Anda di halaman 1dari 10

TUGAS, TANGGUNGJAWAB DAN KEWAJIBAN PEMBIMBING

KLINIK/CLINICAL INSTRUCTURE/PERCEPTOR DI RUMAH SAKIT

A. Tugas danTanggung jawab :


1. Mengorientasikan mahasiswa meliputi ruangan, lokasi dan fungsi peralatan, kasus/
pasien  dan lain-lain yang dipandang perlu.
a. Bagian – bagian ruangan seperti ruang observasi, ruang tindakan, ruang
sterilisasi, dll
b. Tempat – tempat peralatan seperti tempat USG, EKG dll, tempat
penyimpanan obat, dan alat kesehatan lain serta tempat linen dan baju
operasi
c. Jenis – jenis obat yang dipakai seperti obat emergency, dan obat – obat yang
diperlukan
2. Menetapkan dan membagi pasien kelolaan pada masing-masing mahasiswa untuk
diberikan asuhan pasien (keperawatan/kebidanan), setiap mahasiswa diberikan
kesempatan untuk memegang 1 (satu) pasien.
3. Mengkoordinasikan shift jaga / jadwal praktek mahasiswa dalam 3 (tiga) shift pagi,
sore dan malam.
4. Mengorientasikan hak dan kewajiban sebagai mahasiswa.
Kewajiban mahasiswa :
1. Mengumpulkan LP pada hari ke-1 praktek
2. Datang tepat waktu, (15 menit sebelum jadwal yang ditentukan) dan wajib
mengikuti apel pagi bagi mahasiswa yang shift pagi
3. Mengkonsultasikan kasus individu dan kelompok
4. Menjaga dan memelihara fasilitas yang ada di rumah sakit
5. Mentaati semua peraturan yang telah dibuat oleh rumah sakit
Hak mahasiswa :
1. Mendapatkan kesempatan konsultasi kepada CI
2. Mendapatkan target kompetensi
3. Mendapatkan pengalaman baru
4. Menggunakan fasilitas yang telah disiapkan dengan baik
5. Melakukan pre conference :
a. Mengkaji kesiapan mahasiswa melakukan praktek :
 Menandatangani presensi mahasiswa di buku pedoman setiap hari
 Membuat kesepakatan pengambilan kasus LP pada hari ke 1praktek
 Mengecek dan menandatangani laporan pendahuluan kebutuhan dasar (LP)
setelah melalui 3 kali konsultasi dan dianggap benar.
 Mendiskusikan laporan pendahuluan “asuhan pasien
(keperawatan/kebidanan)” sesuai kontrak belajar
 Mendiskusikan “target ketrampilan” sesuai kontrak belajar.
b. Mendiskusikan rencana praktek yang akan dilakukan sesuai LP/Kontrak
belajar mahasiswa (dilakukan pada saat mahasiswa melakukan konsultasi) :
 Mengidentifikasi masalah klien.
 Merencanakan asuhan keperawatan/kebidanan/pasien.
6. Membimbing pelaksanaan praktek mahasiswa secara umum dan pasien kelolaan
secara khusus, melakukan metode pembelajaran bedside teaching.
Bedside teaching dilakukan pada saat mahasiswa belum pernah melakukan tindakan.
7. Membantu mahasiswa memilih kasus yang sesuai kompetensi untuk presentasi
kelompok, memfasilitasi konsultasi kasus.
Pemilihan kasus kelompok dilakukan pada minggu pertama.
8. Melakukan post conference :
a. Membahas pelaksanaan praktek.
b. Membahas masalah yang dijumpai pada saat praktek.
c. Mengevaluasi dan menandatangani kompetensi mahasiswa di buku target
ketrampilan.
9. Membimbing pembuatan dan dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan/pasien
yang menjadi tanggung jawab mahasiswa.
10. Mengesahkan laporan asuhan kebidanan mahasiswa  (pada lembar pegesahan)
sebelum diberikan ke pembimbing akademik.
11. Memantau perkembangan kesiapan, sikap, kedisiplinan, keaktifan dan ketrampilan
mahasiswa dilakukan setiap hari, baik oleh CI maupun petugas kesehatan lain yang
sedang berjaga.
12. Menilai penampilan praktek klinik mahasiswa dengan format “instrumen penilaian
penampilan praktek klinik” berdasarkan kebutuhan mahasiswa (dilakukan setiap
mahasiswa melakukan sebuah tindakan).
13. Melaksanakan evaluasi baik bersama pembimbing akademik atau sesuai dengan
kondisi pembimbing, selamaatau sebelum kegiatan praktik klinik mahasiswa
berakhir.Evaluasi berupa pengetahuan mahasiswa (responsi), penilaian sikap pada
format yang telah disiapkan, dan keterampilan menggunakan buku pencapaian target
kompetensi.

B. Kewajiban

1. Wajib memberikan bimbingan klinik kepada peserta didik


2. Wajib memberikan bimbingan sesuai Standar Kompetensi yang telah ditetapkan oleh
institusi
3. Wajib mencarikan pasien untuk ujian, kasus ujian harus disesuaikan dengan
kompetensi
Pengertian Supervisor
Supervisor merupakan seseorang yang diberi wewenang atau mempunyai jabatan
untuk mnegawasi, mengarahkan suatu tatacara yang mengendalikan suatu
pelaksanaan tatacara lainnya.

Fungsi Supervisior
 Untuk menyelesaikan masalah sebisanya tanpa harus ditangani oleh atasan atau
manager
 Berfungsi untuk penghubung antara Staf dan Manager
 Berfungsi untuk membantu tugas Staf Bawahan
 Berfungsi menampung segala keluhan dari Tamu dan Customer yang disampaikan
melalui Staf untuk disampaikan ke manager

Tugas Seorang Supervisor


1. Bertugas untuk mengatur kerjanya para bawahannya (staf)
2. Bertugas Membuat Job Deskriptions untuk Staf Bawahanya
3. Bertanggung jawab dalam hasil kerja Staf
4. Bertugas memberi motivasi kerja kepada Staf Bawahanya
5. Bertugas membuat Jadwal Kegiatan Kerja untuk karyawan
6. Bertugas memberikan Breafing bersama Staf
7. Bertugas membuat Planing Pekerjaan Harian, Mingguan, Bulanan, dan Tahunan.

Tanggung Jawab dan Wewenang Seorang Supervisor


Supervisior juga mempunyai tanggung jawab dan wewenang yaitu sebagai berikut :

 Supervisor membuat suatu usulan promosi jabatan bagi Staf bawahannya


 Supervisor memberikan sebuah reward (penghargaan) kepada Staf
Bawahannya
 Supervisor berhak untuk memberikan Punishment (hukuman) untuk Staf
Bawahannya
METODE PRESEPTORSHIP DAN MENTORSHIP

A.    Preceptorship

1.      Pengertian Preceptorship

Bimbingan klinik adalah segala bentuk tindakan edukatif yang dilaksanakan oleh pembimbing
klinik untuk memberikan pengetahuan nyata secara optimal dan membantu peserta didik agar
mencapai kompetensi yang diharapkan. Tujuan pelaksanaan bimbingan klinik yaitu membantu
peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat praktek, memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari dikelas
secara terintegrasi ke situasi nyata, dan mengembangkan potensi peserta didik dalam menampilkan
perilaku atau keterampilan yang bermutu ke situasi nyata dalam praktek. Selain itu, bimbingan klinik
juga bertujuan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik mencari pengalaman kerja secara
tim dalam membantu proses kesembuhan klien, memberi pengalaman awal dan memperkenalkan
kepada peserta didik tentang situasi kerja profesional kebidanan, dan membantu peserta didik
mengatasi masalah yang dihadapi di lahan praktek, serta membantu peserta didik dalam mencapai
tujuan praktek klinik.

Menurut Mahen dan Clark (1996), preceptor adalah seorang perawat/bidan yang mengajar,
memberikan bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi tokoh panutan (Role model), serta
mendukung pertumbuhan  dan perkembangan individu (trainee) untuk jangka waktu tertentu
dengan tujuan khusus mensosialisasikan trainee pada peran barunya. Tujuan dari model
preceptorship sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu makro (skala luas) dan mikro
(skala individu).

Secara mikro bertujuan  untuk melibatkan pengembangan bidan didalam organisasi. Shamian
dan Inhaber (1985) menyatakan bahwa model preceptorship digunakan sebagai alat ssosialisasi dan
orientasi. Hill dan loweinstein (1992) memandang model preceptorship sebagai salah satu metode
rekrutmen  staf. Akses ke pengetahuan organisasi dan praktik klinik tidak dapat di prediksi oleh
bidan baru, sehingga diskusi anatara preceptor dan preceptee diperlukan untuk memberikan praktik
terkini dalam lingkungan klinik dengan harapan preceptee akan memiliki kemampuan yang sama
dengan preceptornya.

2.      Keuntungan Preceptorship

Ada beberapa keuntungan dari preceptorship, keuntungan bagiperawat baru atau mahasiswa,


keuntungan bagi perawat klinik,keuntungan bagi preceptor  sendiri dan keuntungan bagi profesi.
Keuntungan-keuntungan tersebut adalah sebagai berikut:

a.       Perawat Baru

Sebagai perawat baru, preceptorship  dapat memberikan beberapa manfaat,


yaitu: preceptoship  dapat membantu seorang perawat baru dalam mengembangkan kepercayaan
diri, preceptorshipdapat menjadi tempat sosialisasi profesional untuk masuk kedalam lingkungan
kerja, meningkatkan kepuasan kerja sehingga meningkatkan kepuasan pasien/klien, dihargai dan
dihormati oleh organisasi pelayanan, diakui dan adanya kepastian pengembangan karier dimasa
depan, merasa bangga dan berkomitmen dalam tujuan dan strategi organisasi perusahaan,
mengembangkan kesepahaman tentang komitmen untuk bekerja dalam profesi dan ketentuan-
ketentuan dari lembaga yang berwenang/ konsil keperawatan, pribadi yang tanggung jawab untuk
memelihara pengetahuan terkini, preceptorship  mengurangi stress seorang perawat baru karena ia
dibimbing dan diarahkan sesuai kompetensinya, untuk pengembangan diri yang signifikan karena
lebih membentuk pemahaman yang lebih atas kompetensinya sehingga dapat mengembangkan
karakternya, dan manfaat yang terakhir dari preceptorship  pada seorang perawat baru adalah
menunjukkan sikap, pengetahuan dan keahlian (kompetensi) baru.

b.      Perawat klinik

Preceptorship  juga memberikan beberapa manfaat pada perawat klinik, yaitu: dapat meningkatkan
kualitas perawatan  pasien, membantu meningkatkan perekrutan dan pengurangan perawat klinik,
dapat mengurangi sakit dan absen karena tidak ada lagi alasan stres dan takut masuk kerja karena
kekurangannya dalam sebuah atau beberapa bidang yang diluar kompetensinya, pengalaman
pemberian pelayanan semakin meningkat setelah masuk dalam preceptorship, dapat meningkatkan
kepuasan staf, peluang mengidentifikasi staf yang membutuhkan dukungan tambahan atau
perubahan peran, mengurangi risiko keluhan dari pasien dan keluarga pasien, kesempatan mencari
bakat pemimpin

yang ada pada dirinya sendiri, praktisi memahami dampak peraturan–peraturan terhadap
pemberian pelayanan dan mengembangkan hasil (outcome) / pendekatan berbasis bukti (evidence
base), mengidentifikasi staf yang memerlukan dukungan

tambahan lebih lanjut.

c.       Pembimbing Klinik/Preceptor

Manfaat preceptorship  pada preceptor sendiri adalah dapat mengembangkan penilaian, supervisi,


bimbingan dan ketrampilan yang mendukung. Dapat menimbulkan perasaan tentang nilai organisasi,
praktisi perawat baru dan pasien. Dapat mengidentifikasi komitment profesi dan ketentuan-
ketentuan peraturan. Dapat mendukung pembelajaran sepanjang hayat, serta dapat membantu
dalam meningkatkan keinginan karier dan aspirasi kedepan seorang preceptor.

d.      Profesi.

Manfaat dari preceptorship  bagi profesi mencakup tanggung jawab profesional diantaranya:


memberikan standar praktek tinggi dan pelayanan perawatan sepanjang waktu. Keperawatan
menjadi prioritas, pengguna pelayanan keperawatan, sebagai individu dan menghormati
martabatnya. Dapat bekerja sama dengan orang lain untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan keperawatan, keluarga, karier dan masyarakat luas. Menjadi lebih

terbuka dan jujur, bertingkah laku dengan integritas, menegakkan reputasi profesi. Meningkatkan
image pelayanan keperawatan kesehatan profesional. Meningatkan dukungan kepada lulusan baru.
Membantu perawat dalam menjaga dan memperoleh kompetensi. Meningkatkan jumlah perawat
dengan jiwa kepemimpinan dan kemampuan mengajar. Meningkatakan retensi keperawatan.
Mengurangi kebutuhan untuk melakukan rekrutmen

dan pendidikan kepada perawat (CNA, 2004).

3.      Tujuan Preceptorship

Preceptorship secara mikro (bagi individu) adalah untuk membenatu proses transisi dari
pembelajar ke praktisioner (mahen dan Clark, 1996) mengurangi dampak syok realita (Kramer, 1947)
dan memfasilitasi bidan untuk berkembang apa yang dihadapi dalam lingkungan barunya (bain,
1996). Fokus pada efisiensi dan efektifitas layanan kebidanan yang berkembang cepat sering kali
mem menimbulkan culture shock tersendiri khususnya bagi bidan baru.

4.      Kriteria Preceptorship

Tidak semua bidan senior dan medio dapat memiliki criteria sebagai seorang preceptor. UKCC
(1993) menganjurkanbahwa preceptor adsalah bidan yang memiliki pengalaman minimal 12 tahun
dibidang yang sama atau bidang yang masih berhubungan. Ketrampilan komunikasi dan
kepemimpinan, kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan mendukung perkembangan
professional merupakan hal

terpenting (shamian dan Inhaber, 1985). Secara garis besar dapat disimpulkan criteria seorang
preceptor yang berkualitas adalah berpengalaman dan ahli di lingkungan klinik, berjiwa
kepemimpinan, ketrampilan komunikasi yang baik, kemampuan membuat keputusan, mendukung
perkembangan professional, memiliki kemauan untuk mengajar dan mengambil peran dalam
penerapan model preceptorship, tidak mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja
asertif, fleksibilitas untuk berubah, mapu beradaptasi dengan pembelajaran individu.

Faktor kunci dlam pengembangan dan implementasi model preceptorship adalah keterlibatan
staf yang berpengalaman di semua tingkatan, ketersediaan literature untuk mendapatkan
kepahaman praktik yang terbaik, dan penggunaan pengetahuan yang diperoleh untuk dijadikan
panduan dlam praktik. Penggunaan kobinasi dari strategi perubahan dan program pendidikan staf
dapat diimplementasiakn untuk meningkatkan model preceptoship. Komitmen dan dukungan dari
bidang kebidanan merupakan salah satu faktor penting. Hal terakhir untuk menilai keberhasilan
penerapan model preceptorship harus dilakukan melalui audit yang sudah distandarisasi

            Isu-isu yang dipertimbangkan dlam memberikan panduan bagi program kemitraan preceptor
dan preceptee adalah sebagai berikut :

a.       Mengenalkan program

b.      Mengidentifikasi dari tujuan pribadi serta institusi dan tujuan yang dapat diukur

c.       Identifikasi kebutuhan pelatihan

d.      Menyediakan sumber dukungan

e.       Rencanakan praktik terkini


f.       Diskusi awal mengenai pengembangan profesioanal dan pengenalan supervise klinik

Menurut Cerinus dan Ferguson (1994) bahwa tanggung jawab dari seorang preceptor diantaranya
sebagai berikut :

a.       Preceptor bertanggung jawab terhadap pengkajian yang dilakukan preceptee

b.      Merencanakan model preceptorship untuk mendesain sesuai kebutuhan preceptee

c.       Melakukan peran pengajaran dan sebagai role model

d.      Melakukan evaluasi pada preceptee selama penerapan model preceptorship.

Secara umum tanggung jawab seorang preceptor dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut :

a.       Mengorientasikan dan mensosialisasikan preceptee pada masing-masing unit

b.      Menilai perkembangan  dari tujuan yang akan dicapai preceptee

c.       Merencanakan kolaborasi dan implementasi program pembelajaran untuk memenuhi


kebutuhan preceptee

d.      Melakukan tindakan sebagai role model

e.       Mengobservasi dan mengevaluasi perkembangan preceptee

f.       Memfasilitasi pengembangan dari apa yang harus  dikuasai preceptee melalui model
preceptorship.

B.     Mentorship

1.      Pengertian Mentorship

Mentorship adalah suatu hubungan antara dua orang yang memberikan kesempatan untuk
berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan kegiatan/tugas dan pembelajaran untuk keduanya
yang didasarkan kepada dukungan, kritik membangun, keterbukaan, kepercayaan, penghargaan dan
keinginan untuk belajar dan berbagi (Rolfe-Flett, 2001; Spencer, 1999 dikutip dalam Werdati, 2007).
Mentorship dapat juga diartikan sebagai proses pembelajaran dimana mentor mampu
membuat menti (peserta mentorship) yang tadinya tergantung menjadi mandiri melalui kegiatan
belajar. Kegiatan belajar yang diharapkan terjadi yaitu mengalami sendiri dan menemukan sendiri
fenomena praktek kebidanan dimana hal ini diharapkan dapat membangun kepercayaan diri, harga
diri dan kesadaran diri yang merupakan fundamental dalam penyelesaian masalah (Nurachmach,
2007).

Metode ini telah diaplikasikan sejak lama dalam pendidikan keperawatan dan disiplin ilmu
lainnya dalam kesehatan, khususnya diluar negeri. Bahkan hasil review atas pelaksanaan mentorship
menyatakan bahwa mentorship dapat mengatasi kekurangan tenaga bidan, meningkatkan kepuasan
bidan serta memperbaiki kualitas pelayanan (Block & Korow, 2005). Sejauh ini belum ada catatan
pelaksanaan mentorship dalam sistem pendidikan kebidanan maupun kesehatan di Indonesia.
Metode ini memberikan kesempatan kepada para mentor untuk memantau secara mendetil
perkembangan menti, dimana satu orangmenti digandengkan dengan 1 orang mentor, kemudian
diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan melalui
interaksi dengan teman sejawat yang telah memiliki pengalaman sehingga terbangun rasa percaya.
Untuk dapat membuktikan bahwa mentorship ini memang mampu untuk menjawab kekurangan
yang ada dari metode pengajaran klinik sebelumnya serta dapat diaplikasikan pada sistem pelayanan
kebidanan di Indonesia umumnya dan Sumatera Barat umumnya, maka perlu dilakukan sebuah
penelitian yang menerapkan mentorship ini.

Literatur menunjukkan penerapan mentorship dalam proses pembelajaran klinik kebidanan di


luar negeri mampu meningkatkan pencapaian kompetensi peserta didik. Selanjutnya, mentorship
juga diakui dapat meningkatkan rasa percaya diri, harga diri dan kesadaran diri calon bidan serta
meningkatkan kesiapan bidan dalam menghadapi dunia kerja. Dari sisi organisasional kebidanan,
keberadaan para menti dapat membantu mengatasi masalah kekurangan tenaga bidan. Namun
demikian, pelayanan kebidanan di Indonesia menganut sistem yang berbeda dengan pelayanan
kebidanan di luar negeri. Hal ini selalu diupayakan dalam rangka meningkatkan kepuasan pengguna
layanan kebidanan.

Dengan perubahan paradigma dalam pendidikan dan perubahan kondisi kehidupan, konsep
pembelajaran pada pendidikan profesi kebidanan mengintegrasikan segala sumber yang ada
kedalam suatu bentuk sistem pembelajaran yang diharapkan lebih efektif dalam pencapaian
kompetensi, yaitu yang memiliki prinsip dasar belajar aktif dan mandiri. Salah satu metode
pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah mentorship (Nurachmach, 2007).

2.      Keuntungan dan Kerugian Mentorship

a.       KEUNTUNGAN MENTOR (pembimbing klinik)

1)      Mentor akan belajar dan melakukan refleksi-perspektif yang luas, mengembangkan pandangan
baru tentan masalah dan mengetahui lebih baik dari kebutuhan / peralatan lain.

2)      Kesempatan untuk melangkah diluar rutinitas normal, menjadi lebih objektiv dan untuk belajar
terhadap pertanyaan asumsi sendiri dan mental model

3)      Puas dalam memberikan kontribusi positif untuk pengembangan individu dan organisasi

b.      KEUNTUNGAN MENTEE (peserta didik)\

1)      Perpindahan fundamental dalam ketrampilan individu dan kemawasdirian

2)      Pengembangan pendekatan seumur hidup untuk belajar mandiri


Meningkatkan penerimaan untuk kompetensi manajerial

3)      Mengembangkan jaringan melintasi spektrum yang luas dari penyedia layanan dalam kondisi
normal.
4)      Meningkatkan kapasitas untuk membuat “kemampuan belajar mengaplikasikan” dengan
konteks organisasi .

5)      Meningkatkan kemampuan sebagai sumber ide dan praktek dari pandangan organisasi dan di
intergrasikan kedalam dirinya.

6)      Meningkatkan mawas diri, otonomi dan percaya diri.

c.       KERUGIAN MENTORSHIP

1)      Kesulitan / Problem untuk mentoring

2)      Memerlukan waktu

3)      Kesempatan dan biaya untuk karyawan

4)      Saat stress atau krisis konseling dibutuhkan

5)      Saat hubungan menjadi disfungsional

Toxic/racun Mentoring (bila proses mentoring tidak berjalan dengan baik) :

(a)    Dumpers / sampah : tidak “mendapat” pada akhir proses

(b)   Blockers / hambatan : menghindari pertemuan dengan orang yang dibutuhkan

(c)    Destroyers / rusak: kegagalan yg berulang, menyebabkan terlihat tidak penting, mencari kesalahan

3.      Karakteristik Mentorship

Adapun 5 karakteristik mentorship yaitu sifat hubungan yang menguatkan dan memberdayakan,
menawarkan serangkaian fungsi menolong/membantu untuk memfasilitasi pembinaan dan
memberikan dukungan, perannya meliputi keterkaitan antara aspek personal, fungsional dan
hubungan, dan tujuan individu (menti) dan fungsi penolong ditetapkan oleh individu yang terlibat,
serta bisa saling memilih (siapa mentor dan menti) dan diidentifikasi fase hubungannya. Hal ini akan
memberikan kenyamanan bagi mentor maupun menti dalam membangun hubungan dan bagi
pengembangan diri.

4.      Fase Hubungan dalam Mentoring

Fase hubungan dalam mentoring terdiri dari 4 fase yaitu fase inisiasi, fase perencanaan, fase
pelaksanaan dan fase terminasi. Fase inisiasi berfokus pada mengidentifikasi kesamaan karakteristik
antara individu mentor dan menti, kemampuan atau pengakuan nilai-nilai yang dianut. Hal yang
penting disadari pada fase perencanaan adalah bahwa terhadap keterbatasan-keterbatasan dari
peran mentor dan kemampuan menti. Negosiasi atas pengharapan dilakukan dan klarifikasi
dikemukakan untuk meningkatkan kepuasan pada akhir hubungan mentorship. Pada fase kerja,
fokus utamanya adalah pertumbuhan dan perkembangan dari hubungan dan pencapaian tujuan
dalam mentoring. Kesinambungan hubungan mentoring dipertahankan melalui interaksi mentor dan
menti dan meningkatnya rasa percaya dan kedekatan yang dibangun.

Sejalan dengan perkembangan fase ini, rasa percaya dan berbagi menjadi terbentuk dan menti
menjadi lebih siap untuk memilah bentuk bantuan yang sesuai dengan kebutuhannya. Menti secara
bertahap menjadi lebih mandiri dan hanya kadang-kadang mengharapkan bantuan. Pada perjalanan
selanjutnya, menti dengan segala pemahaman barunya menjadi seorang yang ingin mencoba dan
mengambil resiko yang terus dipantau serta didukung. Pada akhir fase ini, kepercayaan diri menti
terus meningkat.

Pada fase terminasi, menti bekerja dan bertindak atas inisiatif sendiri dan pada posisi ini menti
telah bekerja secara mandiri. Jika proses dirasakan bermanfaat oleh kedua pihak, maka keduanya
dapat mempertahankan hubungan pertemanan. Masalah potensial dalam hubungan mentorship
dapat berupa mentor yang over protektif atau terlalu mengontrol sehingga membekukan kreatifitas
dan inovasimenti. Eksploitasi dapat terjadi jika mentor memiliki tujuan untuk pelayanan pribadi
mentor

Anda mungkin juga menyukai