Anda di halaman 1dari 9

http://minsaehyun86.blogspot.co.id/2012/04/metode-pemeriksaan-demam-typhoid.

html

Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif yang dapat menginfeksi manusia melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Untuk mendeteksi infeksi tersebut dilakukan dengan pemeriksaan Widal atau dengan metode ELISA,
dimana pemeriksaan tersebut mempunyai masing-masing keunggulan dan kelemahan.

 Pemeriksaan Widal sering di lakukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah)
terhadap antigen kuman Salmonella typhi dan sebagai uji yang cepat sehingga dapat segera
diketahui. Pemeriksaan ini menggunakan titer yang ditandai dengan titer paling rendah, akan
tetapi hasil dari uji ini dapat menunjukkan hasil yang positif palsu atau negatif palsu sehingga
pemeriksaan ini sedikit banyak mulai ditinggalkan.

Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta sulitnya melakukan
interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam penatalaksanaan penderita demam tifoid, akan
tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat dugaan pada tersangka penderita demam tifoid
(penanda infeksi).
Tes Widal tidak dapat dipakai untuk menentukan kesembuhan penderita, jadi tidak berguna
kalau penderita itu sudah tidak ada keluhan masih melakukan pemeriksaan widal untuk melihat
sembuh maupun kambuhnya penyakit tsb karena:
* Agl O : hilang dalam 6-12 bulan
* Agl H : hilang dalam 2 tahun

 Elisa Salmonella typhi/ paratyphi lgG dan lgM


Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif dan
spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebagai tes cepat
(Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid/ Paratyphoid
dinyatakan 1/ bila lgM positif menandakan infeksi akut; 2/ jika lgG positif menandakan pernah
kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik.
Tes Tubex TF
Posted by Medical Laboratory Technologist on 07.38.00 with No comments
Tubex TF adalah suatu tes diagnostic in vitro semi kuantitatif untuk deteksi Demam Tifoid
akut yang disebabkan oleh salmonella typhi, melalui deteksi spesifik adanya serum antibodi
lgM tersebut dalam menghambat (inhibasi) reaksi antara antigen berlabel partikel lateks
magnetik (reagen warna coklat) dan monoklonal antibodi berlabel lateks warna (reagen
warna biru), selanjutnya ikatan inhibasi tersebut diseparasikan oleh suatu daya magnetik.
Tingkat inhibasi yang dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi antibodi lgM S.
Typhi dalam sampel. Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan warna akhir reaksi
terhadap skala warna.

TUBEX merupakan alat diagnostik demam tifoid yang diperoduksi oleh IDL Biotech,
Sollentuna, Sweden. Tes ini sangat cepat 5-10 min, simpel, dan akurat. Tes TUBEX ini
menggunakan sistem pemeriksaan yang unik dimana tes ini mendeteksi serum antibody
immunoglobulin M (Ig M) terhadap antigen O9 (LPS) yang sangat spesifik terhadap bakteri
salmonella typhi. Metode dari tes TUBEX ini adalah mendeteksi antibody melalui
kemampuannya untuk memblok ikatan antara reagent monoclonal anti-O9 s.typhi
(antibody-coated indicator particle) dengan reagent antigen O9 s.typhi (antigen-coated
magnetic particle) sehingga terjadi pengendapan dan pada akhirnya tidak terjadi
perubahan warna.

Secara imunologi, antigen O9 bersifat imunodominan. Antigen ini dapat merangsang


respons imun secara independen terhadap timus, pada bayi, dan merangsang mitosis sel B
tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-sifat ini, respon terhadap antigen O9 berlangsung
cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5
untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder.

Dasar konsep antibodi lgM spesifik terhadap salmonella typhi digunakan sebagai marker
penanda TUBEX TF menurut beberapa peneliti: kadar ketiga kelas immunoglobin anti
Lipopolisakarida (lgA, lgG dan lgM) lebih tinggi pada pasien tifoid dibandingkan
kontirol;pengujian lgM antipolisakarida memberikan hasil yang berbeda bermakna antara
tifoid dan non tifoid.

Dalam diagnosis serologis Demam Tifoid, deteksi antibodi lgM adalah lebih baik karena
tidak hanya meningkat lebih awal tetapi juga lebih cepat menurun sesuai dengan fase akut
infeksi, sedangkan antibodi lgG tetap bertahan pada fase penyembuhan. TUBEX TF
mendeteksi antibodi lgM dan bukan lgG. Hal ini membuat sangat bernilai dalam menunjang
diagnosa akut.

Prinsip kerja dari tes TUBEX adalah sebagai berikut yaitu ketika partikel magnet yang
diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS) dicampurkan dengan blue latex antibody-coated
indicator particle yang diselimuti oleh anti-s typhi LPS (O9) antibody, maka kedua jenis
partikel ini akan berikatan satu dengan yang lain. Ketika pada akhir eksperimen tabung
berbentuk V tempat terjadinya proses reaksi diatas diletakan diatas magnet stand, maka
antigen-coated magnetic particle akan tersedimentasi dibawa tabung. Begitu juga blue
latek particle yang telah berikatan dengan antigen-coated magnetic particle akan ikut
tersedimentasi pada bagian bawah tabung. Sehingga terjadi perubahan warna dari biru
menjadi merah. Hal ini menunjukan tidak adanya anti-s typhi O9 antibody pada serum
milik pasien dan hasil reaksi dikatakan negative (pasien tidak terindikasi menderita demam
tifoid).

Prinsip dari tes TUBEX.


Sebelah kiri, negative result; sebelah kanan, positive result ( Lim, et al, 1998)

Seperti yang telah disinggung diatas bahwa kini tes TUBEX tidak hanya mendeteksi adanya
antibody anti-O9 spesifik s.typhi saja, melainkan juga dapat mendeteksi antigen O9
spesifik s.typhi. Hal ini membuat TUBEX menjadi sangat unik karena kemampuannya untuk
mendeteksi baik antibody maupun antigen. Secara teoritis hal ini sangatlah penting untuk
dignostik serologi pada fase akut. Mengingat bahwa secara teori antigenlah yang terlebih
dahulu muncul daripada antibody diawal mulainya terjadi infeksi. Sangatlah penting untuk
mengambil sampel serum pada hari-hari awal saat onset panas mulai muncul. Mengingat
pada saat itulah antigen banyak terdapat pada serum pasien, jika telat dilakukan
pengambilan sampel maka antigen didalam serum akan menghilang karena terjadinya
ikatan terhadap antibody yang terbentuk dan selanjutnya membentuk antibody-antigen
komplek.
Urine memberikan hasil yang lebih menjanjikan daripada serum dalam mendeteksi antigen,
dikarenakan antigen sangat cepat hilang didalam sirkulasi. Sebaliknya antigen secara
berkesinambungan diekskresikan melalui urin sebagai free antigen. Keuntungan lain
menggunakan urine adalah konsentrasi antigen dapat ditingkatkan beberapa kali lipat
dengan cara yang sederhana. Metode yang digunakan adalah sama dengan tes TUBEX yang
asli yaitu memblok ikatan antara reagent anti-O9 s.typhi (antibody-coated indicator
particle) dengan reagent antigen O9 s.typhi (antigen-coated magnetic particle), tetapi
yang berperan memblok disini adalah antigen (lihat gambar 5). Protokol kerja utuk
mendeteksi antigen pun sama dengan protokol kerja untuk mendeteksi antibody, hanya
saja serum specimen terlebih dahulu dicampurkan dengan blue reagent dan dicampur
dalam 2 menit, barulah setelah itu ditambahkan brown reagent. Proses selajutnya dan
pembacaan hasilnya menggunakan cara yang sama.

Ilustrasi bagaimana kerja tes TUBEX dalam mendeteksi anti-O9 antibody


atau mendeteksi antigen O9 s.typhi (Tam, et al, 2008)
Untuk menilai pengaruh efek dari pendeteksian antigen terhadap sensitivitas dan
spesifisitas dari uji TUBEX, telah dilakukan penelitian oleh Tam, et al, 2008. Ia
membandingkan antara protokol asli untuk mendeteksi antibody dan protokol baru untuk
mendeteksi antigen. Ia menggunakan beberapa level antigen yang dicampurkan pada serum
sempel. Hal yang didapatkan adalah peningkatan sensitivitas sebanyak 2-4 kali lipat
Diagram perbandingan tes TUBEX.
Menujukan bahwa protokol baru antigen detection memberikan hasil yang lebih tinggi pada TUBEX score pada
kadar antigen serum yang sama (Tam, et al, 2008)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam komponen, meliputi:

 Tabung berbentuk V, yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas.


 Reagen A (brown), yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan
antigen S. typhi O9
 Reagen B (blue), yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi
dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09.

Komponen-komponen ini stabil disimpan selama 1 tahun dalam suhu 40C dan selama
beberapa minggu dalam suhu kamar.

Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan tes Tubex TF yaitu:
- Alat

 Mikropipet (40 dan 90 µl)


 Yellow tip

- Bahan

 Sampel serum
 Tubex TF reagen
 Reagen biru
 Reagen coklat
 Kontrol positif dan negative
 Skala warna strip wall reaction
 Tape sealing

Cara Kerja Tes Tubex TF:

 Masukkan 45 µl antigen coated magnetic particle (brown reagent) pada reaction


caontainer yang disediakan (satu set yang terdiri dari enam tabung berbentuk V).
Reagen dimasukkan ke sumur 1,2 dan 3.
 Masukan 45µl serum sampel (serum harus jernih) ke dalam sumur yang sudah berisi
reagen, lalu campurkan keduanya dengan menggunakan pipette tip.
 Inkubasi dalam 2 menit.
 Tambahan 90 µl antibody coated indikator partikel (blue reagent)
 Tutup tempat reaksi tersebut dengan menggunakan strip, lalu ubah posisi tabung
dari vertical menjadi horizontal dengan sudut 90º.
 Goyang-goyangkan tabung kedepan dan kebelakang selama 2 menit.
 Pada akhir proses reaksi ini tabung berbentuk V ini diletakkan diatas magnet stand.
 Didiamkan 5 menit untuk terjadi proses pemisahan (pengendapan).
 Pembacaan skor hasil dari reaksi ini dilakukan dengan cara mencocokkan warna yang
terbentuk pada akhir reaksi dengan skor yang tertera pada color scale.

Interpretasi Hasil:
≤2 : Negatif (tidak menunjukkan indikasi demam tifoid)
3 : Border line skor (tidak meyakinkan, analisis perlu diulang)
4 : Positif lemah (indikasi demam tifoid)
6-10 : Positif kuat (indikasi kuat demam tifoid)

Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut. Ketika partikel magnet yang
diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS) dicampurkan dengan blue latex antibody-coated
indicator particle yang diselimuti oleh anti-s typhi LPS (O9) antibody, maka kedua jenis
partikel ini akan berikatan satu dengan yang lain. Ketika pada akhir eksperimen tabung
berbentuk V tempat terjadinya proses reaksi diatas diletakan diatas magnet stand, maka
antigen-coated magnetic particle akan tersedimentasi dibawa tabung. Begitu juga blue
latek particle yang telah berikatan dengan antigen-coated magnetic particle akan ikut
tersedimentasi pada bagian bawah tabung. Sehingga terjadi perubahan warna dari biru
menjadi merah. Hal ini menunjukan tidak adanya anti-s typhi O9 antibody pada serum
milik pasien dan hasil reaksi dikatakan negative (pasien tidak terindikasi menderita demam
tifoid). Hasil tes TUBEX akan bernilai positive (pasien terindikasi menderita penyakit
demam tifoid) apabila tidak terjadi perubahan warna (tetap berwarna biru). Hal ini
menunjukan terdapatnya anti-s typhi O9 antibody yang mampu menghambat ikatan antara
antigen-coated magnetic particle dengan blue latex antibody-coated indicator particle
(lihat gambar 3, sebelah kanan). Sehingga pada akhir reaksi blue latex particle tidak ikut
tersedimentasi pada dasar tabung, sehingga warna tabung tetap berwarna biru.

Perubahan Warna Pada Hasil Tes Tubex Negatif dan Positif

Jika dibandingakan antara tes TUBEX dengan uji Widal akan ditemukan beberapa hal
sebagai berikut:

 Antigen yang digunakan pada tes TUBEX adalah anti-O9 s.typhi yang mampu
membedakan organisme ini dari >99% serotype bakteri salmonella lainnya,
sedangkan uji Widal menggunakan antigen yang tidak begitu spesifik terhadap
s.typhi sehingga dapat terjadi cross-reaction dengan kuman salmonella lainnya
misalnya pada pasien yang pernah menderita enteric fever lainnya. Reaksi ini
dinamakan anamnestic response dan dapat menimbulkan tingginya nilai false
positive. Hal ini menjawab alasan dari kurang spesifiknya uji Widal.
 Dilihat dari metode yang digunakan oleh kedua tes, dimana TUBEX menggunakan
kemampuan inhibitor activities dari antibody dan uji Widal menggunakan reaksi
agglutinasi. Inhibitor activities memiliki keuntungan karena lebih mudah dideteksi
walaupun dengan kadar antibody yang rendah. Hal ini memberikan alasan mengapa
TUBEX lebih sensitive daripada uji Widal.
 Single test pada uji Widal tidak begitu bermakna. Idealnya uji widal dilakukan dua
kali yaitu pada fase akut dan 7-10 hari setelahnya. Hal ini dikarenakan agglutinin O
dan H meningkat dengan tajam ±8 hari setelah onset panas pertama. Jika terjadi
empat kali peningkatan titer agglutinin baru dapat dikatakan hasilnya positive
secara signifikan. Sayangnya hal ini jarang ditemukan karena penggunaan antibiotik
pada awal penyakit bisa mencegah meningkatnya titer agglutinin. Hal ini berbeda
dengan tes TUBEX yang fokus mendeteksi Ig M yang secara teoritis muncul lebih awal
daripada Ig G. Bahkan penelitian terbaru mengatakan bahwa tes TUBEX yang
dimodifikasi mampu mendeteksi bukan hanya antibody melainkan antigen s.typhi ,
sehingga tes ini sangat berguna pada fase akut. Hal ini menyebabkan tingginya
angka sensitivitas tes TUBEX.
 Meningkatnya penggunaan vaksin typhoid menyebabkan meningkatnya angka false
positive pada uji Widal. Hal ini terjadi karena meninggkatnya agglutinin level secara
persisten pada H agglutinin dan transient pada O agglutinin, yang terjadi baik pada
non-infected population maupun pada febrile non-typhoid patients karena
anamnestic response. Hal ini belum pernah dilaporkan pada pemeriksaan dengan
menggunakan tes TUBEX. Tentu saja ini sangat berpengaruh pada penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dan meningkatkan angka resistensi obat. Untungnya hal
ini dapat diatasi dengan mengulangi tes Widal pada minggu berikutnya, karena tidak
akan terjadi peninggkatan lagi pada hasil tes ulangan tersebut.
 Sensitivitas dan spesifistas yang cukup berbeda, pada suatu penelitain oleh Olsen,
Sonja et al, 2004 menyebutkan perbedaan antara tes TUBEX dan uji Widal yaitu;
sensitivitas (78/64); spesifisitas (94/76); positive predictive value (98/88); dan
negative predictive value (59/43). beberapa penelitian lain menunjukan sensitivitas
dan spesifisitas TUBEX yang lebih tinggi lagi yaitu 94,7% dan 80,4%-93%.
 Harga TUBEX ±4 U.S dollar dan Widal 0,5 U.S dollar, harga ini dilihat dari penelitian
di Vietnam, akan tetapi harga ini belum termasuk biaya transportasi.
 Persamaan yang dimiliki oleh kedua tes ini dan sangatlah penting adalah proses
pengerjaan yang relatif mudah; simpel (one-step); tidak membutuhkan alat-alat
canggih dan mahal, sehingga kedua tes ini dapat diterapkan pada daerah edemik
yang cenderung merupakan negara berkembang.
 Masih banyak lagi kelemahan uji widal seperti nilai dari uji ini yang sangat
dipengaruhi oleh operator yang bekerja dll. Beberapa hal diatas menunjukan bahwa
tes TUBEX dapat menutupi kelemahan dari uji Widal dan memiliki keunggulan dari
tes Widal.
Kinerja Tubex TF dibandingkan dengan Widal

DAFTAR PUSTAKA
Afifi, Salma, et al. Hospital-Based Surveillance for Acute Febrile Illness in Egypt: A
Focus on Community-Acquired Bloodstream Infections. Am. J. Trop. Med. Hyg.
2005:73(2):392-399.
Dimitrov, Tsonyo. Clinical and Microbiological Investigation of Typhoid Fever in an
Infectious Disease Hospital in Kuwait. Journal of Medical Microbiology. 2007:56:538-544.
Kelly-Hope, Louise A, et al. Geographical Distribution and Risk Factor Associeted
with Enteric Disease in Vietnam. Am. J. Trop. Med. Hyg. 2007:76(4):706-712.
Olsen, Sonja J, et al. Evaluation of Rapid Diagnostic Tests for Typhoid Fever. Journal
of Medical Microbiology. 2004:1885-1889.
Parry, M Christopher, et al. A Rivew of Thyphoid Fever. N Engl J Med. Vol. 347.
2002: 22;1770-1782.
Willke, Ayse. Widal Test in Diagnosis of Typhoid Fever in Turkey.Clinical and
Diagnostic Laboratory Immunology. 2002:938-941.

Anda mungkin juga menyukai