Anda di halaman 1dari 14

IMUNOLOGI dan SEROLOGI

“Pemeriksaan Imunologi dan Serologi”

Disusun Oleh:

GLORYA VIITAMYMORA D. W
INDAH DWI LESTARI
ISNA AINUN RAHMI
KUSMAYATI
LAILATIL HUSNA
MUHAMMAD SATRIA WIBOWO
MARGARETH CHRISTIE
MARIA FRANCISKA
MARIA SILVERIA
MAULIDIA
MELLYANA CHRISTINE
NUR AFIFAH OKTADINA
NURMALA SARI
OKTAVIANI
OKTAVIANTI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai “Pemeriksaan Imunologi dan Serologi”.

Makalah ini dibuat dengan berbagai sumber kajian dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami perlu saran serta kritik yang dapat
membangun kami.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Pontianak, 7 November 2019

Penulis
1. Pemeriksaan NS1
Program pengendalian Demam Berdarah Dengue membutuhkan
suatu tes yang cepat, praktis dan dapat dipercaya untuk infeksi dengue
primer dan sekunder. Saat ini telah dikenal Rapid Diagnosis Test (RDT)
untuk mendeteksi NS1, IgG dan IgM. NS1 adalah suatu glycoprotein yang
muncul dengan konsentrasi tinggi pada pasien terinfeksi dengue pada tahap
awal penyakit. Antigen NS1 ditemukan pada hari pertama hingga hari ke
sembilan sejak awal demam pada pasien-pasien dengan infeksi dengue
primer maupun infeksi dengue sekunder. Respon kekebalan dengan
memproduksi antibodi IgM muncul pada hari ke 3-5 sejak gejala dan
bertahan untuk jangka waktu 30-60 hari. Antibodi IgG muncul disekitar hari
ke 14 dan bertahan seumur hidup. Infeksi dengue sekunder sering
menghasilkan demam tinggi dan pada banyak kasus disertai dengan
terjadinya pendarahan (haemorrhagic) dan gangguan sirkulasi (circulatory
failure). Infeksi dengue sekunder ditunjukkan dengan titer antibodi IgG
meningkat dalam 1-2 hari setelah gejala muncul dan merangsang respon
antibodi IgM setelah 20 hari infeksi.

MEKANISME KERJA

A. Pengambilan dan Penyimpanan sampel


Sampel yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah Serum.
Berikut tata cara pengambilan sample, penyimpanan, dan Tindakan
pencegahan

1. Kumpulkan darah vena kedalam tabung reaksi (TIDAK mengandung


antikoagulan seperti heparin, EDTA dan sodium citrate), diamkan
selama 30 menit hingga darah membeku dan kemudian lakukan
sentrifuge dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 15-20 menit
hingga didapatkan sampel serum.

2. Jika sampel serum tidak segera digunakan, simpan sampel pada suhu 2-
8° C. Untuk penyimpanan lebih dari 3 hari, sampel dianjurkan disimpan
pada suhu beku dan saat akan digunakan, adaptasikan terlebih dahulu
pada suhu kamar 3. Sampel serum yang mengandung endapan
(precipitate) dapat memberikan hasil yang tidak konsisten.

B. Prosedur penggunaan RDT


Rapid tes yang digunakan adalah jenis pemeriksaan NS1 dan
IgG/IgM, berikut penjelasan masing-masing Rapid tes.
1. Rapid Tes NS1
a. Kegunaan Tes
Rapid Tes NS1 adalah suatu tes in vitro dengan teknik
pengujian Immunochromatographic, suatu tes satu langkah untuk
menentukan secara kualitatif Antigen NS Dengue virus didalam
serum manusia untuk diagnosa dini pada infeksi dengue akut.

b. Prinsip Tes

Setiap tes berisikan satu membrane strip, yang telah dilapisi


dengan anti-dengue NS1 antigen capture pada daerah garis tes.
Anti-dengue NS1 antigen-colloid gold conjugate dan serum sampel
bergerak sepanjang membran menuju daerah garis tes (T) dan
membentuk suatu garis yang dapat dilihat sebagai suatu bentuk
kompleks antibody-antigen-antibody gold particle. Dengue Dx
NS1 Antigen Rapid Tes memiliki dua garis hasil, garis “T” (garis
tes) dan “C” (garis kontrol). Kedua garis ini tidak akan terlihat
sebelum sampel ditambahkan. Garis kontrol C digunakan sebagai
kontrol prosedur. Garis ini selalu muncul jika prosedur tes
dilakukan dengan benar dan reagen dalam kondisi baik.

c. Material Kit
1. Perangkat tes Dengue Dx NS1 Antigen
2. Disposable dropper (sekali pakai)
3. Lembar petunjuk penggunaan
d. Prosedur Pengujian NS1

1. Apabila tes dan sampel disimpan dalam lemari pendingin


(refrigerator), adaptasikan terlebih dahulu pada suhu ruang.

2. Buka kantong tes dan keluarkan tes. Letakkan ditempat bersih,


kering dan datar

3. Dengan menggunakan disposable dropper, tambahkan 3 tetes


sampel kedalam sumur (well) sampel bertanda (S)

4. Jika tes berjalan dengan baik, akan terlihat pergerakan warna ungu
sepanjang jendela hasil menuju kebagian tengah tes

5. Interpretasikan hasil setelah 15-20 menit. Jangan membaca hasil


setelah 20 menit karena dapat meberikan hasil palsu.

6. Hasil positip akan tetap setelah 20 menit. Walaupun demikian,


untuk mencegah kesalahan hasil, jangan baca hasil setelah 20 menit.

e. Interpretasi Hasil Pengujian

Hasil Negatif: Jika hanya terbentuk garis pada area garis kontrol (C)
Hasil Positif: Jika terbentuk garis pada area garis (T) dan (C).
Hasil Invalid: jika tidak terbentuk garis pada area garis kontrol (C).
Untuk hasil Invalid dilakukan tes ulang.
2. Centrifuge Eppendorf
Bertujuan untuk memisahkan cairan dengan campuran lainnya
dalam suatu larutan dengan gaya sentrifugasi (keseimbangan). Centrifuge
yang digunakan ada dua jenis yaitu ;
- Sentrifuge fixed rotator ( sentrifuge umum)
- Sentrifuge Swing –our rotor ( posisi tabung saat di sentrifugasi
melayang)
Untuk centrifuge yang di gunakan prodia Sentrifuge Swing –our rotor,
dimana Revolusi Permenit (rpm) di ubah menjadi rcf (Relatif Centrifuge).
Untuk konversi gravitasi (g) ke rpm berlaku untuk Sentrifuge Swing –our
rotor yang skalanya dihitung (r = jari-jari centrifuge). Misalnya ingin
diketahui rpm-nya, rcf-nya di ketahui dan g (gravitasi) diukur menggunakan
mistar lalu di lihat pada skala.

Pengukuran jari-jari centrifuge dialkukan dari center axiske ujung tabung.


Untuk pengukuran jari-jari (r) centrifuge Swing –our rotor:

- Memasukkan ke dalam bucket


- Posisikn bucket yang berisi tabung (posisi tegak lurus terhadap center
axis
- Ukur jari-jari (r) centrifuge
Gambar .Proses Centrifuge Eppendorf Sentrifuge Swing –
our rotor.
Adapun lama waktu proses pemutaran / centrifugasi di Prodia yaitu:
NO Pemeriksaan Pemutaran Waktu
Tabung SST (kuning) 1900 g (3500 rpm) 10
1.
menit
2. HCV –RNA (RT-
PCR)
20
HIV-1 RNA 1500 g (3100)
menit
HBV-DNA (RT-
PCR)
3. Tabung clot activator
(merah) 10
1000 g (2500 rpm)
Tabung NAF (Grey/ menit
abu-abu)
4. Darah sitrat 15
1500 g (3100 rpm)
menit
3. Tubex
Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi kuantitatif untuk
deteksi Demam Tifoid akut yang disebabkan oleh salmonella
typhi, melalui deteksi spesifik adanya serum antibodi lgM tersebut dalam
menghambat (inhibasi) reaksi antara antigen berlabel partikel lateks
magnetik (reagen warna coklat) dan monoklonal antibodi berlabel lateks
warna (reagen warna biru), selanjutnya ikatan inhibasi tersebut
diseparasikan oleh suatu daya magnetik. Tingkat inhibasi yang dihasilkan
adalah setara dengan konsentrasi antibodi lgM S. Typhi dalam sampel.
Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir reaksi
terhadap skala warna.
TUBEX merupakan alat diagnostik demam tifoid yang diperoduksi
oleh IDL Biotech, Sollentuna, Sweden. Tes ini sangat cepat 5-10 min,
simpel, dan akurat. Tes TUBEX ini menggunakan sistem pemeriksaan
yang unik dimana tes ini mendeteksi serum antibody immunoglobulin M
(Ig M) terhadap antigen O9 (LPS) yang sangat spesifik terhadap bakteri
salmonella typhi. Metode dari tes TUBEX ini adalah mendeteksi antibody
melalui kemampuannya untuk memblok ikatan antara reagent monoclonal
anti-O9 s.typhi (antibody-coated indicator particle) dengan reagent antigen
O9 s.typhi (antigen-coated magnetic particle) sehingga terjadi
pengendapan dan pada akhirnya tidak terjadi perubahan warna.
Secara imunologi, antigen O9 bersifat imunodominan. Antigen ini
dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus, pada
bayi, dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-
sifat ini, respon terhadap antigen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi
terhadap anti-O9 dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk
infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder.
Dasar konsep antibodi lgM spesifik terhadap salmonella
typhi digunakan sebagai marker penanda TUBEX TF menurut beberapa
peneliti: kadar ketiga kelas immunoglobin anti Lipopolisakarida (lgA, lgG
dan lgM) lebih tinggi pada pasien tifoid dibandingkan kontirol pengujian
lgM antipolisakarida memberikan hasil yang berbeda bermakna antara
tifoid dan non tifoid.
Dalam diagnosis serologis Demam Tifoid, deteksi antibodi lgM adalah
lebih baik karena tidak hanya meningkat lebih awal tetapi juga lebih cepat
menurun sesuai dengan fase akut infeksi, sedangkan antibodi lgG tetap
bertahan pada fase penyembuhan. TUBEX TF mendeteksi antibodi lgM
dan bukan lgG. Hal ini membuat sangat bernilai dalam menunjang
diagnosa akut.
Prinsip kerja dari tes TUBEX adalah sebagai berikut yaitu ketika
partikel magnet yang diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS) dicampurkan
dengan blue latex antibody-coated indicator particle yang diselimuti oleh
anti-s typhi LPS (O9) antibody, maka kedua jenis partikel ini akan
berikatan satu dengan yang lain. Ketika pada akhir eksperimen tabung
berbentuk V tempat terjadinya proses reaksi diatas diletakan diatas magnet
stand, maka antigen-coated magnetic particle akan tersedimentasi dibawa
tabung. Begitu juga blue latek particle yang telah berikatan dengan
antigen-coated magnetic particle akan ikut tersedimentasi pada bagian
bawah tabung. Sehingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah.
Hal ini menunjukan tidak adanya anti-s typhi O9 antibody pada serum
milik pasien dan hasil reaksi dikatakan negative (pasien tidak terindikasi
menderita demam tifoid).
Seperti yang telah disinggung diatas bahwa kini tes TUBEX tidak hanya
mendeteksi adanya antibody anti-O9 spesifik s.typhi saja, melainkan juga
dapat mendeteksi antigen O9 spesifik s.typhi. Hal ini membuat TUBEX
menjadi sangat unik karena kemampuannya untuk mendeteksi baik
antibody maupun antigen. Secara teoritis hal ini sangatlah penting untuk
dignostik serologi pada fase akut. Mengingat bahwa secara teori
antigenlah yang terlebih dahulu muncul daripada antibody diawal
mulainya terjadi infeksi. Sangatlah penting untuk mengambil sampel
serum pada hari-hari awal saat onset panas mulai muncul. Mengingat pada
saat itulah antigen banyak terdapat pada serum pasien, jika telat dilakukan
pengambilan sampel maka antigen didalam serum akan menghilang
karena terjadinya ikatan terhadap antibody yang terbentuk dan selanjutnya
membentuk antibody-antigen komplek.
Urine memberikan hasil yang lebih menjanjikan daripada serum
dalam mendeteksi antigen, dikarenakan antigen sangat cepat hilang
didalam sirkulasi. Sebaliknya antigen secara berkesinambungan
diekskresikan melalui urin sebagai free antigen. Keuntungan lain
menggunakan urine adalah konsentrasi antigen dapat ditingkatkan
beberapa kali lipat dengan cara yang sederhana. Metode yang digunakan
adalah sama dengan tes TUBEX yang asli yaitu memblok ikatan antara
reagent anti-O9 s.typhi (antibody-coated indicator particle) dengan reagent
antigen O9 s.typhi (antigen-coated magnetic particle), tetapi yang berperan
memblok disini adalah antigen (lihat gambar 5). Protokol kerja utuk
mendeteksi antigen pun sama dengan protokol kerja untuk mendeteksi
antibody, hanya saja serum specimen terlebih dahulu dicampurkan dengan
blue reagent dan dicampur dalam 2 menit, barulah setelah itu ditambahkan
brown reagent. Proses selajutnya dan pembacaan hasilnya menggunakan
cara yang sama.
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan tes
Tubex TF yaitu:
- Alat
 Mikropipet (40 dan 90 µl)
 Yellow tip
- Bahan
 Sampel serum
 Tubex TF reagen
 Reagen biru
 Reagen coklat
 Kontrol positif dan negative
 Skala warna strip wall reaction
 Tape sealing

Cara Kerja Tes Tubex TF:


 Masukkan 45 µl antigen coated magnetic particle (brown reagent) pada
reaction caontainer yang disediakan (satu set yang terdiri dari enam
tabung berbentuk V). Reagen dimasukkan ke sumur 1,2 dan 3.
 Masukan 45µl serum sampel (serum harus jernih) ke dalam sumur yang
sudah berisi reagen, lalu campurkan keduanya dengan menggunakan
pipette tip.
 Inkubasi dalam 2 menit.
 Tambahan 90 µl antibody coated indikator partikel (blue reagent)
 Tutup tempat reaksi tersebut dengan menggunakan strip, lalu ubah
posisi tabung dari vertical menjadi horizontal dengan sudut 90º.
 Goyang-goyangkan tabung kedepan dan kebelakang selama 2 menit.
 Pada akhir proses reaksi ini tabung berbentuk V ini diletakkan diatas
magnet stand.
 Didiamkan 5 menit untuk terjadi proses pemisahan (pengendapan).
 Pembacaan skor hasil dari reaksi ini dilakukan dengan cara
mencocokkan warna yang terbentuk pada akhir reaksi dengan skor
yang tertera pada color scale

Interpretasi Hasil:
≤2 : Negatif (tidak menunjukkan indikasi demam tifoid)
3 : Border line skor (tidak meyakinkan, analisis perlu diulang)
4 : Positif lemah (indikasi demam tifoid)
6-10 : Positif kuat (indikasi kuat demam tifoid)

Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut. Ketika


partikel magnet yang diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS) dicampurkan
dengan blue latex antibody-coated indicator particle yang diselimuti oleh
anti-s typhi LPS (O9) antibody, maka kedua jenis partikel ini akan berikatan
satu dengan yang lain. Ketika pada akhir eksperimen tabung berbentuk V
tempat terjadinya proses reaksi diatas diletakan diatas magnet stand, maka
antigen-coated magnetic particle akan tersedimentasi dibawa tabung.
Begitu juga blue latek particle yang telah berikatan dengan antigen-coated
magnetic particle akan ikut tersedimentasi pada bagian bawah tabung.
Sehingga terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah. Hal ini
menunjukan tidak adanya anti-s typhi O9 antibody pada serum milik pasien
dan hasil reaksi dikatakan negative (pasien tidak terindikasi menderita
demam tifoid). Hasil tes TUBEX akan bernilai positive (pasien terindikasi
menderita penyakit demam tifoid) apabila tidak terjadi perubahan warna
(tetap berwarna biru). Hal ini menunjukan terdapatnya anti-s typhi O9
antibody yang mampu menghambat ikatan antara antigen-coated magnetic
particle dengan blue latex antibody-coated indicator particle. Sehingga pada
akhir reaksi blue latex particle tidak ikut tersedimentasi pada dasar tabung,
sehingga warna tabung tetap berwarna biru. Konsep pemeriksaan ini dapat
diterangkan sebagai berikut. Ketika partikel magnet yang diselimuti oleh
antigen (s.typhi LPS) dicampurkan dengan blue latex antibody-coated
indicator particle yang diselimuti oleh anti-s typhi LPS (O9) antibody, maka
kedua jenis partikel ini akan berikatan satu dengan yang lain. Ketika pada
akhir eksperimen tabung berbentuk V tempat terjadinya proses reaksi diatas
diletakan diatas magnet stand, maka antigen-coated magnetic particle akan
tersedimentasi dibawa tabung. Begitu juga blue latek particle yang telah
berikatan dengan antigen-coated magnetic particle akan ikut tersedimentasi
pada bagian bawah tabung. Sehingga terjadi perubahan warna dari biru
menjadi merah. Hal ini menunjukan tidak adanya anti-s typhi O9 antibody
pada serum milik pasien dan hasil reaksi dikatakan negative (pasien tidak
terindikasi menderita demam tifoid). Hasil tes TUBEX akan bernilai
positive (pasien terindikasi menderita penyakit demam tifoid) apabila tidak
terjadi perubahan warna (tetap berwarna biru). Hal ini menunjukan
terdapatnya anti-s typhi O9 antibody yang mampu menghambat ikatan
antara antigen-coated magnetic particle dengan blue latex antibody-coated
indicator particle (lihat gambar 3, sebelah kanan). Sehingga pada akhir
reaksi blue latex particle tidak ikut tersedimentasi pada dasar tabung,
sehingga warna tabung tetap berwarna biru.
4. ECLIA
electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA) dengan alat
Cobas e411. Prinsip dari tes ini adalah mengukur cahaya yang
berpendar yang dilabel pada hasil reaksi antigen antibodi yang
menggunakan metode sandwich immunoassay. Zat berpendar yang
digunakan dalam ECLIA adalah komplek ruthenium. Cahaya yang
dihasilkan merupakan hasil dari reaksi kimia yang distimulasi dari
molekul bermuatan listrik. Cahaya tersebut akan diukur pada panjang
gelombang. Metode sandwich immunoassay merupakan immunoassay
yang mengkombinasikan komplek enzim dan antibodi yang dilabel
dengan antibodi yang terikat pada solid phase.

Anda mungkin juga menyukai