Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PEMERIKSAAN DEMAM THYPOID DENGAN TES TUBEX

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Imunoserologi Dasar

Disusun oleh :
Arzaq Nurhadi Fadhilah
NIM : P1337434319013

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

2020
I. Judul
Mendeteksi Demam Tifoid dengan Test Tubex.

II. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah Inhibiton magnetic binding
Immunoassay

III. Tujuan
Untuk dapat memahami dan mengetahui cara pemerikssaan demam tifoid dengan
Tubex Test terhadap antigen Salmonella typhi lipopolisakarida.

IV. Prinsip
Test Tubex mendeteksi antibodi anti-O9 pada sampel serum sesuai dengan menilai
kemampuannya dalam menghambat reaksi antibodi yang dilapisi dengan reagen biru
dengan antigen yang dilapisi dengan reagen coklat. Penghambatan yang terjadi akan
sebanding dengan konsenterasi antibodi anti-O9 dalam sampel. Pemisahan diaktifkan
oleh gaya magnet. Hasil dibaca secara visual terhadap skala warna.

V. Dasar Teori
Demam typhoid atau enteric fever adalah sindrom klinik yang dihasilkan oleh
organisme salmonella tertentu. Istilah ini mencakup istilah demam yang disebabkan
oleh S. typhi, dan demam paratyphoid yang disebabkan oleh S. paratyphi A, S.
paratyphi B, S.paratyphi C, dan kadag-kadang serotip salmonella lain (Nelson, 2000)
Penyakit Tifus atau Demam Tifoid merupakan penyakit dengan gejala yang tidak
khas yang sering menjangkit masyarakat di negara  berkembang terutama dengan
sanitasi lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu, pendeteksian penyakit ini
harus melalui tes laboratorium sebagai penunjang di samping gejala klinis masih
merupakan faktor yang paling menentukan. Penyebab keterlambatan diagnosis
penyakit tifus, antara lain selang waktu antara infeksi dan permulaan sakit yang
terlalu lama (berkisar 8-14 hari) dan metode pemeriksaan yang digunakan tidak  dapat
mendeteksi secara cepat dan tepat. Beberapa tahun kebelakang dan sepertinya masih
popular hingga saat ini, pemeriksaan Widal menjadi pemeriksaan laboratorium yang
dipercaya bisa mendeteksi penyakit tifus secara dini. Walaupun diketahui belakangan
bahwa Tes Widal memiliki banyak kekurangan. Sehingga di kembangkan metode
baru untuk tes pendeteksian demam tifoid. Pemeriksaan yang dapat dijadikan
alternatif untuk mendeteksi  penyakit demam typhoid lebih dini adalah mendeteksi
antigen spesifik  dari kuman Salmonella ( lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan
IgM Anti Salmonella ( Tubex TF).
Keunggulan Pemeriksaan IgM Salmonella Typhi :
1. Mendeteksi secara dini infeksi akut akibat Salmonella typhi, karena IgM muncul
pada hasi ke-3-4 terjadinya demam (sensitifitas > 95%).
2. Lebih spesifik dalam mendeteksi salmonella typhi dibandingkan dengan tes widal
sehingga dapat membedakan secara tepat berbagai infeksi dengan gejala yang
mirip (spesifisitas > 93%).
3. Antigen yang digunakan dalam pemeriksaan ini responsif  terhadap keberadaan
antibodi spesifik terutama pada pasien anak-anak, sehingga sensitifitasnya juga
baik pada kelompok  tersebut.
4. Hanya membutuhkan sampel serum tunggal, sedangkan pada widal idealnya
dilakukan dua kali dengan jarak pemeriksaan antara 5-7 hari. 5. Hasil dapat
diperoleh lebih cepat.

VI. Alat & Bahan


A. Alat
 Mikropipet
 Yellow tip
 Tape sealing
 Skala warna, trip wall reaction
 Control positif (+) dan negative (-)
B. Bahan
 Tubex TF terdiri dari : Reagen biru dan reagen coklat
 Sampel serum

VII. Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dipipet reagen coklat sebanyak 45 µL sampel ke dalam 3 sumur.
3. Kemudian ditambahkan 45 µL sampel ke dalam 1 sumur.
4. Dan masukkan kontrol (+) ke dalam sumur 2 sebanyak 45 µL.
5. Dimasukkan control (-) ke dalam sumur 3 sebanyak 45 µL.
6. Kemudian masing-masing sumur ditambahkan 90 µL reagen biru, kemudian
dihomogenkan selam 2 menit.
7. Lalu didiamkan selama menit- kemudian dibandingkan dengan standar warna.
8. Sebelum dihomogenkan sumur ditutup dengan sealing tape.
9. Langkah penghomogenan :
a. Reaction well strip/sumur uji dipegang pada salah satu ujung dengan ibu jari
dan jari telunjuk.
b.  Reaktion well strip/sumur uji dimiringkan horizontal 90 derajat untuk
menempatkan permukaan sumur secara maksimal untuk   pencampuran.
c. Reaction well strip/sumur uji dikocok secara cepat kedepan dan kebelakang
selama 2 menit. Dipastikan seluruh isi mengalir  mengenai permukaan sumur.
10. Reaction well strip/sumur uji ditempatkan pada skala warna. Pemisahan dibiarkan
selama 5 menit untuk mendapatkan supernatan yang jelas.
VIII. Interpretasi Hasil

Nilai Interpretasi
≤2 Negatif-tidak ada indikasi demam typhoid saat diperiksa. Hasil
seperti kontrol negatif.
3 Hasil tidak meyakinkan. Ulangi analisis. Jika masih tidak
meyakinkan, ulangi sampling pada hari  berikutnya.
4 Positif lemah. Mengindikasikan demam typhoid saat diperiksa.
6-10 Positif. Terindikasi kuat mengalami demam typhoid saat
diperiksa. Hasil seperti kontrol positif.
Indeterminate Tidak ada nilai jelas yang diperoleh karena:
(tidak  1. Prosedur kerja yang tidak sesuai. Ulangi analisis.
menentu) 2. Kualitas sampel yang buruk. Ulangi sampling dan analisis.

Interval nilai hasil adalah 0 (merah muda jernih) sampai 10 (biru  pekat). Nilai
menengah dari 1, 3, 5, 7, dan 9 tidak diperlihatkan pada skala warna pada kit, tetapi
dapat diinterpretasikan. Untuk mengetahui apakah kit yang digunakan dalam kondisi
baik, kontrol negatif harus bernilai ≤ 2 dan kontrol positif harus bernilai ≥ 8.

IX. Hasil Pengamatan

Gambar Keterangan
 pada sisi paling kiri gambar merupakan reagen
berwarna coklat
 pada sisi tengah gambar merupakan reagen
berwarna biru
 pada sis kanan gambar merupakan gambar
sampel yang akan dianalisis

 pemipetan reagen coklat 45 µL


 pemipetan reagen biru 45 µL

 Penghomogenisasian antara reagen dan sampel

 Tubex Colour Scale

 Pada sampel B didapatkan skala titer demam


typhoid yaitu 10 yang mengindikasikan kuat
demam typhoid

X. Pembahasan

Demam Tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di negara


berkembang. penyakit ini biasanya mewabah pada musim hujan. Demam tifoid
merupakan suatu pen#akit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi.
Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena
penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi- kepadatan penduduk- kesehatan
lingkungan- sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri
pengolahan makanan yang masih rendah.
Pada praktikum ini- pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi demam tifoid
ini pada sampel serum pasien adalah pemeriksaan tubex. Tes Tubex merupakan tes
aglutinasi kompetetif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat kurang lebih 2 menit
dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas.
spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik
yang hanya ditemukan pada salmonella serogroup D. Tes ini sangat akurat dalam
diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya antibody IgM dan tidak
mendeteksi antibody IgG.
Tujuan dari dilakukannya pemeriksaan Tubex ini adalah untuk mendeteksi
demam tifoid primer (antibody IgM terhadap antigen Salmonella typhi O9
lipopolisakarida. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan tubex ini yaitu metode
inhibition magnetic binding. Dimana prinsip dari pemeriksaan tubex dengan metode
ini yaitu antibodi IgM terhadap antigen O9 LPS dideteksi melalui kemampuannya
untuk menghambat interaksi antara kedua tipe partikel reagen yaitu indikator
mikrosfer lateks yang disensitisasi dengan antibodi monoklonal anti O (reagen
berwarna biru) dan mikrosfer magnetik yang disensitisasi dengan LPS Salmonella
typhi (reagen berwarna coklat). Setelah sedimentasi partikel dengan kekuatan
magnetik konsentrasi partikel indikator yang tersisa dalam cairan menunjukkan daya
inhibisi.Tingkat inhibisi yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi
IgM salmonella tyhi dalam sampel. Hasil dibaca secara visual dengan
membandingkan warna akhir reaksi skala warna.

Pada pemeriksaan tubex ini ada tiga tahapan yang harus dilakukan yaitu tahapan pre
analitik, analitik, dan post analitik.
1. Tahapan pre analitik 
Pemeriksaan tubex dalam sampel serum dimulai dengan tahap pre analitik 
yaitu persiapan alat, bahan, dan reagen #ang akan digunakan - dimana alat yang
digunakan pada pemeriksaan ini yaitu mikropipet (45 µL dan 90 µL), rellow, tip,
satu set tabung yang berbentuk V dengan model khusus yang dapat menampung
enam sampel dalam satu set tabung tersebut. Tabung berbentuk V yang berfungsi
untuk  meningkatkan sensitivitas.
Alat yang juga digunakan yaitu tape sealing dan tubex color scale, tubex
color  scale yang berisi skala warna sebagai panduan interpretasi hasil. Bahan
yang digunakan yaitu sampel serum dimana sampel serum pasien ini diperoleh
dari hasil sentrifugasi kemudian dipisahkan untuk diperiksa kadar tubexnya.
Selain menyiapkan alat dan bahan yang digunakan reagen juga harus disiapkan
pada tahapan pre analitik ini. Dimana reagen yang digunakan pada praktikum
pemeriksaan tubex ini yaitu brown reagent yang mengandung partikel-partikel
magnetik yang dilapisi dengan Antigen Salmonella Typhi O9 lipopolysaccharide
LPS dan blue reagent yang mengandung partikel-partikel indikator yang berwarna
biru dilapisi dengan monoklonal antibodi (mAb) spesifik  terhadap antigen
Salmonella Typhi O9 LPS, selain itu disiapkan juga control positif  dan control
negatife. Semua alat- bahan dan reagen harus dikondisikan pada suhu ruang dan
harus bebas dari kontaminasi agar pemeriksaan tubex yang dilakukan hasilnya
akurat.

2. Tahapan analitik 
Pada tahapan analitik ini dilakukan pemeriksaan terhadap sampel serum
yang akan diuji kadar tubexnya. Pada praktikum ini pemeriksaan dilakukan
dengan meneteskan brown reagent sebanyak 45 µL kedalam 3 sumur tabung
yang berbentuk V. Reeagen brown mengandung partikel magnetik yang
diselubungi dengan antigen S. typhi O9 selanjurnya pada sumur pertama diisi
dengan sampel serum sebanyak 45 µL, sumur kedua ditambahkan denga control
positif (+) sebanyak 45 µL. Setelah itu ketihga sumur ditambambahkan dengan
reagen blue dan reagen biru sebanyak 90 µL.
Reagen blue mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi
dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09. Setelah dicampur- sumur
tersebut kemudian ditutup dengan sealing tape. Tujuan dari penutupan sumur
dengan sealing tape ini yaitu untuk menghindari campuran dalam cumur tidak
terkontaminasi dan untuk menghindari agar campuran tidak jatuh saat
dihomogenkan. Setelah ditutup dengan sealing tape ketiga campuran tersebut
kemudian dihomogenkan selama 2 menit. Setelah homogen campuran lalu
didiamkan 5 menit kemudian dibandingkan dengan standar warna. Pembandingan
campuran dengan standar warna dilakukan dengan meletakkan campuran reaksi
tersebut pada penyangga magnet yang sudah tersedia untuk memisahkan partikel
indikator warna yang berikatan dengan partikel magnetic dengan partikel-partikel
indikator yang tidak berikatan. oleh karena itu - pada saat didiamkan selama 5
menit pada penyangga mangnet tabunng jangan diangkat-diangkat sebelum 5
menit karena akan mempengaruhi hasil tes.
Pada praktikum pemeriksaan tubex ini diperiksa sampel serum pasien
dengan identitas sebagai berikut :  
Nama pasien : Mr. S
Umur : -
Jenis kelamin : -
Dimana pada praktikum ini didapatkan kadar tubex pada pasien ini
Sampel yang diperiksa berwarna ungu pekat yang berada direntang no 10
menandakan serum yang diuji positif 10 (+10). Hasil positif terbentuk karena
serum pasien mengandung salmonella O9, antibody tersebut akan berikatan
dengan partikel magnetic untuk mencegah partikel indikator berikatan dengan
partikel magnetik. Partikel-partikel indikator biru yang tidak berikatan tersebut
melayang-layang sehingga menimbulkan warna biru pada larutan tersebut.
Rentang warnanya dan biru kemerahan jika konsentrasi antibodi rendah, sampai
biru tua jika konsentrasi antibodi tinggi.

3. Tahapan post analitik 


Pada tahapan post analitik ini dilakukan pelaporan hasil pemeriksaan
dimana sampel serum dari Mr. S yang diperiksa positif 10 (+10) yang
menandakan bahwa sampel yang diperiksa terindikasi kuat demam tifoid. Selain
melaporkan hasil pemeriksaan, alat dan reagen yang digunakan disimpan pada
tempatny, kemudian meja kerja dibersihkan agar meja kerja dalam keadaan
aseptis.
Keunggulan pemeriksaan YUBEX TF yaitu :
a. Mendeteksi secara dini infeksi akibat Salmonella typhi, karena antibody IgM
muncul pada hari ke 3 teradinya demam.
b. Mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella (>95%).
c. Hanya dibutuhkan sampel darah sedikit.
d. Hasil dapat diperoleh lebih cepat.

XI. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum pemeriksaan Tubex TF Rapid
Typhoid Detection dengan metode IMBI. Praktikum dilakukan dengan menggunakan
sampel serum dengan kode sampel X. Atas nama Mr. S didapatkan hasil skala titer
demam typhoid yaitu 10 yang mengindikasikan kuat demam typhoid.

XII. Daftar Pustaka

Anonim.2010.  Pemeriksaan Demam Tifoid . Online.


http://www.wido25.blogster.com . Diakses 19 Agustus 2020

Anonim, 2010. Salmonella. Oline. http://beingmom.org/2007/10/demam-tifoid.


Diakses 19 Agustus 2020

Jawetz, Ernest. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Soemarmo. 2000.


Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinis. Yogyakarta: Akademi Analis
Kesehatan Yogyakarta Departermen Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai