Anda di halaman 1dari 6

Perkembangan rekayasa genetika dalam budidaya ikan hias di Indonesia (Eni Kusrini)

PERKEMBANGAN REKAYASA GENETIKA


DALAM BUDIDAYA IKAN HIAS DI INDONESIA
Eni Kusrini
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias
Jl. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Depok 16436
E-mail: ennyperikanan@yahoo.com

ekosistem, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman


ABSTRAK jenis inilah merupakan potensi yang perlu dimanfaatkan
secara berkelanjutan. Seiring dengan kemajuan ilmu
Teknologi rekayasa genetika transgenesis telah pengetahuan dan teknologi terutama dengan per-
digunakan sejak 1980 dan sekarang berkembang kembangan ilmu genetika dan bioteknologi modern,
memproduksi makhluk hidup dengan fenotip
sumberdaya hayati telah dapat digunakan untuk
yang diinginkan. Di bidang akuakultur, telah di-
lakukan beberapa metode transgenik antara lain menghasilkan sumber-sumber baru senyawa kimia, gen,
penggunaan vektor yang dinamakan replication- varietas, dan produk bioteknologi lainnya baik untuk
defective pantropic retroviral (salah satu elemen tujuan ilmiah maupun komersial. Pemanfaatan ke-
vektor) untuk menginfeksi sel lines ikan. Per- anekaragaman hayati melalui bioteknologi modern atau
kembangan riset transgenik yang dilakukan sudah yang dikenal sebagai rekayasa genetika memberi peluang
sampai tahapan dapat menghasilkan generasi untuk menunjang produksi pertanian, ketahanan pangan,
pertama (F-1) yang masih membutuhkan verifikasi dan peningkatan kualitas hidup manusia.
untuk mendapatkan keturunan-keturunan trans-
genik homozigot yang dapat digunakan untuk Beberapa puluh pangan transgenik saat ini telah
memproduksi massal ikan transgenik heterozigot beredar di pasaran. Para pakar rDNA telah mampu me-
hasil perkawinan dengan ikan normal. Teknik motong atau mencopot suatu gen yang dikehendaki,
rekayasa genetika terus-menerus mengalami dari individu hidup apa saja ke individu yang lain. Di
perkembangan dan penyempurnaan dari metode- bidang akuakultur, telah dilakukan beberapa metode
metode sebelumnya. Adapun metode-metode transgenik antara lain penggunaan vektor yang dinamakan
yang telah berhasil diterapkan dalam teknologi replication-defective pantropic retroviral untuk menginfeksi
transfer gen antara lain adalah mikroinjeksi, sel lines ikan, kadal air, kodok, dan nyamuk. Metode
elektroporasi, dan transfeksi. Keberhasilan alternatif lainnya adalah transfer gen dengan bantuan sel.
menghasilkan ikan hias transgenik melalui biologi
Teknik ini merupakan pengembangan dari metode
molekuler dengan karakter keunggulan tertentu
mikroinjeksi, dengan pertimbangan bahwa untuk
memberikan harapan baru dalam budidaya ikan
khususnya dalam menunjang peningkatan kualitas menghasilkan ikan transgenik membutuhkan banyak
warna dan bentuk. Meskipun rekayasa genetika waktu, biaya, fasilitas, dan tenaga. Teknik ini telah berhasil
bukan segala-galanya, karena adanya keterbatasan diaplikasikan ke ikan rainbow trout dengan menggunakan
dalam menghasilkan ikan transgenik seperti badan sel bakal gonad yang membawa gen GFP. Namun demikian
yang bengkok, kepala bercabang, dan lain-lain. teknik ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk
dapat diaplikasikan pada spesies ikan lainnya (Alimuddin
KATA KUNCI: rekayasa genetika, metode trans- et al., 2003).
fer gen, promotor
Pada bidang akuakultur teknologi rekyasa genetika
yang selama ini telah banyak digunakan untuk ikan-ikan
konsumsi (salmon, nila, udang, patin, mas) ini berguna
PENDAHULUAN untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan, mengatur
Potensi kekayaan alam ikan hias Indonesia telah diakui kematangan gonad, diferensiasi seks dan sterilitas;
secara internasional baik tawar maupun laut. Kekayaan meningkatkan resistensi terhadap patogen, mengadaptasi
keanekaragaman hayati ini semestinya menjadi kekuatan ikan terhadap lingkungan baru (freeze resistance), merubah
komperatif di berbagai sektor pembangunan ekonomi. karakteristik biokimia dari daging ikan sehingga men-
Keanekaragaman hayati yang meliputi keanekaragaman ciptakan rasa daging yang diinginkan, mengubah jalur

59
Media Akuakultur Volume 7 Nomor 2 Tahun 2012

metabolisme sehingga terjadi efisiensi pakan. Selanjutnya Tabel 1. Gen-gen yang telah berhasil ditransfer ke ikan
untuk ikan hias masih sedikit penelitian tentang rekayasa
Spesies Konstruksi gen Daftar acuan
genetika tersebut. Target pada produksi ikan hias adalah
berfokus pada penampilan baik bentuk, warna, maupun Goldfish mMT/hGH Zhu et al. (1985)
resisten penyakit. Trout SV40/hGH Chourrout et al. (1986)
Cathfish mMT/hGH Dunham & Eash (1987)
Keberhasilan Rekayasa Genetika Ikan Salmon FAFP/fAFP Fletcher et al. (1988)
Sejak tahun 2006, Indonesia telah mulai melakukan Loach mMT/hGH Benyumov et al. (1989)
penelitian dasar di bidang bioteknologi yang berkaitan Medaka FLus/fLuc Tamiya et al. (1990)
dengan pembentukkan ikan transgenik. Sebagian besar Pike RSV/bGH Guise et al. (1991)
institusi yang melakukan aktivitas penelitian transgenik Common carp mMT/hGH Hernandez et al. (1993)
tersebut adalah institusi pemerintah baik yang termasuk Sumber: Pinkert (1994)
lembaga penelitian pemerintah di bawah Badan Litbang
Kelautan dan Perikanan (BPPI Sukamandi untuk ikan patin
protein), YFP (Yellow fluoroscent protein), dan RFP (Red
dan mas, BPPBAT Bogor untuk GH ikan gurami, BPPBAP fluoroscent protein) yang dapat terlihat pada kondisi cahaya
Maros untuk udang windu, BPPBIH Depok untuk ikan biasa. Ikan zebra (Brachydanio rerio) biasanya berwarna
hias), maupun di bawah ditjen teknis yaitu BBPBAT perak dengan garis-garis hitam keunguan, dengan
Sukabumi untuk mas dan lele, BBAP Situbondo untuk ikan teknologi transgenik dapat memendarkan warna hijau
kerapu) serta institusi riset di bawah koordinasi Menteri atau merah pada tubuhnya (Gambar1). Warna tersebut
Negara Riset dan Teknologi seperti Badan Penerapan dan diambil dari warna ubur-ubur yang disuntikan ke telur
Pengkajian Teknologi (Bioteknologi Serpong), serta ikan zebra. Ikan jenis ini sebenarnya dirancang sebagai
Perguruan Tinggi pemerintah (BDP-IPB). detektor adanya racun-racun yang ada di alam. Agar
Hingga saat ini fokus komoditas yang digunakan berfungsi sebagai indikator polusi, para pakar me-
dalam kegiatan rekayasa genetik ikan di Indonesia masukkan gen pemicu yang akan mengaktifkan
meliputi jenis-jenis ikan air tawar sebagai berikut: ikan pancaran cahaya pada ikan apabila ikan berada dalam
mas, nila, lele, patin, dan gurame. Untuk komoditas air lingkungan yang mengandung zat tertentu. Menurut
ekosistem payau diwakili oleh udang windu, udang penelitian yang dilakukan oleh Zhiyuan Gong dari National
vaname, dan ikan kerapu. Secara umum perkembangan University of Singapure, sejauh ini ikan-ikan zebra atau
riset transgenik yang dilakukan sudah sampai tahapan yang lebih populer disebut goldfish hasil rekayasa tersebut
dapat menghasilkan generasi pertama (F-1) yang masih tidak menimbulkan ancaman terhadap lingkungan. Ikan-
membutuhkan verifikasi untuk mendapatkan keturunan- ikan ini hanya memancarkan warna terang di bawah segala
keturunan transgenik homozigot yang dapat digunakan macam sinar, namun tidak akan mencemari lingkungan.
untuk memproduksi massal ikan transgenik heterozigot Meskipun sebenarnya ikan ini hanya mempunyai dua
hasil perkawinan dengan ikan normal. Dengan hasil yang macam warna tambahan, namun dapat dikembangkan
diperoleh sejalan dengan perkembangan penelitian menjadi lima warna yang berbeda, di mana masing-masing
transgenik yang telah dilakukan di Indonesia, teknologi warna tersebut akan bersinar sesuai dengan jenis polutan
ini telah dikuasai mulai dari aktivitas isolasi gen, yang dijumpai ikan (Blake, 2007).
pembuatan kontruksi gen, penyisipan gen asing ke dalam Keberhasilan yang lain yaitu mentransfer gen hormon
ikan target. Namun demikian keberhasilan dan pengujian pertumbuhan manusia (hGH) dengan promoter gen
produk sebagaimana yang diharapkan masih membutuh- metallothionein mouse (mMT), ke dalam telur-telur ikan
kan pengujian lebih lanjut. Adapun gen-gen yang telah goldfish yang telah dibuahi. Selanjutnya rekayasa genetik
berhasil ditransfer pada ikan disajikan pada Tabel 1. juga dilakukan pada ikan-ikan medaka (Ozato et al., 1989),
Karakter genetik yang dapat meningkatkan laju ikan catfish (Yan & zgnen, 1993), crayfish dan zebrafish
pertumbuhan, ketahanan terhadap suhu dingin dan (Tsai, 2008). Perkembangan teknik transfer gen di ikan
penyakit, daya tahan terhadap gas oksigen terlarut rendah, bermula dari penggunaan mikroinjeksi (Zhu et al., 1985).
dan efisiensi konversi pakan telah dicapai pada beberapa Perkembangan selanjutnya sampai tahun 1990, transgenik
spesies ikan dan diintroduksikan terhadap ikan bernilai ikan telah dilakukan pada 13 jenis ikan yaitu atlantic
ekonomis penting sehingga menguntungkan. Di samping salmon, common carp, goldfish, loach, medaka, mud carp,
itu, membuat ikan dengan warna berbeda pada ikan northern pike, rainbow trout, silver crucian, nile tilapia,
zebra dengan menggunakan gen GFP (Green fluoroscent wuchang fish, dan zebra fish (Chen, 1994). Penelitian

60
Perkembangan rekayasa genetika dalam budidaya ikan hias di Indonesia (Eni Kusrini)

Gambar 1. Ikan zebra berpendar hijau hasil rekayasa genetika

pendahuluan terhadap ikan hias di Indonesia telah (Glick & Pasternak, 2003). Secara umum prinsip dasar
dilakukan dengan menggunakan model ikan komet dan transfer gen digambarkan dalam diagram pada Gambar 3.
diinsersi dengan green fluorescent protein (GFP) sebagai Adapun prinsip dasar teknik memproduksi ikan
target yang diinginkan (Gambar 2). Transfer gen hasil transgenik didasarkan kepada beberapa tahapan yaitu:
rekombinan yang telah dimurnikan diinsersikan ke dalam 1. Penentuan ikan spesies; menurut Ozato et al. (1994),
masing-masing telur ikan komet, yang merupakan tahapan menyarankan penggunaan jenis ikan model sangat
selanjutnya dapat dilakukan dengan beberapa metode. perlu untuk kepentingan pengembangan penelitian.
Prinsip Dasar Transfer Gen Ikan yang digunakan mempunyai karakteristik ideal
di antaranya; siklus hidup dan reproduksi pendek,
Teknologi transgenesis merupakan piranti yang sangat dalam satu tahun dapat memijah beberapa kali;
ampuh dalam menganalisis fungsi biologi molekuler dan
produksi telur, dan sperma ikan banyak.
dalam menghasilkan trait (karakter) penting yang
komersial dalam akuakultur khususnya ikan hias. 2. Menyiapkan spesifik gen dengan spesifik produk dari
Teknologi transgenesis adalah suatu proses meng- gen tersebut yang diinginkan.
introduksikan DNA eksogenous atau DNA asing ke hewan 3. Isolasi DNA yang mengandung gen target atau gen of
uji dengan tujuan untuk memanipulasi struktur genetiknya interest (GOI).

Gambar 2. Ikan komet sebelum diinsersi GFP (kiri) dan turunan F-1 ikan transgenik GFP (kanan) foto di bawah
mikroskop flouresen

61
Media Akuakultur Volume 7 Nomor 2 Tahun 2012

Perbanyakan Pemilihan induk, Mikroinjeksi


konstruksi pemijahan, pengambilan elektroporasi
gen telur dan sperma transfeksi

Ekspresi
Persilangan transgenik sementara pada
F-0 dengan sperma atau telur
non transgenik

Identifikasi transgenik Pembesaran Identifikasi


F-0 pada individu transgenik transgenik F-0
matang gonad F-0 pada sirip ekor

Gambar 3. Roadmap secara umum dasar-dasar transfer gen

4. Isolasi plasmid DNA bakteri yang akan digunakan yang telah berhasil diterapkan dalam teknologi transfer
sebagai vector. gen antara lain adalah:
5. Manipulasi sekuen DNA melalui penyelipan DNA ke Mikroinjeksi
dalam vektor. (a) pemotongan DNA menggunakan
enzim restriksi endonuklease. (b) penyambungan ke Telur yang telah dibuahi dalam beberapa saat (sesuai
vektor menggunakan DNA ligase. perkembangan telur untuk setiap jenis ikan, umumnya
pada saat perkembangan 2 sampai 4 sel, dilakukan trans-
6. Transformasi ke sel mikroorganisme inang
fer gen menggunakan mikroinjeksi. Penyuntikan gen
7. Pengklonan sel-sel dan gen asing. berikut promoter dapat dilakukan ke dalam inti zigot
8. Identifikasi sel inang yang mengandung DNA atau sitoplasma. Sesungguhnya pada telur ikan,
rekombinan yang diinginkan. penyuntikan gen ke dalam inti zigot menunjukkan hasil
9. Penyimpanan gen hasil klon dalam perpustakaan yang lebih baik dibanding penyuntikan gen ke dalam
DNA. sitoplasma. Akan tetapi inti zigot sangat kecil dan sangat
tidak mungkin terlihat, sehingga gen selalu disuntikkan
10. Memasukkan (mentransfer) perbanyakan gen hasil ke dalam sitoplasma dekat dengan inti. Kemudian setelah
rekombinan yang telah dimurnikan tersebut ke itu, di dalam inti, gen diharapkan mengalami peng-
dalam masing-masing telur atau sperma ikan yang gabungan (integration) ke dalam salah satu kromosom.
dipilih sebagai ikan transgenik. Penggabungan ini merupakan hal yang penting karena
11. Pembuahan buatan dengan menggabungkan telur dengan terjadinya hal ini gen dapat diturunkan dari ikan
dan sperma tersebut pada wadah tertentu dalam transgenik kepada turunannya. Transfer gen melalui
media air. teknik mikroinjeksi mempunyai banyak kelemahan,
karena teknik membutuhkan keterampilan yang tinggi.
Metode Transfer Gen Efek dari teknik ini telur yang sedang diperlakukan
Sejak ditemukannya struktur DNA oleh Watson & Crick terganggu sehingga tingkat keberhasilan kecil. Selain itu,
pada tahun 1953, kemudian mulai berkembanglah hasil yang didapatkan tidak bisa banyak, mengingat
teknologi rekayasa genetika pada tahun 1970-an dengan pengerjaan yang manual satu per satu telur pada
tujuan untuk membantu menciptakan produk dan pembelahan satu sel diinjeksi. Percobaan transfer gen
organisme baru yang bermanfaat. Sejarah membuktikan GFP terhadap ikan komet melalui metode mikroinjeksi
bahwa teknik rekayasa genetika terus-menerus yang telah dicobakan di Balai Penelitian dan Pengembangan
mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari Budidaya Ikan Hias belum pernah berhasil sampai
metode-metode sebelumnya. Adapun metode-metode mendapatkan individu founder. Hal tersebut disebabkan

62
Perkembangan rekayasa genetika dalam budidaya ikan hias di Indonesia (Eni Kusrini)

banyaknya kesulitan dan hambatan seperti yang korion tipis dan daya tetas tinggi seperti halnya udang.
dikemukakan oleh Khoo et al. (1992) dan Chen (1994): Jumlah telur yang diaplikasikan pada metode tersebut
1. Memasukkan jarum mikroinjeksi ke dalam mikropil relatif lebih besar, tergantung kemampuan dan keahlian
dalam penyediaan telur dalam jumlah banyak dan waktunya
2. Jarum mikroinjeksi sulit menembus korion telur
singkat (Parenrengi, 2010).
komet yang agak keras
3. Perlu memindahkan cairan korion telur Karakterisasi Ikan Transgenik
4. Peralatan yang sangat mahal Keberhasilan transfer gen atau penyisipan gen pada
5. Lambat dan cenderung menjemukan telur maupun sperma ikan tersebut (ekspresi) dapat
diidentifikasi mulai dari perkembangan telur dengan
Elektroporasi mikroskop flouresen. Tahapan karakterisasi terhadap
Elektroporasi adalah sebuah metode yang pertama kali ikan-ikan hasil transfer gen meliputi beberapa yang
dikembangkan untuk bekerja dengan sel-sel dalam membutuhkan ketelitian, keterampilan, dan cukup banyak
jaringan budaya dan menundukkan melibatkan sel untuk menyita waktu. Hal-hal yang diperlukan pada tahap ini
ledakan pendek impuls listrik. Keuntungan utama dari adalah:
elektroporasi atas microinjection adalah bahwa ada tidak 1. Identifikasi individu yang diduga berhasil sebagai
perlu menangani dan memanipulasi telur secara individual. ikan transgenik.
Elektroporasi telah dicoba pada telur ikan, tetapi kesulitan 2. Identifikasi apakah benar telah mengalami peng-
adalah bahwa telur cukup besar dan memiliki korion. gabungan dengan genom ikan (host genom).
Prinsip metode ini adalah penggunaan secara singkat dan
3. Identifikasi apakah sifat genetiknya diturunkan pada
cepat rangsangan listrik untuk menembus membran sel,
F-1 keturunannya.
sehingga memungkinkan masuknya molekul DNA ke dalam
embrio. Metode ini memberikan harapan keberhasilan 4. Identifikasi ekspresi (kenampakan) dari produk gen
transfer gen ikan yang digunakan. Selain praktis, tersebut secara fenotip apakah sesuai dengan yang
memerlukan waktu yang tidak terlalu lama, dapat diharapkan.
menggunakan telur maupun sperma sebagai vektornya. Identifikasi penentuan ikan transgenik dilakukan
Chen (1994) mengemukakan metode ini pada ikan baru dengan dot blot dan shorthern blot hybridization dari
popular sekitar awal tahun 1990-an dan baru berhasil genomic DNA. Kemudian identifikasi tersebut dikem-
menghasilkan ikan transgenik pada tahun 1992, yang bangkan dengan menggunakan PCR, yang diambil dari
dilakukan oleh Lu pada ikan medaka dan Power pada ikan jaringan sirip. Amplifikasi PCR dari urutan gen yang
catfish, sedangkan metode ini dilakukan oleh Baekon ditransfer dan analisis Southern blot untuk amplifikasi
tahun 2000. Selanjutnya metode ini dikembangkan dengan produk dari gen, menghasilkan analisis yang cukup
penggunaan sperma sebagai vector. Keberhasilan metode sensitif dan cepat untuk dapat mendeteksi ribuan ikan
ini pertama kali dilakukan oleh Khoo et al. (1992) yaitu yang diduga sebagai ikan transgenik. Untuk ekspresi gen
keberhasilan dalam penggunaan sperma ikan zebrafish yang ditransfer umumnya dideterminasi melalui
(Brachydanio rerio), melalui pembuahan secara in vitro. pengukuran suatu produksi dari masing-masing mRNA
Transfeksi melalui nothern RNA blot hybridization, RNA protein assay
atau RT-PCR atau mengukur masing-masing produk gen
Metode transfer gen yang bertujuan untuk pengujian melalui immunichemical (Subagyo, 2000). Secara umum
aktivitas promoter salah satunya dengan metode yang sering digunakan adalah immunochemical seperti
transfeksi ke sel kultur (Kato et al., 2007). Pada metode radio imunoassay dan western immunoblot anaysis (Chen,
ini yang diperlakukan adalah telur yang baru keluar dan 1994).
sebelum terjadi pembelahan 1 sel. Sebagaimana metode
transfer gen yang lain transfeksi ini juga diawali dengan PENUTUP
isolasi plasmid konstruksi gen. Teknologi transgenik dalam bidang akuakultur di masa
Teknik perlakuan metode tersebut pada umumnya mendatang memiliki prospek yang sangat cerah terutama
mengacu pada protokol yang telah diuraikan pada bahan dalam memproduksi benih ikan-ikan yang memiliki
larutan transfeksi jetPEI (Polyplus Transfection) yang telah potensi tumbuh, seperti: efisiensi pemanfaatan pakan
umum digunakan. Metode transfeksi lebih cocok yang tinggi, ketahanan terhadap stres dan penyakit, dan
digunakan untuk ikan yang mempunyai ukuran telur kecil, mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan yang luas.

63
Media Akuakultur Volume 7 Nomor 2 Tahun 2012

Ke semua hal tersebut sangat menunjang dalam upaya expression vector containing a -actin promoter re-
peningkatan produksi ikan-ikan budidaya. gion for gene transfer by microinjection in red sea
Keberhasilan menghasilkan ikan hias transgenik bream Pagrus major. Fish Sci., 73: 440-445.
melalui biologi molekuler dengan karakter keunggulan Khoo, H.W., Ang, L.H., Limand, H.B., & Wong, K.Y. 1992.
tertentu memberikan harapan baru dalam budidaya ikan Sperm cells as vectors for introducing forign DNA
khususnya dalam menunjang peningkatan kualitas warna into zebra fish. Aquaculture, 107: 1-19.
dan bentuk. Meskipun rekayasa genetika bukan segala- Ozato, K., Inoue, K., & Wakamatsu, Y. 1989. Transgenic
galanya, karena adanya keterbatasan dalam menghasilkan fish: biologycal and technical problems. Zoological
ikan transgenik seperti badang yang bengkok, kepala Science, 6: 445-457.
bercabang, dan lain-lain. Parenrengi, A. 2010. Peningkatan Resistensi Udang Windu
Penaeus monodon terhadap Penyakit White Spot Syndrome
DAFTAR ACUAN Virus melalui Transfer Gen Penaeus Monodon Antiviral.
Alimuddin, Yoshizaki, G., Carman, O., dan Sumantadinata, Disertasi. IPB, 113 hlm.
K. 2003. Aplikasi transfer gen dalam akuakultur. Jurnal Pinkert, C.A. 1994. Transgenic Animal Technology. Aca-
Akuakultur, 2(1): 40-51. demic Press, Inc., New York, p. 297-313.
Blake, A. 2007. Rekayasa genetika. http//:www/rekayasa Subagyo. 2000. Ikan Transgenik (transgenic fish): trend
genetika// baru rekayasa genetika dalam budidaya ikan. Univer-
Chen, T.T. 1994. Gene Transfer and Transgenic Fish: Mo- sitas Indonesia. Jakarta, 15 hlm.
lecular and physiological approach the action of growth Tsai, H.J. 2008. Use of Transgenic Fish Possessing Spe-
hormone. In Chou, L.M., Munro, A.D., Lam, T.J., Chen, cial Genes as Model Organisms and Potential Applica-
T.W., Cheong, L.K.K., Ding, J.K., Hooi, K.K., Koo, H.W., tions. Journal of Genetics and Molecular Biology, 19(1):
Phang, V.P.E., Shim, K.F., & Tan, C.H. (Eds.) The third 22-38.
Asian Fisheries Forum. Asian Fisheries Society, Ma- Yan, S.Y. & zgnen, T. 1993. Fish breeding and biotech-
nila, Philippines, p. 584-590. nology. Journal of Islamic Academy of Sciences, 6(3): 220-
Glick, B.R. & Pasternak, J.J. 2003. Molecular Biotechnol- 242.
ogy. Principle and Application of Recombinant DNA. Zhu, Z., Li, G., He, L., & Chen, S. 1985. Novel gene trans-
Washington. ASM Press, 153 pp. fer into the fertilized eggs of gold fish (Carassius
Kato, K., Tagaki, M., Tamaru, Y., Akiyama, S.I., Konishi, auratus L. 1758). Z. Angew.Ichthyol., 1: 31-34.
T., Murata, O., & Kumai, H. 2007. Construction of an

64

Anda mungkin juga menyukai