Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. B dengan Tumor Abdomen

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Keperawatan Surgikal

Disusun oleh:

ERWIN WICAKSONO

NIM. 190070300011053

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2020
ANALISIS DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS : Tumor abdomen Bersihan Jalan Nafas


DO : ↓ Tidak Efektif
- Pneumonia tanggal 10 des Post operasi

2018
Bed rest lama
- ARDS tanggal 13 des 2018 ↓
Penumpukan sekret
- Pasien batuk, ngiklik dan
berdahak
- Ronkhi (+)
- HR 80 – 90 x/mnt
- RR 18 – 20 x/mnt
2 DS : Tumor abdomen Gangguan Pertukaran
Pasien tidak sadar ↓ Gas
DO : Pembesaran daerah
- Pneumonia tanggal 10 des abdomen

2018
metastase
- ARDS tanggal 13 des 2018 ↓
Gangguan sirkulasi
- BGA

pH 7,33 Kerusakan membrane
alveoli
pCO2 52
pO2 60
HCO3 27,5
Kesimp : Asidosis
respiratorik
- Ronkhi (+)
- pasien undersedasi
- HR 80 – 90 x/mnt
- RR 18 – 20 x/mnt
3 DS : Tumor abdomen Gangguan Ventilasi
DO : ↓ Spontan
- Mode Ventillator Pembesaran daerah
abdomen
SIMV, PEEP 6, Frek 18, MV

7,6, P Supp 15, P cont 24, Distensi abdomen

Trig 2, FiO2 50%
Menekan rongga dada dan
TV 315  14 cc/kgBB diafragma

- BGA
Gagal nafas
pH 7,33
pCO2 52
pO2 60
HCO3 27,5
Sat O2 88,6%

2
Kesimp : Asidosis
respiratorik
- HR 80 – 90 x/mnt
- RR 18 – 20 x/mnt
4 DS : Tumor abdomen Resiko Perdarahan
Pasien tidak sadar ↓
DO : Pembesaran daerah
- Pasien post ops Tu abdomen

Abdomen
metastase
- Hb 9,9 ↓
Gangguan sirkulasi
- Eritrosit 3,31
- Trombosit 67,10
- HR 80 – 90 x/mnt
- RR 18 – 20 x/mnt
5 DS : Tumor abdomen Resiko Perfusi
Pasien tidak sadar ↓ Gastrointestinal tidak
DO : Pembesaran daerah efektif
- Pasien post ops Tu abdomen

Abdomen
metastase
- Sepsis ↓
Gangguan sirkulasi
- Hb 9,9
- Eritrosit 3,31
- Trombosit 67,10
- HR 80 – 90 x/mnt
- RR 18 – 20 x/mnt
6 DS : Tumor abdomen Disfungsi Motilitas
Pasien tidak sadar ↓ Gastrointestinal
DO : Pembesaran daerah
- Pasien post ops Tu abdomen

Abdomen
metastase
- Sepsis ↓
Distensi abdomen
- perkusi abdomen

hipertimpani Tindakan pembedahan
- bising usus 5x/mnt
- pasien belum BAB
7 DS : Tumor abdomen Resiko Perfusi Renal
Pasien tidak sadar ↓ tidak efektif
DO : metastase
- Pasien post ops Tu ↓
Gangguan fungsi organ
Abdomen

- Sepsis Sepsis
- Ureum 54,8
- kreatin 0,44
- Kalium 2,8
8 DS : Tumor abdomen Resiko Syok
Pasien tidak sadar ↓
DO : metastase

3
- Pasien post ops Tu ↓
Gangguan fungsi organ
Abdomen

- Sepsis Gangguan sirkulasi

- warna bibir pucat
Gagal nafas
- pCO2 52
- pO2 60
- Sat O2 88,6%
9 DS : Tumor abdomen Resiko Infeksi
Pasien tidak sadar ↓
DO : Pembesaran daerah
- Pasien post ops Tu abdomen

Abdomen
metastase
- Sepsis ↓
Distensi abdomen
- Neutropenia

- limfopenia Tindakan pembedahan
10 DS : Tumor abdomen Resiko Luka Tekan
Pasien tidak sadar ↓
DO: metastase
- Pasien undersedasi miloz 3 ↓
Gangguan fungsi organ
mg/jam

- ADL total care Gangguan sirkulasi

- Braden scale = 13 (resiko
Anemia, hipoalbumin
sedang)
- Hb 9,9
- Eritrosit 3,31
- Trombosit 67,10
- Albumin 2,48 g/DL
11 DS : Tumor abdomen Resiko Thermoregulasi
Pasien tidak sadar ↓ tidak efektif
DO : metastase
- Pasien post ops Tu ↓
Gangguan fungsi organ
Abdomen

- Sepsis Gangguan sirkulasi

- pasien menggunakan
Gagal nafas
ventilator
- undersedasi miloz 3 mg/jam

4
DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(Berdasarkan prioritas)

Ruang :
Nama Pasien : Tn. B
Diagnosa : Post Ops Tu Abd + Pneumonia + ARDS + Sepsis

No. TANGGAL DIAGNOSIS KEPERAWATAN TANGGAL TANDA


Dx MUNCUL TERATASI TANGAN
1 Gangguan Ventilasi Spontan b.d
Kelelahan otot pernafasan
2 Gangguan Pertukaran Gas b.d Perubahan
membrane alveolus kapiler
3 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d
Sekresi yang tertahan
4 Disfungsi Motilitas Gastrointestinal b.d
Pembedahan
5 Resiko Syok d.d Hipoksemia,hipoksia
6 Resiko Perfusi Gastrointestinal tidak
efektif d.d Penurunan konsentrasi Hb
7 Resiko Perfusi Renal tidak efektif d.d
Keganasan,sepsis
8 Resiko Thermoregulasi tidak efektif d.d
Kebutuhan oksigen meningkat, proses
penyakit, sedasi
9 Resiko Perdarahan d.d Proses
Keganasan
10 Resiko Infeksi d.d Penyakit kronis
11 Resiko Luka Tekan d.d anemia,
hipoalbumin

5
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan

1 Gangguan Ventilasi Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam, Dukungan Ventilasi


Spontan b.d Kelelahan maka Ventilasi spontan meningkat dengan kriteria hasil  Observasi:
otot pernafasan sebagai berikut :
1) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
- Volume tidal meningkat
2) identifikasi efek perubahan posisi terhadap
- Dispneu menurun
status pernafasan
- Penggunaan otot bantu nafas menurun
3) Monitor status respirasi dan oksigenasi
- Gelisah menurun
 Terapeutik:
- PCO2 membaik
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas
- PO2 membaik
2) Berikan posisi semi fowler atau fowler
- Takikardi membaik
3) Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
4) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
5) Gunakan BVM, jika perlu
 Edukasi:
1) Ajarkan melakukan tehnik relaksasi nafas
dalam
2) Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
3) Ajarkan tehnik batuk efektif
 Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu
2 Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam, Pemantauan Respirasi:
Gas b.d Perubahan maka pertukaran gas meningkat dengan kriteria hasil  Observasi:
membrane alveolus sebagai berikut :
4) Monitor frekuensi irama, pola napas,
kapiler - Dispnea menurun
kedalaman, dan upaya napas
- Bunyi nafas tambahan menurun
5) Monitor pola nafas
- Nafas cuping hidung menurun
6) Monitor kemampuan batuk efektif

6
- PCO2 membaik 7) Monitor adanya produksi sputum
- PO2 membaik 8) Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Takikardia membaik 9) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- pH arteri membaik 10) Auskultasi bunyi napas
- Sianosis membaik 11) Monitor saturasi oksigen
- Pola nafas membaik 12) Monitor nilai AGD
- Warna kulit membaik 13) Monitor hasil x-ray
 Terapeutik:
6) Atur interval pemantuan respirasi
7) Dokumentasi hasil pemantauan
 Edukasi:
4) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
5) Informasikan hasil pemantauan (bila
diperlukan)

Terapi Oksigen:
 Observasi
1) Monitor kecepatan aliran O2
2) Monitor posisi alat terapi O2
3) Monitor aliran O2 secara periodik
4) Monitor efektivitas terapi O2
5) Monitor tanda-tanda hipoventilasi
6) Monitor tanda gejala toksikasi O2 dan
atelektasis
7) Monitor tingkat kecemasan akibat terapi O2

7
8) Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
 Terapeutik
1) Bersihkan sekret pada hidung, mulut, dan
trakea
2) Pertahankan kepatenan jalan nafas
3) Siapkan dan atur peralatan pemberian O2
4) Berikan O2 tambahan
5) Tetap berikan O2 saat pasien ditransportasi
6) Gunakan perangkat O2 yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
 Edukasi:
1) Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan O2 di rumah
 Kolaborasi
2) Penentuan dosis O2
3) Penggunaan O2 saat aktivitas dan/atau tidur
3 Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Latihan batuk efektif
Tidak Efektif b.d Sekresi Batuk Efektif meningkat
 Observasi
yang tertahan yang ditandai dengan kriteria :
1 Batuk efektif Meningkat 1) Identifikasi kemampuan batuk
2 Produksi sputum Menurun
2) Monitor adanya retensi sputum
3 Dispneu Menurun
4 Frekuensi nafas Membaik 3) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
5 Pola nafas Membaik
napas
4) Monitor input dan output cairan
 Terapeutik
1) Atur posisi semi-Fowler atau Fowler

8
2) Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
pasien
3) Buang secret pada tempat sputum
 Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2) Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian dikeluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu selama 8 detik
3) Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam
hingga 3 kali
4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ke-3
2. Fisioterapi dada
 Observasi
1) Identifikasi indikasi dilakukan fisioterapi
dada (hipersekresi sputum, sputum kental
dan tertahan)
2) Monitor status pernafasan (kecepatan,
irama, suara, kedalaman napas)
3) Periksa segmen paru yang mengandung
sekresi berlebihan
4) Monitor jumlah dan karakter sputum
5) Monitor toleransi selama dan setelah
prosedur
 Terapeutik

9
1) Posisikan pasien sesuai dengan area paru
yang mengalami penumpukan sputum
2) Gunakan bantal untuk membantu
pengaturan posisi
3) Lakukan perkusi dengan posisi telapak
tangan ditangkupkan selama 3-5 menit
4) Lakukan vibrasi dengan posisi telapak
tangan rata bersama ekspirasi melalui
mulut
5) Lakukan fisioterapi dada setidaknya dua
jam setelah makan
6) Lakukan penghisapan lendir untuk
mengeluarjan secret
 Edukasi
1) Jelaskan prosedur dan tujuan Fisioterapi
dada
2) Anjurkan batuk segera setelah prosedur
selesai
3) Anjurkan inspirasi perlahan dan dalam
melalui hidung selama proses fisioterapi dada
4 Disfungsi Motilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam, Manajemen Nutrisi Parenteral
Gastrointestinal b.d diharapkan Motilitas Gastrointestinal membaik  Observasi:
Pembedahan Dengan Kriteria Hasil :
1) Identifikasi indikasi pemberian nutrisi parenteral
- Nyeri menurun
2) Identifikasi jenis akses parenteral yang
- Kram abdomen menurun
diperlukan
- Mual muntah menurun
3) Monitor reaksi alergi pemberian nutrisi parenteral
- regurgitasi menurun
4) Monitor kepatenan akses intravena

10
- distensi abdomen menurun 5) Monitor asupan nutrisi
- suara peristaltic menurun 6) Monitor terjadinya komplikasi

 Terapeutik:
1) Hitung kebutuhan kalori
2) Berikan nutrisi parenteral, sesuai indikasi
3) Atur kecepatan pemberian infus dengan tepat
4) Gunakan infusion pump, jika tersedia
5) Hindari pengambilan sampel darah dan
pemberian obat pada jalur nutrisi parenteral
6) Hindari kantung terpasang lebih dari 24 jam
 Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian nutrisi
parenteral
 Kolaborasi
1) Kolaborasi pemasangan akses vena sentral,
jika perlu
5 Resiko Syok d.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam, Pencegahan Syok
Hipoksemia,hipoksia diharapkan Tingkat syok menurun  Observasi:
Dengan Kriteria Hasil :
1) Monitor status kardiopulmonal
- Kekuatan nadi meningkat
2) Monitor status oksigenasi
- Output urine meningkat
3) Monitor status cairan
- Tingkat kesadaran meningkat
4) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
- Akral dingin menurun
5) Periksa riwayat alergi
- Pucat menurun
- MAP membaik
 Terapeutik:

11
- TD sistolikmembaik 1) Berikan oksigen untuk mempertahankan
- TD diastolic membaik saturasi oksigen > 94%
- Tekanan nadi membaik 2) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis jika
- Pengisian kapiler membaik perlu
- HR membaik 3) Pasang jalur Iv jika perlu
- RR membaik 4) Pasang kateter urine untuk menilai produksi
urine jika perlu
5) Lakukan skin tes untuk mencegah reaksi alergi

 Edukasi
1) Jelaskan faktor/penyebab resiko syok
2) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3) Anjurkan melapor jika menemukan tanda dan
gejala awal syok
4) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5) Anjurkan menghindari alergen

 Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian IV jika perlu
2) Kolaborasi pemberian tranfusi darah jika perlu
3) Kolaborasi pemberian antiinflamasi jika perlu
6 Resiko Perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam, Pencegahan Perdarahan
Gastrointestinal tidak diharapkan Perfusi Gastrointestinal meningkat  Observasi:
efektif d.d Penurunan Dengan Kriteria Hasil :
1) Monitor tanda dan gejala perdarahan
konsentrasi Hb - Nafsu makan meningkat
2) Monitor nilai hematokrit/haemoglobin sebelum
- Mual muntah menurun
dan setelah kehilangan darah
- Nyeri abdomen menurun
3) Monitor tanda-tanda vital ortostatik

12
- Ascites menurun 4) Monitor koagulasi (mis, prothrombin time (PT),
- Konstipasi menurun partial thoromboplastin time (PTT), fibrinogen,
- Bising usus membaik degradasi fibrin dan atau platelet)
 Terapeutik:
1) Pertahankan bed rest selama perdarahan
2) Batasi tindakan invasive, jika perlu
3) Gunakan kasur pencegah decubitus
4) Hindari pengukuran suhu rektal
 Edukasi:
1) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2) Anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi
3) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
4) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
5) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
6) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
 Kolaborasi:
1) Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
2) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
3) Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
7 Resiko Perfusi Renal Setelah dilakukan intervensi dalam waktu 3 x 24 jam Pencegahan syok
tidak efektif d.d Perfusi renal meningkat  Observasi
Keganasan,sepsis Dengan kriteria:
1) monitor status kardiopulmonal
- jumlah urine meningkat
2) monitor status oksigenasi
- mual menurun
3) monitor status cairan

13
- muntah menurun 4) monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
- kadar urea nitrogen darah membaik 5) periksa riwayat alergi
- kadar kreatinin plasma membaik  Terapeutik
- tekanan darah membaik baik diastolic maupun sistolik 1) berikan oksigen untuk mempertahankan
- kadar elektrolit membaik saturasi oksigen >94%
2) persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis jika
perlu
3) pasang jalur iv jika perlu
4) pasang kateter urin untuk menilai produksi urine
jika perlu
5) lakukan skintest untuk mencegah reaksi alergi
 Edukasi
1) jelaskan penyebab/factor resiko syok
2) jelaskan tanda dan gejala awal syok
3) anjurkan melapor jika menemukan/ merasakan
tanda dan gejala awal syok
4) anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5) anjurkan menghindari allergen
 Kolaborasi
1) kolaborasi pemberian IV jika perlu
2) kolaborasi pemberian transfuse darah jika perlu
3) kolaborasi dalam pemberian antiinflamasi jika
perlu

8 Resiko Thermoregulasi Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 am, Pencegahan Hipertermi Maligna
tidak efektif d.d Maka Thermoregulasi meningkat  Observasi:
Kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil sebagai berikut:
1) Identifikasi riwayat hipertermi maligna, gangguan

14
meningkat, proses - Menggigil menurun otot atau demam paska operasi
penyakit, sedasi
- konsumsi oksigen menurun 2) Monitor TTV
- vasokonstriksi perifer menurun 3) Monitor tanda-tanda hipertermi
- pucat menurun maligna(hipercarbia, hipertermi, takikardi,
- hipoksia menurun takipneu, asidosis metabolic, TD tidak stabil)
- Suhu tubuh membaik 4) Monitor hasil lab
- Suhu kulit membaik 5) Monitor EKG
- ventilasi membaik 6) Monitor tanda-tanda komplikasi(koagulopati,
gagal ginjal,hipotermia, edema
paru,hyperkalemia)
7) Monitor haluaran urine
 Terapeutik:
1) Pasang matras pendingin di bawah badan
2) Berikan kompres dingin
3) pasang IV 2 jalur
4) Berikan hiperventilasi dengan oksigen 100%
aliran tinggi
5) Pasang NGTdan DC jika perlu
6) Minimalkan rangsang lingkungan
7) Sediakan alat kegawatdaruratan
 Edukasi:
1) Jelaskan penyebab dan mekanisme terjadinya
hipertermia
 Kolaborasi:
1) Kolaborasi uji diagnostic, jika perlu
2) Kolaborasi penggunaan agen anestesi non

15
nitrogen(opioid,benzodiazepine, anestetik local,
barbiturate)
3) Kolaborasi intubasi, jika perlu
4) Kolaborasi pemberian cairan, jika perlu
9 Resiko Perdarahan d.d Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 am, Pencegahan Perdarahan
Proses Keganasan maka tingkat perdarahan menurun  Observasi:
dengan kriteria hasil sebagai berikut:
8) Monitor tanda dan gejala perdarahan
- Kelembapan membrane mukosa meningkat
9) Monitor nilai hematokrit/haemoglobin sebelum
- Kelembapan kulit meningkat
dan setelah kehilangan darah
- Hemoglobin membaik
10) Monitor tanda-tanda vital ortostatik
- Hematokrit membaik
11) Monitor koagulasi (mis, prothrombin time (PT),
- Tekanan darah membaik
partial thoromboplastin time (PTT), fibrinogen,
- Denyut nadi apikal membaik
degradasi fibrin dan atau platelet)
 Terapeutik:
8) Pertahankan bed rest selama perdarahan
9) Batasi tindakan invasive, jika perlu
10) Gunakan kasur pencegah decubitus
11) Hindari pengukuran suhu rektal
 Edukasi:
2) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
3) Anjurkan menggunakan kaos kaki saat ambulasi
4) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
5) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
6) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
7) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan

16
 Kolaborasi:
5) Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
6) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
7) Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
10 Resiko Infeksi d.d Setelah dilakukan intervensi perawatan selama 3 X 24 Jam Pencegahan infeksi
Penyakit kronis Tingkat infeksi menurun
 Observasi
dengan kriteria sebagai berikut :
- demam menurun 1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
- kemerahan menurun sistemik
- nyeri menurun  Terapeutik
- bengkak menurun 1) Berikan perawatan kulit pada area edema
- kadar sel darah putih membaik 2) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan
3) pasien dan lingkungan pasien
4) pertahankan teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi
5) Rawat luka tiap hari pada luka
 Edukasi
1) ajarkan tanda dan gejala infeksi
2) ajarkan cara cuci tangan dengan benar
3) anjurkan meningkatkan nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan cairan
11 Resiko Luka Tekan d.d Setelah dilakukan intervensi perawatan selama 3 X 24 Jam Pencegahan Luka Tekan
anemia, hipoalbumin Integritas kulit dan jaringan meningkat
 Observasi
dengan kriteria sebagai berikut :
- Kerusakan jaringan menurun 1) Periksa luka tekan dengan menggunakan skala
- Kerusakan lapisan kulit menurun 2) Periksa adanya luka tekan sebelumnya
- Elastisitas meningkat 3) Monitor suhu kulit yang tertekan

17
- Perfusi jaringan meningkat 4) Monitor BB dan perubahannya
5) Monitor status kulit harian
6) Monitor ketat area yang memerah
7) Monitor sumber tekanan dan gesekan
8) Monitor mobilitas dan aktifitas individu
 Terapeutik
1) Keringkan daerha kulit yang lembab
2) Gunakan barrier seperti lotion atau bantalan
penyerap air
3) Ubah posisi dengan hati-hati setiap 1 – 2 jam
4) Buat jadwal perubahan posisi
5) Berikan bantalan pada titik tekan
6) Jaga sprei tetap kering
7) Gunakan Kasur khusus jika perlu
8) Hindari pemberian lotion pada daerah yang luka
9) Hindari menggunakan air hangat dan sabun keras
saat mandi
10) Pastikan asupan makanan yang cukup terutama
protein, vit B dan C, zat besi dan kalori
 Edukasi
1) Jelaskan tanda-tanda kerusakan kulit
2) Anjurkan melapor jika menemukan tanda-tanda
kerusakan kulit
3) Ajarkan cara merawat kulit

18
LAMPIRAN 1 :
1. Intepretasi Analisa Gas Darah (Metode Henderson and Hasselbach)
Diketahui pH = 7,33
pCO2 = 52
pO2 = 60 Asidosis Respiratorik
HCO3 = 27,5
BE = 1,3
Sat O2 = 88,6%
Untuk menentukan nilai kompensasi pada asidosis respiratorik :
HCO3 = [(pCO2 - 40)/ 10] + 24
=[(52 – 40)/ 10 ] + 24
= 25,2
Penyebab terjadinya asidosis respiratorik :
 Gangguan pada saluran pernapasan, seperti asma dan PPOK (penyakit paru
obstruksi kronis)
 Gangguan pada jaringan paru, seperti fibrosis pulmoner
 Gangguan pada tulang dada yang bisa mempengaruhi pernapasan, seperti skoliosis
dan kifosis
 Gangguan pada sistem saraf yang mempengaruhi proses pernapasan, seperti
myasthenia gravis, GBS (Guillain-Barre Syndrome), dan ALS (amyotrophic lateral
sclerosis)
 Penggunaan obat-obatan yang yang dapat mempengaruhi sistem pernapasan,
seperti penggunaan opioid atau kombinasi obat golongan benzodiazepine dengan
alkohol
 Kondisi lain yang bisa mempengaruhi pernapasan, seperti obesitas dan sleep apnea

2. Menghitung Skor ARDS (Skor Berlin)


Berdasarkan kriteria Berlin, derajat keparahan ARDS juga dapat dibedakan menjadi:
 ARDS ringan: PaO2/FiO2 201 sampai ≤ 300 mmHg pada ventilator dengan PEEP
atau CPAP ≥5 cm H2O
 ARDS sedang: PaO2/FiO2 100 sampai ≤200 mmHg pada ventilator dengan PEEP
atau CPAP ≥5 cm H2O
 ARDS berat: PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg pada ventilator dengan PEEP atau CPAP ≥5
cm H2O
Pada pasien ini  paO2 : FiO2 = 60 : 50% = 120, termasuk ARDS Sedang

3. Intepretasi Hasil Lab


R. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Intepretasi
Hemoglobin (HGB) 9,00 g/dL 13,4 - 17,7 Anemia
Eritrosit (RBC) 3,31 106/µL 4,0 - 5,5 Anemia

19
Leukosit (WBC) 9,11 103/µL 4,3,- 10,3 Normal
Hematokrit 30,20 % 40-47 Anemia
Trombosit (PLT) 67 103/µL 142 - 424 Trombositopenia
MCV 91,20 fL 80 – 93 Normal
MCH 27,20 pg 27 – 31 Normal
MCHC 29,80 g/dL 32 – 36 Normal
RDW 16,20 % 11,5 – 14,5 Normal
PDW 10,6 fL 9 – 13 Normal
MPV 10,1 fL 7,2 – 11,1 Normal
P-LCR 26,8 % 15,0 – 25,0 Hiperdestruksi pada trombositopenia
PCT 0,07 % 0,150 –0,400 Normal
NRBC Absolute 0,01 /µL
NRBC Percent 0,10%
Hitung Jenis
Eosinofil 0,2 % 0-4 Normal
Basofil 0,0 % 0–1 Normal
Neutrofil 94,3 % 51 – 67 Neutropenia
Adanya proses infeksi
Limfosit 4,3 % 25 – 33 Limfopenia
Adanya proses infeksi
Monosit 0,11 % 2- 5
Immature Granulosit (%) 0,90 %
Immature Granulosit 0,08 103/µL
Kimia Klinik
Faal Hati
Albumin 2,48 g/dL 3,5-5,5 Hipoalbumin
Faal Ginjal
Ureum 54,80 mg/dL 16,6 – 48,5 Adanya gangguan ginjal
Kreatinin 0,44 mg/dL < 1,2 Normal
Kimia Klinik Elektrolit
Natrium (Na) 139 mmol/L 136-145 Normal
Kalium (K) 2,80 mmol/L 3,5 – 5,0 Hipokalemia
Klorida (Cl) 106 mmol/L 98-106 Normal
Analisa Gas Darah
pH 7,33 7,35 – 7,45
pCO2 52,0 mmHg 35 - 45
pO2 60,0 mmHg 80 - 100
Bikarbonat (HCO3) 27,5 mmol/L 21 - 28
Kelebihan basa (BE) 1,3, mmol/L (-3) – (+3)
Saturasi O2 88,6% >95
Hb 11,8mg/dl
Suhu 37,0 °C
Metabolik Karbohidrat
Gula Darah Sewaktu 137 mg/dL <200 Normal

4. Terapi

a) Gentamicyn 1 x 240 mg
Gentamicin termasuk dalam golongan obat antibiotik aminoglikosida. Obat ini bekerja
dengan cara membunuh sekaligus mencegah pertumbuhan bakteri, sehingga infeksi
bisa diatasi.
Efek samping : Demam, Diare, Lelah, Mulut kering, Mual dan muntah, Nyeri sendi,

20
Tidak nafsu makan, Sulit bernapas, Sulit menelan, Kejang, Pingsan, Gangguan ginjal,
Gangguan penglihatan, Gangguan pendengaran, Mudah berdarah atau memar
b) Metoclopramide 3 x 10 mg
Metoclopramide adalah obat yang digunakan untuk meredakan mual dan muntah
yang dapat disebabkan oleh migrain, efek samping dari prosedur bedah, kemoterapi,
atau radioterapi. Dalam mengurangi rasa mual, metoclopramide bekerja dengan cara
mendorong makanan lebih cepat dari lambung ke usus.
Efek samping : Sakit kepala, Pusing, Gelisah, Mual, Diare, Impoten, Kelainan darah,
Gangguan menstruasi, Ginekomastia, Galaktorea atau keluar ASI
c) OMZ 1 x 40 mg
Omeprazole bermanfaat untuk meringankan gejala sakit maag dan heartburn yang
ditimbulkan oleh penyakit asam lambung atau tukak lambung. Obat ini juga
membantu penyembuhan kerusakan pada jaringan lambung dan kerongkongan.
Efek samping : nyeri perut, sakit kepala
d) PCT 3 x 1 gram
Acetaminophen atau paracetamol adalah obat untuk penurun demam dan pereda
nyeri. Paracetamol bekerja dengan cara mengurangi produksi zat penyebab
peradangan, yaitu prostaglandin. Dengan penurunan kadar prostaglandin di dalam
tubuh, tanda peradangan seperti demam dan nyeri akan berkurang.
Efek samping : Muncul ruam kulit yang terasa gatal, Sakit tenggorokan, Muncul,
sariawan, Nyeri punggung, Tubuh terasa lemah, Kulit atau mata berwarna
kekuningan, Timbul memar pada kulit, Urine berwarna keruh atau berdarah, Tinja
berwarna hitam atau BAB berdarah
e) Fentanyl 30 mg/jam
Fentanyl adalah obat pereda nyeri yang digunakan untuk meredakan rasa sakit yang
hebat. Obat ini juga digunakan sebagai salah satu obat bius ketika pasien akan
menjalani operasi. Fentanyl bekerja dengan mengubah respon otak dan sistem saraf
pusat terhadap rasa sakit.
Efek samping : Sesak napas, Irama jantung melambat, Otot kaku, Pusing, Gangguan
penglihatan, Mual dan muntah, Gatal, Berkeringat, Tekanan darah tinggi
f) Dobu 5 mg/jam
Dobutamin adalah obat yang digunakan oleh penderita gagal jantung untuk
membantu jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Dobutamin diberikan ketika
gagal jantung yang diderita pasien sudah tidak bisa dikompensasi oleh tubuh, yang
dapat menimbulkan turunnya tekanan darah. Obat ini bekerja dengan menstimulasi
atau merangsang reseptor yang berperan dalam meningkatkan kontraksi jantung.
Selama penggunaan dobutamin, pasien akan dipantau tekanan darah, kadar oksigen,

21
pernapasan, hingga fungsi hatinya.
Efek samping : Demam, Sakit kepala, Mual dan muntah, Kram kaki, Nyeri dada,
Detak, jantung cepat, Pusing seperti ingin pingsan, Sesak napas, Mengi, Tekanan
darah tinggi
g) Miloz 3mg/jam
Midazolam adalah obat golongan benzodiazepine yang diberikan sebelum operasi,
untuk mengatasi rasa cemas, membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks, serta
menimbulkan rasa kantuk dan tidak sadarkan diri. Obat ini bekerja dengan cara
memperlambat kerja otak dan sistem saraf.
Efek samping : Linglung, Angioedema, Pusing, Reaksi alergi obat, Hipotensi, Mual,
Muntah, Gangguan koordinasi tubuh, Mulut kering, Konstipasi.
h) IVFD NaCl 500 cc/24 jam
Merupakan salah satu intervensi dalam manajemen jalan nafas dengan pemberian
cairan 2L/ hari selama tidak ada kontraindikasi. Cairan infus ini digunakan untuk
menggantikan cairan tubuh yang hilang, mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit,
dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.
Efek samping : dapat menyebabkan oedema paru bila tidak diikuti dengan balance
cairan yang tepat
i) Aminofluid 500 cc/ 24 jam
Aminofluid merupakan cairan penyuplai nutrisi yang diberikan secara parenteral
(injeksi). Cairan ini mengandung elektrolit, glukosa dan protein yang biasanya
diberikan kepada pasien sebelum atau setelah melakukan tindakan medis seperti
operasi. Aminofluid dibuat dari berbagai senyawa atau zat aktif, seperti asam amino
bebas, glukosa, nitrogen, asam amino esensial atau non esensial.
Efek samping :
- Penyebab alergi kulit atau iritasi kulit
- Dada terasa tertekan, peningkatan detak jantung
- Pembengkakan pada kepala, paru-paru, serta ujung-ujung jari akibat
timbunan cairan
- Kelebihan kadar kalium dalam darah
- Keracunan asam
- Nyeri dan pembengkakan pada pembuluh darah
- Demam, menggigil, sakit kepala dan gejala lainya.
j) nebulisasi Ventolin
Ventolin merupakan sediaan obat yang mengandung zat aktif Salbutamol.
Salbutamol digunakan untuk mengobati penyakit pada saluran pernafasan, seperti:
asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Obat ini memiliki mekanisme kerja

22
dengan bronkodilatasi (pelebaran) karena otot bronkus (saluran pernafasan)
mengalami relaksasi (pengenduran syaraf). Karena efeknya yang selektif terhadap
bronkus (saluran pernafasan), dan efeknya yang minimal pada sistem kardiovaskular
(penyakit jantung akibat tekanan darah tinggi). Ventolin adalah pilihan yang sesuai
untuk mengobati bronkospasme (penyempitan pada dinding saluran pernafasan)
pada pasien yang juga menderita penyakit jantung dan hipertensi.
Efek samping :
- Palpitasi (denyut jantung tidak teratur), nyeri dada, denyut jantung cepat,
tremor (gemetar) terutama pada tangan, kram otot, sakit kepala dan gugup
- Urtikaria atau biduran
- Angiodema (pembengkakan di bawah kulit)
- Hipotensi
- Hipokalemia (kekurangan kalium dalam darah) dalam dosis tinggi.
k) NAC 3 x 200 mg
Acetylcysteine adalah obat golongan mukolitik yang berfungsi untuk mengencerkan
dahak yang menghalangi saluran pernapasan. Oleh karena itu, obat ini tidak cocok
diberikan untuk penderita batuk kering. Dahak kental yang menempel dan
menghambat saluran pernapasan biasanya muncul akibat penyakit pada paru-paru,
yang meliputi bronkitis, tuberkulosis, pneumonia, serta cystic fibrosis. Obat ini bekerja
dengan cara mengencerkan dahak sekaligus membantu untuk melancarkan saluran
pernapasan.
Efek samping : Mengantuk, Mual, Muntah, Sariawan, Pilek, Demam
l) Sucralfat sirup 3 x 15 cc
Sukralfat adalah obat untuk mengobati dan mencegah tukak lambung serta ulkus
duodenum. Sukralfat juga dapat digunakan untuk mengatasi peradangan pada
lambung (gastritis) dan mencegah perdarahan saluran cerna. Obat ini bekerja
dengan membentuk lapisan pada bagian yang luka dan melindunginya dari asam
lambung yang dapat memperlambat penyembuhan.
Efek samping : Konstipasi, Sakit kepala, Vertigo, Pusing, Diare, Insomnia, Perut
kembung, Mual dan muntah.
m) Eritromicyn 2 x 250 gram
Erythromycin adalah golongan antibiotik makrolid yang dapat digunakan untuk
mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, seperti infeksi kulit, mata, telinga, infeksi
saluran kemih, dan pernapasan. Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
kambuhnya serangan demam reumatik pada pasien yang memiliki reaksi alergi
terhadap antibiotik penisilin atau sulfonamida.
Efek samping : Diare, Gangguan perut, seperti nyeri dan kram, Kehilangan nafsu

23
makan, Mual, Muntah.

24
5. Pengkajian Resiko Dekubitus

Pada pasien Tn. B didapatkan skor 13  resiko sedang

25
6. Setting Ventilator

7. Discharge Planning dan Edukasi pada pasien dengan pembedahan


A. Pre Operasi
a) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
meliputi puasa, persiapan tranfusi darah dan IVFD
b) Mengurangi resiko infeksi bedah
meliputi mandi besar, cukur rambut pada area dan lokasi pembedahan sesuai
kebijakan institusi dan manual prosedurnya
c) Pencegahan inkontinensia usus dan urine
pemberian enema atau supositoria agar pasien BAB/BAK sesaat sebelum
menuju kamar operasi
d) Peningkatan istirahat dan kenyamanan
Lingkungan aman dan nyaman untuk pasien, pemberian obat hipnotif sedative
atau anti ansietas pada malam hari sebelum pembedahan
B. Paska Operasi
a) Cara perawatan diri
b) Cara perawatan luka
c) Aturan pembatasan aktifitas
d) Terapi obat
e) komplikasi dan gejala yang harus dilaporkan ketika kembali ke rumah

26

Anda mungkin juga menyukai