Disusun Oleh :
2017
PENDEKATAN BIMBINGAN METODE EKSPERENTIAL
A. Pengertian
Metode pembelajaran merupakan suatu metode untuk mendidik peserta didik
di klinik yang memungkinkan pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik
sesuai dengan tujuan dan karakteristik individual peserta didik berdasarkan
kerangka konsep pembelajaran. Metode eksperensial memberikan pengalaman
yang langsung dari kejadian, baik melalui praktik klinis yang melibatkan
interaksi dengan klien yang nyata dan orang lain di lapangan atau melalui
pengalaman yang seperti kenyataan, misalnya simulasi atau bermain peran. Suatu
metode yang dipergunakan pembimbing akademik dalam membatu pesertadidik
dalam menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan terhadap kasus yang
terjadi dengan pasien atau keluarga pasien.
Experiental Learning adalah suatu metode proses beajar mengajar yang
mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan ketrampilan serta
nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena itu,
metode ini akan bermakna tatkala pembelajar berperan serta dalam melakukan
kegiatan. Setelah itu, mereka memandang kritis kegiatan tersebut. Kemudian,
mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkannya dalam bentuk lisan atau
tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini Experiental Learning
menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar
mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.
Metode ini merupakan metode yang memberikan penugasan untuk membuat
catatan dan laporan secara tertulis, dilahan praktek. Metode pengajaran ini
memberikan pengalaman langsung dari kejadian. Metode ini didasarkan pada
konsep pembelajaran fenomenologik. Metode ini menyediakan interaksi di antara
mahasiswa dengan lingkungan yang menjadi tempat pembelajaaran (Reilly dan
Obermann, 2002).
Tujuan dari metode ini adalah :
1. Mengubah struktur kognitif mahasiswa
2. Mengubah sikap mahasiswa
3. Memperluas ketrampilan-ketrampilan mahasiswa yang telah ada
Ketiga elemen itu saling berhubungan dan memengaruhi secara keseluruhan,
tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua
elemen lainnya tidak akan efektif.
D. Tahapan
Kualitas belajar experiential mencakup keterlibatan mahasiswa secara
personal, berinisiatif, evaluasi oleh mahasiswa sendiri dan adanya efek yang
membekas pada mahasiswa. Model experiential learning memberi kesempatan
kepada mahasiswa untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi focus
mereka, keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan
bagaimana mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami.
Adapun pembelajaran dalam Experiential learning terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
1. Tahapan pengalaman nyata
2. Tahapan observasi refleksi
3. Tahapan konseptualisasi
4. Tahapan implementasi
Dalam tahapan diatas, proses belajar dimulai dari pengalaman konkret yang
dialami oleh seseorang. Pengalaman tersebut kemudian direfleksikan secara
individu. Dalam proses refleksi, seseorang akan berusaha memahami apa yang
terjadi atau apa yang dia alami. Refleksi ini menjadi dasar konseptualisasi atau
proses pemahaman prinsip-prinsip yang mendasari pengalaman yang dialami
serta prakiraan kemungkinan aplikasinya dalam situasi atau konteks yang lain
(baru). Proses implementasi merupakan situasi atau konteks yang memungkinkan
penerapan konsep yng sudah dikuasai. Kemungkinan belajar melalui
pengalaman-pengalaman nyata kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang
apa yang dilakukannya tersebut. Pengalaman yang sudah direfleksikan kemudian
diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau konsep-
konsep abstrak yang akan menjadi petunjuk bagi terciptanya pengalaman atau
perilaku-perilaku baru. Proses pengalaman dan refleksi dikategorikan sebagai
proses penemuan (finding out). Sedangkan proses konseptualisasi dan
implementasi dikategori dalam proses penerapan (taking action).
Menurut experiential learning theory, agar proses belajar mengajar
efektif, seorang siswa harus memiliki 4 kemampuan (Nasution dalam Baharudin
dan Esa, 2007) yaitu :
1. Concrete Experience(CE) yaitu mahasiswa melibatkan diri sepenuhnya dalam
pengalaman baru (feeling/perasaan)
2. Reflection Observation (RO) yaitu mahasiswa mengobservasi dan
merefleksikan atau memikirkan pengalaman dari berbagai segi
(watching/mengamati)
3. Abstract Conceptualization(AC) yaitu mahasiswa menciptakan konsep-
konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat
(thinking/berpikir)
4. Active Experimentation(AE) yaitu mahaiswa menggunakan teori untuk
memecahkan masalah-masalah dan mengambil keputusan (doing/berbuat)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa model
pembelajaran experiential learning merupakan model pembelajaran yang
memperhatikan atau menitikberatkan pada pengalaman yang akan dialami
mahasiswa. mahasiswa terlibat langsung dalam proses belajar dan mahasiswa
mengkonstruksi sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi
suatu pengatahuan. mahasiswa akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang
berbeda dari apa yang mereka telah pelajari.
E. Peran Pembimbing
Peran pembimbing dalam metode eksperential antara lain :
1. Membantu menganalisa situasi klinik melalui pengidentifikasian masalah
2. Menentukan tindakan yang akan diambil
3. Mengimplementasikan pengetahuan dalam masalah klinik
4. Menekankan hubungan antara pengalaman belajar lalu dan pengalaman
terhadap masa lalu
5. Berasal dari teori kognitif yang dipadukan dengan teori proses informasi dan
teori pengambilan keputusan.
6. Metode eksperensial meliputi situasi penyelesaian masalah (membantu
peserta didik meningkatkan sikap profesional, mampu menerapkan masalah
konseptual keperawatan dalam kurikulum berdasarkan masalah aktual,
menggambarkan secara tertulis kejadian atau peristiwa klinik) dan situasi
pengambilan keputusan (pengujian data yang ada, pengidentifikasian
alternatif tindakan, penentuan prioritas tindakan, pembuatan keputusan)
(Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin & Esa, NW. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Arr
Ruzz Media