Anda di halaman 1dari 18

Konsep Dasar Pembimbing Klinik

Kelompok 3:
-Mona Melisa
-Oktalia Ahnura Z
-Prima Wira Nanda
Pengertian
• Pembimbing Klinik/Clinical Instructure adalah
bidan/nakes yang terpilih, yang ahli dalam praktik
klinik, bertugas untuk membimbing dan mengarahkan
peserta didik selama proses pembelajaran di lahan
praktik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
dibuat

(Nursalam, 2007).
Kriteria yang harus dipenuhi seorang pembimbing antara lain:

• Memiliki pengetahuan keilmuan yang dalam dan luas


serta minimal setara dengan jenjang pendidikan peserta
didik,
• Kompeten dalam kemampuan klinik,
• Terampil dalam pengajaran klinik,
• Mempunyai komitmen dalam pembelajaran klinik. Salah
satu caranya dengan meningkatkan kualitas
pembimbing adalah dengan mengadakan pelatihan
clinical educator
Peran pembimbing klinik
Role Model Profesional

Seorang pengajar klinik yang mempunyai pengetahuan


yang kokoh, mempunyai kemampuan kllinik, trampil
sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai
pembimbing klinik, mendemonstrasikan analisisnya
dengan menggunakan sebuah strategi dan
mengembangkan tanggung jawab pada mahasiswa serta
mempunyai latar belakang pendidikan yang seharusnya
lebih tinggi dari pendidikan mahasiswa yang diajarnya.
Asessor/penilai
Pembimbing yang memiliki kualifikasi, pengetahuan,
kompetensi, dan pengalaman melakukan kegiatan
penilaian, sesuai dengan keahlian dan profesionalisme
yang dimiliki dengan mengacu kepada standar
penilaian yang berlaku. Mempersiapkan mahasiswa
menerapkan teori ke dalam praktek dan menemukan
cara memperolehteori dari praktek, membangun
hubungan yang kooperatif dan kolaboratif dengan
mahasiswa, merangsang untuk melakukan
penyelidikan atau penelitian, mendukung penemuan.
Coach/Pelatih

• Pengajar klinik melakukan pengajaran kepada


mahasiswa untuk mencapai kemampuan atau
kompetensi dari suatu proses pelatihan dan pengajaran
di klinik dengan melakukan hal sebagai berikut:
▫ Membuka tujuan dan ekspektasi mahasiswa
▫ Mendorong inisiatif mahasiswa
▫ Member penghargaan pelaksanaan
▫ Membantu usaha
▫ Mensimulasi kreativitas
• 
Kolega/teman

Pembimbing melibatkan, menarik, memberikan


feedback yang jujur tapi tidak menjadi over
protektif, menerima setiap mahasiswa dan
memberikan dorongan untuk mengetahui bahwa
keputusan hasil yang akan datang bukan dari
suatu penampilan yang jelek tetapi dari seluruh
tingkat kemampuan, sikap dan pelaksanaan bagi
suatu keutuhan.
Fasilitator

Pengajar klinik sebagai fasilitator dalam


pembelajaran klinik adalah kemampuan
seseorang yang dibutuhkan untuk memfasilitasi
pengembangan pada bab yang telah lalu dan
tergantung pada kesuksesan implemantasi lab
kampus dan sesi pra klinik atau pengarahan
singkat yang masing-masing membutuhkan
kemampuan tambahan yang berbeda
Sasaran Bimbingan
Proses bimbingan diharapkan mempunyai sasaran
yang maksimal dalam membantu individu
(Hidayat, 2002). Sasaran tersebut yaitu:

1. Pengungkapan, pengenalan dan penerimaan


diri.
Melalui proses bimbingan diharapkan dapat
membantu mahasiswa untuk mengenali dirinya
baik dari segi kemampuan maupun keterbatasan
2. Pengenalan terhadap lingkungan.
Lingkungan dari proses bimbingan seharusnya
merupakan lingkungan dengan iklim yang kondusif
sehingga akan memudahkan mahasiswa dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada
disekitarnya.
3. Pengambilan keputusan.
Proses bimbingan pada intinya membantu mahasiswa
menentukan pilihan dan agar mahasiswa bertanggung
jawab terhadap konsekuensi yang dipilihnya.
4. Pengarahan diri
Individu atau mahasiswa yang dibimbing akan berani
melaksanakan keputusan yang ditetapkannya, dan
berusaha mengarahkan dirinya pada kegiatan yang
menguntungkan.
5. Perwujudan diri
Perwujudan diri merupakan kemampuan
merealisasikan diri (mewujudkan diri) yang merupakan
tujuan akhir dari usaha bimbingan, individu mampu
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan minat
dan bakatnya.
Prinsip Prinsip Bimbingan
• Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari di kelas
dari berbagai disiplin ilmu secara terintegrasi dalam situasi nyata.
• Mengembangkan potensi peserta didik untuk mengumpulkan
perilaku atau ketrampilan yang bermutu dalam situasi nyata di
tempat pelayanan kesehatan.
• Memberi kesempatan pengalaman belajar kepada peserta didik
bekerja secara tim kesehatan dan membantu proses penyembuhan
pasien.
• Memberikan pengalaman awal dan memperkenalkan kepada
peserta didik dunia kerja professional.
• Membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik yang
ditemukan.
Isue issue terkait pembelajaran praktik
klinik

• Sejauh ini pelaksanaan kegiatan pembelajaran klinik di


Indonesia masih perlu mendapat perhatian khusus. Masih
banyaknya permasalahan yang terjadi di lingkungan klinik
terkait dengan kebijakan dari rumah sakit atau pelayanan
kesehatan,perbandingan rasio antara instruktur klinik
dengan jumlah mahasiswa, kompetensi instruktur klinik
yang belum terstruktur dengan baik serta kolaborasi
pembimbing akademik dan klinik yang belum sinkron turut
mempengaruhi kualitas pendidikan kebidanan klinis di
Indonesia.
• Secara ideal menurut Davison dan Williams
(2011) di negara Denmark satu orang CI
membimbing satu orang mahasiswa. Akan tetapi
jika melihat kenyataan dipembelajaran klinik
Indonesia satu orang CI harus membimbing 6
sampai 10 mahasiswa bahkan bisa lebih di satu
bangsal perawatan
• Dalam menjalankan tugasnya, selain
bertanggungjawab membimbing mahasiswa CI juga
mempunyai tanggung jawab fungsional sebagai
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada klien. Sehingga dalam satu kali dinas (8 jam)
CI dituntut untuk melakukan bimbingan, berdiskusi
tentang kasus bersama mahasiswa sekaligus
melakukan perawatan terhadap pasien, Oleh karena
itu bimbingan menjadi tidak berkualitas karena
keterbatasan waktu dan tenaga.
Selain itu. masalah lain yang sering muncul adalah mengenai
kompetensi seorang CI dalam melakukan bimbingan klinik
yang masih perlu dipertanyakan. Menurut Rika (2009)
seorang pembimbing klinik seharusnya memiliki kemampuan
mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan
klinis terbaru, menganalisa teori dari berbagai sumber,
menekankan pemahaman konseptual kepada mahasiswa dan
membantu mahasiswa dalam menghubungkan teori yang
melandasi praktik keperawatan. Selain itu pembimbing klinik
juga dituntut untuk dapat menyampaikan atau mentransfer
pengetahuan, memperlihatkan kompetensi klinis, keahlian dan
sikap serta nilai-nilai yang dikembangkan oleh mahasiswa.
• Fenomena yang sering ditemui adalah mahasiswa sering
kali tidak bisa mencapai target kompetensi sesuai yang
ditargetkan dari standar pendidikan keperawatan (Anton,
2012). Mahasiswa kurang mendapat bimbingan maksimal
melalui bed side teaching atau ronde keperawatan misalnya
tentang pemeriksaan fisik, anamnesa, perawatan luka dan
sebagaianya. Fenomena lain adalah mengenai evaluasi
terhadap laporan asuhan keperawatan mahasiswa.
Beberapa pembimbing cenderung mengevaluasi secara
formalitas, tidak mengecek secara langsung tentang
kebenaran tindakan kebidanan yang dilakukan mahasiswa
terhadap pasien
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai