
c. Pola tidur/istirahat
Tidur siang : ± 1 jam
Tidur malam : ± 8 jam
d. Aktivitas
Seperti kebiasaan sehari-hari
e. Pola seksual
Tidak ada keluhan
f. Personal hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Keramas : 2 hari sekali
7. Data Psikososial
a. Dukungan suami/keluarga
Suami mendukung ibu untuk berKB
b. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi
Ibu mengetahui macam-macam alat kontrasepsi
c. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi yang dipakai sekarang
Ibu mengetahui jenis KB suntik dan efeknya secara umum

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Berat badan : 65 kg
d. Tinggi badan : 160 cm
e. Tanda-tanda vital
1) Suhu badan : 36,8 0C
2) Tekanan darah : 115/70 mmHg
3) Nadi : 82x/menit
4) Pernafasan : 22x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1) Rambut : bersih, tidak mudah rontok
2) Muka : terdapat sedikit flek-flek pada wajah
3) Mata : sklera putih, konjungtiva merah
4) Hidung : bersih, tidak ada sekret
5) Telinga : bersih, tidak ada serumen
6) Mulut : bibir tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan, gigi
tidak berlubang
b. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran klenjar getah bening dan vena
jugularis eksterna
c. Mammae : tidak ada benjolan pada payudara
d. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi
e. Ekstremitas : kuku bersih, tidak ada oedem pada kaki dan tangan
3. Pemeriksaan Ginekologis
Tidak dilakukan

II. INTERPRETASI DATA DASAR


a. Diagnosa
Ny. M usia 42 tahun akseptor KB suntik 3 bulan
b. Masalah
Ibu mengatakan tidak mengalami haid dan hanya flek-flek saja
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
IV. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

V. PERENCANAAN
Tanggal, Jam: 18 Februari 2021, 09.15 WIB.
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Beritahu ibu akan disuntik KB 3 bulan pada bokong kiri ibu dan lakukan
penyuntikan
3. Beri KIE pada ibu tentang KB 3 bulan
4. Beritahu ibu kapan waktu untuk kembali melakukan penyuntikan lagi
VI. PELAKSANAAN
Tanggal, Jam : 18 Februari 2021,09.20 WIB.
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu akan disuntik KB 3 bulan pada bokong kiri ibu dan
melakukan penyuntikan
3. Memberi KIE pada ibu tentang KB 3 bulan
4. Memberitahu ibu kapan waktu untuk kembali melakukan penyuntikan lagi
VII.EVALUASI
Tanggal, Jam : 18 Februari 2021, 09.25 WIB.
1. Ibu telah mengetahui tentang hasil pemeriksaannya
2. Ibu telah mendapat suntikan KB 3 bulan
3. Ibu telah paham tentang KB 3 bulan dan paham jika KB 3 bulan , ibu tidak
mengalami menstruasi
4. Ibu mengetahui kapan harus melakukan penyuntikan lagi

Anda mungkin juga menyukai