Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM GENITO URINARIA


DIAGNOSA CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Departemen Keperawatan Gawat Darurat
Program Profesi Ners Stikes Bina Putera Banjar

Disusun Oleh :
Teguh Naimudin Saady, S.Kep
NIM : 4012200020

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA PUTERABANJAR


PROGRAM STUDI NERS ANGKATAN KE-15
TAHUN AKADEMIK 2019-2020

Jl. MayjenLiliKusumah-Sumanding Wetan No. 33 Kota Banjar


Tlp (0265) 741100 Fax (0265) 744043
web: www.stikesbp.ac.id
1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD
atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal
mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan
samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan
metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia
atau azotemia (Smeltzer, 2009)

2. Tanda dan Gejala


Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal
ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan
menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala
bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan
kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul.
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal.
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop.
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
3. Penyebab
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan
glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis
tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit
ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi
yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US
Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal
kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan
glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan
46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan
infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan
13,65% (Sudoyo, 2006).

4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa
nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang
harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.
Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia
membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga
stadium yaitu:
a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal) : Ditandai dengan kreatinin serum
dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita
asimtomatik.
b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal) : Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi
telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada
tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar
kreatinin serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan,
timbul nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia) : Timbul apabila 90%
massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal,
kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin
serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan
timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814
PATHWAY

Vesikuler (Hipertensi, DM) Zat Toksin

Anterio sklerosis Tertimbun dalam ginjal

Suplai darah ke ginjal menurun

GFR turun

CKD

Penurunan fungsi ekresi Peningkatan retensi Sekresi eritropoitin


ginjal Na dan H2O

Produksi HB turun
Sindrom urema
CES meningkat
Oksihemoglobin turun
Pruritus
Tekanan kapiler naik
Suplai O² kejaringan
Gangguan integritas turun
Kulit Edema paru

Kelelahan otot

Anoreksia mual muntah Intoleransi Aktivitas

Intake turun
Kelebihan cairan
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
5. Pengkajian
1. Primery Survey
a. Airway (jalan nafas) dengan control servical
Kaji :
- Bersihan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress pernafasan
- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
b. Breathing dan ventilasi
Kaji :
- Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
c. Circulasi dengan kontrol perdarahan
Kaji :
- Denyut nadi carotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembapan kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
d. Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS, alert, respon verbal, respon nyeri, unresponsive
e. Eksposure control
Kaji :
- Tanda-tanda trauma
f. Foley Cateter
Kaji :
- Monitor cairan
- Kontraindikasi pemasangan foley cateter
-
g. Gastric Tube
Kaji :
- Adakah distensi abdomen
- Adakah kontraindikasi NGT
h. Heart Monitor
Kaji :
- Pemasangan EKG
- Adakah aritmia
2. Secondary Survey
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu
pada Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
a. Demograf: Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun,
namun ada juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang
diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan, penggunaan
obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun,
pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai
pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk /
berdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan
cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola
makan yang tidak sehat.
b. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
c. Pola nutrisi dan metabolik: Gejalanya adalah pasien tampak lemah,
terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah
anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
d. Pola eliminasi : Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara
output dan input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi
konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau tidak
singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
e. Pengkajian fisik
- Penampilan / keadaan umum: Lemah, aktifitas dibantu, terjadi
penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari compos mentis
sampai coma.
- Tanda-tanda vital: Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan
terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
- Antropometri. : Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir
karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan
karena kelebihan cairan.
- Kepala: Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan
terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran
hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa
mulut pucat dan lidah kotor.
- Leher dan tenggorok : Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat
pembesaran tiroid pada leher.
- Dada : Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-
debar. Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
- Abdomen : Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor
jelek, perut buncit.
- Genital : Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini,
impotensi, terdapat ulkus.
- Ekstremitas : Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi
edema, pengeroposan tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1
detik.
- Kulit : Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik
dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
6. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, retensi urin dan
natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
2. Intoleransi aktivitas b.d penurunan produksi energi dari anemia
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah
4. Resiko tinggi kerusakan integritas b.d gangguan status metabolic dan
kulit kering.

7. Perencanaan
Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, retensi urin dan
natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal.
NOC
Fluid balance
Nutritional Status : food and fluid intake
Elektrolit dan asam basa seimbang
hidrasi
Kriteria hasil :
- Terbebas dari edema, efusi dan anaskara
- Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnue/orthopnue
Intervensi Rasional
Kaji adanya oedema Oedema menunjukan adanya
kelebihan volume cairan
Ukur denyut jantung dan awasi TD Perawatan invasif diperlukan
untuk mengkaji volume
intravaskuler khususnya pada
pasien dengan fungsi jantung
buruk
Monitor pemasukan cairan. Untuk menentukan fungsi ginjal
Ukur balance cairan Untuk menentukan output dan
input cairan
Beri informasi untuk sedikit minum Sedikit minum untuk
menyeimbangkan cairan
Kolaborasi pemberian obat diuritika Untuk mempercepat pengeluaran
dengan dokter urine
Intoleransi aktivitas b.d penurunan produksi energi dari anemia
NOC
Energy conservation
Activity tolerance
Self care : ADLS
Kriteria hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
- TTV normal
- Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan
- Level kelemahan

Intervensi Rasional
Monitor intake nutrisi untuk Nutrisi yang cukup memberikan
memastikan kecukupan sember sumber energi.
energi.
Beri bantuan dalam aktifitas dan Memberikan keamanan pada
ambulasi. pasien

Ajarkan teknik mengontrol Menghemat energi dalam tubuh.


pernafasan saat beraktifitas
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi Memulihkan kembali otot yang
untuk merencanakan program terapi mengalami kekakuan
yang tepat

Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah
NOC
Nutritional status : food and fluid intake
Nutrient intake
Weight control
Kriteria hasil :
- Mampu menidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
- Tidak ada tanda tanda mal nutrisi
Intervensi Rasional
kaji/catat pemasukan diet. Membantu dalam mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan diet.
Tawarkan perawatan mulut / sering memberi kesegaran pada mulut
cuci mulut. dan miningkatkan selera makan.
Ajurkan / berikan makan sedikit tapi Meminimalkan anoreksia.
sering.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diit untuk pasien gagal ginjal
diit rendah protein dan rendah garam
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic dan
kulit kering.
NOC
Tissue integrity
Mucous membranes
Kriteria hasil :
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
- Tidak ada luka/lesi pada kulit
- Perfusi jaringan kulit

Intervensi Rasional
Kaji keluhan pasien. Mengetahui tingkat perkembangan
kesehatan pasien
Inspeksi kulit terhadap warna Menandakan area sirkulasi buruk.
turgor,vaskuler perhatikan
kemerahan.
Ubah posisi pasien secara perlahan Menurunkan tekanan pada edema
dan sering jaringan dengan perfusi
buruk.untuk menurunkan iskemia.
Ajurkan pasien untuk menggunakan Meningkatkan evaporasi lembab
pakain yang longgar pada kulit.
Pertahankan linen kering dan bebas Menurunkan resiko iritasi dan
keriput. kerusakan kulit.
Kolaborasi pemberian obat topikal. Untuk mengurangi obat topikal.

8. Daftar Pustaka
- www.academia.edu>BAB_II_LAPORA.....
- Digilib.unimus.ac.id>files>disk1>jtptu....
- Amin Huda Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan
Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC, dalam
Berbagai Kasus. Jilid 1. Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai