PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada kompetesi (KBK) tentu memberikan implikasi pada berbagai perubahan termasuk
dalam kesiapan tenaga pembimbing klinik dalam memeberikan bimbingan agar mencapai
kompetensi yang diinginkan. Pada kondisi ini maka peranan seorang Clinical Instructor (CI)
sangat penting dalam setiap tahapan praktikum mahasiswa sejak di tatanan laboratorium
Peranan adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu
jabatan atau pola tingkah laku yang diharapkan pantas dari seseorang. Oleh karena itu
seharusnya seorang CI diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan
Namun seringkali kita melihat dan merasakan keadaan yang berbeda dimana seorang CI
sulit sekali menunjukkan kemampuannya dalam membimbing peserta didik karena berbagai
sebab antara lain adalah kurangnya kepercayaan diri dan ketidakjelasan peranan yang di
berikan institusi pendidikan pada para CI tersebut. Hal inilah yang mendorong pentingnya
pembahasan peran CI ini dalam pelatihan Clinical Instructor saat ini, semoga memberi
kejelasan akan peran fungsi dan tanggung jawabnya dalam membimbing para peserta didik di
tatanan klinik.
B. Rumusan Masalah
Peranan adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu
jabatan atau pola tingkah laku yang diharapkan pantas dari seseorang. Kriteria yang harus
1. Memiliki pengetahuan keilmuan yang dalam dan luas serta minimal setara dengan
(Nursalam, 2007).
Metode pembelajaran yang perlu diterapkan dalam pembelajaran klinik antara lain
3. Konferensi
4. Observasi,
5. Media,
dan OSCE. Khusus untuk model terakhir tersebut (OSCE), perlu lebih banyak
mempunyai latar belakang pendidikan keperawatan yang lebih tinggi dari pendidikan
2. Asessor/penilai
dan ktiteria, mengenal dengan baik pada kemajuan pengkajian dan penerapan dengan
peneliti.
Mempersiapkan mahasiswa menerapkan teori ke dalam praktek dan
3. Coach/Pelatih
kemampuan atau kompetensi dari suatu proses pelatihan dan pengajaran di klinik
d. Membantu usaha
e. Mensimulasi kreativitas
4. Kolega/teman
menjadi over protektif, menerima setiap mahasiswa dan memberikan dorongan untuk
mengetahui bahwa keputusan hasil yang akan datang bukan dari suatu penampilan
yang jelek tetapi dari seluruh tingkat kemampuan, sikap dan pelaksanaan bagi suatu
keutuhan.
b. Belajar dari dan dengan setiap orang, mempersiapkan untuk kolaborasi dan
kooperasi
5. Fasilitator
Pengajar klinik sebagai fasilitator dalam pembelajaran klinik adalah
yang telah lalu dan tergantung pada kesuksesan implemantasi lab kampus dan sesi pra
tambahan yang berbeda. Tanya jawab atau sesi post conferens melengkapi siklus
pembelajatran klinik yang tergantung pada kemampuan mengajar klinik yang spesifik.
6. Reflektif
dihadapinya.
c. Menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan
masing.
e. Mencoba mempraktekkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya
terbaik.
pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan di cobanya
7. Feedback
sumber yang sesuai dengan jumlah peserta didik dan pengajar, mencoba peralatan
didik.
2. Penerapan berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat
kemampuan tersebut harus dirancang strategi belajar mengajar dalam bentuk pengalaman
belajar praktek laboratorium dan pengalaman belajar praktek klinik keperawatan. Salah satu
bentuk pengalaman yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan dan pembinaan
Reilly dan Obermann dalam Nursalam (2003) menyatakan bahwa pengalaman belajar
klinik (Rumah sakit dan Puskesmas) merupakan bagian penting dalam proses pendidikan
begaimana cara belajar yang sesungguhnya. Kemudian Reilly menambahkan bahwa masalah
nyata yang dihadapi di lahan praktek membuat mahasiswa harus berespon terhadap tantangan
keputusan klinik yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara alamiah dan
etik yang bertolak dari masalah nyata dalam keperawatan. Pengalaman belajar ini juga pada
saat yang bersamaan merupakan kesempatan untuk professional adjustment bagi mahasiswa
yang memungkinkan pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan
obyektif dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep
pembelajaran.
Diarahkan untuk mencapai tujuan meliputi Entry behavior dan karakteristik peserta didik
( dapat dilihat/ dinilai dari tes potensi akademik dengan niali batas lulus), Kualitas dan
ketrampilan pengajar, Rasio pengajar dan peserta didik ( 4 -6 peserta didik dengan 1
pembimbing), Karakteristik dan kekhususan lahan praktek dan keterbatasan dari metode
pengajaran.
klinik yang terkait dengan metode pengajaran, kesesuaian peserta didik yang terkait dengan
kerangka konsep proses pembelajaran, ketepatan yang terkait dengan tersedianya sumber-
sumber dan kendala di lahan klinik, Sejalan dengan falsafah program pendidikan
keperawatan yang terkait dengan keyakinan pengajar tentang proses pembelajaran, dan
menyediakan berbagai metode yang terkait dengan berbagai kompetensi yang harus dicapai.
F. Metode bimbingan
Metode bimbingan praktik klinik keperawatan yang sering digunakan adalah sebagai
a. Metode Observasi
Metode yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dengan
Observasi lapangan
Field trip
Ronde keperawatan
Metode demonstrasi
Merupakan metode bimbingan yang dilakukan disamping tempat tidur klien dengan
kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai focus diskusi kelompok dengan tujuan
Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk membuat catatan dan
masalah klinik yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap
1. Ekperensial
a. Penugasan klinik
keperawatan.
b. Penugasan tertulis
Jenisnya meliputi :
c. Proses insiden
klinik.
3. Konferensi
masalah.
Jenisnya meliputi :
a. Pre conference
b. Post conference
kompetensi tertentu.
4. Observasi
adalah :
c. Ronde keperawatan
d. Demonstrasi
5. Media
6. Belajar mandiri
b. Menyusun kontrak belajar tentang apa yang akan dicapai dalam belajar mandiri.
c. Sudah disusun dalam silabus meliputi tujuan, materi, metode.
7. Preseptorsif
b. Berperan sebagai role model dan membimbing peserta didik yang memungkinkan
peserta didik mengikuti perawat role model nya dari mulai yang sederhana
8. Praktek terkonsentrasi
meningkat.
Jenisnya meliput :
dari pendidikan.
Workstudy
melaksWorkstudy.
Peserta didik dianggap sebagai pegawai purna waktu. Pengajar dari pendidikan
c. Internship
Prinsip-prinsip:
Diskusi pada awal dan post demonstrasi di hadapan klien dilakukan seminimal
mungkin.
Langkah – langkah :
Melakukan diskusi yang terkait diagnosa dan terapi pasien diruang diskusi.
FAKTA-FAKTA DI LAPANGAN
4. Metode bimbingan yang variatif Beri masukan rutin terhadap penampilan mahasiswa
Relly, D.E & Obermann,M.H (2002). Pengajaran Klinis dalam pendidikan keperawatan, alih