Anda di halaman 1dari 94

Kesalahan / Error

QA/TQM

KESALAHAN

NON ANALITIS
ANALITIS
Gross Error (GE)

SISTEMATIK RANDOM
ERROR (SE) ERROR (RE)
QC

Petros Calcalousos in QC in Clinical Laboratory 2


Non Analitycal Error
 Terjadi diluar tahap analitik
(Pra analitik dan Post analitik)
 Sampling error :
• Kesalahan pengambilan sampel
Persiapan pasien

Pemberian identitas pasien

Pengambilan dan penyimpanan spesimen

Transport spesimen

 Clerical error :
• Kesalahan penghitungan/penulisan
• Pencatatan hasil
3
Analitycal Error
 Random Error/kesalahan acak; variasi atau penyimpangan yang
disebabkan karena “inconsistent” dalam proses analisa, biasanya
dinyatakan dalam “impresisi”--- SD atau CV

Sebuah kesalahan yang bervariasi secara tak terduga, dalam


besarnya dan tanda, ketika sejumlah besar pengukuran dari
kuantitas yang sama dibuat di bawah kondisi yang sama efektif.

Kesalahan acak membuat penyebaran karakteristik hasil untuk


setiap metode uji dan tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan
menerapkan koreksi. Kesalahan acak sulit untuk dihilangkan
namun pengulangan mengurangi pengaruh kesalahan acak.

Contoh kesalahan acak termasuk kesalahan dalam pipetting dan


perubahan dalam masa inkubasi. Kesalahan acak dapat
diminimalkan dengan pelatihan, pengawasan dan kepatuhan
terhadap prosedur operasi standar.
4
Kesalahan Acak
(Random Error)
 kesalahan dalam pipetting
 perubahan dalam masa inkubasi.
 Pencampuran yang tidak sempurna
 Gelembung atau partikel di dalam
reagen
 Variasi probe dan syringe
 Masalah Optik
 Kesalahan acak dapat diminimalkan
dengan pelatihan, pengawasan dan
kepatuhan terhadap prosedur operasi.

5
Kesalahan
Kesalahan Acak Tidak
Acak Terkontrol
Terkontrol

6
Analitycal Error
 Systemic Error/kesalahan systemik; variasi atau penyimpangan
“konsisten” yang menyebabkan perubahan akurasi (nilai rata-
rata dengan nilai sebenarnya), dinyatakan dalam “inakurasi”---
Bias

Sebuah kesalahan yang, dalam sejumlah pengukuran dari nilai


yang sama dari jumlah tertentu, tetap konstan ketika pengukuran
dilakukan dalam kondisi yang sama, atau bervariasi menurut
hukum yang pasti ketika kondisi berubah.

Kesalahan sistematis menciptakan bias karakteristik dalam hasil


tes dan dapat dipertanggungjawabkan dengan menerapkan
koreksi.

Kesalahan sistematis dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti


variasi suhu inkubasi, penyumbatan perubahan batch reagen atau
modifikasi dalam metode pengujian.
7
Kesalahan Sistematik

SE
 Kesalahan teratur terlihat dengan adanya perubahan
rerata nilai kontrol.
 Kesalahan sistematis menciptakan bias karakteristik
dalam hasil tes dan dapat dipertanggungjawabkan dengan
menerapkan koreksi.
 Perubahan bisa bertahap (trend), atau tiba-tiba (shift).
8
Data Kontrol
3.00
2.00

Standar Deviasi
1.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-1.00
-2.00
-3.00
Tanggal

 Trend biasanya tak kentara, dan


disebabkan oleh:
– melemahnya sumber cahaya
– akumulasi kotoran dalam tubing reagen atau
permukaan elektroda
– penurunan kualitas reagent
– penurunan bertahap dari kontrol suhu
– kerusakan bertahap pada integritas filter 9
 Pergeseran (Shifts) terjadi jika
ada perubahan mendadak pada
rerata kontrol, yang
menunjukkan perubahan
negatif atau positif yang
mendadak dalam uji kinerja
sistem.
10
SD Data Kontrol
3.00

2.00

1.00

0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-1.00

-2.00

-3.00

Hal ini bisa disebabkan karena:


– kegagalan mendadak dari sumber cahaya
– Perubahan lot / formulasi reagen
– Perubahan mendadak suhu inkubasi atau suhu /
kelembaban ruangan
– Kegagalan dalam pencampuran reagen atau
sampling
– Kalibrasi yang tidak akurat
11
SUMBER-SUMBER KESALAHAN :

MANUSIA ALAT BAHAN

HASIL

METODA LINGKUNGAN Kesalahan Acak


Kesalahan Sistematis

12
Sumber Kesalahan
di Laboratorium
.................Total Testing Process................
Pre-analytic Analytic Post-analytic
(68%) (13%) (19%)
• Patient preparation •Sample aliquot •Test report
• Specimen acquisition •Analyzer set up •Transmittal of report
• Speciment processing •Test calibration •Receipt of report
•Sample transport •Quality Control •Review of test results
•Physician test order •Reportable test •Action on the test
results

Kesalahan akibat human error lebih mendominasi


PERLU PENGENDALIAN ! Sejak Awal 13
Type-type kesalahan yang harus diukur
Test Method Result Random
Constant error
systematic
error

Proportional
systematic
error

Comparative Method Result 14


Experiments
for estimating analytical errors
Evaluation Experiment
Type of Analytic
Error Preliminary Final

Replication Replication
Random Error
Within run Between runs

Constant Error Interference


Comparation
Proportional Error Recovery of Method
15
Error

16
Lower Tolerance Limit
(-TEa)
ERROR Upper Tolerance Limit
(TEa)

True Value
(target)

True Value adalah nilai yang “dianggap” sebagai nilai yang sebenarnya
dari analit,
biasanya didapat dari:
Reference Lab.
Nilai rata-rata dari Peer Comparation (uji QC interlab)
Lower Tolerance Limit
(-TEa)
ERROR Upper Tolerance Limit
(TEa)

Nilai Pengukuran True Value


(Mean) (target)
ERROR

Upper Tolerance Limit


(TEa)

True Value Nilai Pengukuran


(target) (Mean)
Mean :
– Rata-rata aritmatika dari sekelompok nilai (Hasil Observasi) Hal ini ditentukan
dengan menjumlahkan nilai-nilai dan membagi dengan jumlah nilai
– Estimasi central tendency dari distribusi data yang menunjukkan stabilitas
metoda
– Ukuran terbaik untuk mengestimasi True Value bahan kontrol
ERROR

TEa

Inakurasi
Kesalahan sistematik / Bias
3 SD/CV
Impresisi

True Value Nilai Pengukuran


(target) (Mean)

• Standar Deviasi merupakan besarnya simpangan /


distribusi hasil data kontrol dari nilai mean
• Merupakan ukuran impresisi atau kesalahan acak
ERROR

TEa

Inakurasi
Kesalahan sistematik / Bias
3 SD/CV
Impresisi

True Value Nilai Pengukuran


(target) (Mean)

Ketelitian (presisi) : Kedekatan nilai antara nilai-nilai kuantitas


yang diperoleh dengan mereplikasi pengukuran kuantitas, di
bawah kondisi tertentu. [ISO]

(http://www.westgard.com/glossary.htm)
ERROR

TEa

Inakurasi
Kesalahan sistematik / Bias
3 SD/CV
Impresisi

True Value Nilai Pengukuran


(target) (Mean)

Impresisi : "Penyebaran acak dari satu set replikasi pengukuran


dan / atau nilai-nilai dinyatakan secara kuantitatif dengan
statistik, seperti standar deviasi atau koefisien variasi.“(CLSI) (
http://www.westgard.com/glossary.htm)
ERROR

TEa

Inakurasi
Kesalahan sistematik / Bias
3 SD/CV
Impresisi

True Value Nilai Pengukuran


(target) (Mean)
IFCC telah merekomendasikan bahwa nilai rata-rata dan jumlah ulangan juga
harus dinyatakan, dan desain eksperimental yang dijelaskan dalam
sedemikian rupa sehingga pekerja lain dapat mengulanginya. Hal ini sangat
penting ketika istilah tertentu yang digunakan untuk menunjukkan jenis
tertentu dari ketidaktelitian, seperti dalam-run, dalam hari, sehari-hari,
total, atau antara-laboratorium.
(http://www.westgard.com/glossary.htm)
24
25
ERROR

TEa

Inakurasi
Kesalahan sistematik / Bias
3 SD/CV
Impresisi
/Kesalahan Acak
True Value Nilai Pengukuran
(target) (Mean)

Random Error/kesalahan acak; variasi atau


penyimpangan yang disebabkan karena
“inconsistent” dalam proses analisa, biasanya
dinyatakan dalam “impresisi”--- SD atau CV
ERROR

TEa

Inakurasi
Kesalahan sistematik / Bias
3 SD/CV
Impresisi
/Kesalahan Acak
True Value Nilai Pengukuran
(target) (Mean)
Random Error/kesalahan acak;
Sebuah kesalahan yang bervariasi secara tak terduga, dalam
besarnya dan tanda, ketika sejumlah besar pengukuran dari
kuantitas yang sama dibuat di bawah kondisi yang sama
efektif. Kesalahan acak sulit untuk dihilangkan namun
pengulangan mengurangi pengaruh kesalahan acak.
ERROR

Inakurasi TEa
Kesalahan sistematik / Bias
2 SD/CV

3 SD/CV (Impresisi)

True Value Nilai Pengukuran


(target) (Mean)

Total Error

Total Error adalah kombinasi atau gabungan antara kesalahan systemik


dan kesalahan acak/random
ERROR

Inakurasi
Kesalahan sistematik / Bias
2 SD/CV

3 SD/CV (Impresisi)

True Value Nilai Pengukuran TEa


(target) (Mean)

Total Error
Adalah kesalahan/penyimpangan (TE) MAKSIMAL yang masih bisa
ditoleransi, yang dianggap tidak menggangu suatu keputusan klinik,
ERROR

Inakurasi
Kesalahan sistematik / Bias
2 SD/CV

3 SD/CV (Impresisi)

True Value Nilai Pengukuran TEa


(target) (Mean)

Total Error
Acuan TEa:
TEa based on Biological Variation dari AACC
CLIA proficiency Testing Criteria
RCPA (Australia)
TEa criteria form CLIA
Test or Analyte TEa (%)
ALT 20 %
AST 20 %
Albumin 10 %
Alk. Phosphatase 30 %
Cholesterol 10 %
Trigliserida 25 %
Ureum 9%
Natrium Target Value ± 4 mmol/L
Sodium Target Value ± 0.5 mmol/L

32
1. Replication Experiment
Absorban MDL vs CV

IS
?
O G
LOQ L
TO
CVA
P?

CV A
L
R?M
NO
CV
?IS

L OG
ATO
P Working Range
LOD
?
Konsentrasi
34
Studi minimal yang direkomendasikan

Pilih sedikitnya 2 bahan kontrol yang berbeda yang


mewakili nilai rendah dan nilai tinggi dari konsentrasi
klinik kritis (Medical decision concentration). Analisis 20
kali untuk setiap level bahan kontrol dengan cara within-
run atau within a day untuk mendapatkan short-term
imprecision.. Hitung rerata, SD dan CV untuk setiap level
bahan kontrol, tentukan mendapatkan short-term
imprecision

Analisis 1 sampel dari setiap level bahan kontrol pada 20


hari yang berbeda untuk memperoleh long-term
imprecision. Hitung rerata, SD dan CV untuk setiap level
bahan kontrol, tentukan long-term imprecision.
Studi yang direkomendasikan (1)

Desain pengujian yang lebih konpleks dapat


memberikan informasi lebih tentang variasi short-
term imprecision dan long-term imprecision. Desain
tersebut menggunakan statistik Analisis Varian
ANOVA. (Protokol CLSI tentang presisi). Untuk
mengestimasi impresisi total digabungkan cara within
run dan between run. Digunakan minimal 3 replikasi
per hari untuk periode 5 hari, sehingga diperoleh total
15 pengukuran.

38
Studi yang direkomendasikan (2)

39
Intermediate and repeatability precision
Test Method
• Pengujian impresisi
CV3
dilakukan minimal
terhadap 2 level
sampel. Lebih banyak CV2
lebih baik
• Setiap level harus
memiliki CV yang CV1
memenuhi
persyaratan
sebelum dilanjut TV
ke pengukuran C1 C2 C3
bias

40
Kriteria penerimaan dan
penolakan kinerja metoda
Untuk short-term imprecision :

Untuk long-term imprecision :

41
TEa criteria form CLIA
Test or Analyte TEa (%)
ALT 20 %
AST 20 %
Albumin 10 %
Alk. Phosphatase 30 %
Cholesterol 10 %
Trigliserida 25 %
Ureum 9%
Natrium Target Value ± 4 mmol/L
Sodium Target Value ± 0.5 mmol/L
42
2. Akurasi
AKURASI
Menggambarkan besarnya penyimpangan data hasil uji
dengan nilai sesungguhnya
Cara :
• Uji Banding terhadap akurasi met standar
• Uji Recovery (Perolehan kembali)
• Uji thd bahan acuan standar
MENENTUKAN INAKURASI(1)
(Uji Banding terhadap akurasi met standar)
• Pilih 40 spesimen pasien yang mewakili angka
reportable range metoda.

Test Method Result

a nge
bler
orta
p
Re

Comparative Method Result


MENENTUKAN INAKURASI(2)
(Uji Banding terhadap akurasi met standar)
• Lakukan pengujian 8 spesimen setiap hari yang
dilakukan dalam 2 jam oleh metoda uji dan metoda
pembanding.
• Plotkan data pada grafik difference plot, dan amati
adanya kesenjangan, uji ulang spesimen yang
mengalami penyimpangan untuk mengeliminasi outlier
dan mengidentifikasi potensi gangguan.
“Difference Plot”

Difference

(Test – Comp)

Zerro line

Comparative Method Resuilt


MENENTUKAN INAKURASI(3)
(Uji Banding terhadap akurasi met standar)
• Lanjutkan percobaan selama 5 hari bila tidak ditemukan
penyimpangan data. Lanjutkan lima hari berikutnya jika
ditemukan penyimpangan pada 5 hari pertama.
MENENTUKAN INAKURASI(4)
(Uji Banding terhadap akurasi met standar)
• Siapkan comparation plot dari semua data untuk menilai rentang, outliers,
dan linieritas.
“Comparison Plot”

Test
Method
Result

Comparative Method Resuilt

• Hitung koefisien korelasi (r) dan jika r > 0,99, lakukan perhitungan regresi
linier sederhana dan lakukan estimasi sistematik error pada konsentrasi
medical decision. Jika r < 0,975, estimasi bias data dari reratadari statistik uji
t, atau uji alternatif lainnya.
Percobaan Perbandingan Metoda

Y = a + bX
DIKETAHUI

METODA UJI JIKA r > 0,975


150
BIAS = SE Y-X
?
Bias =Y–X
Impresisi = CV uji impresisi
Total Error = Bias + 2 Impresisi
Bandingkan TE dengan TEa

0 150
METODA PEMBANDING
Test Method Regresi Ideal

Regresi
Bias
Observasi
3

Bias
2

Bias
1

TV
C1 C2 C3

Regresi
Test Method Observasi
Regresi Ideal

Bias 3

Bias 2

Bias 1

TV
C1 C2 C3
PENGHITUNGAN DATA(1)

Jika Koefisien Korelasi > 0,99 :


Persamaan Garis Regresi Linier :
Yc = a + bXc
b = slope
a = intercept dengan Y
Sistematik Error (SE) diperoleh dari Medical Decision Concentration (Xc)
dan nilai Yc yang diperoleh dari persamaan garis regresi
SE = Yc – Xc dimana Yc = a + bXc dari regresi statistik
TEcalc= SE + RE
PENGHITUNGAN DATA(2)

Jika Koefisien Korelasi < 0,975


biasmeas = Rerata perbedaan atau difference between
averages dari perhitungan uji t
Total Error
Total Error diperoleh dari penjumlahan Sistematik error
dengan Random error
TEcalc = biasmeas + 3smeas
smeas = Standar Deviasi dari percobaan replikasi (uji Impresisi)
biasmeas = Rerata perbedaan atau difference between
averages dari perhitungan uji t.
KRITERIA PENERIMAAN DAN PENOLAKAN
KINERJA METODA

Kinerja metoda diterima apabila TEcalc < TEa

Method Decision Chart ?


Versi EP15 sebelumnya mencakup percobaan perbandingan
kecil, yang melibatkan 40 sampel pasien, yang akan digunakan
untuk memverifikasi bias yang diklaim oleh produsen.
Ada dua masalah dengan pendekatan ini.
Pertama, pengguna jarang memiliki akses ke prosedur
pengukuran yang digunakan oleh produsen (atau penulis
publikasi) sebagai metode pembanding untuk bias yang
dipublikasikan. Terkadang produsen mengidentifikasi prosedur
pengukuran komparatif hanya secara umum.
Kedua, sebagian besar produsen hanya memberikan statistik
regresi sebagai hasil percobaan perbandingan, dan tidak
memberikan klaim bias, sehingga pengguna harus menghitung
bias yang diharapkan dari statistik regresi yang ada.
Journal of Laboratory and Precision Medicine, 2017 Page 3 of 7
Total Error = Bias + (2xCV)
Test Method
Regresi Ideal

Regresi Observasi
Bias 3

CV3
Bias 2

CV2

Bias 1

CV1

TV

C1 C2 C3
Ekspresi kualitatif dan kuantitatif dari jenis kesalahan dan penggabungannya.
Improved trueness

Improved precision
3. Recovery & Interference
Uji Recovery
Uji ini dilakukan dengan mengerjakan pengujian atas contoh yang diperkaya
(spike) dengan sejumlah kantitatif analit yang akan ditetapkan, dihitung :

Recovery (%) = [(C1 – C2) / C3] x 100


C1 = Konsentrasi analit dalam contoh + sejumlah
analit tertentu
C2 = Konsentrasi anali dalam contoh
C3 = Konsentrasi analit yang ditambahkan ke
dalam contoh
Perolehan yang baik adalah 95 – 105 %
The Recovery Experiment
Add Analyte
Add Water

Prepare Pairs of
Test Samples

Calculate A
Added AAA H2O

Measure A in AAAA AAAA


Both Samples AAA AAA

10A 7A

Calculate % Recovery 10 A – 7 A x100 =


100%
PERHITUNGAN :
Spike Sample Baseline Sample
Patient Rerata 1 Rerata 2 (R2) Selisih R 1 Recovery Rerata Proportional
Specimens (R1) Uji 1 uji 2 dan R 2 Recovery Error
Uji 1 uji 2 uji3 Uji 4 uji3 Uji 4
1 204 196 208 194 201 149 151 153 146 150 51 102
2 224 222 228 240 229 180 186 178 187 183 46 92
3 255 243 257 258 253 201 204 196 206 202 52 103
99.6 0.4
4 235 246 233 248 241 180 204 184 188 189 52 103
5 206 207 210 208 208 160 157 166 159 161 47 95
6 235 242 246 246 242 187 182 191 201 190 52 104

% Recovery = (Selisih R1 dan R2/Zat Yang ditambahkan )x 100


Konsentrasi Standar (a) 500 mg/dL
Vol Standar (b) 0.1 mL
Vol Serum (c) 0.9 mL
Proportional Error = 100 - Rerata Recovery
Zat yang ditambahkan
50.00 mg/dL
a x (b/(b+c))
Batasan Recovery Min Maks
95 105

Kesimpulan RECOVERY DITERIMA


Interference Experiment(1)
• Perlu diyakinkan bahwa isyarat yang dihasilkan pada
proses pengukuran hanya berasal dari analit, dan bukan
berasal dari senyawa lain atau bukan merupakan
campuran isyarat dari analit + senyawa lain yang
kebetulan mempunyai sifat fisika/kimia serupa dengan
analit yang akan ditetapkan
Interference Experiment(2)
• Metode Spesifik : Ukuran kinerja metode analisis itu yang
menyatakan kemampuannya untuk mendeteksi secara
spesifik senyawa yang dianalisis
Interference Experiment
Add Add Water
Interference

Prepare
Pairs of
Samples
IIII H2O
Measure A
AAAA AAAA
in Both AAA AAA
Samples
7A 7A
Calculate
7 A – 7 A = 0 Bias
difference
• Analyte Solution :
– Standard solution
– Patient Specimens
– Patients Pools
• Interferences to be tested :
– Bilirubin Standard bilirubin solution
– Hemolysis Mechanically / Freezing
– Lipemia Commercial fat emultion
• Comparative methods ?
Perhitungan Data
Spike Sample Baseline Sample
Patient Rerata Rerata 2 Selisih R Rerata Selisih
Specimens 1 (R1) (R2) 1&R2
Uji 1 uji 2
Uji 1 uji 2 Uji 3 Uji 4 Uji 3 Uji 4
1 221 222 230 229 225,5 206 213 223 215 214,25 11,25
2 233 241 228 237 234,8 220 228 223 210 220,25 14,5
3 306 304 302 296 302 299 287 297 297 295 7
10,63
4 186 184 181 183 183,5 169 171 167 178 171,25 12,25
5 242 265 271 262 260 250 248 257 252 251,75 8,25
6 236 229 237 242 236 227 221 224 230 225,5 10,5

TEa 10%
Batas atas Normal 200
Batas Kesalahan 20
Kriteria Penerimaan Rerata Selisih < Batas Kesalahan
Kesimpulan KINERJA METODA DITERIMA
Perhitungan Data
Penambahan Tanpa Pengganggu
Sampel pengganggu Rerata 1 Rerata Selisih Rerata
(R1) 2 (R2) R 1 & R 2 Selisih
Uji 1 uji 2 Uji 1 uji 2

A 110 112 111 98 102 100 11

B 106 108 107 93 95 94 13 12,7

C 94 98 96 80 84 82 14

Bandingkan rerata selisih dengan TEa !


4. Linierity or Reportable Range
Rentang kerja suatu metode analisis adalah interval
antara konsentrasi tertinggi (batas respon alat) dan
terendah (LOQ) yang telah dianalisis dengan presisi,
akurasi dan linieritas dengan menggunakan kondisi
metode yang dievaluasi
Absorban Nilai
Maks

LOQ

Working Range

LOD
Konsentrasi
Linieritas
• Kemampuan memberikan hasil ujisecara langsung atau setelah
transformasi matematika, yang proporsional dengan konsentrasi
komponen-komponen uji dalam rentang tertentu
• Uji ini dilakukan dengan suatu seri larutan baku yang terdiri dari
minimal 5 konsentrasi (idealnya 10) yang menaik dengan rentang
50 – 100 % dari rentang komponen uji diharapkan. Respon harus
linier thd konsentrasi larutan baku dengan nilai koefisien korelasi
mendekati 1,00
Prosedur pengenceran

Sebaiknya menggunakan 2 konsentrasi pool, satu mendekati nilai nol


atau dekat dengan limit deteksi, yang lainnya mendekati nilai tertinggi
reportable range. Hitung total volume yang diperlukan untuk analisis.
Pilih pipet volum yang tepat dan ikuti petunjuk berikut :

•Label pool rendah untuk ”pool 1” dan pool tinggi untuk ”pool5”
•Siapkan campuran 2 (75/25) dengan 3 bagian pool1 + 1 bagian pool 5
•Siapkan campuran 3 (50/50) dengan 2 bagian pool1 + 2 bagian pool 5
•Siapkan campuran 4 (25/75) dengan 1 bagian pool1 + 3 bagian pool 5

Jika diperlukan tingkat konsentrasi lebih cara pengenceran di atas dapat


dimodifikasi, misalnya dengan mencampur 4 bag dengan 1 bag, 3 bag
dengan 2 bag, 2 bag dengan 3 bag dan 1 bag dengan 4 bag.

CLSI merekomendasikan 4 pengukuran pada setiap specimen atau


pool. Pada kenyataannya 3 kali pengulangan umumnya sudah cukup.
200 uL 200 uL

Low Pool High Pool


500uL 500uL

0 2 4

100 uL 100 uL 100 uL 100 uL

0 1 2 3 4

200 uL of Five equally spaced dilutions


Rentang Minimal dan Rentang Maksimal Nilai Ideal dan Hasil Observasi
pada Setiap Konsentrasi Analit
500

450

400

350 Linier Ideal


Observasi
300 Rentang minilal ideal
Rentang Maksimal Ideal
250 Rentang Miniumal Observasi
Rentang Maksimal Observasi
200

150

100

50

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
REPORTABLE RANGE Test : Kolesterol
EXPERIMENT Method : GPO PAP
Materials : Bahan Kontrol
TEa% = 14 CV % = 4 0    
Konsentrasi Analit maksimal : 400     
Sample Nilai Rentang Rentang
No Tanggal Analis Sebenarny Hasil 1 Hasil 2 Hasil 3 Rerata SD 2 SD Keterangan
ID a Ideal Observasi

1      50 50 50 49 50 2,0 4,0 43 - 57 46 - 54 DITERIMA


2      100 102 101 101 101 4,0 8,0 86 - 114 93 - 109 DITERIMA
3      150 148 159 147 151 6,0 12,0 129 - 171 139 - 163 DITERIMA
4      200 190 200 198 196 8,0 16,0 172 - 228 180 - 212 DITERIMA
5      250 237 261 251 250 10,0 20,0 215 - 285 230 - 270 DITERIMA
6      300 300 314 310 308 12,0 24,0 258 - 342 284 - 332 DITERIMA
7      350 345 352 343 347 14,0 28,0 301 - 399 319 - 375 DITERIMA
8      400 396 395 372 388 16,0 32,0 344 - 456 356 - 420 DITERIMA
#DIV/0 #DIV/0 #DIV/0!
9              #DIV/0! 0,0 0,0 0 - 0 ! - !
 
Entry Data        
REPORTABLE RANGE
5.Detection Limit
LoB LoD LoQ

Limit of Blank (LoB) : Hasil pengukuran tertinggi dari


hasil observasi blanko, yaitu 95% one side confidence
Limit of Detection (LoD) : Konsentrasi terendah yang
Limit
limit, of Quantification
rerata (LoQ)/
nilai blanko + 1,65 SDLower
blanko Limit of
dapat dideteksi dengan tingkat keyakinan yang tinggi
Quantification : Konsentrasi terendah analit yang
walaupun tidak dapat dikuantifikasi sebagai nilai yang
dapat ditentukan dengan akurasi yang bisa diterima.
pasti. Dihitung dengan cara : LoD = LoB+1,65Sspk
Dihitung dengan cara : LoQ = Meanspk
@TEa=2sspk+biasspk
Measurement Response
LoQ Mirip dengan Functional Sensitivity.
Functional
Zero or Sensitivity
“Spikeed”, : Konsentrasi analyt dimana CV
“Spikeed”
“blank”20% Sample
metoda Sample
Detection Limit Experiment
Add low amount of
Prepare “blank” and
“spike” samples
analyte

Make replicate
measurements (20x)
and calculate mean, s
Blank Spike
Sample sample
Calculate Limit :

LoB = Mean blk + 1,65Sblk


LoD = LoB + 1,65spk
LoQ = meanspk @TEa = 2sspk + biasspk
Contoh Perhitungan
SD Blanko = 1,0 ug/L
SD Spike spl = 1,0 ug/L
TEa = 25%
LoB = 1,65 x 1,0 = 1,65 ug/L
LoD = LoB + 1,65(1,0) = 3,30 ug/L
Functional Sensitivity (FS):
CV = 20% = SD*100/FS
jadi FS = 1,0 ug/L* (100%/20%) = 5ug/L
LoQ, diasumsikan bias = 0, TEa=25% = 2CV, jadi CV=12,5%
Jadi LoQ = 1,0 ug/L* (100%/12,5%) = 8 ug/L
BATAS DETEKSI (LOD)(alternatif)
DEFINISI
NAMA LAIN
: :
• Konsentrasi
Limit of Detection
terendah / LOD
yang dapat dideteksi dengan tingkat
• Detection Limit keyakinan yang tinggi
FORMULA
• Minimum :detectable value
Batas Deteksi = Blanko + 3s
• Minimum detectable net concentration
Mengukur Batas Deteksi (alternatif)
Yang Dihitung
Diuji
1. Deviasi
1a. 10 blankostandar
contoh(s)yang
dari berbeda
blanko contoh
diukur @ 1 kali
1b. LOD= Nilai rata-rata blanko contoh + 3s
2a. Deviasi standar (s) dari blanko contoh yang ditambah analit
2. LOD=
2b. 10 blanko
Nilaicontoh
rata-rata
yang
blanko
ditambah
contoh
(spike)
+ 3s analit berkonsentrasi “terendah”
diukur @ 1 kali

Friedecký B., Šprongl L., Kratochvíla J.


VALIDATION AND VERIFICATION OF ANALYTICAL METHODS IN CLINICAL LABORATORIES
BATAS KUANTITASI (LOQ) (alternatif)
DEFINISI
NAMA LAIN
: :
• Konsentrasi
Limit of Quantitation
terendah/ LOQ
analit yang dapat ditentukan
• dengan akurasi yang bisa diterima
Limit of Determination

KONVENSI :
LOQ = Blanko Contoh + 5s (atau 6s atau 10s)
LOQ = 3 x LOD
Friedecký B., Šprongl L., Kratochvíla J. VALIDATION AND VERIFICATION OF ANALYTICAL METHODS IN CLINICAL
LABORATORIES
Mengukur Batas Kuantitasi (LOQ) (alternatif)
Yang Dihitung
Diuji
1. Deviasi
1a. 10 blankostandar
contoh(s)yang
dari berbeda
blanko contoh
diukur @ 1 kali
1b. LOQ= Nilai rata-rata blanko contoh + 5s
2a. Deviasi standar (s) dari setiap konsentrasi
2. LOQ
2b. 10 blanko
adalahcontoh
konsentrasi
yang ditambah
terendah(spike)
yang bisa
analit
ditentukan
dengan konsentrasi
dengan nilaiberbeda,
s yang
masih
dimanabisa
untuk
diterima
masing-masing konsentrasi dibuat 10 buah. semua diukur @
1 kali
Performance Samples
chracteristic
Selected experiments
Measurements

Imprecision IQC-samples; no target


n = 20 (repetition over several days)

LoD/LoQ Blank; Low sample


n = 20 (repetition over several days)

Linearity 5 related samples/-calibrators (mix); no target


n = 4 (repetition within day)

Working range See: Imprecision/Linearity

Interference Samples: Interferent spike & control (no target)


n = 4 (repetition within day)

Recovery Samples: Known analyte spike & control or


(Accuracy/Trueness) certified reference materials (CRM)
n = 4 - 5 (repetition over several days)

Total error 40 samples (target by reference method)


(method comparison n = 1 or 2 (measurement in one or several days)

IQC: Internal Quality Control; LoD: limit of detection; LoQ: limit of quantitation 92
Spesifisitas dan Sensitifitas
Pos Neg Total

Pos a b a+b

Neg c d c+d

Total a+c b+d a+b+c+d

Negatif Sejati Positif Sejati


Spesifisitas = Sensitifitas =
Neg Sejati + Pos Palsu Pos Sejati + Neg Palsu
d a
= =
c+d a+b
Spesifisitas
Sensitivitas
Sensitifitas berarti seberapa baik suatu tes mendeteksi penyakit tanpa
melewatkan beberapa individu berpenyakit yang salah klasifikasi sebagai
individu sehat, sehingga sensitifitas mengukur suatu proporsi dari individu
dengan suatu penyakit. Dalam istiilah teknis, sensitifitas suatu tes
menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan lebih banyak hasil
positif sejati dan sedikit hasil negatif palsu. Secara matematis dirumuskan
sebagai :

Positif Sejati
-------------------------------------------------- = Sensitivitas
Positif Sejati + Negatif Palsu

Adanya peningkatan pada positif palsu (orang normal salah uji positif untuk
suatu penyakit) akan menurunkan spesivisitas suatu tes, sedangkan suatu
peningkatan pada hasil negatif palsu (orang sakit salah uji negatif untuk
suatu penyakit tersebut) akan mengurangi sensitivitas tes tersebut.
Pemeriksaan yang ideal sebaiknya mempunyai spesivisitas
dan sensitivitas sebesar 100%.

Tidak ada tes lab yang benar-benar memenuhi kriteria ini.

Untuk mendeteksi suatu penyakit , dibutuhkan sensitivitas


maksimal , tetapi seringkali mengorbankan spesivisitasnya.

Dengan suatu tes yang sangat sensitif yang harus


mempunyai nilai ambang abnormalitas rendah, seorang
pasien mungkin salah dianggap berpenyakit sedangkan
kenyataannya tidak
Suatu contoh keadaan dengan sensitivitas yang tinggi
menjadi keharusan adalah pada penapisan donor
darah terhadap hepatitis. Akan jauh lebih baik
menyingkirkan dari donor darah semua yang benar-
benar pembawa hepatitis walaupun beberapa
individu sehat akan tersingkir akibat sensitivitas yang
tinggi dari pengujian untuk hepatitis
Sebaliknya, saat berkenaan dengan suatu penyakit
yang diketahui (atau dalam situasi yang telah dibuat
suatu dugaan diagnosa yang kuat berdasarkan
keadaan klinis atau uji penyaring). Lebih diperlukan
spesivisitas yang sangat tinggi.
Sebagi contoh : Saat seorang pasien masuk ke Rumah
Sakit dengan nyeri dada dan dicurigai adanya infark
miokardial, perlu penggunaan suatu tes dengan
spesivisitas yang sangat tinggi untuk kerusakan
miokardial (isoenzim Kreatin Kinase MB)
Secara umum, tes yang sangat sensitif
mempunyai spesivisitas yang relatif
rendah, dan tes yang sangat spesifik
mempunyai sensitivitas yang relatif
rendah
Thank You
103

Anda mungkin juga menyukai