Anda di halaman 1dari 29

GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA SOPIR ANGKOT DI WILAYAH

KOTA CIMAHI

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

GITA FITRIANI

NPM : 411117038

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS (D-3)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

E. Pembatasan Masalah ............................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

A. Pencemaran Udara ............................................................................... 6

1.Definisi ................................................................................................ 6

2.Jenis-jenis Pencemaran Udara ........................................................... 7

3.Dampak Pencemaran Udara ............................................................. 11

B. Darah .................................................................................................. 13

1.Definisi Darah ................................................................................... 13

2.Fungsi Darah .................................................................................... 13

3. Komponen-komponen Penyusun Darah ............................................... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 14

ii
A. Metode Penelitian ................................................................................ 14

B. Variabel Penelitian ............................................................................... 15

C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 15

D. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 16

E. Prosedur Penelitian ............................................................................. 17

F. Pengumpulan dan Analisis Data .......................................................... 21

H. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan .......................................... Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................. Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ................................................ Error! Bookmark not defined.

B. Saran ...................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ........................................................................................ 15

Tabel 3.2 Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian .............................................. 16

Tabel 3.3 Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ................................................. 17

Tabel 3.4 Tabel Dummy ................................................................................................ 22

Tabel 4.1 Data Hasil Wawancara ................................................................................ 33

Tabel 4.2 Data Hasil Pemeriksaan Kontrol Leukosit ................................................ 34

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Jumlah Leukosit Pada Sopir Angkot ......................... 35

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Neutrofil Batang Pewarnaan Giemsa........Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.2 Neutrofil Segmen Pewarnaan Giemsa .....Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.3 Eosinofil pewarnaan Giemsa ......................Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.4 Basofil Pewarnaan Giemsa ........................Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.5 Monosit Pewarnaan Giemsa ......................Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.6 Limfosit Pewarnaan Giemsa ......................Error! Bookmark not defined.

Gambar 3. 1 Skema Rancangan Penelitian ............................................................... 14

v
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan

kehidupan. Namun pada era modern ini, sejalan dengan perkembangan

pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, serta berkembangnya

transportasi, maka kualitas udara pun mengalami perubahan yang

disebabkan oleh terjadinya pencemaran udara atau sebagai berubahnya

salah satu komposisi udara dari keadaan yang normal yaitu masuknya zat

pencemar (berbentuk gas- gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara

dalam jumlah tertentu untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga

dapat mengganggu kehidupan manusia hewan dan tanaman

(Ismiyati,dkk, 2014).

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan – bahan atau

zat – zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan

(komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat

asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta dalam jangka waktu

yang lama, akan dapat menggangu kehidupan manusia dan hewan. Bila

keadaan tersebut terjadi maka udara dikatan telah tercemar (Granosa,

2010).

Pencemaran udara yang berasal dari bahan toksik merupakan

salah satu masalah kesehatan di Dunia. Berdasarkan data World Health

Organization (WHO) pada tahun 2004, lebih dari 700 kematian terjadi

pada

1
2

anak hingga remaja diakibatkan oleh pajanan bahan toksik. Di Amerika

Serikat kasus keracunan akibat pencemaran udara mencapai terbesar

mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya berkisar antara

10-15%. Sedangkan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran

sampah, kebakaran hutan atau ladang dan lain-lain. Hal ini diakibatkan

oleh peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor yang bertambah

banyak dalam setiap tahunnya. Sebagian besar kendaraan bermotor

tersebut menghasilkan emisi gas buang yang buruk, dikarenakan

perawatan mesin yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan

bakar dengan kualitas kurang baik (Rivanda, 2015)

Transportasi merupakan sarana yang amat penting dalam

pembangunan ekonomi masyarakat karena akan memperlancar arus

barang dan jasa dari tempat asal (produsen) ke tempat tujuan

(konsumen). Tingkat kepadatan penduduk berpengaruh signifikan

terhadap pelayanan transportasi di suatu wilayah. Tanpa adanya

transportasi yang memadai maka pembangunan disegala bidang akan

terhambat. Sehingga sektor transportasi dapat dikatakan sebagai derived

demand artinya sektor transportasi yang bertambah karena dibutuhkan

untuk melayani masyarakat dalam kegiatan ekonomi (Alimuddin, 2013)

dalam (Unud & Kunci, 2016).

Angkutan kota merupakan sebuah alat transportasi yang merujuk

kepada angkutan umum dengan rute yang telah ditentukan. Tidak seperti

bus yang memiliki tempat membawa penumpang atau menurunkan

penumpang di halte, angkutan kota dapat berhenti dimana saja. Angkutan


3

kota pertama kali mulai diperkenalkan di Jakarta pada tahun 1970-an

dengan nama mikrolet. Sopir angkutan kota adalah pengemudi yang

mengendarakan kendaraan untuk mengirimkan barang dan jasa dari satu

tempat ke tempat yang lain sesuai dengan trayek yang telah ditentukan.

Sopir angkutan kota memiliki beberapa persyaratan dalam melakukan

pengiriman barang dan jasa, yaitu surat izin mengemudi angkutan umum

sesuai dengan jenis kendaraan yang digunakan, pembagian waktu kerja

dan istirahat, tata krama dalam memberikan pelayanan kepada

penumpang, dan kondisi fisik sopir. Pekerjaan sebagai sopir angkot

memiliki beberapa resiko, antara lain kecelakaan lalu lintas dan polusi

udara. Angkutan kota yang baik dapat memberikan tingkat kepuasan

kepada pengguna sehingga pengguna dapat merasa aman dan nyaman

(Diem Trinh, 2013) dalam (Unud & Kunci, 2016).

Darah adalah suatu cairan berwarna merah yang keluar dari tubuh

oleh sebab apa saja misalnya karena pecahnya pembuluh darah atau

luka yang tampak maupun tidak tampak, tidak di sengaja akibat

kecelakaan atau sakit tertentu maupun di sengaja (Sofro, 2012). Darah

adalah cairan yang ada dalam tubuh. Fungsi utamanya adalah

mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel – sel di seluruh tubuh.

Darah dalam tubuh menyediakan nutrisi, mengangkut zat – zat sisa

metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun

yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit (Mallo dkk,

2012). Darah terdiri dari cairan komplek sistem imun, diangkut dalam

darah tempat cedera atau tempat invasi mikro


4

organisme penyebab penyakit. Trombosit penting dalam homeostasis,

penghentian pendarahan dari pembuluh yang cedera (Fitryadi, 2017).

Sel darah putih (Leukosit) merupakan bagian penting dari sistem

pertahanan tubuh yang fungsinya untuk melawan mikroorganisme

penyebab infeksi, sel tumor dan zat- zat asing yang berbahaya. Terdapat

beberapa jenis leukosit yaitu Basofil, Eosinofil, Neutrofil Segmen, Neutrofil

Batang, Limfosit dan Monosit (Bakhri, 2018).

Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat adanya

pengaruh polutan terhadap jumlah leukosit. Polutan yang dihasilkan dari

hasil pembakaran apabila terhirup maka akan menimbulkan reaksi

inflamasi akut ataupun kronik pada jaringan paru tergantung dengan

konsentrasi polutan, lama paparan, jika berlangsung lama dapat

menimbulkan penyakit. Polutan dalam jumlah besar dapat memicu respon

inflamasi, menyebabkan hiperresponsif saluran nafas, obstruksi aliran

udara dan fibrosis epitel saluran napas. Reaksi inflamasi itulah yang

memicu jumlah leukosit dalam tubuh meningkat (Masyudi, 2018).

Peningkatan jumlah leukosit juga tidak hanya dipengaruhi oleh polutan

tetapi juga dapat dipengaruhi oleh rokok. Ketika sistem imun menurun,

leukosit menjalankan fungsi defensif dan fungsi reparatif, apabila kedua

fungsi ini terus menerus berjalan maka mengakibatkan kenaikan jumlah

leukosit. Jenis leukosit yang mengalami peningkatan jumlah akibat

merokok adalah limfosit, netrofil dan monosit. Hal ini terjadi karena respon

inflamasi lokal dan sistemik terhadap pengaruh asap rokok dan partikel

asing (Garini dkk, 2013).


5

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran jumlah leukosit pada sopir angkot di

wilayah kota cimahi ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran

jumlah leukosit pada sopir angkot di wilayah kota cimahi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan dapat

menambah wawasan keilmuan teknologi laboratorium medis terkait

dengan gambaran jumlah leukosit pada sopir angkot di wilayah kota

cimahi.

2. Bagi pembaca

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi pembaca dapat

menjadi sumber informasi mengenai bahaya polutan terhadap

kesehatan.

E. Pembatasan Masalah

1. Sopir angkot yang bekerja lebih dari 3 tahun dan dalam satu hari

bekerja lebih dari 5 jam.

2. Sopir angkot yang sehat (tidak sedang menderita sakit).

3. Sopir angkot yang tidak memiliki riwayat penyakit tertentu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencemaran Udara

1. Definisi

Pencemaran udara adalah berbagai jenis senyawa gas dan

partikel yang keberadaannya dalam konsentrasi tertentu dapat

membahayakan manusia. Gas buang sisa pembakaran kendaraan

bermotor umumnya menghasilkan beberapa senyawa gas dan

partikulat yang dapat membahayakan kesehatan manusia.

Senyawa berbentuk gas yang muncul dari gas buang kendaraan

bermotor dapat berupa carbon monoxide (CO), nitrogen oxide

(NOx), hydro-carbon (HC), partikulat dan timbal (Pb) (Gusnita,

2010).

Udara merupakan faktor yang penting dalam hidup dan

kehidupan. Namun pada era Globalisasi ini, sejalan dengan

perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri

serta bertambahnya transportasi maka kualitas udara pun

mengalami perubahan sehingga terjadinya pencemaran udara

atau berubahnya salah satu komposisi udara dari keadaan yang

normal yaitu zat pencemar (berbentuk gas- gas dan partikel

kecil/aerosol) ke dalam udara dalam jumlah tertentu untuk jangka

waktu yang cukup lama sehingga dapat mengganggu kehidupan

manusia, hewan dan tanaman (Ismiyati dkk, 2014).

6
7

Pencemaran udara yang berasal dari bahan toksik merupakan

salah satu masalah kesehatan di dunia. Berdasarkan data World

Health Organization (WHO) pada tahun 2004, lebih dari 700

kematian terjadi pada anakhingga remaja yang diakibatkan

pajanan bahan toksik. Di Amerika Serikat kasus keracunan akibat

pencemaran udara mencapai terbesar mencapai 60-70%,

dibanding dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%.

Sedangkan sisanya berasal dari rumah tangga, pembakaran

sampah, kebakaran hutan atau ladang dan lain-lain. Hal ini

diakibatkan oleh peningkatan kepemilikan kendaraan bermotor

yang bertambah banyak tiap tahunnya. Sebagian besar

kendaraan bermotor tersebut menghasilkan emisi gas buang yang

buruk, dikarenakan perawatanmesin yang kurang memadai

ataupun dari penggunaan bahan bakar dengan kualitas kurang

baik (Rivanda, 2015).

2. Jenis-jenis Pencemaran Udara

Beberapa macam polutan yang dihasilkan dari emisi gas buang

yang buruk antara lain gas Karbon Monoksida (CO), Hidrokarbon

(HC), Nitrogen Oksida (NO), Sulfur Oksida (SO2) dan Timbal (Pb)

yang sering disebut sebagai polutan primer. Salah satu polutan udara

yang berbahaya dan yang sangat dominan jumlahnya adalah gas CO

yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar dan udara

motor bensin yang tidak sempurna, Akbar (2013) dalam (Rivanda,

2015).
8

a. Karbon Monoksida

1) Definisi

Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak

berwarna, tidak berbau, tidak berasa, mudah terbakar, tidak

mengiritasi namun sangat beracun. Karbon monoksida (CO)

merupakan salah satu bahan toksik yang sangat berbahaya jika

terhirup oleh manusia. Gas CO ini tidak hanya dihasilkan oleh

kendaran bermotor saja tetapi juga dihasilkan dari asap rokok,

asap pabrik, alat pemanas, dan peralatan yang menggunakan

bahan api berasaskan karbon (Rivanda, 2015).

Karbon Monoksida (CO) merupakan silent killer karena

sifat fisiknya yang tidak berasa dan tidak berasa, tidak berwarna

dan tidak berbau, tetapi dalam konsentrasi yang tinggi dapat

menyebabkan mesin, peralatan berbahan bakar gas, minyak, kayu

atau batu bara dan pembuangan limbah padat. Penggunaan kayu

bakar untuk memasak merupakan contoh akumulasi CO dalam

ruangan tertutup (Dewanti, 2018).

konsentrasi CO di udara setiap waktu dalam satu hari

dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor.

Semakin ramai kendaraan bermotor yang ada, semakin tinggi

tingkat polusi CO di udara. Terpaparnya gas pencemar berupa CO

dalam darah (COHb) pada manusia ini akan mengakibatkan

penurunan kapasitas darah untuk mengikat oksigen. Kadar COHb

dalam akan naik apabila CO meningkat dan aktifitas fisik juga


9

meningkat. Paparan yang berlebihan pada manusia akan

mengakibatkan pengrusakan penglihatan dan kesadaran, fungsi

sistem kontrol syaraf turun serta fungsi jantung dan paru- paru

menurun bahkan dalam kondisi yang berlebihan dapat

menyebabkan kematian (Yulianti, dkk, 2013).

Salah satu komponen pencemaran udara berasal dari gas

buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO). Hasil

penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa gas CO

merupakan hasil pembakaran yang kurang sempurna, sebesar

64% bersumber dari kendaraan bermotor, sekitar 17 % dari hasil

pembakaran hutan dan 10 % merupakan hasil sampingan dari

industri dan pembangkit listrik (Basri et al, 2017).

Sedangkan hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan (Bapedal) tahun 1992 di beberapa kota besar

(Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukkan bahwa

kendaraan bermotor merupakan sumber utama pencemaran udara

dan polutan tertinggi yang dihasilkan adalah gas CO sebesar

97,68% (Basri et al, 2017).

2) Mekanisme masuknya karbon monoksida (CO) dalam darah

Jalur masuk utama karbon monoksida kedalam tubuh

melalui saluran pernafasan. Dari rongga hidung hingga ke laring

dilapisi oleh epitel berlapis gepeng yang memberikan lebih banyak

perlindungan terhadap erosi dan abrasi. Sedangkan untuk trakea

dan bronkus primer dilapisi oleh epitel silindris bersilia untuk


10

mengkondisikan udara yang masuk dan Receptor (EGFR).

Aktivasi EGFR akan mencegah apoptosis sel bersilia dan

mengirim sinyal padainterleukin 13 (IL-13) untuk mendiferensiasi

sel-sel bersilia menjadi sel goblet (Rivanda, 2015).

Gas CO yang masuk dalam tubuh melalui sistem

pernapasan terdifusi melalui membran alveolar bersama-sama

dengan oksigen (O2). Setelah larut dalam darah, CO berikatan

dengan hemoglobin membentuk COHb. Ikatan antara CO dan Hb

terjadi dalam kecepatan yang sama antara ikatan O2 dan CO,

tetapi ikatan untuk CO 245 kali lebih kuat daripada O2. Jadi antara

CO dan O2 bersaing untuk berikatan dengan hemoglobin, tetapi

tidak seperti oksigen yang mudah melepaskan diri dari

hemoglobin, CO mengikat lebih lama (Dewanti, 2018)

Gas CO akan mengalir ke dalam jantung, otak, serta organ

vital. Ikatan antara CO dan heamoglobin membentuk

karboksihaemoglobin yang jauh lebih kuat 200 kali dibandingkan

dengan ikatan antara oksigen dan haemoglobin. Akibatnya sangat

fatal. Pertama, oksigen akan kalah bersaing dengan CO saat

berikatan dengan molekul hemoglobin, sehingga kadar oksigen

dalam darah akan berkurang. Padahal seperti diketahui oksigen

sangat diperlukan oleh sel-sel dan jaringan tubuh untuk melakukan

fungsi metabolisme (WHO, 2010)

Keracunan gas CO sulit untuk dideteksi karena gejalanya yang

bersifat umum dan mirip dengan gejala flu, tetapi paparan gas CO
pada dosis tinggi dapat mempengaruhi otak, menyebabkan mual,

dan kematian (Mukono, 2011)

b. Timbal (Pb)

Timbal merupakan salah satu jenis logam berat yang secara

alamiah terdapat di alam. Keberadaan timbal di alam meningkat

seiring dengan aktivitas manusia, seperti pertambangan,

peleburan, penggunaan dalam bahan bakar minyak dan

pemakaian timbal untuk kebutuhan komersial (Klopfleisch et al,

2017).

Timbal dapat menyebabkan pencemaran udara akibat gas

emisi kendaraan bermotor. Hal ini telah menjadi permasalahan

kesehatan masyarakat secara global, terutama bagi negara

berkembang, seperti Afrika, Asia dan Amerika Latin yang masih

mengguna- kan bahan bakar kendaraan dengan timbal.

Pencemaran udara di Indonesia sekitar 85% berasal dari gas

emisi kendaraan bermotor dan berpengaruh terhadap kadar timbal

dalam darah seseorang yang beraktivitas tinggi di jalanan

(Klopfleisch et al., 2017).

3. Dampak Pencemaran Udara

Dampak polusi udara dalam jangka panjang terhadap manusia

dapat berupa gangguan kesehatan yang dapat mengakibatkan

penurunan daya refleks dan kemampuan visual atau jangka pendek

seperti gangguan pernafasan dan sakit kepala. Polusi udara

umumnya memberikan dampak terhadap sistem pernafasan manusia

11
seperti kesulitan bernafas, batuk, asma, kerusakan fungsi paru,

penyakit pernafasan kronis dan iritasi penglihatan (Gusnita, 2010).

Udara setiap saat kita butuhkan, secara rata- rata manusia tidak

dapat mempertahankan hidupnya tanpa udara lebih dari 3 menit.

Karena berbentuk gas udara yang ada dimana-mana, sehingga

manusia tidak pernah memikirkannya ataupun memperhatikannya.

Sampai kemudian pada tahun 1930 di Belgia terjadi wabah penyakit

paru-paru yang disebabkan oleh pencemaran udara. Tahun-tahun

berikutnya pencemaran udara sering menyebabkan terjadinya

kematian dan kesakitan dalam proporsi epidemik di beberapa tempat

di dunia. Gas CO hasil pembakaran menyebabkan hipoksia akibat

aktivitas beracun yang menyebabkan kerusakan jaringan pada

saluran pernapasan sehingga menimbulkan reaksi inflamasi akut

maupun kronik (Masyudi, 2018).

Pengaruh gas CO terhadap kesehatan dapat menimbulkan

kerusakan akut maupun kronik pada jaringan paru tergantung

konsentrasi polutan, lama pemaparan, jika berlangsung lama dapat

menimbulkan penyakit akibat kerja. Polutan dalam konsentrasi tinggi

akan memicu respon inflamasi, menyebabkan hiperesponsif saluran

napas, obstruksi aliran udara dan fibrosis epitel saluran napas

(Masyudi, 2018).

12
B. Darah

1. Definisi Darah

2. Fungsi Darah

.............................................................................................
3. Komponen-komponen Penyusun Darah

..........................................

4. Jenis sel- sel darah


......................................................

13
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Gambaran

Jumlah Leukosit pada Sopir Angkot Kota Cimahi ini adalah penelitian

dengan metode deskriptif. Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 3.1 dibawah ini :

Formulir Wawancara
dan Informed Concern

Pengambilan Sampel
Darah

Pemeriksaan Hitung
Jumlah Leukosit

Pencatatan dan
Pengolahan Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Skema Rancangan Penelitian

14
15

B. Variabel Penelitian

Pada penelitian Gambaran jumlah leukosit pada sopir angkot di kota

cimahi, variabel penelitian disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

No Nama Definisi operasional Alat ukur Skala ukur Hasil


variable ukur
1 Sopir Sopir angkot adalah - - -
angkot pengemudi yang
mengendarakan
kendaraan untuk
mengantarkan
penumpang ataupun
barang dan jasa ke
suatu tempat.
2 Leukosit Leukosit adalah sel Hematolo Rasio Sel/mm³
darah putih yang gy
diproduksi oleh jaringan Analyzer
hemopoetik untuk jenis MINDRAY
bergranula BC-1800
(polimorfonuklear) dan
jaringan limpatik untuk
jenis tak bergranula
(mononuklear),
berfungsi dalam sistem
pertahanan tubuh
terhadap infeksi

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian Gambaran Jumlah Leukosit Pada Sopir

Angkot di Wilayah Kota Cimahi adalah sopir angkot yang sering

terpapar polusi udara di kota Cimahi.


16

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah sopir angkot yang sering

terpapar polusi udara di kota cimahi lebih dari 5 jam setiap harinya

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu :

a. Kriteria inklusi

1) Sopir angkot yang bekerja lebih dari 3 tahun dan terpapar

polusi udara lebih dari 5 jam satu hari

2) Sopir angkot yang sedang tidak sakit

b. Kriteria eksklusi

1) Sopir angkot yang bekerja kurang dari 3 tahun dan terpapar

polusi udara kurang dari 5 jam dalam satu hari

2) Sopir angkot yang sakit

D. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Tabel 3.2 Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah


1 Hematologi Analyzer MINDRAY BC- 1
1800
2 Rak Tabung Reaksi - -
3 Spuit 3 CC -
4 Tabung Vacutainer EDTA -
5 Tourniquet - 1
17

2. Bahan

Tabel 3.3 Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

No Nama Bahan Spesifikasi Jumlah


1 Kapas alkohol 70 % -
2 Plester - -
3 Reagen control normal - -
4 Reagen control rendah - -
5 Reagen control tinggi - -

E. Prosedur Penelitian
1. Cara pengambilan darah vena

Cara pengambilan darah vena menggunakan spuit menurut WHO

(2010) adalah sebagai berikut :

a. Alat dan bahan yang digunakan disiapkan termasuk spuit, tabung

vacutainer yang berisi antikoagulan EDTA alkohol 70%, plester,

kapas kering dan tourniquet.

b. Cuci tangan sebelum melakukan pengambilan darah vena (jika

menggunakan sabun dan air, keringkan dengan handuk).

c. Dilakukan persiapan dan identifikasi pasien.

d. Ditentukan daerah penusukan, sebaiknya pilih vena pada daerah

medina cubiti lipatan siku.

e. Dilakukan palpasi untuk menentukan daerah yang akan ditusuk.

f. Pasien diminta untuk mengepalkan tangannya sehingga vena bisa

terlihat lebih jelas.

g. Dilakukan pemasangan Tourniquet (pembendung) sekitar 4-5 jari

di atas vena yang akan ditusuk.

h. Dilakukan penggunaan sarung tangan (handscoon) yang non

steril.
18

i. Dilakukan desinfeksi pada daerah penusukan menggunakan

kapas alkohol 70%, jangan sentuh kembali daerah penusukan

yang sudah di desinfeksi dengan kapas alkohol 70% dan biarkan

selama 30 detik sampai mengering.

j. Tahan vena yang akan ditusuk dengan memegang lengan pasien

dengan menempatkan ibu jari dibawah area vena yang akan

ditusuk.

k. Vena ditusuk menggunakan spuit dengan membentuk sudut 30º-

45º. Setelah darah yang dibutuhkan telah cukup lepaskan

tourniquet (pembendung) sebelum mencabut spuit dari lengan

pasien.

l. Spuit di tarik secara perlahan dan kemudian letakkan kapas kering

untuk digunakan di area bekas tusukan tadi.

m. Spuit atau peralatan yang telah digunakan dibuang ke dalam

tempat sampah khusus benda tajam.

n. Dilakukan pelabelan pada sampel darah

o. Cuci tangan setelah melakukan pengambilan sampel.

2. Quality Control Hematology Analyzer MINDRAY BC-1800

a. Reagen control yang digunakan terdiri dari 3 level yaitu reagen

kontrol low, normal dan high.

b. Klik “menu” lalu pilih “QC” pilih “X-Edit” dan pilih “File 1” kemudian

tekan “Enter”.
19

c. Setelah itu nomor lot reagen, expire date, mean dan range setiap

parameter untuk reagen kontrol diinput ke dalam alat kemudian

tekan “Enter”.

d. File “Menu” ditekan kembali lalu pilih “X-Analisi” pilih “X-Count”

dan pilih “Files” kemudian tekan “Enter”.

e. Setelah itu reagen kontrol low disiapkan dan dihomogenkan

terlebih dahulu.

f. Reagen kontrol low diletakkan di bawah sampel probe.

g. Tombol (star cycle) ditekan, ditunngu sampai lampu berhenti

berkedip dan sampel probe naik secara otomatis.

h. Alat akan menganalisa sampel (Lampu merah menyala).

i. Setelah proses selesai, hasil QC akan ditampilkan pada layar LCD

yang dapat dicetak pada printer.

j. Hasil QC yang telah dicetak dibandingkan dengan nilai range yang

telah ditentukan.

k. Lampu akan menyala hijau tanda sudah “Ready” (siap untuk

analisa sampel atau reagen kontrol berikutnya).

l. Pemeriksaan QC dilakukan juga pada reagen kontrol normal dan

reagen kontrol high.

3. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit Menggunakan Alat Hematology

Analyzer MINDRAY BC-1800

a. Metode : Impedance
20

b. Prinsip :

Hitung Leukosit (White Blood Cell Count/WBC) Menggunakan

Hematology Analyzer MINDRAY BC-1800 prinsip yang

digunakannya yaitu WBC yang dihitung dan ukuran dengan

metode electrical impedance. Metode ini didasarkan pada

pengukuran perubahan dalam hambatan listrik yang dihasilkan

oleh partikel dalam sel darah. Elektroda tenggelam dalam cairan

kedua sisi bukaan bertujuan membuat jalur listrik. Setiap partikel

melewati bukaan, menghasilkan perubahan fana hambatan antara

elektroda. Perubahan ini menghasilkan sebuah jumlah listrik yang

terukur. Jumlah yang dihasilkan menunjukan jumlah partikel yang

melewati bukaan. Amplitude dari jumlah masing-masing sebanding

volume setiap partikel. Jumlah masing-masing diperkuat dan

dibandingkan dengan saluran tegangan referensi internal, yang

hanya menerima jumlah dari amplitudo tertentu.

c. Cara kerja Pemeriksaan Hitung Leukosit pada Hematology

Analyzer MINDRAY BC-1800

a) Hubungkan kabel power ke stabilisator (stavo), hidupkan alat

(saklar on/off yang berada di kanan atau kiri atas).

b) Alat akan self check, lalu pesan “please wait” akan muncul di

layar.

c) Alat akan langsung otomatis melakukan self check, kemudian

background check.

d) Pastikan alat dalam keadaan ready


21

e) Lakukan QC (quality control) dengan melakukan pemeriksaan

pada bahan kontrol dengan tiga level yaitu low, normal dan

high. Nilai yang didapat dihitung dan dilihat apakah kontrol

tersebut masuk atau tidak. Apabila kontrol telah masuk maka

alat sudah siap memeriksa sampel. Sampel darah dalam

tabung harus dipastikan sudah homogen antara darah dan

antikoagulan.

f) Tekan tombol Whole Blood “WB” pada layar.

g) Tekan kolom ID dan masukan nomor sampel, lalu tekan

tombol enter.

h) Posisikan probe alat masuk ke mulut tabung hingga dasar

tabung dan pastikan sampel sudah homogen.

i) Tekan tombol di belakang probe, sehingga alat akan

menghisap sampel darah untuk di proses di alat.

j) Hasil akan keluar dan ditampilkan di layar LCD yang kemudian

akan di print out langsung oleh alat.

F. Pengumpulan dan Analisis Data

Data dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

hitung jumlah leukosit pada sopir angkot di wilayah kota cimahi dijadikan

dalam bentuk tabel. Hasil hitung jumlah leukosit menggunakan alat

otomatis Hematology Analyzer MINDRAY BC-1800. Data hasil

penelitian disajikan dalam bentuk tabel Dummy seperti dibawah ini :


22

Tabel 3.4 Tabel Dummy

No Kode Lama kerja Jumlah leukosit Interpretasi


sampel
1
2
3

G. Etika Peneltian

Etika penelitian menurut CIOMS, 2016 adalah sebagai berikut :

a. Prinsip Etik Menghormati Harkat Martabat Manusia (Respect for

person)

Prinsip Etik Menghormati Harkat Martabat Manusia merupakan

bentuk penghormatan dari seseorang kepada orang lain. Bentuk

penghormatan terhadap harkat martabat manusia sebagai pribadi

yang memiliki kebebasan dalam memilih dan bertanggung jawab atas

keputusannya sendiri. Peneliti memiliki kewajiban untuk memberikan

informed concent kepada responden yang akan di jadikan sebagai

subjek penelitian untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti, peneliti memberikan informasi secara relevan

tentang penelitian yang akan dilakukan kepada responden sampai

responden mengerti dan memahami informasi yang disampaikan oleh

peneliti sehingga peneliti mendapatkan persetujuan dari responden

untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian.

b. Prinsip Etik berbuat baik (Beneficence) dan tidak merugikan (Non

Benficence)
23

Prinsip etik berbuat baik (Beneficence) dan tidak merugikan (Non

Benficence) adalah menyangkut kewajiban peneliti dalam membantu

orang lain yang dilakukan dengan mengupayakan manfaat yang baik

dan tidak menimbulkan adanya kerugian. Subjek manusia ini

diikutsertakan dalam penelitian kesehatan dimaksudkan untuk

membantu tercapainya tujuan penelitian kesehatan. Pada prinsip

etika penelitian berbuat baik disini kerahasiaan (Confidentiality)

pasien harus dijaga dengan baik seperti identitas (nama, usia, alamat,

riwayat penyakit).

c. Prinsip Etik keadilan (Justice)

Prinsip etik keadilan ini mengacu pada kewajiban etik untuk

memperlakukan setiap orang dengan perilaku yang sama tanpa

membeda bedakan antara satu dengan lainnya, prinsip etik keadilan

menyangkut keadilan yang merata (distributive justice) dengan

adanya syarat pembagian yang seimbang (equitable).

H. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian Gambaran Jumlah Leukosit pada Sopir Angkot di

Wilayah Kota Cimahi dilakukan pada bulan Februari-April 2020.

2. Tempat Penelitian

Penelitian Gambaran Jumlah Leukosit pada Sopir Angkot di

Wilayah Kota Cimahi dilakukan di Laboratorium Hematologi Prodi

Teknologi Laboratorium Medis (D-3) Stikes Jenderal Achmad Yani

Cimahi.
DAFTAR PUSTAKA

Alimuddin. 2013. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Kendaraan Roda Dua Di Kota Makassar. Jurnal Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar.

Adianto, M. 2013. Perbedaan Morfologi Sel Darah pada Pengecatan Giemsa

yang Diencerkan Menggunakan Aquadest dan Buffer pH 6,8. Semarang.

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan: UNIMUS

Bakhri, S. (2018). Analisis Jumlah Leukosit Dan Jenis Leukosit Pada Individu

Yang Tidur Dengan Lampu Menyala Dan Yang Dipadamkan. Jurnal Media

Analis Kesehatan, 1(1), 83–91. https://doi.org/10.32382/mak.v1i1.176.

Basri, S., Mallapiang, F., Ibrahim, I. A., Ibrahim, H., & Basri, S. (2017). Gambaran

Konsentrasi Karbon Monoksida Dalam Darah ( COHb ) Pada Mekanik

General Repair Servis Dan Suku Cadang Dealer Otomotif Makassar.

Higiene, 3(3), 177–184.

Campbell A. Neil, Jane B.Reece, Lawrence G. mitchell, 2010. Biologi. Jakarta :

Erlangga.

CIOMS. (2016). International Ethical Guidelines for Biomedical Research

Involving Human Subjects.

Dewanti, I. R. (2018).Identifikasi Paparan CO, Kebiasaan dan Kadar COHb

Dalam Darah Serta Keluhan Kesehatan di Basement Apartment

Waterplace, Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(1), 59–69.

Desmawati. 2013. Sistem Hematologi dan Imunologi. Jakarta: In Media.

Anda mungkin juga menyukai