1
Pokok bahasan
2
Dalam merancang suatu pembelajaran klinik
perlu mempertimbangkan :
5
PERSIAPAN DAN PERENCANAAN PROGRAM
7
2. Preseptor Klinik
Praktik klinik yang efektif tergantung pada
partisipasi dari seorang preseptor klinik.
staf di institusi Diploma III Kebidanan, staf di lahan
paraktik
bertanggung jawab untuk mengawasi aktivitas-
aktivitas mahasiswa di klinik dan harus ada setiap
saat selama praktik klinik.
8
Tugas-tugas spesifik dari
preseptor adalah untuk :
1. Memberikan tugas-tugas pada mahasiswa
2. Mendemonstrasikan keterampilan-keterampilan
3. Melakukan coaching dan umpan balik segera
selama dan setelah prosedur-prosedur klinik dan
sesi-sesi konseling
4. Menilai kemajuan mahasiswa menuju pencapaian
kompetensi
9
Lanjutan …
11
3. Mempersiapkan Preseptor / Mentor
dicapai melalui pelatihan magang (in service).
Calon preseptor/mentor dapat menjalani
pelatihan untuk standarisari asuhan kebidanan,
peningkatan kemampuan klinik dalam asuhan
berdasarkan bukti, (evidence based),
Pelatihan keterampilan-keterampilan
bimbingan klinik dan manajemen praktik klinik
sesuai dengan standar.
menyusun dan menyediakan panduan
12
4. Sosialisasi Preseptor dan Mentorship
ke Lahan Praktik
para preseptor harus bertemu dengan
pimpinan lahan praktik dan anggota staf
lainnya untuk membahas pendekatan baru
terhadap praktik klinik.
13
D. PELAKSANAAN
1. Peran Institusi D-III Kebidanan dan Lahan
Praktik
bertanggung jawab adalah preseptor/mentor praktik
dari institusi D-III Kebidanan.
menyiapkan preseptor sesuai rasio dengan
mahasiswa maksimal 1:2-5.
menyiapkan mentor sesuai rasio dengan mahasiswa
maksimal 1 : 1-2
Menyiapkan dan meningkatkan (upgrade) lahan
praktik
14
Berikut ini sejumlah saran untuk prioritas
perubahan dan persiapan
Asuhan Antenatal (ANC)
1. Mengidentifikasi lokasi untuk pertemuan-pertemuan preklinik dan
pasca klinik.
2. Identifikasi ruang pemeriksaan tempat mahasiswa akan menghabiskan
waktu 30-45 menit dengan seorang klien untuk melakukan pencatatan
riwayat medis secara menyeluruh, pemeriksaan dan konseling.
3. Pastikan bahawa mahasiswa diperbolehkan untuk mempraktikkan
asuhan persalinan sesuai dengan evidence dan standar praktik.
4. Menyarankan asuhan anternatal terfokus, memastikan bahwa setiap
anggota staf mendiskusikan persiapan persalinan dan kesiagaan
terhadap komplikasi bersama setiap klien.
5. Memastikan terselenggaranya kelas ibu (antenatal class)
6. Tersedianya standar asuhan antenatal dan sistem pendokumentasian
asuhan antenatal
15
Asuhan intrapartum
1. Pastikan bahwa partograf tersedia dan digunakan oleh semua
staf untuk semua klien.
2. Perkenalkan dokumentasi catatan SOAP.
3. Pastikan bahwa mahasiswa diperbolehkan untuk
memperaktikkan asuhan persalinan sesuai dengan evidence dan
standar praktik.
4. Bekerja dengan staf untuk memastikan bahwa bayi tidak
dipisahkan dari ibu-ibu mereka setelah lahir dan bahwa
mendukung pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif.
5. Memastikan bahwa kewaspadaan universal (universal
precaution) diterapkan dalam asuhan.
6. Tersedianya standar asuhan anternatal dan sistem
pendokumentasian asuhan antenatal
16
Asuhan Postpartum
1. Pastikan bahawa mahasiswa diperbolehkan unutk
mempraktikkan asuhan persalinan sesuai dengan evidence
dan standar praktik
2. Pastikan bahwa para mahasiswa memiliki waktu yang
cukup dengan ibu postpartum untuk melakukan
pemeriksaan fisik menyeluruh dan konseling.
3. Memastikan mahasiswa dapat melakukan persiapan pasien
pulang.
4. Memastikan bahwa dapat melakukan kunjungan rumah
pada ibu post partum dan bayinya.
5. Pastikan bahwa mahasiswa diperbolehkan untuk
mempraktikkan asuhan persalinan sesuai denan evidence
dan standar praktik
17
Asuhan bayi baru lahir
1. Memastikan bahwa bayi tetap bersama ibunya
2. Memastikan bahwa pemberian ASI segar dan secara
ekslusif dipraktikkan.
3. Memungkinkan para mahasiswa unutk memberikan
imunisasi pada bayi sebelum bayi pulang.
4. Memastikan bahwa para mahasiswa dapat
melakukan pemeriksaan bayi baru lahir dengan
dihadiri oleh ibu bayi tersebut.
5. Pastikan bahwa mahasiswa diperbolehkan untuk
memperaktikkan asuhan bayi baru lahir sesuai
dengan evidence dan standar praktik
18
2.Proses Pembelajaran Praktik Klinik
a. Pengelompokkan Mahasiswa
Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil dan memilih
preseptor/ mentor yang akan membimbingnya.
20
Selama pertemuan tersebut,
preceptor/ mentor harus:
21
d. Pertemuan pasca klinik
1. 45-60 menit
2. Kesempatan bagi para mahasiswa dalam berbagi
pengalaman dari hari itu dan mendiskusikan secara
terbuka setiap kesulitan yang ditemui.
3. Kesempatan preceptor untuk memuji mahasiswa
yang memiliki kinerja yang baik
4. Mahasiswa harus meninggalkan pertemuan pasca
klinik dengan perasaan dihormati dan mendapat
dukungan untuk upayabelajar mereka.
22
Selama pertemuan preceptor harus:
24
1. Pelayanan antenal
1. pelayanan berkualitas tinggi. Menyeluruh dan
didasarkan pada bukti ilmiah (evidence-based).
2. mahasiswa diijinkan untuk menghabiskan waktu,
30-45 menit dengan satu orang klien. /
3. Akan lebih menguntungkan bila mahasiswa
mengelola 3 – 5 klien dalam satu shiftdengan
kualitas tinggi daripada 15 klien tetapi tidak
melakukan asuhan secara lengkap.
25
Pada awal rotasi, preceptor harus hadir dalam
pencatatan riwayat, konseling dan
pemeriksaan atau pemeriksaan fisik dan ia
harus membantu mahasiswa menulis catatan
SOAP.
preceptor harus mengkaji kembali rencana
asuhan dengan mahasiswa sebelum klien
pulang.
mengkaji semua catatan SOAP
26
2. Pelayanan Intrapartum
Mahasiswa harus ditugasi untuk melayani satu klien.
Pelayanan ini mencakup banyak aspek seperti
komunikasi dengan klien, memonitor persalinan,
memberi dukungan pada saat persalinan,
menggunakan partograf membantu persalinan,
menjahit robekan, melakukan monitoring dan
pelayanan postpartum dini, asuhan pada bayi baru
alhir, dan mendokumentasikan semua kegiatan.
Preseptor hadir
Tidak lebih dari 1 mhs yg mengamati/membantu
27
Pada saat mahasiswa menolong persalinan,
preceptor harus siap berdiri di sisi tempat tidur,
memakai sarung tangan dan peralatan
perlindungan pribadi untuk dapat memberikan
bantuan segera jika diperlukan.
semakin terampilnya mahasiswa dengan tidak
memakai sarung tangan tetapi tetap siap untuk
membantu atau mengambil alih jika diperlukan.
28
3. Pelayanan Postpartum
29
4. Asuhan bai baru lahir
31
Skenario …
32
2. Tahap kandidat (MENTORSHIP) :
Mentoring (satu mahasiswa dengan satu mentor)
Lokasi rumah sakit, 1-2 mahasiswa per mentor
Para mahasiswa yang ditunjuk untuk bekerja dengan
seorang mentor di puskesmas mahasiswa tidak
diperkenankan membantu persalinan jika mentor
tidak ada (misalnya jika mahasiswa tinggal di
puskesmas, ia tidak boleh dipanggil untuk persalinan
di shift malam kecuali jika mentornya juga hadir).
33
Bidan Praktik Swasta, 1-2 mahasiswa per
mentor
BPS merupakan lokasi ideal untuk semester akhir
program
mahasiswa akan memperoleh pengakuan sebagai
seorang Bidan dengan lingkup praktik profesi secara
penuh
Dalam banyak kasus, mentor juga bekerja di
Puskesmas pada pagi hari dan jika memungkinkan
mahasiswa dapat menemani mentor ke Puskesmas.
Jika kasus tersedia dan memungkinkan, 2 mahasiswa
dapat dibimbing oleh satu mentor
34
G. Strategi Bimbingan Jika Tidak Ada Kasus
35
H. Memonitor pengalaman klinik
Segera setelah rotasi klinik dimulai, koordinator praktik
institusi Diploma III Kebidanan harus memonitor jalannya
rotasi
Mengadakan pertemuan dengan seluruh preseptor setiap
2 minggu, preseptor / mentor juga harus diyakinkan
kembali bahwa ia dapat menghubungi koordinator praktik
kapan saja jika muncul kesulitan atau masalah
Jika mungkin, koordinator praktik harus mencoba
mengunjungi lokasi praktik satu kali selama rotasi klinik
Koordinator praktik juga harus mengamati sesi pra klinik,
pasca-klinik dan sesi praktik.
36
I. Mengevaluasi pengalaman klinik
rotasi selesai, para mahasiswa dan
preseptor/mentor harus diberi kesempatan untuk
mengevaluasi pengalaman klinik
tentang kemajuan praktik, kendala dan usul/saran
dari mahasiswa.
Para mahasiswa harus mengevaluasi
preseptor/mentor dan lokasi tempat praktik.
Preseptor/mentor harus mengevaluasi lahan
praktik dan dukungan yang mereka terima dari
institusi Diploma III Kebidana
37
3. Evaluasi Pembelajaran Praktik Klinik
38
Melihat perkembangan >> test formatif
Mahasiswa harus siap untuk dilakukan
pengukuran keterampilan sesuai tujuan
pembelajaran
Mendiskusikan dan menyusun rencana tindak
lanjut paska umpan balik.
Memperbaiki kinerja berdasarkan umpan balik
dari preseptor/mentor dengan tetap
menggunakan penuntun belajar
Mencatat setiap pencapaian perkembangan
keterampilan
39
Test sumatif dilaksanakan pada setiap akhir
proses pembelajaran
Jika mahasiswa sudah merasa siap untuk
diuji, mahasiswa menghubungi
preseptor/mentor unutk melakukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Kontrak waktu pelaksanaan ujian sumatif,
hari, tanggal dan jam serta lama ujian.
40
2. Mendiskusikan instrumen yang digunakan untuk menilai
keterampilan. Instrumen penilaian ini dikembangkan dari
penuntun belajar, yang terfokus pada langkah-langkah
kunci. Mahasiswa dinyatakan lulus jika mengerjakan
semua langkah yang tercantum dalam instrumen penilaian
(100%).
3. Mendiskusikan prosedur evaluasi
4. Mendiskusikan orang yang terlibat dan dapat dihubungi
dalam pelaksanaan ujian
5. Mendiskusikan tentang peraturan dan etika dan keamanan
yang berhubungan dengan keterampilan yang akan diuji.
6. Mendiskusikan tingkat pencapaian/penguasaan
keterampilan yang dinyatakan berhasil / lulus.
41
E. MONITORING DAN EVALUASI
1. Evaluasi PRECEPTORSHIP / MENTORSHIP
Evaluasi program pembelajaran praktik dilaksanakan dalam 2
(dua) tahap, yaitu :
43
PEDOMAN PENILAIAN DIRI