Anda di halaman 1dari 16

Kelompok 7

NAMA ANGGOTA
1.Dewi Irianti (P07134021017)
2.Danang Ady Warsito (P07134021017)
3.Frischa J. Yekusamon (P07134021026)
4.Laly M. P. Sitaniapessy (P07134021035)
5.Milka Bua Palindangan (P07134021043)
6.Milka Meraywab (P07134021017)
7.Putri Arum Kinasih (P07134021053)
8.Yulianti Sanda (P07134021069)
Inhibition Magnetic
Binding Immunoasay
(IMBI)
Definisi Pemeriksaan Ig M
anti Salmonella Metode IMBI
(Tubex TF)
IgM anti Salmonella metode IMBI adalah
pemeriksaan in vitro untuk mendeteksi
antibodi IgM terhadap antigen
lipopolisakarida (LPS) O9 kuman Salmonella
typhi yang terdapat dalam serum penderita
dengan interpretasi hasil pemeriksaan
secara semikuantitatif. Antigen
lipopolisakasida (LPS) O9 hanya ditemukan
pada Salmonella typhi serogrup D.
(Rachman, dkk., 2007).
PRINSIP
Tubex TF mendeteksi antibody anti-09 pada sampel serum sesuai
dengan menilai kemampuannya dalam menghambat reaksi
antibody yang dilapisi dengan reagen biru dengan antigen yang
dilapisi dengan reagen coklat. Penghambatan yang terjadi akan
sebanding dengan konsentrasi antibody anti 09 dalam sampel.
Pemisahan diaktifkan oleh gaya magnet. Hasil dibaca secara visual
terhadap skala warna.

TUJUAN
Untuk mendeteksi demam tifoid primer (Antibodi IgM)
terhadap antigen Salmonella typhi 09 Lipopolisakarida
Alat dan Bahan

Mikropipet Yellow Tip Reagen biru, Reagen coklat,


control (+) dan control (-)

Skala Warna Tape sealing Serum pasien


Prosedur
Kerja
INTERPRETASI HASIL
≤2→Negatif (tidak menunjukkan indikasi demam tifoid)
3 → Border line skor (tidak meyakinkan, analisis diulang)
4→ Positif (indikasi)
6-10 → Positif (indikasi kuat demam tifoid)
Hal-hal Yang Dapat Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan

Perbandingan yang salah antara reagen dan sampel.


Suspensi partikel yang tidak homogen.
Pencampuran reagen yang kurang sempurna.
Pengocokan yang terlalu lambat selama inkubasi.
Sampel yang hemolisis.
Kekurangan tubex adalah
mudah terkontaminasi
dengan bakteri dan dapat
mempengaruhi hasil reaksi
karena adanya antibiotic.
Keunggulan uji tubex, yaitu :
a.Mendeteksi secara dini infeksi akut akibat Salmonella
typhi, karena antibody IgM muncul pada hari ke 3
terjadinya demam
b.Mempunya sensitivitas yang tinggi terhadap kuman
Salmonella (> 95%)
c.H anya dibutuhkan sample darah sedikit
d.Hasil dapat diperoleh lebih cepat.
Sumber Kesalahan Teknik
Pra Analitik Analitik

a)Ketatausahaan (clerical) a)Reagen (reagents)


b)Persiapan penderita (patient Praparation) b)Peralatan (instruments)
c)Pengumpulan spesimen (specimen c)Kontrol & bakuan (control & standard)
Collection) d)Metode analitik (analytical method)
d)Penanganan sampel (sampling handling) e)Ahli Teknologi (Technologist)

Pasca Analitik
a)Perhitungan (calculation)
b)Cara menilai (method evaluation)
c)Ketatausahaan (clerical)
d)Penanganan informasi (information
handling) (Kahar, 2005).
Tahap-tahap pemeriksaan spesimen di laboratorium mulai dari tahap pra analitik lalu
tahap analitik dan yang terakhir tahap pasca analitik, yang dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
Kesalahan teknik yang merupakan kesalahan analitik dilaboratorium terdiri dari 2 jenis kesalahan,
yaitu:
a. Kesalahan Acak (Random Error)
Kesalahan acak (random error) disebabkan oleh faktor-faktor yang secara acak/random
berpengaruh pada proses pengukuran. Kesalahan ini bersumber dari variasi yang bersifat acak
dan dapat terjadi diluar kendali personil yang melakukan pengukuran. Kesalahan jenis ini
menunjukkan tingkat ketelitian (prasisi) pemeriksaan.
b. Kesalahan Sistematik (Systematic error)
Kesalahan sistematik disebabkan oleh berbagai faktor yang secara sistematis mempengaruhi hasil
pengukuran. Kesalahan jenis ini menunjukkan tingkat ketepatan (akurasi) pemeriksaan. Sifat
kesalahan ini menjurus ke satu arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu lebih kecil
dari nilai seharusnya.
CARA MENGATASI KESALAHAN TEKNIK

Kesalahan Acak Kesalahan Sistematik


Ambil lebih banyak data. Kesalahan acak dapat dievaluasi Kesalahan sistematik sulit dideteksi dan tidak dapat
melalui analisis statistik dan dapat dikurangi dengan rata- dianalisis secara statistik, karena semua data menuju ke
rata pada sejumlah besar pengamatan.Perhatikan hal-hal arah yang sama (baik ke tinggi atau terlalu rendah).
berikut ini: Melihat dan mengoreksi kesalahan sistematis
1. Kestabilan instrumen harus dijaga membutuhkan banyak perawatan. Perhatikan hal-hal
2. Temperatur harus konstan, reagen dengan lot yang berikut ini:
sama dan lakukan kalibrasi pada alat 1. Periksa sistem kontrol kualitas, pastikan bahan kontrol
3. Prosedur pemeriksaan sesuai SOP tidak terkontaminasi, atau kadaluarsa.
4. Teknik pipetasi yang benar, pencampuran, dan waktu 2. Periksa reagensia yang digunakan
inkubasi yang tepat. 3. Periksa larutan standar
5. Teknisi laboratorium (ATLM) harus kompeten 4. lakukan kalibrasi kembali
5. Periksa instrumentasi yang digunakan
KESALAHAN NON TEKNIK
1.Kesalahan Tahap Pra Analitik 2.Kesalahan Tahap Pasca analitik
Tahap pra analitik merupakan langkah pertama Kesalahan tahap pasca analitis sangat sedikit,
dalam proses pengujian spesimen pasien, tetapi terkadang menjadi kritis, ketika terjadi
dimana pada tahap ini dilakukan mulai dari kesalahan seperti pelaporan hasil yang salah,
persiapan, pengambilan sampai pengolahan keterlambatan dalam pelaporan, atau
spesimen. Kesalahan pada tahap pra analitik pemberian informasi waktu tes dapat
adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan menghambat keputusan klinis yang penting.
tahap analitik maupun pasca analitik. Seperti pada tahap analitik, kesalahan pada
Kesalahannya sampai 68%, dikarenakan tahap tahap pasca analitik hanya berkisar 15% -
pra analitik sulit dikendalikan, contohnya pada 20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih
persiapan pasien. Laboratorium sulit kecil jika dibandingkan kesalahan pada tahap
mengendalikan hal ini, karena banyak faktor pra analitik, tetapi tetap memegang peranan
yang mempengaruhi kondisi pasien. yang penting (Usman, 2015).
CARA MENGATASI KESALAHAN NON TEKNIK

Kesalahan pasca analitik dapat dikurangi atau diperkecil dengan instrument laboratorium yang
sudah otomatisasi dan terhubung dengan komputer (sistem informasi laboratorium). Sistem kerja
instrumen yang sudah otomatisasi sangat mempermudah proses pemeriksaan di laboratorium, selain
itu dapat dilakukan pemeriksaan spesimen sekaligus dalam jumlah banyak. Dengan adanya sistem
informasi laboratorium maka kesalahan dalam menginput data dapat dikurangi, karena penginputan
data pasien cukup dilakukan satu kali di ruang pendaftaran pasien dan datanya sudah dapat dilihat
di ruang pemeriksaan. Teknisi laboratorium bagian pemeriksaan tidak perlu menginput data pasien
lagi, hanya menginput hasil uji laboratoriumnya saja (Riswanto, 2010; Usman, 2015).
Namun demikian, otomatisasi tidak menjamin kemungkinan untuk terjadinya
kesalahan. Kesalahan dapat terjadi karena faktor kelalaian teknisi laboratorium, seperti kesalahan
dalam menginput data pasien atau menginput hasil uji laboratorium (Usman, 2015).
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai