Anda di halaman 1dari 44

SISTEM PEMBELAJARAN KLINIK

1
Pokok bahasan

1. MENGIDENTIFIKASI KONDISI DAN KEBUTUHAN


MASING-MASING INSTITUSI PENDIDIKAN
2. ADVOKASI KEBIJAKAN PROGRAM PRAKTIK
3. PERSIAPAN DAN PERENCANAAN PROGRAM
4. PELAKSANAAN
5. MONITORING DAN EVALUASI

2
Dalam merancang suatu pembelajaran klinik
perlu mempertimbangkan :

1. Tingkat kebutuhan pembelajaran keterampilan


klinik yang harus dicapai
2. Jumlah mahasiswa yang akan melaksanakan
praktik klinik
3. Waktu belajar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran di klinik
4. Jumlah dan kualifikasi pembimbing klinik
(preseptor dan mentor) dihitung dalam rasio.
5. Metode pembelajaran klinik yang bervariasi
3
Lanjutan …
6. Alat/media yang diperlukan unutk mencapai tujuan
pembelajaran : learning guide, instrumen penilaian,
alat dan fasilitas praktik, log book dan scenario
kasus jika kasus nyata tidak ada.
7. Lahan praktik : jenis kasus, jumlah kasus, relevansi
kasus, aksesibilitas, model asuhan, lingkungan yang
kondusif untuk belajar serta standar praktik yang
digunakan termasuk kejadian dan manajemen
tempat praktik, ketersediaan bidan yang dapat
berperan sebagai preseptor.
8. Ketersediaan dana untuk mencapai tujuan
pembelajaran klinik.
4
ADVOKASI KEBIJAKAN PROGRAM PRAKTIK

1. Institusi Pendidikan D-III Kebidanan


2. Dinas Kesehatan
3. Organisasi Profesi (Ikatan Bidan
Indonesia/ IBI)
4. Direktur/ pimpinan institusi pelayanan
kesehatan

5
PERSIAPAN DAN PERENCANAAN PROGRAM

1. Mengidentifikasi lahan praktik klinik


 lahan praktik tersebut harus setuju untuk
mengijinkan preseptor dari luar institusi
pelayanan tersebut untuk mengawasi praktik
mahasiswa dan atau memungkinkan seorang
anggota staf yang telah ditunjuk berperan
sebagai preseptor.
 mengidentifikasi lokasi alternative yang belum
pernah digunakan sebagai lokasi praktik.
6
 Ketika memilih alternative lahan praktik,
mulailah dengan mengidentifikasi provider
secara individual yang kompeten dan dapat
menjadi panutan (role model) untuk para
mahasiswa.
 Pilihlah lahan praktik dengan pemimpin yang
mau menerima dan membuat perubahan.

7
2. Preseptor Klinik
 Praktik klinik yang efektif tergantung pada
partisipasi dari seorang preseptor klinik.
 staf di institusi Diploma III Kebidanan, staf di lahan
paraktik
 bertanggung jawab untuk mengawasi aktivitas-
aktivitas mahasiswa di klinik dan harus ada setiap
saat selama praktik klinik.

8
Tugas-tugas spesifik dari
preseptor adalah untuk :
1. Memberikan tugas-tugas pada mahasiswa
2. Mendemonstrasikan keterampilan-keterampilan
3. Melakukan coaching dan umpan balik segera
selama dan setelah prosedur-prosedur klinik dan
sesi-sesi konseling
4. Menilai kemajuan mahasiswa menuju pencapaian
kompetensi

9
Lanjutan …

5. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan pra-klinik


dan pasca klinik sebelum dan sesudah setiap hari
di klinik
6. Mengidentifikasi dan mengembangkan
kesempatan-kesempatan belajar untuk para
mahasiswa
7. Memfasilitasi kolaborasi antara mahasiswa dan
anggota staf lain.
8. Berkomunikasi secara rutin dengan coordinator
praktik dari institusi pendidikan D-III Kebidanan
10
Kriteria preseptor sebagai berikut
1. Berpotensi untuk berperan sebagai pautan (role madel)
2. Memiliki keinginan untuk belajar dengan mahasisa.
3. Mahir dalam keterampilan-keterampilan klinik dan
konseling
4. Dapat bekerja secara penuh dengan para mahasiswa
selama rotasi klinik.
5. Jika mungkin, bekerja di sebuah tempat praktik yang
menyediakan seluruh ruang lingkup pelayanan secara
penuh (yaitu kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
keluarga berencana, kessehatan anak).

11
3. Mempersiapkan Preseptor / Mentor
 dicapai melalui pelatihan magang (in service).
Calon preseptor/mentor dapat menjalani
pelatihan untuk standarisari asuhan kebidanan,
 peningkatan kemampuan klinik dalam asuhan
berdasarkan bukti, (evidence based),
 Pelatihan keterampilan-keterampilan
bimbingan klinik dan manajemen praktik klinik
sesuai dengan standar.
 menyusun dan menyediakan panduan
12
4. Sosialisasi Preseptor dan Mentorship
ke Lahan Praktik
 para preseptor harus bertemu dengan
pimpinan lahan praktik dan anggota staf
lainnya untuk membahas pendekatan baru
terhadap praktik klinik.

13
D. PELAKSANAAN
1. Peran Institusi D-III Kebidanan dan Lahan
Praktik
 bertanggung jawab adalah preseptor/mentor praktik
dari institusi D-III Kebidanan.
 menyiapkan preseptor sesuai rasio dengan
mahasiswa maksimal 1:2-5.
 menyiapkan mentor sesuai rasio dengan mahasiswa
maksimal 1 : 1-2
 Menyiapkan dan meningkatkan (upgrade) lahan
praktik

14
Berikut ini sejumlah saran untuk prioritas
perubahan dan persiapan
Asuhan Antenatal (ANC)
1. Mengidentifikasi lokasi untuk pertemuan-pertemuan preklinik dan
pasca klinik.
2. Identifikasi ruang pemeriksaan tempat mahasiswa akan menghabiskan
waktu 30-45 menit dengan seorang klien untuk melakukan pencatatan
riwayat medis secara menyeluruh, pemeriksaan dan konseling.
3. Pastikan bahawa mahasiswa diperbolehkan untuk mempraktikkan
asuhan persalinan sesuai dengan evidence dan standar praktik.
4. Menyarankan asuhan anternatal terfokus, memastikan bahwa setiap
anggota staf mendiskusikan persiapan persalinan dan kesiagaan
terhadap komplikasi bersama setiap klien.
5. Memastikan terselenggaranya kelas ibu (antenatal class)
6. Tersedianya standar asuhan antenatal dan sistem pendokumentasian
asuhan antenatal
15
Asuhan intrapartum
1. Pastikan bahwa partograf tersedia dan digunakan oleh semua
staf untuk semua klien.
2. Perkenalkan dokumentasi catatan SOAP.
3. Pastikan bahwa mahasiswa diperbolehkan untuk
memperaktikkan asuhan persalinan sesuai dengan evidence dan
standar praktik.
4. Bekerja dengan staf untuk memastikan bahwa bayi tidak
dipisahkan dari ibu-ibu mereka setelah lahir dan bahwa
mendukung pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif.
5. Memastikan bahwa kewaspadaan universal (universal
precaution) diterapkan dalam asuhan.
6. Tersedianya standar asuhan anternatal dan sistem
pendokumentasian asuhan antenatal

16
Asuhan Postpartum
1. Pastikan bahawa mahasiswa diperbolehkan unutk
mempraktikkan asuhan persalinan sesuai dengan evidence
dan standar praktik
2. Pastikan bahwa para mahasiswa memiliki waktu yang
cukup dengan ibu postpartum untuk melakukan
pemeriksaan fisik menyeluruh dan konseling.
3. Memastikan mahasiswa dapat melakukan persiapan pasien
pulang.
4. Memastikan bahwa dapat melakukan kunjungan rumah
pada ibu post partum dan bayinya.
5. Pastikan bahwa mahasiswa diperbolehkan untuk
mempraktikkan asuhan persalinan sesuai denan evidence
dan standar praktik
17
Asuhan bayi baru lahir
1. Memastikan bahwa bayi tetap bersama ibunya
2. Memastikan bahwa pemberian ASI segar dan secara
ekslusif dipraktikkan.
3. Memungkinkan para mahasiswa unutk memberikan
imunisasi pada bayi sebelum bayi pulang.
4. Memastikan bahwa para mahasiswa dapat
melakukan pemeriksaan bayi baru lahir dengan
dihadiri oleh ibu bayi tersebut.
5. Pastikan bahwa mahasiswa diperbolehkan untuk
memperaktikkan asuhan bayi baru lahir sesuai
dengan evidence dan standar praktik
18
2.Proses Pembelajaran Praktik Klinik
a. Pengelompokkan Mahasiswa
Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil dan memilih
preseptor/ mentor yang akan membimbingnya.

b. Orientasi lokasi tempat praktik


a. menjadwalkan orientasi selama 45-60 menit sebelum sesi
klinik pertama.
b. Preseptor harus siap menginformasikan kepada
mahasiswa mengenai jadwal praktik dan tanggal-tanggal
khusus atau aktivitas-aktivitas mendatang yang perlu
untuk diantisipasi.
19
c. Pertemuan Pra Klinik
c. Preseptor dan mentor harus memulai setiap sesi
klinik dengan pertemuan 15-30 menit untuk
menyiapkan mahasiswa
d. Pertemuan pra klinik harus dilakukan di tempat
yang jauh dari area pelayanan klien (ruangan
khusus).

20
Selama pertemuan tersebut,
preceptor/ mentor harus:

1. Menerima mahasiswa dengan baik.


2. Membahas kontrak belajar untuk hari itu.
3. Memberikan tugas dan menunjuk klien untuk
masing-masing mahasiswa.
4. Menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
mahasiswa.

21
d. Pertemuan pasca klinik
1. 45-60 menit
2. Kesempatan bagi para mahasiswa dalam berbagi
pengalaman dari hari itu dan mendiskusikan secara
terbuka setiap kesulitan yang ditemui.
3. Kesempatan preceptor untuk memuji mahasiswa
yang memiliki kinerja yang baik
4. Mahasiswa harus meninggalkan pertemuan pasca
klinik dengan perasaan dihormati dan mendapat
dukungan untuk upayabelajar mereka.

22
Selama pertemuan preceptor harus:

1. Mengkaji tujuan hari itu dan kemajuan yang


diperoleh
2. Bertanya pada para mahasiswa mengenai kasus saat
itu, terutama kasus yang menarik atau sulit
3. Menjawab pertanyaan mengenai situasi atau klien
4. Melakuakn praktik tambahan dengan model atau
simulasi, jika diperlukan.
5. Mengkaji ulang dan mendiskusikan tugas kelompok
6. Merencanakan sesi klinik selanjutnya, memberitahu
mahasiswa jika ada perubahan dan jika diperlukan.
23
e. Penatalaksanaan Praktik Klinik

 Tantangan utama yang dihadapi para


preceptor adalah memadukan proses belajar
mengajar dengan pelayanan klien yang
sedang berjalan

 Peran dan tanggung jawab di Praktik Klinik

24
1. Pelayanan antenal
1. pelayanan berkualitas tinggi. Menyeluruh dan
didasarkan pada bukti ilmiah (evidence-based).
2. mahasiswa diijinkan untuk menghabiskan waktu,
30-45 menit dengan satu orang klien. /
3. Akan lebih menguntungkan bila mahasiswa
mengelola 3 – 5 klien dalam satu shiftdengan
kualitas tinggi daripada 15 klien tetapi tidak
melakukan asuhan secara lengkap.

25
 Pada awal rotasi, preceptor harus hadir dalam
pencatatan riwayat, konseling dan
pemeriksaan atau pemeriksaan fisik dan ia
harus membantu mahasiswa menulis catatan
SOAP.
 preceptor harus mengkaji kembali rencana
asuhan dengan mahasiswa sebelum klien
pulang.
 mengkaji semua catatan SOAP
26
2. Pelayanan Intrapartum
 Mahasiswa harus ditugasi untuk melayani satu klien.
 Pelayanan ini mencakup banyak aspek seperti
komunikasi dengan klien, memonitor persalinan,
memberi dukungan pada saat persalinan,
menggunakan partograf membantu persalinan,
menjahit robekan, melakukan monitoring dan
pelayanan postpartum dini, asuhan pada bayi baru
alhir, dan mendokumentasikan semua kegiatan.
 Preseptor hadir
 Tidak lebih dari 1 mhs yg mengamati/membantu

27
 Pada saat mahasiswa menolong persalinan,
preceptor harus siap berdiri di sisi tempat tidur,
memakai sarung tangan dan peralatan
perlindungan pribadi untuk dapat memberikan
bantuan segera jika diperlukan.
 semakin terampilnya mahasiswa dengan tidak
memakai sarung tangan tetapi tetap siap untuk
membantu atau mengambil alih jika diperlukan.

28
3. Pelayanan Postpartum

 Pada saat bimbingan mahasiswa pada klien


postpartum, preceptor harus hadir pada sesi
konseling awal dan pemeriksaan fisik .
 mahasiswa harus mengunjungi klien dirumah
selama minggu pertama postpartum untuk
follow-upasuhan yang diberikan

29
4. Asuhan bai baru lahir

 jika memungkinkan, mahasiswa juga harus


mengunjungi bayi baru lahir di rumah selama
minggu pertama kehidupannya yang dilakukan
bersamaan kunjungan potpartum baik di klinik
maupun di rumah, mahasiswa harus memiliki waktu
yang cukup untuk menyelesaikan suatu
pemeriksaan fisik yang menyeluruh, memberikan
pendidikan mengenai asuhan bayi baru lahir dan
pemberian ASI kepada keluarga dan
mendokumentasi asuhan yang dilakukan dalam
catatan SOAP
30
F. Mengembangkan rencana untuk rotasi
 skenario, satu mahasiswa diberi tanggung
jawab untuk seorang klien dan ia harus
bertanggung jawab penuh untuk asuhan
terhadap klien.
1. Tahap awal (PRECEPTORSHIP) :
Para mahassiwa berpraktik dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
3-5 mahasiswa

31
Skenario …

 Skenario 1 : Lokasi rumah sakit atau


puskesmas, 2 preseptor
 Skenario 2 : Lokasi rumah sakit atau
puskesmas, dengan 1 (satu) preseptor
 Skenario 3 : Bidan Praktik Swasta (BPS),
dengan 1 (satu) preseptor
 Skenario 4 : Sistem blok, semua lokasi
tempat praktik, dengan 2 (dua) preseptor

32
2. Tahap kandidat (MENTORSHIP) :
 Mentoring (satu mahasiswa dengan satu mentor)
 Lokasi rumah sakit, 1-2 mahasiswa per mentor
 Para mahasiswa yang ditunjuk untuk bekerja dengan
seorang mentor di puskesmas mahasiswa tidak
diperkenankan membantu persalinan jika mentor
tidak ada (misalnya jika mahasiswa tinggal di
puskesmas, ia tidak boleh dipanggil untuk persalinan
di shift malam kecuali jika mentornya juga hadir).

33
 Bidan Praktik Swasta, 1-2 mahasiswa per
mentor
 BPS merupakan lokasi ideal untuk semester akhir
program
 mahasiswa akan memperoleh pengakuan sebagai
seorang Bidan dengan lingkup praktik profesi secara
penuh
 Dalam banyak kasus, mentor juga bekerja di
Puskesmas pada pagi hari dan jika memungkinkan
mahasiswa dapat menemani mentor ke Puskesmas.
Jika kasus tersedia dan memungkinkan, 2 mahasiswa
dapat dibimbing oleh satu mentor
34
G. Strategi Bimbingan Jika Tidak Ada Kasus

 mahasiswa dapat difasilitasi untuk


melakukan pembelajaran dalam bentuk lain
seperti membaca, melakukan studi kasus
dengan catatan SOAP, review keterampilan di
model, mendiskusikan topik khusus, analisis
kasus dari status/laporan klien atau
melakukan aktifias belajar lainnya.

35
H. Memonitor pengalaman klinik
 Segera setelah rotasi klinik dimulai, koordinator praktik
institusi Diploma III Kebidanan harus memonitor jalannya
rotasi
 Mengadakan pertemuan dengan seluruh preseptor setiap
2 minggu, preseptor / mentor juga harus diyakinkan
kembali bahwa ia dapat menghubungi koordinator praktik
kapan saja jika muncul kesulitan atau masalah
 Jika mungkin, koordinator praktik harus mencoba
mengunjungi lokasi praktik satu kali selama rotasi klinik
 Koordinator praktik juga harus mengamati sesi pra klinik,
pasca-klinik dan sesi praktik.

36
I. Mengevaluasi pengalaman klinik
 rotasi selesai, para mahasiswa dan
preseptor/mentor harus diberi kesempatan untuk
mengevaluasi pengalaman klinik
 tentang kemajuan praktik, kendala dan usul/saran
dari mahasiswa.
 Para mahasiswa harus mengevaluasi
preseptor/mentor dan lokasi tempat praktik.
 Preseptor/mentor harus mengevaluasi lahan
praktik dan dukungan yang mereka terima dari
institusi Diploma III Kebidana
37
3. Evaluasi Pembelajaran Praktik Klinik

 Institusi Pendidikan Kebidanan harus mampu


meluluskan mahasiswa yang proficient
sehingga dapat memberikan pelayanan
kebidanan yang berkualitas.
 Evaluasi dilakukan baik secara formatif
maupun sumatif

38
Melihat perkembangan >> test formatif
 Mahasiswa harus siap untuk dilakukan
pengukuran keterampilan sesuai tujuan
pembelajaran
 Mendiskusikan dan menyusun rencana tindak
lanjut paska umpan balik.
 Memperbaiki kinerja berdasarkan umpan balik
dari preseptor/mentor dengan tetap
menggunakan penuntun belajar
 Mencatat setiap pencapaian perkembangan
keterampilan
39
 Test sumatif dilaksanakan pada setiap akhir
proses pembelajaran
 Jika mahasiswa sudah merasa siap untuk
diuji, mahasiswa menghubungi
preseptor/mentor unutk melakukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Kontrak waktu pelaksanaan ujian sumatif,
hari, tanggal dan jam serta lama ujian.

40
2. Mendiskusikan instrumen yang digunakan untuk menilai
keterampilan. Instrumen penilaian ini dikembangkan dari
penuntun belajar, yang terfokus pada langkah-langkah
kunci. Mahasiswa dinyatakan lulus jika mengerjakan
semua langkah yang tercantum dalam instrumen penilaian
(100%).
3. Mendiskusikan prosedur evaluasi
4. Mendiskusikan orang yang terlibat dan dapat dihubungi
dalam pelaksanaan ujian
5. Mendiskusikan tentang peraturan dan etika dan keamanan
yang berhubungan dengan keterampilan yang akan diuji.
6. Mendiskusikan tingkat pencapaian/penguasaan
keterampilan yang dinyatakan berhasil / lulus.

41
E. MONITORING DAN EVALUASI
1. Evaluasi PRECEPTORSHIP / MENTORSHIP
 Evaluasi program pembelajaran praktik dilaksanakan dalam 2
(dua) tahap, yaitu :

 Evaluasi mid-term/evaluasi pertengahan program bertujuan


untuk menilai terlaksananya tujuan pembelajaran praktik yang
sedang berjalan dan mengidentifikasi permasalahan serta
kendala yang terjadi selama kegiatan bimbingan sehingga
dapat segera diatasi sebelum berakhirnya program tersebut.
 Evaluasi akhir Program bertujuan menilai terlaksananya tujuan
pembelajaran praktik secara keseluruhan sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan atau
peningkatan pada program selanjutnya.
42
2. Pembinaan difokuskan pada :
 Kemampuan PRECEPTORSHIP /
MENTORSHIP dengan menggunakan check
list Pedoman Penilaian Diri yang dapat
dilakukan oleh preseptor/mentor sendiri atau
di antara preseptor/mentor (peer group).

43
 PEDOMAN PENILAIAN DIRI

2. Kemampuan preseptor/mentor dalam


menggunakan instrument penilaian format
assessment.
3. Penyegaran pengetahuan dan keterampilan
dengan mengikutserkatan preseptor/mentor
dalam pertemuan-pertemuan, seminar dan
pelatihan
44

Anda mungkin juga menyukai