Anda di halaman 1dari 43

1

Bdn. Betanuari Sabda N,S.Tr.Keb,.M.Tr.Keb


2
DALAM MERANCANG SUATU PEMBELAJARAN
KLINIK PERLU MEMPERTIMBANGKAN :

1. Tingkat kebutuhan pembelajaran keterampilan klinik


yang harus dicapai
2. Jumlah mahasiswa yang akan melaksanakan praktik
klinik
3. Waktu belajar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran di klinik
4. Jumlah dan kualifikasi pembimbing klinik (preseptor
dan mentor) dihitung dalam rasio.
5. Metode pembelajaran klinik yang bervariasi
3

Lanjutan …
6. Alat/media yang diperlukan unutk mencapai tujuan
pembelajaran : learning guide, instrumen penilaian,
alat dan fasilitas praktik, log book dan scenario kasus
jika kasus nyata tidak ada.
7. Lahan praktik : jenis kasus, jumlah kasus, relevansi
kasus, aksesibilitas, model asuhan, lingkungan yang
kondusif untuk belajar serta standar praktik yang
digunakan termasuk kejadian dan manajemen
tempat praktik, ketersediaan bidan yang dapat
berperan sebagai preseptor.
8. Ketersediaan dana untuk mencapai tujuan
pembelajaran klinik.
4

ADVOKASI KEBIJAKAN PROGRAM PRAKTIK

1. Institusi Pendidikan D-III Kebidanan


2. Dinas Kesehatan
3. Organisasi Profesi (Ikatan Bidan
Indonesia/ IBI)
4. Direktur/ pimpinan institusi pelayanan
kesehatan
5
PERSIAPAN DAN
PERENCANAAN PROGRAM

1. Mengidentifikasi lahan praktik klinik


 lahan praktik tersebut harus setuju untuk
mengijinkan preseptor dari luar institusi pelayanan
tersebut untuk mengawasi praktik mahasiswa atau
memungkinkan seorang anggota staf yang telah
ditunjuk berperan sebagai preseptor.
 mengidentifikasi lokasi alternative yang belum
pernah digunakan sebagai lokasi praktik.
6

 Ketika memilih alternative lahan


praktik, mulailah dengan
mengidentifikasi provider secara
individual yang kompeten dan
dapat menjadi panutan (role
model) untuk para mahasiswa.
 Pilihlah lahan praktik dengan
pemimpin yang mau menerima dan
membuat perubahan.
7
2. Preseptor Klinik

 Praktikklinik yang efektif tergantung pada


partisipasi dari seorang preseptor klinik.
 staf
di institusi Diploma III Kebidanan, staf di
lahan paraktik
 bertanggung jawab untuk mengawasi aktivitas-
aktivitas mahasiswa di klinik dan harus ada
setiap saat selama praktik klinik.
8
Tugas-tugas spesifik dari preseptor
adalah untuk :

1. Memberikan tugas-tugas pada mahasiswa


2. Mendemonstrasikan keterampilan-
keterampilan
3. Melakukan coaching dan umpan balik
segera selama dan setelah prosedur-
prosedur klinik dan sesi-sesi konseling
4. Menilai kemajuan mahasiswa menuju
pencapaian kompetensi
9
Lanjutan …

5. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan pra-klinik dan


pasca klinik sebelum dan sesudah setiap hari di klinik
6. Mengidentifikasi dan mengembangkan kesempatan-
kesempatan belajar untuk para mahasiswa
7. Memfasilitasi kolaborasi antara mahasiswa dan
anggota staf lain.
8. Berkomunikasi secara rutin dengan coordinator
praktik dari institusi pendidikan D-III Kebidanan
10
Kriteria preseptor sebagai
berikut
1. Berpotensi untuk berperan sebagai panutan (role madel)
2. Memiliki keinginan untuk belajar dengan mahasiswa.
3. Mahir dalam keterampilan-keterampilan klinik dan konseling.
4. Dapat bekerja secara penuh dengan para mahasiswa selama rotasi
klinik.
5. Jika mungkin, bekerja di sebuah tempat praktik yang menyediakan
seluruh ruang lingkup pelayanan secara penuh (yaitu kesehatan
ibu dan bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan anak).
3. Mempersiapkan Preseptor / 11

Mentor

 dicapai melalui pelatihan magang (in service). Calon


preseptor/mentor dapat menjalani pelatihan untuk
standarisari asuhan kebidanan,
 peningkatan kemampuan klinik dalam asuhan
berdasarkan bukti, (evidence based),
 Pelatihan keterampilan-keterampilan bimbingan klinik
dan manajemen praktik klinik sesuai dengan standar.
 menyusun dan menyediakan panduan
4. Sosialisasi Preseptor dan 12

Mentorship ke Lahan Praktik

 para preseptor harus bertemu dengan


pimpinan lahan praktik dan anggota staf
lainnya untuk membahas pendekatan baru
terhadap praktik klinik.
13
PELAKSANAAN
1. Peran Institusi D-III Kebidanan dan Lahan Praktik
 bertanggung jawab adalah preseptor/mentor
praktik dari institusi D-III Kebidanan.
 menyiapkanpreseptor sesuai rasio dengan
mahasiswa maksimal 1:2-5.
 menyiapkanmentor sesuai rasio dengan
mahasiswa maksimal 1 : 1-2
 Menyiapkan dan meningkatkan (upgrade) lahan
praktik
14
Berikut ini sejumlah saran untuk prioritas
perubahan dan persiapan

Asuhan Antenatal (ANC)


1. Mengidentifikasi lokasi untuk pertemuan-pertemuan preklinik dan pasca
klinik.
2. Identifikasi ruang pemeriksaan tempat mahasiswa akan menghabiskan
waktu 30-45 menit dengan seorang klien untuk melakukan pencatatan
riwayat medis secara menyeluruh, pemeriksaan dan konseling.
3. Pastikan bahawa mahasiswa diperbolehkan untuk mempraktikkan asuhan
persalinan sesuai dengan evidence dan standar praktik.
4. Menyarankan asuhan anternatal terfokus, memastikan bahwa setiap
anggota staf mendiskusikan persiapan persalinan dan kesiagaan terhadap
komplikasi bersama setiap klien.
5. Memastikan terselenggaranya kelas ibu (antenatal class)
6. Tersedianya standar asuhan antenatal dan sistem pendokumentasian
asuhan antenatal
15
Asuhan intrapartum

1. Pastikan bahwa partograf tersedia dan digunakan oleh semua staf


untuk semua klien.
2. Perkenalkan dokumentasi catatan SOAP.
3. Pastikan bahwa mahasiswa diperbolehkan untuk memperaktikkan
asuhan persalinan sesuai dengan evidence dan standar praktik.
4. Bekerja dengan staf untuk memastikan bahwa bayi tidak dipisahkan
dari ibu-ibu mereka setelah lahir dan bahwa mendukung
pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif.
5. Memastikan bahwa kewaspadaan universal (universal precaution)
diterapkan dalam asuhan.
6. Tersedianya standar asuhan anternatal dan sistem
pendokumentasian asuhan antenatal
16
Asuhan Postpartum
1. Pastikan bahawa mahasiswa diperbolehkan unutk
mempraktikkan asuhan persalinan sesuai dengan
evidence dan standar praktik
2. Pastikan bahwa para mahasiswa memiliki waktu yang
cukup dengan ibu postpartum untuk melakukan
pemeriksaan fisik menyeluruh dan konseling.
3. Memastikan mahasiswa dapat melakukan persiapan
pasien pulang.
4. Memastikan bahwa dapat melakukan kunjungan rumah
pada ibu post partum dan bayinya.
5. Pastikan bahwa mahasiswa diperbolehkan untuk
mempraktikkan asuhan persalinan sesuai denan
evidence dan standar praktik
17
Asuhan bayi baru lahir
1. Memastikan bahwa bayi tetap bersama
ibunya
2. Memastikan bahwa pemberian ASI segar dan
secara ekslusif dipraktikkan.
3. Memungkinkan para mahasiswa unutk
memberikan imunisasi pada bayi sebelum bayi
pulang.
4. Memastikan bahwa para mahasiswa dapat
melakukan pemeriksaan bayi baru lahir
dengan dihadiri oleh ibu bayi tersebut.
5. Pastikan bahwa mahasiswa diperbolehkan
untuk memperaktikkan asuhan bayi baru lahir
sesuai dengan evidence dan standar praktik
19
PROSES PEMBELAJARAN PRAKTIK KLINIK

a. Pengelompokkan Mahasiswa
Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil dan memilih
preseptor/ mentor yang akan membimbingnya.
b. Orientasi lokasi tempat praktik
a. menjadwalkan orientasi selama 45-60 menit sebelum sesi
klinik pertama.
b. Preseptor harus siap menginformasikan kepada mahasiswa
mengenai jadwal praktik dan tanggal-tanggal khusus atau
aktivitas-aktivitas mendatang yang perlu untuk diantisipasi.
20

c. PERTEMUAN PRA KLINIK

c. Preseptor dan mentor harus memulai


setiap sesi klinik dengan pertemuan
15-30 menit untuk menyiapkan
mahasiswa
d. Pertemuan pra klinik harus dilakukan
di tempat yang jauh dari area
pelayanan klien (ruangan khusus).
21
SELAMA PERTEMUAN TERSEBUT,
PRECEPTOR/ MENTOR HARUS:

1. Menerima mahasiswa dengan baik.


2. Membahas kontrak belajar untuk hari itu.
3. Memberikan tugas dan menunjuk klien
untuk masing-masing mahasiswa.
4. Menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
mahasiswa.
22
D. PERTEMUAN PASCA KLINIK

1. Waktunya 45-60 menit


2. Kesempatan bagi para mahasiswa dalam
berbagi pengalaman dari hari itu dan
mendiskusikan secara terbuka setiap kesulitan
yang ditemui.
3. Kesempatan preceptor untuk memuji
mahasiswa yang memiliki kinerja yang baik
4. Mahasiswa harus meninggalkan pertemuan
pasca klinik dengan perasaan dihormati dan
mendapat dukungan untuk upaya belajar
mereka.
E. PENATALAKSANAAN PRAKTIK 23

KLINIK

 Tantangan utama yang dihadapi


para preceptor adalah memadukan
proses belajar mengajar dengan
pelayanan klien yang sedang berjalan

 Peran dan tanggung jawab di Praktik


Klinik
24
1. Pelayanan Antenatal
1. Pelayanan berkualitas tinggi. Menyeluruh
dan didasarkan pada bukti ilmiah
(evidence-based).
2. Mahasiswa diijinkan untuk menghabiskan
waktu, 30-45 menit dengan satu orang
klien.
3. Akan lebih menguntungkan bila
mahasiswa mengelola 3 – 5 klien dalam
satu shift dengan kualitas tinggi daripada
15 klien tetapi tidak melakukan asuhan
secara lengkap.
25

 Pada awal rotasi, preceptor harus hadir


dalam pencatatan riwayat, konseling
dan pemeriksaan atau pemeriksaan fisik
dan ia harus membantu mahasiswa
menulis catatan SOAP.
 preceptor harus mengkaji kembali
rencana asuhan dengan mahasiswa
sebelum klien pulang.
 mengkaji semua catatan SOAP
26
2. PELAYANAN INTRAPARTUM

 Mahasiswa harus ditugasi untuk melayani satu klien.


 Pelayanan ini mencakup banyak aspek seperti
komunikasi dengan klien, memonitor persalinan,
memberi dukungan pada saat persalinan,
menggunakan partograf membantu persalinan,
menjahit robekan, melakukan monitoring dan
pelayanan postpartum dini, asuhan pada bayi baru
alhir, dan mendokumentasikan semua kegiatan.
 Preseptor hadir
 Tidak lebih dari 1 mhs yg mengamati/membantu
27

 Pada saat mahasiswa menolong persalinan,


preceptor harus siap berdiri di sisi tempat tidur,
memakai sarung tangan dan peralatan
perlindungan pribadi untuk dapat
memberikan bantuan segera jika diperlukan.
 semakin terampilnya mahasiswa dengan
tidak memakai sarung tangan tetapi tetap
siap untuk membantu atau mengambil alih
jika diperlukan.
28
3. Pelayanan Postpartum
 Pada saat bimbingan mahasiswa
pada klien postpartum, preceptor
harus hadir pada sesi konseling awal
dan pemeriksaan fisik .
 mahasiswa harus mengunjungi klien
dirumah selama minggu pertama
postpartum untuk follow-up asuhan
yang diberikan
29
4. Asuhan bayi baru lahir
 Jika memungkinkan, mahasiswa juga harus
mengunjungi bayi baru lahir di rumah
selama minggu pertama kehidupannya
yang dilakukan bersamaan kunjungan
potpartum baik di klinik maupun di rumah,
mahasiswa harus memiliki waktu yang
cukup untuk menyelesaikan suatu
pemeriksaan fisik yang menyeluruh,
memberikan pendidikan mengenai asuhan
bayi baru lahir dan pemberian ASI kepada
keluarga dan mendokumentasi asuhan
yang dilakukan dalam catatan SOAP
30
F. MENGEMBANGKAN RENCANA
UNTUK ROTASI
 Skenario, satu mahasiswa diberi tanggung jawab untuk seorang klien dan
ia harus bertanggung jawab penuh untuk asuhan terhadap klien.
1. Tahap awal (PRECEPTORSHIP) :
Para mahassiwa berpraktik dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 3-5 mahasiswa
 Skenario 1 : Lokasi rumah sakit atau puskesmas, 2 preseptor
 Skenario 2 : Lokasi rumah sakit atau puskesmas, dengan 1 (satu) preseptor
 Skenario 3 : Bidan Praktik Mandiri, dengan 1 (satu) preseptor
 Skenario 4 : Sistem blok, semua lokasi tempat praktik, dengan 2 (dua)
preseptor
31

2. Tahap kandidat (MENTORSHIP)


:

 Mentoring (satu mahasiswa dengan satu


mentor)
 Lokasi rumah sakit, 1-2 mahasiswa per mentor
 Para mahasiswa yang ditunjuk untuk bekerja
dengan seorang mentor di puskesmas
mahasiswa tidak diperkenankan membantu
persalinan jika mentor tidak ada (misalnya jika
mahasiswa tinggal di puskesmas, ia tidak boleh
dipanggil untuk persalinan di shift malam
kecuali jika mentornya juga hadir).
32

 Bidan Praktik Swasta, 1-2 mahasiswa per mentor


 BPM merupakan lokasi ideal untuk semester akhir
program
 mahasiswa akan memperoleh pengakuan sebagai
seorang Bidan dengan lingkup praktik profesi secara
penuh
 Dalam banyak kasus, mentor juga bekerja di
Puskesmas pada pagi hari dan jika memungkinkan
mahasiswa dapat menemani mentor ke Puskesmas.
Jika kasus tersedia dan memungkinkan, 2 mahasiswa
33
G. Strategi Bimbingan Jika Tidak Ada
Kasus

 mahasiswa dapat difasilitasi untuk melakukan


pembelajaran dalam bentuk lain seperti
membaca, melakukan studi kasus dengan
catatan SOAP, review keterampilan di model,
mendiskusikan topik khusus, analisis kasus dari
status/laporan klien atau melakukan aktifias
belajar lainnya.
34
H. Memonitor pengalaman klinik

 Segera setelah rotasi klinik dimulai, koordinator praktik institusi Diploma III Kebidanan
harus memonitor jalannya rotasi
 Mengadakan pertemuan dengan seluruh preseptor setiap 2 minggu,
preseptor/mentor juga harus diyakinkan kembali bahwa ia dapat menghubungi
koordinator praktik kapan saja jika muncul kesulitan atau masalah
 Jika mungkin, koordinator praktik harus mencoba mengunjungi lokasi praktik satu kali
selama rotasi klinik
 Koordinator praktik juga harus mengamati sesi pra klinik, pasca-klinik dan sesi praktik.
35
I. Mengevaluasi pengalaman klinik

 rotasi selesai, para mahasiswa dan preseptor/mentor harus diberi


kesempatan untuk mengevaluasi pengalaman klinik
 tentang kemajuan praktik, kendala dan usul/saran dari mahasiswa.
 Para mahasiswa harus mengevaluasi preseptor/mentor dan lokasi tempat
praktik.
 Preseptor/mentor harus mengevaluasi lahan praktik dan dukungan yang
mereka terima dari institusi Diploma III Kebidanan
36
3. Evaluasi Pembelajaran Praktik Klinik

 Institusi Pendidikan Kebidanan harus mampu meluluskan mahasiswa yang


proficient sehingga dapat memberikan pelayanan kebidanan yang
berkualitas.
 Evaluasi dilakukan baik secara formatif maupun sumatif
37
Melihat perkembangan >> test formatif

 Mahasiswa harus siap untuk dilakukan pengukuran keterampilan


sesuai tujuan pembelajaran
 Mendiskusikan dan menyusun rencana tindak lanjut paska umpan
balik.
 Memperbaiki kinerja berdasarkan umpan balik dari
preseptor/mentor dengan tetap menggunakan penuntun belajar
 Mencatat setiap pencapaian perkembangan keterampilan
 Test sumatif dilaksanakan pada setiap akhir proses pembelajaran
38

 Jika mahasiswa sudah merasa siap untuk diuji, mahasiswa menghubungi


preseptor/mentor untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Kontrak waktu pelaksanaan ujian sumatif, hari, tanggal dan jam serta
lama ujian.
2. Mendiskusikan instrumen yang digunakan untuk menilai keterampilan.
Instrumen penilaian ini dikembangkan dari penuntun belajar, yang
terfokus pada langkah-langkah kunci. Mahasiswa dinyatakan lulus jika
mengerjakan semua langkah yang tercantum dalam instrumen
penilaian (100%).
39

2. Mendiskusikan prosedur evaluasi


3. Mendiskusikan orang yang terlibat dan dapat
dihubungi dalam pelaksanaan ujian
4. Mendiskusikan tentang peraturan dan etika dan
keamanan yang berhubungan dengan
keterampilan yang akan diuji.
5. Mendiskusikan tingkat pencapaian/penguasaan
keterampilan yang dinyatakan berhasil / lulus.
40
E. MONITORING DAN EVALUASI

1. Evaluasi PRECEPTORSHIP / MENTORSHIP


 Evaluasi program pembelajaran praktik dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap,
yaitu :
 Evaluasi mid-term/evaluasi pertengahan program bertujuan untuk menilai
terlaksananya tujuan pembelajaran praktik yang sedang berjalan dan
mengidentifikasi permasalahan serta kendala yang terjadi selama
kegiatan bimbingan sehingga dapat segera diatasi sebelum berakhirnya
program tersebut.
 Evaluasi akhir Program bertujuan menilai terlaksananya tujuan
pembelajaran praktik secara keseluruhan sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk perbaikan atau peningkatan pada program
selanjutnya.
41

2. Pembinaan difokuskan pada :


 Kemampuan PRECEPTORSHIP / MENTORSHIP dengan menggunakan
check list Pedoman Penilaian Diri yang dapat dilakukan oleh
preseptor/mentor sendiri atau di antara preseptor/mentor (peer group).
42

PEDOMAN PENILAIAN DIRI

2. Kemampuan preseptor/mentor dalam


menggunakan instrument penilaian format
assessment.
3. Penyegaran pengetahuan dan keterampilan
dengan mengikutserkatan preseptor/mentor
dalam pertemuan-pertemuan, seminar dan
pelatihan
43

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai