Anda di halaman 1dari 12

Edisi Agustus 2013 Volume VII No.

2 ISSN 1979-8911

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN BABADOTAN (Ageratum conyzoides


Linn) TERHADAP IKAN MAS ( Cyprinus carpio Linn.) SEBAGAI
ORGANISME NON-TARGET

Ida Kinasih, Ateng Supriyatna, dan Roma Nugraha Rusputa


Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung
email: idakinasih@uinsgd.ac.id

ABSTRAK
Daun babadotan (Ageratum conyzoides Linn) mengandung senyawa Pirolizidin alkaloida
dengan struktur kimia berupa Lycopsamin dan Echinatin, yang telah dikembangkan sebagai
pestisida alami walaupun masih dalam skala terbatas. Kedua senyawa tersebut bersifat toksik
terhadap serangga Lepidoptera, larva nyamuk Aedes aegypti dan mampu membasmi hama
penggerek pucuk mahoni. Akan tetapi pengaruh senyawa toksik daun A. conyzoides terhadap
hewan non-target masih belum banyak diujikan. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji
toksisitas ekstrak daun A. conyzoides terhadap organisme non-target yaitu ikan mas (Cyprinus
carpio Linn). Metode yang digunakan meliputi dua tahapan yaitu uji pendahuluan, dan uji
lanjut. Uji pendahuluan menggunakan konsentrasi berdasarkan seri logaritma yaitu 0,01
mg/L, 0,1 mg/L, 1 mg/L, 10 mg/L, 100 mg/L. Berdasarkan uji pendahuluan, maka pada uji
lanjut tentukan 6 konsentrasi termasuk kontrol, yaitu kontrol, 15 mg/L, 22 mg/L, 32 mg/L, 46
mg/L, dan 68 mg/L. Hasil uji lanjut menunjukan bahwa nilai LC50 dari ekstrak daun A.
conyzoides adalah 32, 012 gr/L dan berada pada rentang 29,239-34,984 mg/L. Semakin tinggi
konsentrasi yang dilarutkan pada media hidup ikan mas maka tingkat kelulusan hidup ikan
mas akan semakin rendah.
Kata kunci: Toksisitas, Ageratum conyzoides Linn, Cyprinus carpio Linn, Mortalitas, LC50

PENDAHULUAN organisme lainnya di biosfer. Penggunaan


Penggunaan pestisida membawa pestisida alami dipandang lebih arif
bencana terhadap kesehatan petani dan mengingat penggunaan pestisida sintetis
konsumen akibat mengkonsumsi produk ternyata berdampak buruk antara lain
pertanian yang mengandung residu munculnya ketahanan hama terhadap
pestisida. Dampak lain yang tidak kalah pestisida, membengkaknya biaya produksi
pentingnya adalah menimbulkan untuk membeli pestisida serta timbulnya
pencemaran air, tanah dan udara yang dampak negatif penggunaan pestisida
dapat mengganggu sistem kehidupan terhadap manusia, lingkungan, dan ternak.

121
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

Pengendalian hama dengan menggunakan yang mampu mencegah hama mendekati

pestisida alami dapat dijadikan pilihan tumbuhan (penolak) dan penghambat

paling murah dan lestari. Pestisida alami pertumbuhan larva menjadi pupa.

yang bersifat mudah terurai menjadi bahan A. conyzoides mengandung senyawa

tidak berbahaya dan dapat dipergunakan kimia dari golongan Precocene 1,

sebagai bahan pengusir/ repelen terhadap Prepocene 2, senyawa Saponin,

serangga dan hama tertentu, Flavonoid, Polifenol, dan minyak atsiri

menjadikannya alternatif dalam (Okunade,2002; Pasaribu, 2009; Shinta

pengendalian hama lestari yang ramah dan Widiastuti, 2008). Aktivitas hormon

lingkungan. antijuvenil dari Precocenes I dan II telah

Babadotan (Ageratum conyzoides dibuktikan pada berbagai serangga yang

Linn) yang dianggap sebagai gulma meliputi Sitophilus oryzae, Thlaspida

ternyata bermanfaat sebagai pestisida japonica, Chinesis leptocarsia (Pasaribu,

alami. Dengan perkembangan teknologi 2009; Shinta dan Widiastuti, 2008).

penggunaan pestisida alami yang aman Ekstrak tumbuhan A. conyzoides juga

dan ramah lingkungan yang berasal dari menghasilkan efek yang signifikan

bahan tumbuhan babadotan dapat menjadi terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus.

pengganti pestisida kimia yang banyak Di India, bila diterapkan pada larva instar

digunakan oleh petani, sekaligus dapat keempat dan larva betina dewasa. Pada

mengurangi penggunaan pestisida kimia larva individu mengalami metamorfosis

yang berlebihan. Babadotan memiliki dini, pertumbuhan yang terhambat, serta

senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai pada nyamuk dewasa mengalami cacat

insektisida dan nematisida. Kandungan pada otot sayap. Sedangkan pada nyamuk

senyawa bioaktif di antaranya saponin, betina, adanya kehilangan kesuburan,

flavanoid, polifenol, dan minyak atsiri produksi telur yang lebih rendah, dan

122
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

produksi telur yang rusak. Hasil yang hewan-hewan non target sehingga perlu

serupa diamati pada larva nyamuk dilakukan pengujian biopestisida ini

Anopheles stephensi dan Culex terhadap non hama atau non target. Tujuan

quinquefasciatus, mengkonfirmasikan dari penelitian ini adalah menguji

potensi hormon antijuvenil dari tumbuhan toksisitas ekstrak daun A. conyzoides

Ageratum conyzoides Linn (Ming, 1999). terhadap organisme non-target (ikan mas).

Penelitian mengenai pengaruh


METODE PENELITIAN
pestisida alami terhadap hewan non target
Tempat dan Waktu Penelitian
masih sedikit dilakukan. Hewan non

target, seperti ikan kecil, udang juga Penelitian dilaksanakan di Komplek

memerlukan kondisi yang stabil untuk Permata Biru Blok R. 127 Rt 03/06 Desa

kelangsungan hidupnya. Penelitian yang Cinunuk Kecamatan Cileunyi Kabupaten

umum dilakukan pada biopestisida sampai Bandung. Waktu penelitian kurang lebih

saat ini adalah pengujian terhadap tiga bulan yaitu bulan Nopember 2012

organisme penggangu tumbuhan (hama). hingga bulan Januari 2013.

Dengan asumsi bahwa akan aman untuk


Alat dan Bahan
lingkungan. Pestisida alami biasanya

bersifat mudah terurai, sehingga tidak Alat yang digunakan adalah aquarium

mencemari lingkungan dan relatif aman berukuran 25cm x 25cm x 25 cm, blender,

bagi manusia dan ternak karena residu neraca analitik, kertas saring, botol air

cepat hilang. Akan tetapi, senyawa aktif mineral ukuran 1,5 L, gelas ukur (1000

dari biopestisida daun babadotan adalah ml), aerator, stopwatch, nampan/baki

senyawa kimia organik dan terdapat berukuran 30 cm x 10 cm x 5 cm, ember,

kemungkinan senyawa tersebut dapat saringan ikan, pH meter, thermometer, dan

menggangu keseimbangan habitat dan mistar. Bahan yang digunakan dalam

123
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

penelitian adalah ikan mas (C. carpio), aklimatisasi hewan uji diberi pakan

daun babadotan (A. conyzoides), aquades, pelet ikan serta diberi aerasi yang

pelet ikan. cukup selama 5 hari. Air dalam

aquarium diganti setiap 2 hari untuk


Prosedur Kerja
mengurangi endapan yang diakibatkan
1. Pembuatan Ekstrak Daun A. conyzoides
dari kotoran ikan mas dan pelet ikan.

Pembuatan ekstrak daun A. conyzoides Pada tahap pengujian dilakukan

adalah sebagai berikut: dalam 2 tahap yaitu tahap I penelitian

pendahuluan yang terdiri dari uji nilai


Mengambil daun A. conyzoides
kisaran (ambang atas-ambang bawah)
yang masih segar sebanyak 100 gr
dan uji toksisitas akut. Tahap II
yang sebelumnya dicuci terlebih
penelitian lanjutan yaitu menguji
dahulu sampai bersih, kemudian
toksisitas ekstrak daun A. conyzoides
ditiriskan. Daun kemudian dihaluskan
terhadap C. carpio sebagai organisme
menggunakan blender dengan
non-target.
menambahkan aquades dengan
Uji pendahuluan dilakukan
perbandingan 1:1.
untuk menentukan batas kisaran kritis
2. Tahapan Pengujian Pada Organisme (critical range test) yang menjadi
Non-Target (Ikan mas) dasar dari penentuan konsentrasi yang

Awal dari pengujian ini yaitu digunakan dalam uji lanjutan atau uji

dilakukan aklimatisasi hewan uji toksisitas sesungguhnya, yaitu

untuk mengkondisikan ikan mas pada konsentrasi yang dapat menyebabkan

media baru sehingga hewan uji kematian terbesar mendekati 50% dan

beradaptasi dengan lingkungan yang kematian terkecil mendekati 50%

baru terlebih dahulu. Selama (Koesoemadinata, 1983 dalam

124
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

Rudiyanti, 2009). Hasil uji conyzoides dilakukan setelah

pendahuluan akan digunakan untuk uji diaklimatisasi. Pengujian

lanjut berdasarkan seri logaritma. dilakukan selama 96 jam, dan

Uji lanjut dilakukan terhadap dilakukan pengambilan data

ekstrak daun A. conyzoides, variasi setiap 6 jam. Pada saat

konsentrasi yang berada pada rentang pengamatan, mencatat data

dimana nilai LC50 uji pendahuluan kematian hewan uji, sedangkan

berada didalamnya. Uji lanjut pengambilan data suhu dan pH

dilakukan dengan waktu pengamatan dilakukan setiap 24 jam sekali.

96 jam. Uji lanjut dilakukan dengan Sebagai data tambahan dilakukan

tahapan sebagai berikut: pembedahan pada ikan untuk

a. Uji lanjut dilakukan terhadap C. mengetahui perubahan pada

carpio sebanyak 6 perlakuan sistem pencernaannya.

termasuk kontrol dan dilakukan 6 Persentase kematian diperoleh

kali pengulangan. Setiap ulangan dari (Effendie, 2003):

terdapat sebanyak 5 hewan uji. SR=

Konsentrasi yang digunakan


100%

berasal dari uji pendahuluan

dengan mengambil nilai ambang Keterangan: SR = Kelangsungan

atas dan ambang bawah dan hidup hewan Uji (%).

penentuan nilai untuk uji lanjut.


Nt = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian
Masing-masing media uji diberi
(ekor).
aerator sebagai supply oksigen
No = Jumlah ikan uji pada awal penelitian
selama percobaan berlangsung.
(ekor)
Pengujian ekstrak daun A.

125
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

b. Nilai LC50 ditentukan dengan pada konsentrasi 100 mg/L (ambang atas)

analisis probit 5% menggunakan sedangkan pada konsentrasi 10 mg/L

SPSS. Hasil uji dapat diterima semua hewan uji masih hidup selama

apabila 90% hewan uji pada waktu dedah 48 jam (ambang bawah).

kontrol di akhir pengamatan Berdasarkan hasil uji pendahuluan,

masih hidup. Apabila yang ditentukan lima konsentrasi media uji

bertahan hidup lebih kecil dari untuk uji sesungguhnya yakni 0 mg/L

90% maka uji harus diulang. (Kontrol), 15 mg/L, 22 mg/L, 32 mg/L, 46

mg/L, dan 68 mg/L.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil uji lanjut yang telah dilakukan
Hasil uji pendahuluan yang telah
dapat dilihat kelulusan hidup ikan mas
dilakukan tentang uji toksisitas ekstrak
pada berbagai konsentrasi ekstrak daun A.
daun A. conyzoides terhadap C. carpio
conyzoides yang diberikan. Semakin tinggi
sebagai organisme non target menunjukan
konsentrasi ekstrak daun A. conyzoides
bahwa semua hewan uji mengalami
yang diujikan, semakin rendah kelulusan
mortalitas selama waktu dedah 24 jam
hidup C. carpio tersebut (Gambar 1).
Kelulusan hidup ikan mas (%)

100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
0 15 22 32 46 68
Konsentrasi A. conyzoides Linn (mg/L)

Gambar 1. Grafik pengaruh konsentrasi ekstrak daun A. conyzoides terhadap kelulusan


hidup C. carpio

126
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

Dalam uji lanjut mengenai uji bahwa nilai LC50 pada uji lanjut adalah

toksisitas ekstrak daun A. conyzoides 32,012 mg/L, hal ini berarti ekstrak daun

terhadap C. carpio, diketahui bahwa babadotan termasuk ke dalam toksik

ekstrak daun A. conyzoides dengan rentang sedang. Kriteria ini berdasarkan kategori

konsentrasi 29,239 34,984 mg/L dapat yang telah ditentukan oleh EPA

mengakibatkan kematian 50% populasi C. (Environmental Protection Agency) (Tabel

carpio. Hasil analisa probit menunjukan 1).

Tabel 1. Kriteria tingkatan nilai toksisitas LC50-96 jam pada lingkungan perairan

No Kategori Satuan
1 Rendah > 100 mg/L
2 Sedang 10-100 mg/L
3 Tinggi 1-10 mg/L
4 Sangat Toksik < 1 mg/L
Sumber: EPA, 1999 dalam Rossiana, 2006

Persentase kelulusan hidup C. carpio hidupnya. Akibatnya C. carpio tidak

terendah berada pada konsentrasi 68 mg/L mampu menetralisir pengaruh yang

dengan angka kelulusan hidup sebesar ditimbulkan dari ekstrak daun babadotan

16,7%, itu berarti dibawah angka 50% yang terdapat dalam media uji.

kelulusan hidup, kemudian diikuti dengan


Penelitian lain menyebutkan bahwa
uji dengan konsentrasi 46 mg/L dan 32
tumbuhan A. conyzoides memiliki sifat
mg/L dengan angka kelulusan hidup
toksik terhadap hama gudang Sitophilus
sebesar 23,3%, 43,3% (Gambar 2).
zeamais dengan nilai LD50 sebesar 0,09%
Penurunan kelulusan hidup tersebut
(v/w) dalam waktu 24 jam (Bouda et al.,
diakibatkan karena ketidakmampuan
2001). Senyawa coumarin yang
adaptasi C. carpio terhadap ekstrak daun
terkandung dalam A. conyzoides
babadotan yang diberikan dalam media
berpotensi sebagai insektisida melawan

127
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

hama gudang Oryzaephilus surinamensis, dengan nilai LD50 2,72 - 39,71 mg/g

Rhyzopertha dominica dan S. zeamais (Moreira et al., 2007).


Persentase kelulusan hidup ikan mas (%)

100
95
90
85
80
75
70 68 mg/L
65
60 46 mg/L
55
50 32 mg/L
45
40
35 22 mg/L
30
25 15 mg/L
20
15 kontrol
10
5
0
0 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 78 84 90 96
Waktu (jam)

Gambar 2. Presentase kelulusan hidup C. carpio setelah diuji dengan ekstrak daun A.
conyzoides

Pengamatan secara visual selama tidak teramati pada kontrol. Saponin

penelitian, C. carpio mengalami merupakan racun bagi organisme

perubahan tingkah laku, seperti pola poikiloterm karena dapat menghemolisis

renang ikan mas yang tidak teratur, sel darah merah (Susanto, 2008).

melonjak-lonjak ke permukaan air, pola Hemolisis sel darah merah diduga terjadi

renang yang cenderung miring (ke kiri atau di insang yang berakibat pada kelumpuhan

kekanan), kemungkinan besar sistem saraf pusat, sehingga ikan mas tidak

penyebabnya adalah toksik dari ekstrak dapat bernafas dan berakibat pada

daun A. conyzoides. Perubahan tingkah kematiannya. Hal ini diperlihatkan dengan

laku pada ikan mas diduga karena adanya jelas oleh ikan mas melalui kegiatan yang

pengaruh pemberian ekstrak daun A. paling menonjol dilakukan oleh ikan uji

conyzoides yang mengandung senyawa tersebut, yaitu tingginya frekuensi muncul

saponin. Perubahan tingkah laku dimaksud ke permukaan air sebagai upaya untuk

128
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

menghirup udara (loncat-loncat atau Pada saluran pernafasan pestisida

berenang diatas permukaan air). Rudiyanti, dapat menyebabkan kerusakan pada bagian

et.,al (2009) menyatakan bahwa ikan yang insang dan organ-organ yang berhubungan

terkena racun dapat diketahui dengan dengan insang. Masuknya pestisida ke

gerakan yang hiperaktif, lebih sering dalam insang melalui kontak langsung,

berada di permukaan, menggelepar, karena letaknya di luar. Hal ini dijelaskan

lumpuh sehingga kemampuan ikan untuk oleh Kusriani et al., (2012), pengaruh zat

beradaptasi semakin berkurang dan toksik terhadap ikan menyebabkan

akhirnya dapat menyebabkan kematian. morfologi insang berubah dan tidak

menyebabkan kematian dalam periode


Pestisida yang masuk dalam tubuh
pendek. Selain itu, zat toksik dapat
organisme akan mengalami proses-proses
merusak fungsi respirasi dari insang
yang sama dengan benda-benda asing.
sehingga proses metabolisme tubuh
Proses-proses tersebut yaitu absorpsi,
terganggu.
distribusi, dan akumulasi. Pestisida masuk

dalam tubuh ikan dapat melalui saluran Penyebab kematian ikan adalah
pencernaan, saluran pernafasan dan kulit. diduga karena kerusakan ephitelium insang
Pada saluran pencernaan, pestisida yang ada
dan akibat penyumbatan saluran-saluran
dalam usus akan mengalami proses absorpsi
branchiola sehingga pertukaran gas
dan distribusi, dengan adanya proses ini
terganggu dan ikan mati lemas. Rudiyanti
mengakibatkan kerusakan pada jaringan ikan.
et al., (2009) menyatakan kerusakan
Proses distribusi terjadi dimana pestisida yang
insang dapat berupa penebalan lamella,
ada di usus dibawa oleh peredaran darah
degradasi sel atau bahkan kerusakan dan
vena portal hepatis menuju ke hepar. Di hepar
kematian jaringan pada insang. Selain itu,
akan terjadi detoksikasi dan akumulasi racun
kematian ikan uji tersebut disebabkan
(Rudiyanti et al., 2009).
karena zat toksikan (ekstrak daun

129
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

babadotan) yang terserap ke dalam tubuh aktifitas, seperti berenang, pertumbuhan,

ikan berinteraksi dengan membran sel dan reproduksi dan sebagainya. Oleh karena

enzim. itu, kekurangan oksigen dalam tubuh ikan

dapat mengganggu kehidupan ikan


Dugaan penyebab lainnya adalah
termasuk metabolisme ikan.
ketersediaan oksigen terlarut, dimana

ekstrak daun babadotan dengan Pada saluran pencernaan ikan mas

konsentrasi tinggi akan menghambat mengalami akumulasi pestisida yang

masuknya oksigen dari udara ke dalam berasal dari ekstrak daun babadotan

larutan uji, sehingga ikan mas tersebut walaupun hanya sedikit, pada makanan

lama kelamaan kehabisan oksigen. yang dimakan mengalami perubahan

Kusriani et al., (2012) mengatakan bahwa warna menjadi kehijauan. Selain itu pada

konsentrasi oksigen terlarut tergantung insang bagian dalam yang berhubungan

pada tingkat kejenuhan air itu sendiri, langsung dengan kerongkongan terdapat

kejenuhan air dapat disebabkan oleh lendir yang menumpuk yang telah

koloid yang melayang di air maupun bercampur dengan pestisida tersebut.

jumlah larutan pestisida yang terlarut di Dibawah ini merupakan gambar bagian

air. Biota air membutuhkan oksigen untuk dalam dari ikan mas yang telah mengalami

pembakaran (makanan), untuk melakukan akumulasi pestisida daun babadotan.

Gambar 3. Bagian dalam ikan mas yang telah mengalami akumulasi pestisida daun
babadotan 68 mg/L (Pembesaran 10x). Ket: A (Insang), B (Kantung udara), C (Kantung
empedu), D (Hati), E (Usus)

130
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

Hasil pengamatan menunjukan dapat mematikan C. carpio sebesar 32,012

adanya bintik-bintik pada bagian yang mg/L. dan berada pada rentang 29,239-

ditunjukan oleh A. Bintik-bintik tersebut 34,984 mg/L. Semakin tinggi konsentrasi

terlihat berupa lendir yang bercampur yang dilarutkan pada media hidup ikan

dengan toksikan yang berasal dari daun mas maka tingkat kelulusan hidup ikan

babadotan. Selain itu pada saluran mas akan semakin rendah. Perlu

pencernaan/usus (E) tidak normal karena dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

pada saluran ini makanan yang dimakan melihat senyawa apa yang dapat

oleh ikan mas berwarna kehijauan. Warna menyebabkan toksik pada C. carpio serta

tersebut diduga diakibatkan karena ikan pengaruh fisiologi dan sistem reproduksi

berada pada lingkungan yang telah dari C. carpio.

diberikan zat toksikan yang berasal dari

daun babadotan. Pada bagian kantung


Daftar Pustaka
empedu dan hati tidak terlihat adanya

perubahan yang konsisten yang Bouda, H., Tapondjou, L.A., Fontem,

diakibatkan oleh pemberian ekstrak daun D.A., Gumedzoe, M.Y.D. 2001.

babadotan. Effect of essential oils from leaves of

Ageratum conyzoides, Lantana

camara, and Chromolaena odorata


KESIMPULAN
on the mortality of Sitophilus

Berdasarkan penelitian yang telah zeamais (Coleoptera, Curculionidae).

dilakukan dapat disimpulkan bahwa J. stored Prod. Res., 37 (2):103-109.

ekstrak daun A. conyzoides memiliki sifat


Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air
toksik terhadap C. carpio. Nilai LC50 yang
Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

131
Edisi Agustus 2013 Volume VII No. 2 ISSN 1979-8911

Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Products. Pesq. agropec. bras.,

Jogjakarta Brasilia, V.42, n. 7., p.909-915.

Kusriani, Widjanarko, Rohmawati. 2012. Okunade, A. L. 2002. Ageratum

Uji Pengaruh Sublethal Pestisida conyzoides L. (Asteraceae).

Diazinon 60 EC terhadap Rasio Fitoterapia. Vol. 73(1):1-16.

Konversi Pakan (FCR) dan


Pasaribu, 2009. The Bioactivity test On
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus
Secondary Metabolits Babadotan
carpio L.). Jurnal Penelitian
(Ageratum conyzoides L.) Leaves.
Perikanan 1(1) (2012) 36-42
Journal of Chemistry Vol. 6, No. 2.

Ming, Chau. 1999. Ageratum conyzoides


Rudiyanti, Ekasari, Diana, 2009. Growth
Linn A Tropical Source of
And Survival Rate Of Cyprinus
Medicinal and Agricultural
carpio Linn Juvenile On Different
Products. J. Janick (ed.), ASHS
Concentration Of Regent 0.3g
Press, Alexandria, VA.
Pesticide. Journal of Aquacultur

Moreira, M.D., Picanco, M.C., Barbosa, Science Vol. 5, No. 1, 39 47.

L.C de Almeida, Guedes, R.N.C,


Shinta dan Widiastuti, 2008. Uji Efikasi
de Campos, M. R., Silva, G. A. and
Ekstrak Daun Babadotan Sebagai
Martins, J. C. 2007. Plant
Insektisida Nabati Terhadap Lalat
Compounds Insecticide Activity
Rumah (Musa domestica) di
Against Coleoptera Pests of Stored
Laboratorium. Hasil Penelitian,

007, No. 02, Des: 7-10.

132

Anda mungkin juga menyukai