Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/351037915

REKAYASA GENETIKA PADA IKAN BUDIDAYA

Article · April 2021

CITATIONS READS

0 2,372

3 authors, including:

Henky Irawan Dwi Sari


Universitas Maritim Raja Ali Haji Universitas Maritim Raja Ali Haji
233 PUBLICATIONS   1,082 CITATIONS    11 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PKM Pembinaan Usaha Pembesaran Teripang Pada Nelayan Keramba Jaring Tancap (KJT) DEsa Benan Kec. Katang Bidare Kab. Lingga View project

Bioteknologi Akuakultur View project

All content following this page was uploaded by Dwi Sari on 21 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Tugas Artikel Mata Kuliah Bioteknologi Akuakultur BDP FIKP UMRAH 2021

REKAYASA GENETIKA PADA IKAN BUDIDAYA

Dwi Ulta Sari

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja
Ali Haji

ABSTRAK

Modifikasi genetika merupakan upaya Rekayasa Genetika yang merupakan manipulasi gen
suatu organisme mengunakan bioteknologi Ikan transgenik merupakan ikan yang
mengalami rekayasa genetika dimana terjadi kemungkinan kombinasi ulang atau
penggabungan ulang gen dari sumber yang berbeda secara in vitro. Artikel ini bersumber dari
“GENETICALLY MODIFIED ORGANISMS AND AQUACULTURE” (FAO, 2003).
Organisme yang dimodifikasi secara genetik, telah menarik perhatian dalam bidang budidaya
perikanan. Teknik ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan budidaya dan betujuan untuk
meningkatkan produksi perikanan. Beberapa manfaat dari teknik ini adalah untuk
memodifikasi tingkah laku dan mengendalikan kesuburan biota budidaya.

Kata kunci: Rekayasa, Modifikasi, Genetik, Tansgenik

PENDAHULUAN

Modifikasi organisme secara genetika atau populer disebut dengan GMO (dari bahasa Inggris
genetically modified organism) merupakan organisme yang material genetikanya telah
dimodifikasi menggunakan metode rekayasa genetika. Organisme yang telah diubah material
genetikanya akan memiliki sifat yang berbeda dengan organisme biasa. Organisme yang telah
diubah material genetikanya diantaranya bakteri, ragi, serangga, tumbuhan, ikan, dan
mamalia. Beberapa jenis tanaman pertanian juga telah menjadi GMO dan dibudidayakan
secara luas.

Pemindahan materi genetika (gen) dari suatu organisme untuk dikombinasikan ke dalam
materi genetika organisme lainnya bertujuan agar gen yang dipindahkan akan diekspresikan
oleh organisme yang menerima gen tersebut. Dengan kata lain, pada akhir proses akan
dihasilkan suatu individu yang secara genetika telah berubah gennya karena membawa gen
asing.

Pada organisme akuatik produksi transgenik pada spesies akuatik telah dilakukan oleh
Maclean dan Talwar (1984) pada ikan rainbow trout dengan Zhu et.al (1985) pada ikan mas.
Kemudian sejak saat itu, banyak spesies telah digunakan untuk menghasilkan GMOs seperti
salmon atlantik dan salmon coho, lalu spesies nila, lele, medaka dan ikan zebra. Produksi
organisme hasil rekayasa genetika yang sesuai atau transgenik dalam beberapa kasus
dikombinasikan dengan bentuk perbaikan genetik lainnya ternyata menawarkan peluang yang
cukup besar untuk budidaya yang lebih efisien dan lebih efektif di berbagai spesies (Sin,
1997).

1
Tugas Artikel Mata Kuliah Bioteknologi Akuakultur BDP FIKP UMRAH 2021

Prinsip umum produksi GMO adalah dengan mengubah materi genetika dari genom suatu
organisme. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan mutasi, penghapusan, atau penambahan
materi genetika. Ketika meteri genetika dari spesies yang berbeda ditambahkan, hasilnya
disebut dengan DNA rekombinan dan organismenya disebut dengan organisme transgenik.
DNA rekombinan pertama dihasilkan oleh Paul Berg tahun 1972.

MANFAAT

Modifikasi genetika dalam akuakultur memiliki banyak hal untuk ditawarkan dalam hal
peningkatan produksi akuakultur, ketahanan pangan, dan menghasilkan manfaat ekonomi.
Bukti manfaat nyata dari rekayasa genetik ikan yang signifikan berasal dari penelitian tentang
hormon pertumbuhan (GH) . Adapun kesimpulan dari beberapa penelitian yaitu disimpulkan
bahwa ikan transgenik GH memiliki tingkat pertumbuhan yang jauh lebih tinggi
dibandingkan ikan transgenik non transgenik dan keuntungan ekonomi yang akan diperoleh
dari penggunaan GMOs juga sudah jelas. Oleh karena itu, transgenik dipertimbangkan
sebagai cara untuk menghasilkan strain yang unggul pemuliaan selektif (Melamed et al.,
2002). Manipulasi genetik juga telah dilakukan untuk meningkatkan daya tahan ikan terhadap
patogen.

Penerapan GMOs perlu memerhatikan :

1. Kesehatan manusia (Dapat menimbulkan alergi pada manusia, dan patogen pada ikan
dapat masuk ke tubuh manusia)

2. Keanekaragaman hayati (dapat menghilangkan atau mengurangi spesies aslinya dan


beresiko merusak ekosistem)

3. Kesejahteraan hewan (menurunnya kualitas hidup ikan dan penggunaannya dapat


merusak anatomi ikan)

4. Komunitas (negara) miskin (mempengaruhi nilai ekonomi, adanya hak paten gen, dan
perebutan strain).

METODE PENERAPAN

Proses GMOs :

 Identifikasi gen
 Isolasi gen
 Memperkuat gen, dengan memproduksi (memperbanyak) copyannya.
 Menggabungkan gen sesuai dengan promotor dan urutan poly A, sehingga dapat
disisipi ke plasmid
 Memperbanyak plasmid bakteri dan memulihkan (Melemahkan) susunan kloning
untuk injeksi
 Memindahkan konstruksi (susunan) kedalam jaringan penerima, biasanya telur yang
dibuahi
 Menyatukan gen kedalam genom penerima

2
Tugas Artikel Mata Kuliah Bioteknologi Akuakultur BDP FIKP UMRAH 2021

 Ekspresi gen dalam genom penerima (warisan genetic)

Teknik yang digunakan untuk menginduksi ikan transgenik yaitu ikan transgenik sebagian
besar diproduksi melalui injeksi mikro ke dalam telur yang telah dibuahi atau embrio awal.
Elektroporasi sperma juga terbukti berhasil dibeberapa spesies seperti ikan zebra (Khoo et
al., 1992), salmon Chinook (Sin et al ., 1994) dan Loach (Tsai, Tseng dan Liao,
1995). Adapun liposom juga telah digunakan sebagai vektor (Khoo 1995). Kemudian metode
balistik menggunakan mikroproyeksi dimana telah diteliti di Artemia dengan tujuan untuk
penggunaannya dalam menghasilkan krustasea transgenik (Gendreau et al ., 1995) dan juga
dalam rumput laut spesies (Qin et al ., 1994). Contoh lain atau cara baru dan mungkin lebih
efisien untuk transfer gen yaitu penggunaan vektor retroviral pantropik dimana hal ini
mampu menginfeksi berbagai sel inang dan telah digunakan untuk menginfeksi telur Medaka
yang baru dibuahi dengan gen reporter, yang tampaknya terintegrasi ke dalam seluruh garis
kuman dari beberapa betina P1 (Lu, Burns dan Chen, 1997 ). Adapun pada Zebrafish dimana
ketika dilakukan metode infeksi retroviral dan mikroinjeksi lalu dibandingkan, kedua metode
tersebut sama-sama efisien dalam meneruskan transgen ke dalam telur, tetapi ada variabilitas
yang lebih luas dalam tingkat ekspresi gen pelapor di antara para pendiri yang diinjeksi mikro
(Linney dkk., 1999).

Metode Transfer Gen

Metode tranfer gen yang dapat dilakukan adalah mikroinjeksi, elektroporasi, elektrofusi,
high velocity microinjectile, blastula chamber injection, transfer gen langsung ke jaringan
daging ikan secara in vivo, sel-sel embrio, pengikatan sperma (Sperm binding), retroviral
integrase protein, dan transfer gen yang dimediasi kromosom (Kapuscinski & Hallerman,
1990 dalam Irianto, 2001). Proses trangenesis sendiri adalah proses yang relatif tidak
efisien. Dari seratus telur yang di-mikroinjeksi, hanya ada satu yang berlangsung baik,
dimana rangkaian DNA rekombinan yang dimasukkan ber-kooperasi dengan stabil dan
melakukan transfer gen secara sukses.

Hormon pertumbuhan adalah gen yang paling sering digunakan sebagai gen target
dalam transgenesis. Setidaknya ada 14 spesies yang gen-nya telah dimodifikasi dengan
injeksi gen hormone pertumbuhan untuk meningkatkan pertumbuhan. Namun, meskipun
mereka hamper selalu tumbuh lebih cepat daripada ikan non-transgenik, mereka tidak dapat
tumbuh melebihi ukuran dewasa.

3
Tugas Artikel Mata Kuliah Bioteknologi Akuakultur BDP FIKP UMRAH 2021

SUMBER PUSTAKA

Arifin, O. Z., Ath-thar, M. H. F., & Gustiano, R. (2009). Aplikasi rekayasa genetik pada
budidaya ikan di indonesia, 4(1).

Beardmore, J.A.; Porter, J.S. Genetically modified organisms and aquaculture. FAO Fisheries
Circular. No. 989. Rome, FAO. 2003. 38p

Darmawan, B. D. (2013). Risk Evaluation of Using Transgenic Fish for Cultivation.


AKUATIK-Jurnal Sumberdaya Perairan, 7(1), 15–19.

Simangunsong, K. D. C. TEKNOLOGI TRANSGENIK DALAM PENGEMBANGAN


AKUAKULTUR.

Yoshizaki, G., Carman, O., & Sumantadinata, K. (2003). Aplication of Gene Transfer in
Aquaculture. Jurnal Akuakultur Indonesia, 2(1), 41-50.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai