Anda di halaman 1dari 4

Perbandingan Pemeriksaan Widal dan Tubex

Pemeriksaan Widal
1. Menggunakan metode deteksi antibodi dengan kemampuan
aglutinasi dari seluruh sel bakteri.

2. Dilakukan dengan tes tabung atau slide. Tes slide merupakan


pemeriksaan yang paling sering dilakukan.
3. Pemeriksaan ini mudah untuk dilakukan, tidak memerlukan
keahlian khusus, menggunakan alat yang sederhana, dan murah,
Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat dilakukan di pelosok karena
tidak menggunakan alat-alat elektronik.

4. Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan kualitatif. Serum


pasien diencerkan dalam beberapa tingkatan yang berkolerasi
dengan titer yakni 80 µl (berkorelasi dengan 1/20), 40 µl (1/40),
20 µl (1/80), 10 µl (1/160) dan 5 µl (1/320).

5. Pemeriksaan ini memiliki nilai cut of yang berbeda-beda.


6. Kesulitan penggunaan pemeriksaan ini adalah kejadian negatif
palsu yang dapat terjadi akibat pemeriksaan yang terlalu cepat
atau kejadian positif palsu akibat vaksin tifoid dan cross reacting
antibodies.
7. Pemeriksaan widal sebaiknya dilakukan 2 kali yakni pada fase
akut dan 7-10 hari setelah fase akut. Hal ini disebabkan oleh
aglutinin O dan H yang mengalami peningkatan tajam sekitar 8
hari pasca demam pertama. Bila pada pemeriksaan kedua
ditemukan peningkatan titer 4 kali dibanding hasil pemeriksaan
pertama, pasien dinyatakan positif demam tifoid. Bila terjadi
peningkatan kadar pada pemeriksaan pertama namun tidak
disertai peningkatan pada pemeriksaan berikutnya, maka
kemungkinan besar terjadi positif palsu.[2]

Pemeriksaan Tubex
1. Pemeriksaan Tubex adalah pemeriksaan subjektif dan
semikuantitatif.

2. Prinsip kerja pemeriksaan ini adalah ikatan antara partikel


magnet yang diselimuti oleh antigen O9 dengan antibodi IgM.
o Bila terjadi ikatan antara antigen O9 dengan IgM serum
pasien maka, ketika dilakukan penambahan blue latex antibody
coated indicator particle yang diselimuti antibodi anti Salmonella
typhi LPS tidak terjadi ikatan dengan antigen O9.
o Akibatnya, ketika tabung diletakkan pada magnet
stand, antigen coated magnetic partikel yang sudah terikat
dengan IgM serum pasien akan mengendap ke bawah,
namun antibody coated indicator particle tidak ikut mengendap.
o Yang terlihat adalah tidak terjadi perubahan warna biru
pada tabung reaksi. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan hasil
positif (pasien terindikasi menderita demam tifoid)
o Namun bila serum pasien tidak mengandung IgM
Salmonella typhi maka akan terjadi ikatan antigen coated
magnetic particel dengan antibody coated indicator
particle sehingga ketika diletakkan pada magnetic stand,
keduanya mengendap.
o Yang terlihat adalah terjadi perubahan warna biru menjad
merah pada tabung reaksi. Hasil pemeriksaan ini menunjukkan
hasil negatif (pasien tidak terindikasi menderita demam tifoid)

 Menggunakan deteksi serum antibodi immunoglobulin M


(IgM) terhadap antigen O9 (LPS) yang spesifik pada Salmonella
typhi. Pada orang sehat, normalnya IgM terhadap O9 ini tidak
terbentuk.
o Penilaian secara kuantitatif dilakukan dengan
membandingkan warna yang terbentuk pada tabung reaksi
dengan warna pada Tubex color scale dari 0 (paling merah)
hingga 10 (paling biru).
o Nilai <2 menunjukkan hasil negatif (tidak ada indikasi
demam tifoid)
o Nilai 3 menunjukkan hasil inkonklusif, saran dilakukan
pemeriksaan ulang.
o Nilai 4 menunjukkan positif lemah.

o Nilai >5 menunjukkan hasil positif (terindikasi kuat


menderita demam tifoid).
o Nilai positif pada pemeriksaan Tubex yang ditunjang oleh
tanda dan gejala klini merupakan indikasi kuat menegakkan
diagnosis demam tifoid.[3]

Perbandingan Efektivitas Pemeriksaan Widal dan Tubex


1. Pada sebuah penelitian yang dilakukan di Malaysia didapati
hasil bahwa dari 144 sampel, sebanyak 121 dinyatakan positif
demam tifoid oleh pemeriksaan Widal. Nilai sensitivitas dan
spesifisitas pemeriksaan ini adalah 100% dan 21,2%, dengan
nilai prediktif positif 40,3% dan nilai prediktif negatif 100%,
efisiensi pemeriksaan ini sebesar 48,6%.[4]

2. Penelitian yang dilakukan di Pakistan didapatkan bahwa


sensitivitas pemeriksaan Widal hanya 63% dengan spesifisitas
81%. Nilai duga positif pemeriksaan ini adalah 85% dan nilai duga
negatif sebesar 55%.[5]
3. Penelitian lain yang dilakukan di daerah endemik, India,
didapatkan bahwa sensitivitas pemeriksaan widal hanya 68%
dengan spesifisitas 96-99%. Pemeriksaan widal dinyatakan positif
bila hasil titer O ≥ 1:160 dan titer H ≥ 1:320. Sensitivitas
pemeriksaan Tubex (≥ 4) adalah 76% dengan spesifisitas 96-99%.
[6]

4. Penelitian yang dilakukan di Vietnam didapatkan bahwa


sentivitas pemeriksaan Tubex adalah 78% sedangkan
pemeriksaan widal (61-69%).[7]

5. Beberapa penelitian yang membandingkan efektivitas


pemeriksaan Tubex dengan standar baku adalah:[6]

1. Kawano et al (2007): sensitivitas 94,7%, spesifisitas


80,4%.

2. Naheed et al (2008): sensitivitas 60%, spesifisitas 64%.

3. Dong et al (2007): sensitivitas 69%, spesifisitas 95%.

4. Dutta et a (2006): sensitivitas 56%, spesifisitas 88%.

Pertimbangan pada pemilihan pemeriksaan penunjang


Beberapa pertimbangan yang perlu dipertimbangkan klinisi
sebelum menentukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis demam tifoid, yakni:

1. Pemeriksaan Widal tidak spesifik karena antigen yang


digunakan tidak spesifik padaSalmonella typhi.Hasil pemeriksaan
widal dipengaruhi oleh frekuensi distribusi aglutinin pada
populasi, penggunaan antibiotik, dan respons antibodi terhadap
demam enterik.[8]
2. Pemeriksaan Tubex menggunakan kemampuan aktivitas
inhibisi antibodi sedangkan pemeriksaan widal menggunakan
prinsip aglutinasi. Kemampuan inhibisi antibodi lebih mudah
dideteksi pada keadaan titer antibodi rendah.

3. Pemeriksaan widal tunggal tidak begitu bermakna. Dapat


terjadi aglutinasi terhadap antigen O Salmonella typhi pada 36%
populasi sehat dan terhadap antigen HSalmonella typhi pada 41
populasi sehat. Titer positif dapat ditemukan hingga 1:80 pada
pemeriksaan antigen O dan 1:160 pada pemeriksaan antigen H.
Hal ini yang menjadi perancu hasil pemeriksaan pada daerah
endemik. Pemeriksaan ulang akan mengkonfirmasi kenaikan titer
aglutinasi ini apakah disebabkan oleh infeksi Salmonella typhi
atau tidak.[6]
4. Dibutuhkan cut off yang digunakan secara bersama untuk
menentukan nilai minimal untuk menyatakan terjadinya infeksi.
Nilai ini ditentukan dengan studi populasi dan mungkin saja
berbeda pada masing-masing tempat. Nilai ambang batas yang
banyak digunakan adalah ≥ 1:160 untuk antigen O dan ≥ 1:320
untuk antigen H.[9] Penelitian yang dilakukan di Padang
mendapatkan hasil bahwa titer widal yang paling banyak ditemui
pada populasi yang disangka terinfeksi Salmonella typhi adalah
1:160 untuk antigen H dan O.[10]
Kesimpulan
1. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan penunjang untuk
demam tifoid yang paling mudah dan paling banyak dilakukan.
Namun, interpretasi hasil pemeriksaan widal harus dilakukan
dengan hati-hati mempertimbangkan gejala klinis dan titer
pemeriksaan widal pada populasi sehat setempat.

2. Pemeriksaan Tubex juga termasuk pemeriksaan sederhana,


walaupun membutuhkan peralatan yang lebih canggih dibanding
pemeriksaan widal. Selain itu, pemeriksaan Tubex juga dapat
dilakukan tanpa mempertimbangkan kadar antibodiSalmonella
typhi pada populasi sehat setempat.
3. Mengingat spesifisitas dan sensitivitas kedua pemeriksaan ini,
pemeriksaan widal disarankan untuk dilakukan pada pemeriksaan
awal dan survei masyarakat sedangkan pemeriksaan Tubex
sangat disarankan untuk penegakan diagnosis.

4. Keputusan akan pasien tetap dilakukan oleh klinis dengan


mempertimbangkan segala aspek termasuk tanda dan gejala,
hasil pemeriksaan fisik dan hasil penunjang baik pemeriksaan
widal ataupun Tubex

Anda mungkin juga menyukai