Anda di halaman 1dari 5

Learning Issue

1. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan penunjang? (serta alasannya!)


2. Bagaimana prinsip tes widal dan tes tubex?

Tubex TF® yang digunakan adalah produksi dari pabrik IDL Biotech AB, Sweden.
Spesimen menggunakan sampel serum atau plasma heparin. Sampel serum harus disimpan
pada suhu 2-8°C atau frozen (< -18°C bila tidak digunakan segera). Prosedur pemeriksaan
dilakukan sesuai dengan prosedur yang dikeluarkan oleh pabrik. Kriteria penilaian Tubex TF®
yaitu negatif dengan nilai 0-2, borderline 3 (belum dapat disimpulkan), nilai 4 positif lemah,
nilai 6-10 positif kuat. Sementara nilai intermediate 1,3,5,7 dan 9 memang tidak terdapat pada
skala warna tetapi bisa diekstrapolasi.24 (Tubex TF. Biotech. IDL. 2005)

Gambar 1. Skema dari langkah kerja uji tubex13


(Laboratorium Nikki Medika. 2008. Diagnosa Tifoid Definitif, Semi Kuantitatif Dengan
Metode IMBI. Brosur Denpasar Availabel at: http://www.ndc.co.id)
Uji tubex merupakan uji yang subjektif dan semi kuantitatif dengan cara membandingkan
warna yang terbentuk pada reaksi dengan tubex color scale yang tersedia. Prinsip kerja
pemeriksaan ini adalah ikatan antara partikel magnet yang diselimuti oleh antigen O9 dengan
antibodi IgM. Berdasarkan warna inilah ditentukan skor, yang interpretasinya dapat dilihat
pada (Tabel 1) berikut.
Tabel 1 Interpretasi hasil uji tubex3,10
Skor Nilai Interpretasi
<2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi tifoid aktif
Pengukuran tidak dapat disimpulkan. Ulangi
3 Borderline pengujian, apabila masih meragukan lakukan
pengulangan beberapa hari kemudian
4-5 Positif Menunjukkan infeksi tifoid aktif
>6 Positif Indikasi kuat infeksi tifoid
(Sudoyo Aru W; Bambang Setiyohadi; Idrus Alwi; Marcellus Simadibrata K. dan Siti
SetiatiL: 2009. Dalam: Aru W.Sudoyo, Buku Ajar, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Kelima.Jilid
III.InternaPublishing. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Diponogoro 71 Jakarta
Pusat.p. 2797-805 ; Yan Meiying, Frankie C. H. Tam, Biao Kan, and Pak Leong
Lim:2011. Combined Rapid (TUBEX) Test for Typhoid-Paratyphoid A Fever Based on
Strong Anti-O12 Response: Design and Critical Assessment of Sensitivity.10,1371.
Diakses tgl 3 November 2012 Availabel From: dari www.plosone.org/article/0024743)

Pemeriksaan serologi dengan nilai ≥ 6 dianggap sebagai positif kuat. Namun, interpretasi
hasil serologi yang positif harus berhati-hati pada kasus tersangka demam tifoid yang tinggal
di daerah endemis. IgM anti Salmonella dapat bertahan sampai 3 bulan dalam darah.8,10
Positif palsu pada pemeriksaan TUBEX bisa terjadi pada pasien dengan infeksi Salmonella
Enteridis, sedangkan hasil negatif palsu didapatkan bila pemeriksaan dilakukan terlalu
cepat.21 Perkembangan ilmu pengetahuan dalam pemeriksaan serologis demam tifoid masih
terus berkembang, antara lain dari spesimen urin dan saliva.22-24
(Escamilla J, Florez-Ugarte H, Kilpatrick ME. Evaluation of blood clot cultures for isolation
of Salmonella typhi, Salmonella paratyphi-A, and Brucella melitensis. J Clin Microbiol.
1986; 24(3):388-90. ; Farooqui BJ, Khurshid M, Ashfaq MK, Khan MA. Comparative
yield of Salmonella typhi from blood and bone marrow cultures in patients with fever of
unknown origin. J Clin Pathol. 1991; 44(3):258-9. ; Oracz, G., W. Feleszko, D. Golicka, J.
Maksymiuk, A. Klonowska, and H. Szajewska. 2003. Rapid diagnosis of acute Salmonella
gastrointestinal infection. Clin. Infect. Dis. 36:112-5. ; Fadeel MA, Crump JA, Mahoney
FJ, Nakhla IA, Mansour AM, Reyad B, et al. Rapid diagnostic of typhoid fever by
enzyme-linked immunosorbent assay detection of salmonella serotype typhi antigens in
urine. Am J Trop Med Hyg 2004;70:323-8. ; Zaka-ur-Rab Z, Abqari S, Shahab T, Islam N,
Shukla I. Evaluation of salivary anti-salmonella typhi lipopolysaccharide IgA ELISA for
serodiagnosis of typhoid fever in children. Arch Dis Child 2012; 97: 236-8. ; Chaicumpa W,
Ruangkunaporn Y, Burr D, Chongsa-Nguan M, Echeverria P. Diagnosis of typhoid
fever by detection of Salmonella typhi antigen in urine. J Clin Microbiol 1992;30:2513-
5.)

Test serologi widal adalah reaksi antara antigen (suspensi Salmonella yang telah dimatikan)
dengan aglutinin yang merupakan antibodi spesifik terhadap komponen basil Salmonella
didalam darah manusia (saat sakit, karier atau pasca vaksinasi). Prinsip test adalah terjadinya
reaksi aglutinasi antara antigen dan aglutinin yang dideteksi yakni aglutinin O dan H.
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan kualitatif. Serum pasien diencerkan dalam
beberapa tingkatan yang berkolerasi dengan titer yakni 80 µl (berkorelasi dengan 1/20), 40 µl
(1/40), 20 µl (1/80), 10 µl (1/160) dan 5 µl (1/320).
Aglutinin O mulai dibentuk pada akhir minggu pertama demam sampai puncaknya pada
minggu ke 3 sampai ke 5. Aglutinin ini dapat bertahan sampai lama 6-12 bulan. Aglutinin H
mencapai puncak lebih lambat minggu ke 4-6 dan menetap dalam waktu lebih lama, sampai 2
tahun kemudian.
Interpretasi Reaksi Widal :
 Belum ada kesepakatan tentang nilai titer patokan. Tidak sama masing-masing daerah
tergantung endemisitas daerah masing-masing dan tergantung hasil penelitiannya.
 Batas titer yang dijadikan diagnosis, hanya berdasarkan kesepakatan atau perjanjian
pada satu daerah, dan berlaku untuk daerah tersebut. Kebanyakan pendapat bahwa titer
O 1/320 sudah menyokong kuat diagnosis demam tifoid.
 Reaksi widal negatif tidak menyingkirkan diagnosis tifoid
 Diagnosis demam tifoid dianggap diagnosis pasti adalah bila didapatkan kenaikan titer
4 kali lipat pada pemeriksaan ulang dengan interval 5-7 hari. Perlu diingat bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi reaksi widal sehingga mendatangkan hasil yang
keliru baik negatif palsu atau positif palsu. Hasil test negatif palsu seperti pada keadaan
pembentukan anti bodi yang rendah yang dapat ditemukan pada keadaan-keadaan gizi
jelek, konsumsi obat-obat imunosupresif, penyakit agammaglobulinemia, leukemia,
karsinoma lanjut, dll. Hasil test positif palsu dapat dijumpai pada keadaan pasca
vaksinasi, mengalami infeksi subklinis beberapa waktu yang lalu, aglutinasi silang, dll.
(Buku Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid)
Uji tubex mendeteksi IgM, telah dilaporkan bahwa sensitifitas dan spesifisitas uji tubex
lebih baik dibandingkan uji widal. Namun kelemahan dari uji ini tidak dapat mendeteksi
Salmonella paratyphi. seperti pada (Tabel 3).
Tabel 3. Perbandingan Kinerja dan Spesifikasi Teknis uji tubex dan uji widal13
Kinerja dan Spesifikasi
Uji Tubex Uji Widal
Teknis
Konsistensi hasil Tinggi Rendah
Sensitivitas Tinggi Sedang
Spesifisitas Tinggi Sedang
Variasi cut off antar
Tidak Ya
laboratorium
Variasi kualitas antar merk
Tidak Ya
produk
Resiko kontaminasi Rendah Tinggi
Durasi Tes 10 menit 5 – 30 menit
Kemasan 36 tes 100 tes
Immunoassay Magnetic
Metode Aglutinasi
Binding Inhibition (IMBI)
Jenis antigen Purified anti – O9 S.typhi Whole antigen (crude) S.typhi
Deteksi antibodi S.typhi Spesifik IgM Non spesifik/total
Rentang waktu interpretasi
30 menit 1 – 3 menit
hasil
Diperlukan sampel serum
Tidak Ya
ganda
(Laboratorium Nikki Medika. 2008. Diagnosa Tifoid Definitif, Semi Kuantitatif Dengan
Metode IMBI. Brosur Denpasar Availabel at: http://www.ndc.co.id)
Daftar Pustaka
Buku Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid
Chaicumpa W, Ruangkunaporn Y, Burr D, Chongsa-Nguan M, Echeverria P. Diagnosis of
typhoid fever by detection of Salmonella typhi antigen in urine. J Clin Microbiol
1992;30:2513-5.
Escamilla J, Florez-Ugarte H, Kilpatrick ME. Evaluation of blood clot cultures for isolation
of Salmonella typhi, Salmonella paratyphi-A, and Brucella melitensis. J Clin Microbiol.
1986; 24(3):388-90.
Fadeel MA, Crump JA, Mahoney FJ, Nakhla IA, Mansour AM, Reyad B, et al. Rapid
diagnostic of typhoid fever by enzyme-linked immunosorbent assay detection of
salmonella serotype typhi antigens in urine. Am J Trop Med Hyg 2004;70:323-8.
Farooqui BJ, Khurshid M, Ashfaq MK, Khan MA. Comparative yield of Salmonella typhi
from blood and bone marrow cultures in patients with fever of unknown origin. J Clin
Pathol. 1991; 44(3):258-9.
Laboratorium Nikki Medika. 2008. Diagnosa Tifoid Definitif, Semi Kuantitatif Dengan
Metode IMBI. Brosur Denpasar Availabel at: http://www.ndc.co.id
Oracz, G., W. Feleszko, D. Golicka, J. Maksymiuk, A. Klonowska, and H. Szajewska. 2003.
Rapid diagnosis of acute Salmonella gastrointestinal infection. Clin. Infect. Dis.
36:112-5.
Sudoyo Aru W; Bambang Setiyohadi; Idrus Alwi; Marcellus Simadibrata K. dan Siti
SetiatiL: 2009. Dalam: Aru W.Sudoyo, Buku Ajar, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
Kelima.Jilid III.InternaPublishing. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, Diponogoro
71 Jakarta Pusat.p. 2797-805
Tubex TF. Biotech. IDL. 2005
Yan Meiying, Frankie C. H. Tam, Biao Kan, and Pak Leong Lim:2011. Combined Rapid
(TUBEX) Test for Typhoid-Paratyphoid A Fever Based on Strong Anti-O12 Response:
Design and Critical Assessment of Sensitivity.10,1371. Diakses tgl 3 November 2012
Availabel From: dari www.plosone.org/article/0024743
Zaka-ur-Rab Z, Abqari S, Shahab T, Islam N, Shukla I. Evaluation of salivary anti-
salmonella typhi lipopolysaccharide IgA ELISA for serodiagnosis of typhoid fever in
children. Arch Dis Child 2012; 97: 236-8.

Anda mungkin juga menyukai