TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui adanya respon terhadap inflamasi biasanya berupa trauma, stress, infeksi,
atau bisa juga pada penyakit radang akut (nekrosis).
DASAR TEORI
Pemeriksaan CRP adalah pemeriksaan yang merupakan protein fase akut yang berasal dari
hati yang meningkat setelah sekresi interleukin-6 oleh makrofag dan sel T. Protein pentamerik
yang ditemukan di plasma darah, dimana jika kadarnya meningkat akan memberikan respon
terhadap inflamasi.
HASIL PENGAMATAN
KESIMPULAN
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pasien atas nama Tn. Nauval tidak ada inflamasi
dalam tubuhnya seperti trauma, stress, infeksi, dll. Sehingga Tn. Nauval dikatakan sehat.
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengidentifikasi adanya antibodi spesifik untuk penyakit demam tifoid
DASAR TEORI
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, Salmonella
paratyphi A, B dan C. Penularan utamanya terjadi akibat mengkonsumsi makanan dan
minuman yang telah terkontaminasi bakteri ini. Biasanya pemeriksaan widal ini akan dilakukan
bila pasien mengalami gejala seperti demam, nyeri perut, diare atau sulit buang air besar dan
muncul ruam pada kulit. Diagnosis dan penanganan dini sangat penting karena bila tidak
ditangani dengan baik dapat berujung pada komplikasi serius berupa perdarahan atau luka
pada usus.
HASIL PENGAMATAN
H AH BH CH PC
O AO BO CO NC
PEMBAHASAN
Pemeriksaan widal adalah pemeriksaan untuk mengetahui adanya antibodi dalam tubuh pasien
yang terkena penyakit tifoid. Dalam hasil terdapat adanya aglutinasi yang dimana ada ikatan
antara antibodi Salmonella typhi, Salmonella paratyphi A, B dan C yang terdapat dalam sampel
dengan antigen yang terdapat pada reagen. Reagen yang digunakan adalah reagen yang berisi
antigen O (antigen somatik) dan antigen H (antigen flagellar). Pada hasil yang ditetesi reagen O
terlihat bahwa terdapat aglutinasi pada kertas tes yang ditambahi reagen O dan reagen BO,
kemudian pada hasil yang ditetesi reagen H terlihat bahwa terdapat aglutinasi pada kertas tes
yang ditambahi reagen H, reagen BH dan reagen CH. Ini membuktikan bahwa seseorang
tersebut memiliki antibodi baik untuk Salmonella typhi maupun untuk Salmonella paratyphi A, B
dan C.
KESIMPULAN
Dari hasil yang terlihat dapat disimpulkan bahwa pasien atas nama Tn. Insan pernah terpapar
atau terinfeksi bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A, B dan C sehingga terlihat
adanya aglutinasi pada kertas tes.
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui antibodi spesifik terhadap penyakit sifilis yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum.
DASAR TEORI
Pemeriksaan TPHA adalah tes diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi jumlah antibodi
terlarut dalam sampel serum pasien terhadap faktor penyebab sifilis. TPHA mendeteksi antibodi
Pallidum melalui metode hemaglutinasi. Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual yang
disebabkan oleh bakteri Treponema palligum (T. pallidum). Bakteri akan masuk kedalam tubuh
melalui luka kecil atau selaput lendir.
HASIL PENGAMATAN
PEMBAHASAN
Pemeriksaan TPHA adalah pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi terhadap bakteri T.
pallidum, terlihat adanya haemaglutinasi pada well D7 yang berarti terjadi ikatan antara antibodi
treponemal dan antigen T. pallidum sehingga sel eritrosit tersebut menutupi dasar well. Untuk
uji kualitatif dilakukan pada well D7, E1 dan E7 dan semuanya menandakan adanya
haemaglutinasi. Maka dari itu perlu dilakukan uji semikuantitatif untuk mengetahui apakah
sampel tersebut benar benar positif. Untuk uji semikuantitatif dilakukan pada well D1 – D6, hasil
terlihat bahwa yang terjadi haemaglutinasi hanya sampai D2 sisanya tidak mengalami
haemaglutinasi. Ini menandakan bahwa titer tertinggi nya adalah 160 dan termasuk kedalam
positif lemah. Kemudian untuk kontrol positif terdapat pada well C8 dan untuk kontrol negatif
terdapat pada well C9.
KESIMPULAN
Dari hasil yang terlihat dapat disimpulkan bahwa pasien atas nama Tn. Bayu pernah terpapar
atau terinfeksi bakteri Treponema pallidum sehingga terdapat antibodi T. pallidum pada sampel
pasien.