Anda di halaman 1dari 11

Laporan Uji Tubex

Nama : Winda Muliawati

NIM : 20119095

Kelas : TLM 2B

Praktikum Imunoserologi

I. Pendahuluan
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang
disebabkan oleh kuman Salmonella enterica serotipe typhi yang dikenal
dengan nama Salmonella typhi (S. typhi). Penyakit ini masih banyak
dijumpai di berbagai negara berkembang terutama yang terletak di daerah
tropis dan subtropis. Di dunia diperkirakan demam tifoid menyerang 17
juta manusia dan menyebabkan 600 ribu kematian per tahun.3 Prevalensi
demam tifoid di Indonesia adalah 350-810/100.000 penduduk dengan
jumlah kematian lebih dari 20.000/tahun.
Diagnosis demam tifoid ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis
dan laboratorium. Manifestasi klinis demam tifoid bervariasi dan tidak
spesifik sehingga membuat penegakkan diagnosis menjadi sulit. Secara
laboratorium ada beberapa pemeriksaan untuk mendeteksi S. typhi yaitu
biakan kuman S. typhi, uji serologi untuk mendeteksi antibodi terhadap
antigen S. typhi dan penentuan adanya antigen spesifik dari S. typhi serta
pemeriksaan pelacak DNA kuman S. typhi. Diagnosis pasti ditegakkan
bila ditemukan adanya kuman S.typhi3, tetapi terdapat kelemahan seperti
waktu yang lama, sulit dilakukan di daerah, adanya penggunaan
antibiotika, jumlah bakteri yang sangat minimal, volume spesimen yang
tidak mencukupi dan waktu pengambilan spesimen yang tidak tepat. Hal
ini menyebabkan beberapa peneliti sudah mulai menganjurkan teknik
polymerase chain reaction (PCR) sebagai baku emas dalam mendiagnosis
demam tifoid, karena sensitivitas dan spesifisitasnya lebih tinggi daripada
biakan kuman.
Pemeriksaan serologis yang rutin digunakan adalah widal namun
sudah tidak dianjurkan lagi karena sensitivitas dan spesifisitasnya rendah.1
Salah satu uji serologis lain adalah Tubex TF® yang merupakan uji
aglutinasi kompetitif semikuantitatif untuk mendeteksi adanya antibodi
IgM terhadap antigen lipopolisakarida (LPS) O-9 S.typhi dan tidak
mendeteksi IgG. Berdasarkan kepustakaan IgM akan muncul 48 jam
setelah terpapar antigen, namun beberapa kepustakaan lain menyatakan
bahwa IgM akan muncul pada hari ke 3-4 demam, Antigen LPS O-9
sangat spesifik terhadap salmonella serogrup D karena mengandung gula
yang sangat jarang yaitu epitop .-D-tyvelose sehingga reaksi silang dengan
kuman salmonella nontyphi atau non-salmonella typhi sangat kecil terjadi.
II. Tinjauan Pustaka

Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi kuantitatif  10 menit


untuk deteksi Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh salmonella typhi, melalui
deteksi spesifik adanya serum antibodi lgM tersebut dalam menghambat (inhibasi)
reaksi antara antigen berlabel partikel lateks magnetik (reagen warna coklat) dan
monoklonal antibodi berlabel lateks warna (reagen warna biru), selanjutnya ikatan
inhibasi tersebut diseparasikan oleh suatu daya magnetik. Tingkat inhibasi yang
dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi lgM S. Typhi dalam sampel.
Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap
skala warna(Afidin, 2013).
Dasar konsep antibodi lgM spesifik terhadap salmonella typhi digunakan sebagai
marker penanda TUBEX TF menurut beberapa peneliti:
- kadar ketiga kelas immunoglobin anti Lipopolisakarida (lgA, lgG dan
lgM)lebih tinggi pada pasien tifoid dibandingkan kontirol;pengujian lgM
antipolisakarida memberikan hasil yang berbeda bermakna antara tifoid dan
non tifoid.
- Dalam diagnosis serologis Demam Tifoid, deteksi antibodi lgM adalah lebih
baik karena tidak hanya meningkat lebih awal tetapi juga lebih cepat
menurun sesuai dengan fase akut infeksi, sedangkan antibodi lgG tetap
bertahan pada fase penyembuhan.
- TUBEX TF mendeteksi antibodi lgM dan bukan lgG. Hal ini membuat
sangat bernilai dalam menunjang diagnosa akut(Afidin, 2013).

Pemeriksaan ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat


untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit). Untuk meningkatkan spesivisitas,
pemeriksaan ini menggunakan antigen O9 yang hanya ditemukan pada
Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme lain. Antigen yang
menyerupai ditemukan pula pada Trichinella spiralis tetapi antibodi terhadap
kedua jenis antigen ini tidak bereaksi silang satu dengan yang lain. Hasil positif
uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak
secara spesifik menunjuk pada S. typhi. Infeksi oleh S. paratyphi akan
memberikan hasil negatif.
Secara imunologi, antigen O9 bersifat imunodominan. Anti¬gen ini dapat
merangsang respons imun secara independen terhadap timus, pada bayi, dan
merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-sifat ini, respon
terhadap anti¬gen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 dapat
dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3
untuk infeksi sekunder. Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat
mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk
mendeteksi infeksi lampau.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam komponen,
meliputi:
1. Tabung berbentuk V, yang juga berfungsi untuk meningkatkan
sensitivitas.
2. Reagen A, yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi
dengan antigen S. typhi O9
3. Reagen B, yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang
diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09.
Komponen-komponen ini stabil disimpan selama 1 tahun dalam suhu
40C dan selama beberapa minggu dalam suhu kamar.
Di dalam tabung, satu tetes serum dicampur selama kurang lebih 1 menit
dengan satu tetes reagen A. Dua tetes reagen B kemudian dicampurkan dan
didiamkan selama 1-2 menit. Tabung kemudian diletakkan pada rak tabung yang
mengandung magnet dan didiamkan. Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan
warna larutan campuran yang dapat bervariasi dari kemerahan hingga kebiruan.
Berdasarkan warna inilah ditentukan skor, yang interpretasinya dapat dilihat pada
label 1(Analis Muslim, 2011).
Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut. Jika serum
tidak mengandung antibodi terhadap O9, reagen B akan bereaksi dengan reagen
A. Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (magnet rak),
komponen mag-net yang dikandung reagen A akan tertarik pada magnet rak,
dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen B. Sebagai
akibatnya, terlihat warna merah pada tabung yang sesungguhnya merupakan
gambaran serum yang lisis. Sebaliknya, bila serum mengandung antibodi terhadap
O9, antibodi pasien akan berikatan dengan reagen A menyebabkan reagen B tidak
tertarik pada magnet rak dan memberikan warna biru pada larutan(Analis Muslim,
2011).
Tubex TF® yang digunakan adalah produksi dari pabrik IDL Biotech AB,
Sweden. Spesimen menggunakan sampel serum atau plasma heparin. Sampel
serum harus disimpan pada suhu 2-8°C atau frozen (< -18°C bila tidak digunakan
segera). Prosedur pemeriksaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang
dikeluarkan oleh pabrik. Kriteria penilaian Tubex TF® yaitu negatif dengan nilai
0-2, borderline 3 (belum dapat disimpulkan), nilai 4 positif lemah, nilai 6-10
positif kuat. Sementara nilai intermediate 1,3,5,7 dan 9 memang tidak terdapat
pada skala warna tetapi bisa diekstrapolasi.24
III. Prinsip Reaksi
Prinsip pemeriksaan Tubex-TF adalah Inhibition Magnetic Binding
Immunoassay(IMBI), dengan prosedurpemeriksaancukup sederhana dan
hasilnya relatif cepat diperoleh.Antigen lipopolisakarida (LPS) O9hanya
dimiliki olehkuman Salmonella typhiserogrup D.
IV. Alat dan Bahan
Alat Bahan
a. Mikropipet (45 dan 90 µl) a. Sampel serum
b. Yellow tip
c. Tubex TF terdiri dari:
- Reagen biru
- Reagen coklat
d. Control positif dan negatif
e. Skala warna, trip wall reaction
f. Tape sealing
V. Hal yang Harus Diperhatikan
VI. Cara Penyimpanan Reagen
Perangkat harus disimpan pada suhu 2-8oC.
Jangan di bekukan! Simpan reagen secara tegak dalam wadah aslinya jika
tidak segera digunakan
VII. Tentang Sampel
Gunakan sampel serum atau plasma heparin jernih. Jangan gunakan
plasma EDTA atau sitrat. Hindari sampel lipemik dan ikterik yang
berlebihan, atau sampel yang hemolisis.Sampel pasien yang berwarna,
misal mengandung hemoglobin (warna merah) dan bilirubin (warna hijau),
dapat mempengaruhi supernatan dan menyebabkan hasil pemeriksaan
tidak dapat ditentukan. Namun, penambahan langkah pencucian ekstra
dengan menggunakan TUBEX®Wash Buffer (REF No 10-932) membuat
pengujian sampel berwarna dapat dilakukanSampel serum harus disimpan
pada suhu 2 -8oC atau dibekukan (≤ 18oC), jika tidak langsung digunakan.
VIII. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan abahan yang akan digunakan.

2. Dipipet reagen coklat sebanyak 45 µL sapel ke dalam sumur 3 sumur.

3. Kemudian ditambahkan 45 µL sampel ke dalam sumur I.

4. Dan masukkan kontrol (+) ke dalam sumur 2 sebanyak 45 µL.

5. Dimasukkan control (-) ke dalam sumur 3 sebanyak 45 µL.

6. Kemudian masing-masing sumur ditambahkan 90 µL reagen biru,


kemudian dihomogenkan selam 2 menit.

7. Lalu didiamkan selama menit, kemudian dibandingkan dengan standar


warna.

8. Sebelum dihomogenkan sumur ditutup dengan sealing tape.

IX. Interpretasi Hasil


Interpretasi hasil dilihat dengan mambandingkan warna yang timbul pada
hasil reaksi pemeriksaan dengan warna standar kit Tubex-TF.
Tabel 1 Interpretasi hasil uji Tubex
Skor Interpretasi
<2 Negatif     
3 Borderline
4-5    Positif
>6 Positif

X. Soal
XI. Pembahasan
Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di
negara berkembang. Penyakit ini biasanya mewabah pada musim hujan.
Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella typhi . Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan
urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan
sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang
masih rendah.
Pada praktikum ini, pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi
demam tifoid ini pada sampel serum pasien adalah pemeriksaan tubex. Tes
TUBEX® merupakan tes aglutinasi kompetetif semi kuantitatif yang
sederhana dan cepat (± 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna
untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan
menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan
pada Salmonella serogroup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi
akut karena hanya mendeteksi adanya antibody IgM dan tidak mendeteksi
antibody IgG.
Tujuan dari dilakukannya pemeriksaan tubex ini adalah untuk
mendeteksi demam tifoid primer (antibody IgM) terhadap antigen Salmonella
typhi 09 lipopolisakarida. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan tubex
ini yaitu metode inhibition magnetic binding. Dimana prinsip dari
pemeriksaan tubex dengan metode ini yaitu antibodi IgM terhadap antigen
O9 LPS dideteksi melalui kemampuannya untuk menghambat interaksi antara
kedua tipe partikel reagen yaitu indikator mikrosfer lateks yang disensitisasi
dengan antibodi monoklonal anti O (reagen berwarna biru) dan mikrosfer
magnetik yang disensitisasi dengan LPS Salmonella typhi (reagen berwarna
coklat). Setelah sedimentasi partikel dengan kekuatan magnetik, konsentrasi
partikel indikator yang tersisa dalam cairan menunjukkan daya
inhibisi.Tingkat inhibisi yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi
antibodi IgM Salmonella typhi dalam sampel. Hasil dibaca secara visual
dengan membandingkan warna akhir reaksi terhadap skala warna.
Pada pemeriksaan tubex ini ada tiga tahapan yang harus dilakukan yaitu
tahapan pre analitik, analitik, dam post analitik.
1. Tahapan pre analitik
Pemeriksaan tubex dalam sampel serum dimulai dengan tahap pre
analitik yaitu persiapan alat, bahan, dan reagen yang akan digunakan , dimana
alat yang digunakan pada pemeriksaan ini yaitu mikropipet (45 dan 90 µL),
rellow tip , satu set tabung yang berbentuk V dengan model khusus yang
dapat menampung enam sampel dalam satu set tabung tersebut. Tabung
berbentuk V, yang berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas,
Alat yang juga digunakan yaitu tape sealing dan tubex color scale, tubex
color scale yang berisi skala warna sebagai panduan interpretasi hasil. Bahan
yang digunakan yaitu sampel serum dimana sampel serum pasien ini
diperoleh dari hasil sentrifugasi kemudian dipisahkan untuk diperiksa kadar
tubexnya. Selain menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, reagen juga
harus disiapkan pada tahapan pre analitik ini. Dimana reagen yang digunakan
pada praktikum pemeriksaan tubex ini yaitu brown reagent yang mengandung
partikel-partikel magnetik yang dilapisi dengan antigen (Salmonella Typhi
O9 lipopolysaccharide[LPS]) dan blue reagent yang mengandung partikel-
partikel indikator yang berwarna biru dilapisi dengan monoklonal antibodi
(mAb) spesifik terhadap antigen Salmonella Typhi O9 LPS, selain itu
disiapkan juga control positif dan control negative. Semua alat, bahan dan
reagen harus dikondisikan pada suhu ruang dan harus bebas dari kontaminasi
agar pemeriksaan tubex yang dilakukan hasilnya akurat.

2. Tahapan analitik
Pada tahapan analitik ini dilakukan pemeriksaan terhadap sampel serum
yang akan diuji kadar tubexnya. Pada praktikum ini pemeriksaan dilakukan
dengan : meneteskan brown reagent sebanyak 45 µl kedalam 3 sumur tabung
yang berbentuk V. Reagen brown mengandung partikel magnetik yang
diselubungi dengan antigen S. typhi O9. Selanjurnya pada sumur pertama
diisi dengan sampel serum sebanyak 45 µL, sumur kedua ditambahkan denga
control positif (+) sebanyak 45 µL , dan sumur ketiga diisi dengan control
negative (-) sebanyak 45 µL. Setelah itu, ketiga sumur tersebut kemudian
ditambahkan dengan blue reagen atau reagen biru sebanyak 90 µL.
Reagen blue mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi
dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09. Setelah dicampur,
sumur tersebut kemudian ditutup dengan sealing tape. Tujuan dari penutupan
sumur dengan sealing tape ini yaitu untuk menghindari campuran dalam
cumur tidak terkontaminasi dan untuk menghindari agar campuran tidak jatuh
saat dihomogenkan. Setelah ditutup dengan sealing tape, ketiga campuran
tersebut kemudian dihomogenkan selama 2 menit. Setelah homogen,
campuran lalu didiamlan 5 menit, kemudian dibandingkan dengan standar
warna. Pembandingan campuran dengan standar warna dilakukan dengan
meletakkan campuran reaksi tersebut pada penyangga magnet yang sudah
tersedia untuk memisahkan partikel indikator warna yang berikatan dengan
partikel magnetic dengan partikel - partikel indikator yang tidak berikatan.
Oleh karena itu , pada saat didiamkan selama 5 menit pada penyangga
mangnet tabunng jangan diangkat-diangkat sebelum 5 menit karena akan
mempengaruhi hasil tes.
Pada praktikum pemeriksaan tubex ini diperiksa sampel serum pasien
dengan identitas sebagai berikut :
Nama pasien : Mr X
Umur :-
Jenis kelamin :-
Dimana pada praktikum ini, didapatkan kadar tubex pada pasien ini
Sampel yang diperiksa berwarna ungu pekat, yang berada direntang no 10
menandakan serum yang diuji positif 10 (+10). Hasil positif ini terbentuk
karena serum pasien mengandung antibodi Salmonella O9, antibodi tersebut
akan berikatan dengan partikel magnetik dan mencegah partikel indikator
berikatan dengan partikel magnetik. Partikel-partikel indikator biru yang
tidak berikatan tersebut masih melayang-layang sehingga menimbulkan
warna biru pada larutan tersebut. Rentang warnanya dari biru kemerah-
merahan jika konsentrasi antibodi rendah, sampai biru tua jika konsentrasi
antibodi tinggi

3. Tahapan post analitik


Pada tahapan post analitik ini, dilakukan pelaporan hasil pemeriksaan
dimana sampel serum dari Mr X yang diperiksa positif 10 (+10) yang
menandakan bahwa sampel yang diperiksa terindikasi kuat demam tifoid.
Selain melaporkan hasil pemeriksaan, alat dan reagen yang digunakan
disimpan pada tempatnya , kemudian meja kerja juga dibersihkan agar meja
kerja selalu dalam keadaan aseptis.

Keunggulan pemeriksaan TUBEX TF  yaitu :


 Mendeteksi secara dini infeksi akut akibat Salmonella typhi, karena
antibody IgM muncul pada hari ke 3 terjadinya demam.
 Mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella ( > 95
%)
 Hanya dibutuhkan sampel darah sedikit,
 Hasil dapat diperoleh lebih cepat.
 Reliable (dapat dipercaya), karena menggunakan antigen 09-LPS yang
dikenal sangat spesifik. Antigen O9 yang digunakan sangat spesifik
karena immunodominant epitope pada antigen tersebut mengandung
dideoxyhexose sugar yang sangat jarang terdapat di alam.
 Flexible, karena dirancang sangat cocok baik untuk penelitian maupun
penggunaan laboratorium rutin diagnosis demam tifoid.

Kelemahan pemeriksaan TUBEX TF yaitu :


 Hasil tes bersifat subjektif karena hasil tes tersebut dibaca dengan mata
telanjang. Pada reaksi yang kuat (skor 5 atau lebih tinggi) mungkin tidak
menimbulkan masalah dalam pembacaan hasil tes karena interpretasi
hasilnya pasti positif. Sedangkan pada reaksi yang lemah (skor 3 atau 4)
memerlukan beberapa pertimbangan dalam menginterpretasikan hasilnya.
 Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil pada spesimen hemolisis
karena interpretasi hasil pada tes TUBEX berdasarkan atas perubahan
warna.
 Tes TUBEX® mungkin menghasilkan positif palsu pada orang yang
terinfeksi Salmonella enterica serotype Enteritidis sehingga hasil ini
menyebabkan penanganannya menjadi tidak tepat terutama dalam
pemberian antibiotik. Hal ini disebabkan karena Salmonella Enteritidis
yang merupakan group D non-typhoidal Salmonella memiliki kemiripan
dengan Salmonella Typhi pada antigen O9. Akan tetapi, hal ini masih
perlu penelitian lebih lanjut.
XII. Kesimpulan
XIII. Istilah Penting
XIV. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai