Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia saat ini masih memprihatinkan karena Angka Kematian Ibu masih
berada pada angka 359/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO), hal ini
menunjukkan kenaikan yang signifikan. Angka Kematian Bayi 25/1000 kelahiran
hidup (SDKI 2010).
Faktor penting yang berhubungan dengan keadaan tersebut adalah sumber daya
manusia, baik ibu hamil/bersalin,dan keluarga maupun sumber daya manusia yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan dan berkaitan dengan penurunan angka
kematian ibu dan angka kematian bayi adalah bidan, dan pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan penurunan angka kematian adalah pelayanan kebidanan.
Manajemen pendidikan kebidanan meliputi pengaturan pembelajaran teori, praktik
di laboratorium kelas, dan pembelajaran praktik klinik di lahan praktik. Pengaturan
pembelajaran terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian, dan evaluasi serta tindak lanjut. Perencanaan pembelajaran praktik
klinik kebidanan mangacu pada struktur program kurikulum untuk menentukan
tujuan dan lamanya praktik, pengorganisasian adalah menentukan kelompok dan
tempat praktik, pengarahan dilakukan sebelum dan selama praktik, pengendalian
dilakukan selama proses praktik berlangsung, evaluasi selalu dilakukan setiap
tahapan proses dan tindak lanjut adalah untuk menentukan apakah praktik harus
diulang atau dianggap sudah mencapai tujuan. (Musphayanti, 2016).
Banyaknya jumlah pendidikan kebidanan belum diimbangi dengan jumlah
pembimbing praktik yang sesuai standar kualifikasi pendidikannya, dan memiliki
kompetensi dalam memberikan pembelajaran dan membimbing keterampilan
mahasiswa sebagai calon bidan, diperlukan manajemen pembelajaran klinik.
(Musphayanti, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Konsep Pembelajaran dan Manajemen Bimbingan Klinik ?
2. Apa saja Teori yang Mendukung dalam Pembelajaran Klinik ?
3. Bagaimana Konsep Pembelajaran di Laboratorium ?
4. Apa saja Aspek-Aspek dalam Pembelajaran Klinik ?
5. Apa saja Keunggulan Pembelajaran Klinik ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa Konsep Pembelajaran dan Manajemen Bimbingan
Klinik.
2. Untuk mengetahui apa saja Teori yang Mendukung dalam Pembelajaran Klinik.
3. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Pembelajaran di Laboratorium.
4. Untuk mengetahui apa saja Aspek-Aspek dalam Pembelajaran Klinik.
5. Untuk mengetahui apa saja Keunggulan Pembelajaran Klinik.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Pembelajaran dan Manajemen Bimbingan Klinik


2.1.1 Konsep Pembelajaran dan Manajemen Bimbingan Klinik
A. Definisi Pembelajaran Klinik
Pembelajaran klinik adalah suatu proses pembelajaran klinik dalam
keperawatan merupakan wahana yang memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk menerjemahkan pengetahuan teoritis ke dalam
pembelajaran (Emilia, 2008).
Pembelajaran klinik harus ditata sedemikian rupa sehingga mahasiswa
mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan masalah nyata tersebut.
Pembelajaran klinik memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari di tahap akademik.
Mahasiswa dalam mengaplikasikan teori tersebut mencoba untuk
mempelajari kembali teori yang sudah pernah diperoleh di tahap akademik,
membendingkan dengan realitas yang ada di lahan praktik, da kemudian
mencoba memahami realitas tersebut(Syahreni&Waluyanti,2007).
Pembelajaran klinik merupakan fokus pembelajaran dan pengajaran yang
melibatkan klien secara langsung dan menjadi “jantung” dari pendidikan
keperawatan.
Pada program  pendidikan Ners, peserta didik dimungkinkan  untuk
memperoleh kesempatan praktik klinik sebanyak mungkin dan mengenal area
klinik diawal pembelajaran.
Untuk program spesialisasi, pembelajaran klinik merupakan inti dari
pengembangan professional. Bagaimana cara pembimbing klinik
meningkatkan kualitas pengajaran  dan pembelajaran dalam praktik sehari-
hari.

B. Metode Pembelajaran Klinik


1. Bedside Teaching
a. Definisi
Bed side teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung
didepan pasien dimana pembelajaran mengaplikasikan kemampuan
kognitif, psikomotor dan afektif secara integrasi. Bed side teaching
merupakan metode mengajar kepada peserta didik, yang aktifitasnya

3
dilakukan disamping tempat tidur klien dan meliputi kegiatan
mempelajari kondisi klien dan asuhan kebidanan yang dibutuhkan klien
(Nursalam, 2007).
b. Kelemahan
1. Gangguan (adanya panggilan telp/HP bordering)
2. Waktu rawat inap yang singkat
3. Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak
4. Tidak ada papan tulis
5. Tidak dapat mengacu pada buku
6. Pelajar Lelah
c. Keuntungan
Dalam penelitian (Alden, 2006) dihasilkan kesimpulan bahwa bed side
teaching sangat baik digunakan untuk mempelajari keterampilan klinik.
Beberapa keuntungan bed side teaching antara lain :
1. Observasi langsung
2. Menggunakan seluruh pikiran
3. Klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik
4. Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa
5. Memperagakan fungsi
Bedside teaching tidak hanya dapat diterapkan di rumah sakit,
keterampilan bedside teaching juga dapat diterapkan di beberapa
institusi dimana ada pasien.
d. Hambatan
1. Gangguan ( adanya panggilan telp/HP bordering )
2. Waktu rawat inap yang singkat
3. Ruangan kecil sehingga padat
e. Proses
1) Pre-Conference/Briefing
a. Menentukan kasus yang akan dihadapi, tujuan spesifik yang ingin
dicapai oleh peserta didik dan kriteria evaluasi.
b. Persiapan peserta didik sebelum bertemu dengan klien, yang
meliputi : menanyakan pengetahuan dan pengalaman peserta
didik sebelumnya, menanyakan permasalahan peserta didik yang
memerlukan bantuan pembimbing.
c. Berikan peserta didik penjelasan tentang pedoman pelaksanaan.

4
d. Persiapan klien dan jelaskan tujuan pertemuan
2) Implementasi/ Demonstration and Inclusion of Microskill
a. Memberikan kesempatan peserta didikuntuk melihat bagaimana
pembimbing berinteraksi dengan klien
b. Memberi kesempatan peserta didik melakukan keterampilan
teknik procedural dalam rangka memberikan asuhan kebidanan
dengan supervise
c. Memfasilitasi belajar aktif peserta didik dengan memberikan
pertanyaan berkaitan dengan apa yang dilakukan peserta didik
dan mengapa itu dilakukan.
d. Mengobservasi kemampuan klinik peserta didik dan
mengobservasi interaksi peserta didik dengan klien.

3) Post-Conference
a. Membahas hal-hal yang telah dilakukan pada saat implementasi
b. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan
masukan atau menyampaikan pertanyaa.
c. Berikan umpan balik pada peserta didik baik yang positif
maupun yang negative. Mulailah umpan balik yang positif
dengan memberikan penguatan baik pujian dan dorongan untuk
lebih baik lagi.
d. Koreksi kesalahan peserta didik dengan menunjukkan atau
menjelaskan bagaimana melakukan keterampilan klinik tersebut
dan bagaimana mengingatkannya
e. Menemukan kendala yang dihadapi dan mencari cara untuk
mengatasinya.
f. Mengukur tingkat pencapaian tujuan praktik saat itu
4) Evaluasi
a. Menilai kemampuan intelektual, teknikal dan interpersonal
peserta didik.
b. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menilai
cara dan metode yang dilaksanakan pembimbing.
c. Mencari cara yang lebih efektif yang digunakan untuk
meningkatkan metode pembelajaran.

5
2. Case Presentation
a. Definisi
Adalah metode penyajian kasus dengan menggunakan kehadiran
seorang pasien dan dipilih sebagai focus diskusi kelompok dengan
tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan
prinsip-prinsip prosedur perawatan dari pasien, metode ini sering
digunakan dilahan praktek khususnya dilahan rumah sakit.
Presentasi kasus disebut suatu kegiatan pembelajaran yang
melibatkan seluruh peserta didik dalam satu kelas besar dan setiap
kelompok tutorial secara bergiliran mempresentasikan hasil kerja
kelompok tutornya dalam memecahkan masalah / kasus yang
didapatkan oleh kelompok tersebut.Presentasi dilakukan oleh seorang
wakil kelompok yang ditunjuk sebagai juru bicara dan waktu
presentasi dialokasikan 15 – 20 menit untuk setiap kelompok.Jumlah
presentasi disesuaikan dengan jumlah / macam dari seluruh masalah /
kasus yang diberikan kepada setiap kelompok.Diskusi terbuka
dilakukan setelah presentasi, dengan teknik penyelenggaraan
disesuaikan dengan waktu, kondisi, dan keragaman masalah yang
dipresentasikan.
Kegiatan ini dipimpin oleh satu orang / lebih Pimpinan dan
Sekretaris Kegiatan (mahasiswa) yang telah dipilih / ditentukan
sebelumnya, disesuaikan dengan keragaman dan jumlah masalah yang
dipresentasikan (satu atau beberapa sesi). Setiap Tutor diharapkan
hadir mendampingi kelompok Tutorialnya, walaupun inti kegiatan
presentasi kasus ini lebih berupa kegiatan: dari – oleh – untuk
mahasiswa . Pada akhir kegiatan dapat dimintakan pendapat dari para
Tutor. Penanggungjawab kegiatan adalah pembuat modul.Waktu
kegiatan dialokasikan pada hari Jumat dengan lama kegiatan
disesuaikan (Hermas, 2015).
b. Kelemahan
1. Harus direncansksn dengsn teliti dengan pasien, surat ijin,
pemilihan lokasi, perumusan tujuan informasi
2. Privasi pasien harus dijaga

6
3. Memerlukan banyak waktu untuk mempersiapkan banyak kasus
yang ditemui
4. Waktu yang diperlukan untuk diskusi lebih lama
5. Untuk pelaksanaann kegiatannya memerlukan fasilitas yang
banyak dan kadang-kadang hal ini sulit dipenuhi seperti persiapan
LCD, laptop, ruang dan listrik
c. Keuntungan
1. Terjadi sharing pengalaman mengasuh pasien
2. Mengeksplorasi kemampuan presentasi , diskusi, dan argumentasi
3. Belajar menghargai pendapat orang lain, jujur dan mengendalikan
emosi
4. Membantu mahasiswa mengembangkan daya intelektual dan
keterampilan berkomunikasi secara lisan maupun penulisan.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dengan pengamatan yang sempurna
tentang sesuatu gambaran yang nyata, yang benar-benar terjadi
dalm hidupnya, sehingga merekap dapat mempelajari dengan
penuh perhatian dan lebih terperinci persoalannya.
d. Proses
a. Tahap permulaan
Diawali dengan memperkenalkan peserta didik tentang latar
belakang pasien, situasi pelayanan perawatan, tujuan diskusi,
beberapa informasi yang dibutuhkan tentang pasien.
b. Tahap diskusi
Diawali dengan perkenalan dan penyajian singkat tentang pasien
pada peserta didik, kemudian menunjukkan gejala-gejala khusus
yang berhubungan dengan masalah pasien, demonstrasikan
tindakan keperawatan khusus beri kesempatan pasien untuk
mengungkapkan perasaannya.
c. Tahap evaluasi
Dilakukan dengan diskusi dan penilaian terhadap pasien, perilaku
dan kemampuan untuk mengatasi masalah, penilaian terhadap
peserta didik serta evaluasi proses dan hasil dari nursing clinic
apakah tujuan yang ditetapkan tercapai atau belum.
3. Jurnal Presentation
a. Definisi

7
Merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar yang menggunakan
journal/ artikel penelitian sebagai sumber belajar dan bertujuan untuk
meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
terkini. Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menganalisis,
menjelaskan dan menyimpulkan isi dari journal yang mereka baca serta
mempresentasikannya dalam suatu forum pembelajaran.
b. Kelemahan
1. Bergantung pada arus listrik
2. Media pendukungnya cukup mahal ( LCD, laptop)
c. Kelebihan
1. Belajar berdasarkan evidence base
2. Melatih mahasiswa untuk mencari bukti-bukti dan dukungan dari
hasil penelitian terkait, terkini, dan terpercaya
3. Hasil telaah menjadi bahan untuk perubahan di tatanan klinik yang
berbasis evidence base.
4. Bahan materi-materinya mudah didapat dan pembuatannya tidak
terlalu rumit sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya
d. Proses
Tahapanya adalah :
1) Mahasiswa mencari minimal 3 judul artikel jurnal penelitian terkini
(terbitan 5 tahun terakhir) baik yang dipublikasi secara on-line
maupun edisi cetak yang relevan dengan kompetensi dokter umum,
kemudian diajukan ke dosen/dokter pembimbing klinik.
2) Dosen/ dokter pembimbing klinik akan memilih 1 judul artikel jurnal
yang relevan dengan kompetensi dokter umum dan belum pernah
dipresentasikan sebelumnya dalam 1 kelompok rotasi/ kepantiteraan
klinik.
3) Mahasiswa mempresentasikan artikel jurnal yang telah dipilih oleh
dosen pembimbing klinik dalam bentuk slide power point dan dinilai
oleh dosen/dokter pembimbing klinik dengan formulir penilaian
jurnal reading.
4) Dosen/ dokter pembimbing klinik menyerahkan formulir penilaian
kepada koordinator pendidikan klinik di RS pendidikan setempat.
4. Meet The Expert
a. Definisi

8
Adalah metode pembelajaran klinik bertemu dengan orang-orang
yang ahli dibidangnya. Dari narasumber mahasiswa dapat mendengarkan
berbagai cerita dan pengalaman berharga yang secara nyata pernah
dialami para narasumber. Dari hal itupula mahasiswa dapat belajar
bagaimana cara mengatasi berbagai masalah yang akan dihadapi.
b. Kelemahan
1. Tidak dapat melihat langsung kasus yang dihadapi
2. Hanya mendengar dari pengalaman narasumber
3. Sulit dalam menyesuaikan waktu
4. Memerlukan biaya yang cukup besar
c. Keuntungan
1. Mendapat ilmu dan informasi dari pakar-pakar
2. Langsung mendapatkan feedback dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan
d. Proses
1. Menentukan kasus yang akan dipaparkan
2. Menghubungi pakar/ahli yang akan menjadi narasumber dalam
paparan
3. Menentukan waktu, tempat dan rencana kegiatan
4. Jalannya kegiatan
5. Evaluasi
5. Mini Clinical Examination
a. Definisi
Adalah metode pembelajaran klinik bertemu dengan orang-orang
yang ahli dibidangnya. Dari narasumber mahasiswa dapat mendengarkan
berbagai cerita dan pengalaman berharga yang secara nyata pernah
dialami para narasumber. Dari hal itupula mahasiswa dapat belajar
bagaimana cara mengatasi berbagai masalah yang akan dihadapi.
b. Kelemahan
1. Tidak dapat melihat langsung kasus yang dihadapi
2. Hanya mendengar dari pengalaman narasumber
3. Sulit dalam menyesuaikan waktu
4. Memerlukan biaya yang cukup besar
c. Keuntungan
1. Mendapat ilmu dan informasi dari pakar-pakar

9
2. Langsung mendapatkan feedback dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan
d. Proses
1. Menentukan kasus yang akan dipaparkan
2. Menghubungi pakar/ahli yang akan menjadi narasumber dalam
paparan
3. Menentukan waktu, tempat dan rencana kegiatan
4. Jalannya kegiatan
5. Evaluasi

2.2 Teori yang Mendukung dalam Pembelajaran Klinik


Teori pembelajaran berbasis pengalaman menyatakan bahwa pembelajaran
menjadi efektif jika didasarkan pada pengalaman. Model yang yang banyak
digunakan adalah proses siklus yang menghubungkan antara pengalaman nyata
dengan konseptualisasi abstrak melalui refleksi dan perencanaan. Refleksi adalah
merenung, memahami, dan berpikir tentang pengalaman yang didapat. Perencanaan
meliputi antisipasi penerapan teori dan ketrampilan baru. Siklus belajar berbasis
pengalaman dapat dimasukan pada semua tahap sehingga memberikan kerangka
kerja yang berguna untuk sesi perencanaan pengajaran.
a. Pembelajaran orang dewasa (Teori Andragogi)
Kegiatan belajar dari peserta didik bukan kegiatan mengajar dosen.
Menurut Schon DA (1997) dalam Nursalam (2008), yang terpenting dalam
pendidikan orang dewasa adalah apa yang dipelajari peserta didik, bukan apa
yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang
diperoleh orang dewasa dalam pertemuan pendidikan/pelatihan, bukan apa
yang dilakukan pengajar, pelatih atau penceramah dalam pertemuannya.
b. Teori belajar keperilakuan (Behaviorisme)
Teori behaviorisme memandang bahwa belajar merupakan perubahan
tingkah laku, yang bisa di amati, di ukur dan di nilai secara konkrit, karena
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Hal ini dapat terjadi pada
mahasiswa kebidanan dimana pengalaman belajar tidak hanya dengan teori
tetapi juga melalui praktik klinik dengan menangani langsung pasien sehingga
muncul interaksi antara stimulus dan respon
c. Teori belajar kognitivisme

10
Piaget dalam Cahyo (2011) menjelaskan tentang penerapan model belajar
kognitivisme di mana mahasiswa yang aktif menciptakan struktur kognitif
dalam interaksinya dengan lingkungan belajar.
Berdasarkan penjelasan Piaget tersebut, pengetahuan diperoleh dari
tindakan dan ditentukan dari keaktifan mahasiswa dalam berinteraksi dengan
lingkungan belajarnya dalam hal ini pasien. Mahasiswa dapat memperoleh
pengetahuan dari tindakan dan berinteraksi aktif dengan pasien melalui praktik
klinik.
d. Teori belajar humanisme
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
e. Teori belajar sibernetik
Dalam teori belajar sibernetik berorientasi pada pemrosesan informasi.
Pemrosesan informasi mengacu kepada cara-cara orang menangani rangsangan
dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan
konsep dan memecahkan masalah dengan menggunakan lambang/simbol-
simbol baik verbal maupun non verbal.

2.3 Konsep Pembelajaran Klinik di Laboratorium


A. Pengertian
Penggunaan laboratorium utk sarana pembelajaran di perguruan tinggi
diperkenalkan pada pertengahan abad 19. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa praktikum di laboratorium lebih efektif utk memperoleh kemampuan
pengamatan dan keterampilan. Laboratorium ialah tempat utk melatih
mahasiswa dalam hal keterampilan melakukan praktek, demonstrasi, percobaan,
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
B. Tujuan
1. Memberikan KELENGKAPAN bagi pelajaran teori yg telah diterima shg
antara teori dan praktek bukan merupakan dua hal yang terpisah, melainkan
suatu kesatuan
2. Memberikan KETERAMPILAN kerja ilmiah bagi mahasiswa

11
3. Memberikan dan memupuk KEBERANIAN utk melakukan keterampilan
pada phantoom
4. Menambah KETERAMPILAN DALAM MENGGUNAKAN ALAT
5. Memupuk RASA INGIN TAHU mahasiswa
6. Memupuk dan membina RASA PERCAYA DIRI
C. Lingkungan Pembelajaran di Laboratorium
Untuk menunjang pembelajaran, beberapa hal penting yang harus dimiliki oleh
suatu laboratorium yang terorganisir dengan baik adalah :
1. Efidien dan efektif
2. Sehat dan aman
3. Memenuhi kebutuhan psikologis mahasiswa yang berpraktek
4. Dapat dikontrol dosen pengelola setiap saat
5. Menjamin keselamatan alat dan mahasiswa
6. Memberikan suasana pandangan yang menyenangkan.

2.4 Aspek-aspek dalam Pembelajaran Klinik


Teori menurut Bloom seperti yang dikutip dalam Suprijono (2010 : 6) bahwa:
“hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
1. Aspek kognitif meliputi pengetahuan seseorang dalam belajar dimana
pengetahuan tersebut menjadi acuan dalam berpikir.
2. Aspek afektif yang meliputi sikap seseorang.
3. Aspek psikomotorik merupakan tindakan yang dihasilkan melalui aspek-aspek
sebelumnya, dimana aspek ini muncul setelah melalui beberapa tahap dari 
aspek kognitif dan afektif.

Aspek pembelajaran bergantung pada proses pembelajaran.

Menurut Ahmadi (2003 : 260) yaitu : “problematika How: masalah how


(bagaimana) berkenaan dengan cara/metode yang digunakan dalam proses
pendidikan”. Menggunakan pola mengajar yang relevan bagi seorang guru adalah
solusi cerdas untuk dapat meningkatkan hasil siswa dalam belajar, di mana pada
penerapan ini diorientasikan pada mata ajar.

2.5 Keunggulan Pembelajaran Klinik


1. Pembelajaran klinik berfokus pada masalah nyata dalam konteks praktik
profesional.

12
2. Peserta didik termotivasi oleh kesesuaian kompetensi yang di lakukan melalui
partisipasi aktif pembelajaran klinik
3. Lingkungan klinik merupakan wadah bagi mahasiswa untuk belajar
pemeriksaan fisik, argumentasi klinik, pengambilan keputusan, empati, serta
profesionalisme yang di ajarkan dan di pelajari sebagai satu kesatuan.
4. Melalui metode pembelajaran klinik mahasiswa diharapkan dapat mencapai
tujuan pembelajaran, dan mencapai target kompetensi yang terdiri dari tiga
domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

Keunggulan belajar dilingkungan klinik salah satunya adalah pembelajaran


yang berfokus pada masalah nyata sehingga dapat memotivasi mahasiswa untuk
berpartispasi aktif dalam pencapaian kompetensi, sedangkan pemikiran yang kritis,
tindakan dan sikap profesionalisme diperankan oleh pembimbing klinik (Nursalam,
2014).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Pembelajaran klinik adalah suatu proses pembelajaran klinik dalam
keperawatan merupakan wahana yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk menerjemahkan pengetahuan teoritis ke dalam pembelajaran (Emilia, 2008).
Metode Pembelajaran Klinik yaitu
1. Bedside Teaching
2. Case Presentation
3. Jurnal Presentation
4. Meet The Expert
5. Mini Clinical Examination
Teori menurut Bloom seperti yang dikutip dalam Suprijono(2010 : 6) bahwa:
“hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
1. Aspek kognitif meliputi pengetahuan seseorang dalam belajar dimana
pengetahuan tersebut menjadi acuan dalam berpikir.
2. Aspek afektif yang meliputi sikap seseorang.
3. Aspek psikomotorik merupakan tindakan yang dihasilkan melalui aspek-aspek
sebelumnya, dimana aspek ini muncul setelah melalui beberapa tahap dari 
aspek kognitif dan afektif.

14

Anda mungkin juga menyukai