Anda di halaman 1dari 23

PAPER

REKAYASA GENETIKA PADA IKAN LELE (Clarias sp)


Dosen Pengampu: Murrod C.Wirabakti, S.Pi., M.Si

Oleh :
KELOMPOK 2

Jeremia Fernandus Simangunsong CDB118050


Tatang Maulana 193010406012
Rohit Kurniawan 193030406052
Maulina Sinaga 193010406008
Rukia Banjarnahor 193010406013
Sinar Wati Gea 193010406010
Fatresia Julia Melani Tumanggor 193020406022

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR
Segala syukur dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Paper Rekayasa Genetika pada Ikan Lele (Clarias sp). Tugas berupa makalah yang
telah terselesaikan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Genetika dan Reproduksi Ikan.
Proses penyelesaian paper ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih sebanyak-
banyaknya kepada pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga
bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama
penyelesaian makalah ini mendapat balasan yang tidak terkira dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih banyak kekurangan dan sangat jauh
dari kata sempurna. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Palangka Raya, 16
November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
2.1 Maksud dan tujuan
3.1 Manfaat
4.1 Metode penulisan
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Modifikasi organisme secara genetika atau populer disebut dengan GMO (dari
bahasa Inggris genetically modified organism) merupakan organisme yang material
genetika nya telah dimodifikasi menggunakan metode rekayasa genetika. Organisme
yang telah diubah material genetikanya akan memiliki sifat yang berbeda dengan
organisme biasa. Organisme yang telah diubah material genetikanya diantaranya
bakteri, ragi, serangga, tumbuhan, ikan, dan mamalia. Beberapa jenis tanaman
pertanian juga telah menjadi GMO dan dibudidayakan secara luas. Pemindahan
materi genetika (gen) dari suatu organisme untuk dikombinasikan ke dalam materi
genetika organisme lainnya bertujuan agar gen yang dipindahkan akan diekspresikan
oleh organisme yang menerima gen tersebut.
Dalam satu dekade terakhir kecenderungan penurunan mutu genetik ikan
budidaya telah menurunkan efisiensi usaha budidaya yang telah menjadi masalah
yang cukup serius untuk segera ditanggulangi. Faktor yang turut berperan dalam
penurunan mutu genetik di atas adalah akibat manajemen induk dan benih yang tidak
terkontrol pada usaha pembenihan sebagaimana dikemukakan oleh Gustiano &
Prihadi (2006). Untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan perbaikan mutu
genetik agar dapat diperoleh jenis-jenis ikan yang dapat dibudidayakan.
Program perbaikan mutu genetik yang dapat diterapkan adalah seleksi dan
hibridisasi. Seleksi merupakan suatu teknik pemuliabiakan klasik untuk memperbaiki
sifat yang terukur (quantitative trait). Prinsip dasar dari seleksi ini adalah
mengeksploitasi sifat additive dari alela-alela pada semua lokus yang mengontrol
sifat terukur untuk memperbaiki suatu strain ikan (Kirpichnikov, 1981). Sedangkan
hibridisasi adalah memanfaatkan sifat heterosis karena sifat dominan dan heterozigot
pada banyak lokus (Kapusckinski & Jacobson, 1987) atau interaksi dari alela pada
lokus (Tave, 1993).
Dengan kata lain, pada akhir proses akan dihasilkan suatu individu yang
secara genetika telah berubah gennya karena membawa gen asing. Pada organisme
akuatik produksi transgenik pada spesies akuatik telah dilakukan oleh Maclean dan
Talwar (1984) pada ikan rainbow trout dengan Zhu et.al (1985) pada ikan mas.
Kemudian sejak saat itu, banyak spesies telah digunakan untuk menghasilkan GMOs
seperti salmon atlantik dan salmon coho, lalu spesies nila, lele, medaka dan ikan
zebra. Produksi organisme hasil rekayasa genetika yang sesuai atau transgenik dalam
beberapa kasus dikombinasikan dengan bentuk perbaikan genetik lainnya ternyata
menawarkan peluang yang cukup besar untuk budidaya yang lebih efisien dan lebih
efektif di berbagai spesies (Sin, 1997).
Prinsip umum produksi GMO adalah dengan mengubah materi genetika dari
genom suatu organisme. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan mutasi,
penghapusan, atau penambahan materi genetika. Ketika meteri genetika dari spesies
yang berbeda ditambahkan, hasilnya disebut dengan DNA rekombinan dan
organismenya disebut dengan organisme transgenik. DNA rekombinan pertama
dihasilkan oleh Paul Berg tahun 1972.
2.1 Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini mempelajari mengenai ilmu
pengetahuan pada genetika dengan tujuan bisa mengembangkan rekayasa genetika
untuk perkembangan budidaya

3.1 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk lebih mengembangkan
teknik atau sistem rekayasa genetika pada mahasiswa perikanan dan terlebih khusus
kepada seluruh mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
4.1 Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode analisis yang sudah ada yaitu dengan
menganalis ulang melalui metode deskriptif dengan mengumpulkan, mengklarifikasi
dan menginterprestasi data secara akurat serta optimal sehingga diperoleh suatu hasil
yang baik. Penulisan ini dilaksanakan dalam bentuk tugas kuliah November 2021
Universitas Palangka Raya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manipulasi Siklus Reproduksi (Pemijahan)
Secara umum, spesies-spesies ikan yang dibudidayakan memijah secara
musiman. Pemijahan musiman berhubungan erat dengan iklim. Contohnya seperti
pada ikan air tawar yang hidup di daerah empat musim, mereka memijah pada saat
musim semi atau awal musim panas, namun ikan salmon memijah pada musim gugur.
Musim hujan merupakan faktor utama pemijahan ikan-ikan tropis dan subtropis pada
wilayah Amerika Latin dan Afrika. Ikan-ikan tersebut mengintegrasikan fungsi
reproduktifnya dengan siklus musim. Musim pemijahan terjadi ketika kondisi
lingkungan dalam keadaan optimal untuk kelangsungan hidup keturunannya.
Keadaan tersebut merupakan petunjuk bahwa lingkungan mempengaruhi sistem saraf
pusat lalu kemudian mempengaruhi pituitari dan gonad. Fotoperiod, suhu dan curah
hujan merupakan faktor penting yang mempengaruhi siklus pemijahan.
2.2 Pengendalian Pemijahan
Dalam akuakultur tujuan utama dari pengendalian pemijahan suatu spesies
adalah untuk membuat kematangan gonad dan pemijahan terjadi di waktu yang sama
dengan di alam. Seperti yang dibahas sebelumnya, ada beberapa spesies ikan yang
tidak mau memijah pada kolam pemeliharaan. Pada kasus lainnya kematangan dan
pemijahan tidak dapat diprediksikan karena kondisi lingkungan budidaya atau faktor
lingkungan. Pengendalian pemijahan penting dilakukan jika ingin memajukan atau
memundurkan pemijahan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini memungkinkan
ketersediaan benih pada waktu dan jumlah tertentu.
Terdapat dua tipe pengendalian pemijahan secara umum, yaitu manipulasi
siklus reproduksi dan induksi buatan untuk pelepasan gamet (ovulasi dan spermiasi).
Siklus reproduksi dimanipulasi sedemikian rupa sehingga gamet tersedia apabila
dibutuhkan. Hal tersebut dapat dimulai dari fase larva atau pada tahap dewasa.
Perubahan kelamin gonad dapat dicapai dengan suplementasi hormon, manipulasi
faktor lingkungan atau penggunaan strain khusus.
Pada hewan bertelur (ovipar), embrio sangat bergantung pada kuning telur
sebagai sumber kebutuhan nutrisinya. Vitellogenesis atau proses pengendapan kuning
telur pada oosit merupakan fenomena siklus atau musiman.
Dua faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi kematangan dan
pemijahan adalah fotoperiod dan suhu. Walaupun secara independen fotoperiod
terbukti tidak bisa mempengaruhi pemijahan, namun pada beberapa spesies
kombinasi fotoperiod dan suhu terbukti dapat mempengaruhi pemijahan. Ketika
manipulasi kedua faktor tersebut dilakukan, maka kematangan gonad dapat terjadi,
pengeluaran telur akan lebih mudah disinkronisasi jika diberi suntik hormon. Hal ini
dapat membantu percepatan ovulasi dan penuaan telur, yang disebabkan naiknya suhu
pada saat puncak musim panas. Waktu pemijahan dilakukan pada saat tertentu untuk
memastikan gamet dilepaskan pada lingkungan pada suhu yang tepat untuk
perkembangan embrio, karena embrio tidak bisa mentolerir fluktuasi suhu yang tinggi
(stenotermal).
Cara lain pengendalian pemijahan yang berorientasi produksi telur sepanjang
tahun, adalah dengan penggunaan strain tertentu untuk memajukan atau
memundurkan pemijahan. Strain tertentu dibuat untuk memijah dalam rentang waktu
lebih lama dari pada spesies normalnya. Dimungkinkan dalam suatu usaha budidaya
untuk memelihara beberapa strain yang waktu pemijahannya berbeda dalam rentang
satu tahun sehingga ketersediaan benih tetap stabil.
2.3 Manipulasi dan Kontrol Kelamin dengan Hormon
Jenis kelamin suatu ikan secara genetis sudah ditetapkan pada waktu
pembuahan (Matty, 1985). Namun gonad ikan yang baru menetas belum
berdiferensiasi menjadi jantan atau betina (Zairin, 2002). Determinasi seks
merupakan mekanisme untuk mengarahkan diferensiasi seks di mana diferensiasi
seks adalah perkembangan testis ataupun ovarium dari gonad yang belum
berdiferensiasi (Hayes, 1998). Proses determinasi dan diferensiasi seks pada ikan
sangat labil dan memungkinkan untuk dimanipulasi secara ploidi, menggunakan
hormon, kejutan suhu, dan faktor lingkungan yang lain. Berdasarkan hal tersebut
dikenal teknik untuk memanipulasi dan mengontrol kelamin ikan menggunakan
hormon. Pengendalian kelamin dan aktivitas reproduksi pada ikan adalah salah satu
cara untuk meningkatkan produktivitas ikan dalam kegiatan akuakultur. Dalam
budidaya perikanan dikenal istilah budidaya ikan berkelamin tunggal (monosex).
Zairin (2003) menyatakan bahwa tujuan utama membentuk populasi ikan
berkelamin tunggal baik jantan maupun betina saja adalah untuk memperoleh
pertumbuhan yang lebih cepat, mengontrol reproduksi dan mendapatkan penampilan
yang lebih baik. Ditambahkan oleh Strussman et al. (2004) tujuan dari pembentukan
populasi berkelamin tunggal adalah untuk menghindari kerusakan biodiversitas dan
menghindari introduksi gen yang telah dimodifikasi pada ikan transgenik. Produksi
populasi ikan berkelamin tunggal dapat dilakukan dengan pemberian hormon secara
langsung (Dunham, 2004). Yamazaki (1983) menyatakan bahwa fisiologi seksual
dapat dimanipulasi dengan menggunakan hormon steroid. Hormon steroid dapat
memanipulasi proses diferensiasi gonad, gametogenesis, ciri-ciri kelamin sekunder,
ovulasi, dan spermiasi.
Selain steroid ada beberapa senyawa non-steroid yang dapat digunakan dalam
proses alih kelamin. Salah satu contoh bahan yang bisa digunakan adalah akriflavin
(Zairin, 2002) dan madu (Djaelani, 2007; Sukmara, 2007). Bahan alternatif lain yang
dapat digunakan untuk pengarahan kelamin ikan yaitu aromatase inhibitor (AI). AI
bekerja dengan cara menghambat produksi estradiol-17. Menurut Suhanti (2003),
pemberian pakan yang dicampur AI pada ikan nila yang berumur 9 hingga 13 hari
setelah menetas dapat menghasilkan nila jantan sebanyak 74%.
Banyak teknik yang dapat dilakukan untuk pembatasan pemijahan adalah
dengan penggunaan hormon untuk menciptakan populasi tunggal kelamin (monosex).
Steroid androgenik dan oestrogenik digunakan untuk maskulinisasi betina dan
feminisasi jantan (Jalabert et al. 1974; Guererro 1975,1979; Shelton et al. 1978).
Larva betina dari spesies lele ketika diberi pakan yang dicampur
metiltestosteron dan etiniltestosteron beralih kelamin menjadi jantan. Sama halnya
dengan produksi tunggal kelamin betina lele dapat dicapai dengan pemberian estron,
etinilestradiol dan stilboestrol.
2.3.1 Pengalihan Kelamin Cara Alami
Faktor yang menentukan keberhasilan pengalihan kelamin buatan secara
alami dipengaruhi oleh ketepatan memanipulasi faktor lingkungan terhadap produksi
steroid yang dikehendaki pada saat yang tepat sebelum massa diferensiasi berakhir.
Metode pengalihan kelamin secara buatan dapat dilakukan dengan menambahkan
hormone steroid sebagai perangsang, misalnya, perlakuan eksogenus estrogen
menyebabkan efek betina (feminisasi) sedangkan eksogenus androgen menyebabkan
efek jantan/maskulinisasi (sipayung, 2010). Efektivitas perubahan kelamin secara
buatan sangat ditentukan oleh jenis ikan dan umurnya saat diberi perlakuan, bahan
aktif steroid dan dosisnya, serta lama dan cara pemberiannya (Zairin, 2002).
2.3.2 Pengalihan Kelamin Cara Sintetis
Teknik pengalihan kelamin secara sintetis yang biasa digunakan
menggunakan penambahan hormon sintetik 17αmetiltestosterone (17 α-mt), tetapi
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor KEP.
20/MEN/2003, hormone 17α-mt termasuk dalam klasifikasi obat keras yang berarti
bahwa peredaran dan pemanfaatannya menjadi semakin dibatasi terkait dengan
dampak negatif yang dapat ditimbulkan, baik kepada ikan, manusia, maupun
lingkungan. Hormone 17α-mt yang notabene merupakan hormone sintetik bersifat
karsinogenik bagi manusia. Selain itu, hormone ini juga berpotensi menimbulkan
pencemaran lingkungan karena sulit terdegradasi secara alami (Contreras-Sancez &
Fitzpatrick, 2001).
2.4 Hibridisasi
Hibridisasi atau persilangan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan
kombinasi antara populasi yang berbeda untuk menghasilkan keturunan yang
memiliki sifat unggul. Hibridisasi merupakan metode paling efisien dalam
menghasilkan keturunan yang seragam. Fungsi dari hibridisasi adalah untuk
memproduksi strain dan jenis baru, untuk menghasilkan produk yang seragam, untuk
produksi populasi tunggal kelamin dan untuk memproduksi hibrid untuk ditebar pada
perairan umum, dimana populasi hibrid tersebut tidak dapat bereproduksi.
Secara umum hibridisasi tidak dapat memproduksi indukan yang baik. Yang
dimaksud dengan indukan yang baik disini bukan dalam hal jumlah telur per kg,
namun kemampuan dari induk hibrid dalam memproduksi keturunan diatas induk
biasa. Hibrid F1 tidak memproduksi keturunan diatas rata-rata, karena keunggulannya
adalah dalam varian dominan dan hal tersebut terganggu pada saat gametogenesis.
Keunggulan hibrid disebabkan oleh adanya interaksi ketika berpijah, keturunan
mereka menunjukkan efek interaksi dalam rentang yang luas.
Hibridisasi telah digunakan untuk meningkatkan produktivitas ikan lele
sebagai metode sementara sampai metode seleksi dapat dilaksanakan untuk membuat
strain lele yang lebih baik. Plumb et al. (1975) menunjukkan bahwa hibridisasi
meningkatkan resistensi ikan lele terhadap serangan virus. Guidice (1966), Yan et al.
(1976) dan Chappel (1979) menemukan bahwa beberapa hibridisasi meningkatkan
hasil produksi 10-18%. Chappel (1979) menemukan juga bahwa hibridisasi
meningkatkan kemudahan tangkap dan konversi pakan. Horn (1981) dan Dunham et
al. (1983) menemukan bahwa hibridisasi meningkatkan produksi telur. Hibridisasi
juga digunakan untuk menghasilkan strain baru dari rainbow trout, brown trout,
brook trout, cutthroat trout (Kincaid 1981). Berdasarkan hal tersebut para ahli
genetika perikanan membagihibridisasi ke dalam tiga macam yaitu :
1. Hibridisasi intraspesifik yaitu perkawinan antara spesies yang samatetapi
berasal dari populasi yang berbeda. Misalnya persilangan antaraikan mas
rajadanu dengan ikan mas sinyonya ( Cyprinus carpio X Cyprinus carpio).
2. Hibridisasi interspecifik yaitu perkawinan dalam genus yang samatetapi
berbeda species. Misalnya persilangan antara ikan lele: Clarias meladerma X
Clarias gariepinus atau Clarias meladerma X Clariastei jsmanni, persilangan
ikan patin: Pangasius djambal X Pangasius hypophthalmus
3. Hibridisasi intergenerik yaitu perkawinan dalam genus yang berbeda.Misalnya
persilangan antara ikan nila dengan ikan mujair ( Oreochromis niloticus X
Tilapia mosambicus ), persilangan antara ikan mas dengan ikan tawes atau
ikan nilem
Dari beberapa kegiatan hibridisasi pada ikan budidaya baik ikan konsumsi
maupun ikan hias mempunyai tujuan antara lain adalah:
a. Memperbaiki kualitas benih seperti perbaikan pada laju pertumbuhan.
b. Penundaan kematangan gonad agar tercapai pertumbuhan maksimal.
c. Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan lingkungan yang kurang baik.
d. Memperoleh benih yang unggul.
e. Menghasilkan strain baru pada beberapa jenis ikan hias.
Karakter fenotipe kualitatif yang dapat diamati dari hasil persilangan biasanya
paling mudah memperhatikan misalnya :
1. Warna tubuh, dimana dapat dilakukan persilangan antara ikan yang
mempunyai warna antara lain:
 Ikan warna tubuh Albino disilangkan dengan ikan berpigmen normal
 Ikan berwarna kuning, merah. putih disilangkan dengan ikan
berwarna hijau, biru, abu-abu
 Ikan berwarna bintik disilangkan dengan ikan tanpa bintik2. Tipe sirip
pada ikan dapat dilakukan persilangan antara ikan yang mempunyai
sirip antara lain.
 Ikan bersirip kumpay disilangkan dengan ikan bersirip normal
 Ikan bersirip kumpay disilangkan dengan ikan yang ekornya
membundar
2. Pola sisik pada ikan dapat dilakukan persilangan antara ikan
yangmempunyai sisik antara lain:
 Ikan bersisik bergaris disilangkan dengan ikan yang tidak mempunyai
sisik.
 Ikan bersisik menyebar/kaca disilangkan dengan ikan yang bersisik
penuh
3. Bentuk tubuh ikan
Dalam kegiatan hibridisasi ini biasanya akan dihasilkan individu baru
pada ikan konsumsi yang sudah dilakukan misalnya melakukan persilangan
antara ikan nila hitam dengan ikan nila putih akan dihasilkan ikan nila yang
berwarna tubuh ikan merah. Pada umumnya jenis-jenis ikan hias yang
dihasilkan oleh para pembudidaya ikan banyak yang diperoleh dari hasil
persilangan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam produksi
benih ikan hias baru-baru ini dari suatu populasi yakni persilangan antar
varitas atau strain (hibridisasi intervaritas) yang memiliki tampilan morfologi
dari spesies yang sama. Hibridsasi intervaritas adalah mempersilangkan antara
induk jantan dan induk betina yang berasal dari spesies yang sama namun
minimal memiliki dua karakter fenotipe tampilan morfologi yang berbeda
(Kirpichnikov, 1981). Disamping itu,karakter lain dari hasil persilangan antara
varitas adalah fertile yakni dari masing-masing jenis kelamin masih tetap
mampu untuk menghasilkanketurunan walaupun peluang dari benih keturunan
tersebut cenderungmemiliki karakter fenotipe tampilan morfologi yang
bervariasi. Tahapan yang harus dilakukan untuk hibridasi antara lain adalah:
 Persiapan wadah dan media
 Seleksi induk
 Pemijahan
 Penetasan telur
 Pemeliharaan larva
 Pengamatan hasil (Progeny test)
2.5 Strain Lele Hasil Hibridisasi
Hibridisasi merupakan program persilangan yang dapat diaplikasikan pada
ikan, udang, kerang-kerangan maupun rumput laut. Hasil dari program ini dapat
menghasilkan individu-individu yang unggul, kadang-kadang ada juga yang steril dan
dapat menghasilkan strain baru (Rustidja,2005). Selain itu ada defenisi lain dari
hibridisasi yang sebenarnya tidak jauh berbeda. Hibridisasi adalah perkawinan antara
spesies yang berbeda. Hibridisasi atau persilangan merupakan suatu upaya untuk
mendapatkan kombinasi antara populasi yang berbeda untuk menghasilkan keturunan
yang memiliki sifat unggul.
Hibridisasi pada ikan budidaya seperti ikan mas, ikan nila, ikan lele dan ikan
patin telah dilakukan oleh para pembudidaya ikan untuk memperoleh benih hibrida.
Benih ikan hasil hibridisasi biasanya benih unggul dan benih unggul ini hanya dapat
dipergunakan untuk kegiatan pembesaran, tidak dapat lagi dijadikan untuk induk.
Berbagai macam strain ikan lele tumbuh dan ditingkatkan di Indonesia. Ikan
lele sendiri sebagai tipe ikan air tawar yang bertubuh licin, gepeng memanjang, dan
warna gelap. Ciri-ciri intinya ialah kumis yang panjang dan muncul pada bagian
mulutnya.
Tipe ikan lele sendiri mempunyai banyak spesies. Dia berawal dari marga
Clarias yang dapat dikenal dari badan licin memanjang tanpa sisik. Sisi sirip
punggung dan sirip anus memanjang. Kerap kali, sirip ini bersatu dengan ekor dan
terlihat seperti sidat yang pendek.
Di Indonesia, lele diternakkan untuk penuhi keperluan konsumsi warga. Lele-
lele yang dibudidayakan ini juga bermacam. Tetapi biasanya, terdiri dari enam strain
ikan lele yang terbanyak dibudidayakan yaitu:

 Lele lokal
Lele lokal, lele kampung, atau lele Jawa termasuk jenis lele yang cukup
banyak dibudidayakan. Lele ini memiliki nama ilmiah Clarias batrachus.
Lele lokal menyebar luas mulai dari anak-benua India, Asia Tenggara,
Indonesia, dan Filipina. Jenis lele ini sering disebut walking catfish karena
kemampuannya berjalan di daratan ketika mencari tempat yang lebih banyak
airnya. Jenis lele lokal kini ditemukan terbatas di wilayah aliran-aliran sungai
di Jawa
 Lele Dumbo
Berikutnya, ada lele Dumbo yang berukuran lebih besar dibanding lele lokal.
Lele ini juga disebut dengan lele Afrika. Lele dumbo bernama latin Clarias
gariepinus. Istilah dumbo diberikan karena ukurannya yang jauh lebih besar
dari rata-rata jenis lele di Asia Tenggara. Lele ini memiliki tubuh licin
berwarna hitam kehijauan. Patilnya tidak tajam sehingga banyak disukai
konsumen.
 Lele Sangkuriang
elanjutnya ada lele Sangkuriang hasil persilangan yang dikembangkan oleh
Balai Besar Budidaya Ikan Air Tawar (BBBAT) Sukabumi. Lele ini
merupakan hasil perkawinan ele dumbo betina F2 (induk betina generasi
kedua) dengan lele dumbo jantan F6 (induk jantan generasi ke enam) yang
menghasilkan lele dumbo jantan F2-6.
Selanjutnya lele dumbo jantan F2-6 dikawainkan kembali dengan lele dumbo
betina F2 sehingga menghasilkan ikan lele sangkuriang. Jenis lele ini
memiliki ciri warna punggung hitam kehijaun dan bagian perutnya bewarnba
putih kekuningan.
 Lele Phyton
Lele Phyton atau lele paiton merupakan hasil perkawinan antara induk betina
lele dari Thailand F2 dengan induk jantan lele dumbo F6. Lele ini
dikembangkan oleh pembudidaya lele di Kabupaten Pandeglang, Banten. Ciri
khas jenis lele ini adalah kepalanya yang menyerupai ular piton. Lele phyton
memiliki ukuran mulut relatif kecil dan kepala pipih memanjang dengan
warna yang cerah.
 Lele Mandalika
Jenis ikan lele untuk budidaya berikutnya adalah lele Mandalika dari hasil
persilangan ikan lele Sangkuriang betina dengan lele Masamo jantan. Jenis
lele ini merupakan hasil hibridisasi yang dilakukan oleh Instalasi Balai Benih
Ikan Batu Kumbung, Balai Pengembangan Budidaya Ikan Air Tawar, Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tengara Barat. Di NTB, jenis lele ini
diklaim lebih menguntungkan daripada sangkuriang.
 Lele Mutiara
Lele Mutiara merupakan hasil biakan para peneliti di Balai Penelitian
Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Jenis lele ini adalah
hasil persilangan dari varietas lele Mesir, Paiton, Sangkuriang dan Dumbo
yang diseleksi selama tiga generasi pada karakter pertumbuhan.
 Lele Masamo
Lele Masamo pertama diperkenalkan oleh pabrik pakan ikan PT. Matahari
Sakti di Mojokerto, Jawa Timur. Lele Masamo merupakan hasil pengumpulan
sifat berbagai plasna nutfah lele dari berbagai negara. Ciri jenis lele ini adalah
tubuh yang lonjong, patil lebih panjang, dan berwarna kehitaman. Lele ini
juga memiliki tonjolan di tengkuk kepala serta bentuk kepala yang lebih
runcing. Ciri khas lainnya, ketika Lele Masamo stres akan muncul warna
keputihan atau keabu-abuan.
2.6 Seleksi
Usaha budidaya ikan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat dari
tahun ketahun. Hal ini dapat diakibatkan oleh semakin bertambahnya kesadaran
manusia untuk mengkonsumsi ikan dan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun
serta menurunnya jumlah ikan hasil tangkapan. Jenis ikan yang dibudidayakan juga
semakin beragam, mulai dari ikan konsumsi hingga ikan hias. Dalam usaha budidaya
ikan secara intensif dibutuhkan benih dan induk yang bermutu. Induk yang bermutu
akan dapat menghasilkan benih ikan yang bermutu pula. Sedangkan dengan
melakukan pemeliharaan benih yang bermutu maka proses produksi akan menjadi
efektif dan efisien.
Untuk meningkatkan mutu induk yang akan digunakan dalam proses budidaya
maka induk yang akan digunakan harus dilakukan seleksi. Seleksi ikan bertujuan
untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan digunakan. Oleh karena itu
dengan melakukan seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki genetik ikan
tersebut sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan. Tujuan dari pemuliaan ikan ini
adalah menghasilkan benih yang unggul dimana benih yang unggul tersebut diperoleh
dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas.
2.7 Metode Meningkatkan Keragaman Genetik Ikan
Permasalahan yang dihadapi oleh petani ikan dan pembudidaya ikan saat ini
adalah adanya kecenderungan penurunan pertumbuhan ikan. Menurut Doyle (1983),
hal ini diduga karena kurangnya pengetahuan petani dan pembudidaya ikan akan
pengelolaan induk yang benar, sehingga mereka melakukan seleksi negatif, selain itu
terjadinya silang-dalam mengakibatkan menurunnya keragaman genetik. Untuk
meningkatkan keragaman genetik ikan hasil budidaya maka harus dilakukan
perbaikan genetik pada ikan budidaya dengan berbagai metode. Metode yang biasa
dilakukan antara lain adalah selective breeding, crossbreeding (Hibridisasi), seks
reversal, manipulasi kromosom dan rekayasa gen.
 Selective Breeding
Selective breeding adalah suatu program breeding yang mencoba untuk
memperbaiki nilai pemuliabiakan (breeding value) dari suatu populasi dengan
melakukan seleksi dan perkawinan hanya pada ikan-ikan yang terbaik. Hasil yang
akan diperoleh adalah induk yang terseleksi yang mempunyai karakteristik lebih
baik dari populasi sebelumnya. Selective breeding menurut Tave (1995) dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu seleksi individu/massa dan seleksi famili.
 Seleksi Individu
Pada ikan teknik seleksi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu
seleksi massa/individu dan seleksi famili. Seleksi induk secara individu ini disebut
juga dengan seleksimassa. Seleksi massa/individu adalah seleksi yang dilakukan
dengan memilih individu-individu dengan performan terbaik. Seleksi ini
merupakan teknik seleksi yang paling sederhana dengan biaya lebih murah
dibandingkan seleksi lainnya. Seleksi famili adalah seleksi dengan
mempergunakan performans dari saudaranya baik saudara tiri sebapak (half sib)
atau saudara sekandung (full sib). Saudara tiri sebapak adalah keluarga (famili)
yang dibentuk oleh sekelompok anak yang berasal dari satu bapak dengan
beberapa induk betina (half sib), karena pada ikan satu induk jantan dapat
membuahi lebih dari satu induk betina, maka anak-anak yang dihasilkan dari
bapak yang sama dengan induk betina yang berbeda ini disebut dengan saudara tiri
sebapak. Sedangkan setiap keluarga/famili yang berasal dari satu bapak dengan
satu induk disebut saudara sekandung (full sib), dan pada ikan budidaya ada juga
yang melakukan perkawinan dimana satu jantan hanya membuahi satu induk
betina.
 Seleksi Famili
Seleksi famili merupakan alternatif seleksi yang dapat dilakukan apabila pengaruh
lingkungan sulit dikontrol. Dalam seleksi famili ada dua jenis seleksi yaitu seleksi
dalam famili (within-family) dan seleksi diantara famili (between family). Seleksi
within family sebaiknya diterapkan untuk seleksi pertumbuhan pada ikan , karena
masing-masing famili dipelihara pada kolam terpisah dan ikan dengan
pertumbuhan terbaik dipilih dari masing-masing famili, sehingga semua famili
akan terwakili. Cara ini dilakukan merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi
adanya perbedaan umur akibat tidak terjadinya proses pemijahan secara serempak.
 Crossbreeding
Crossbreeding atau hibridisasi merupakan program persilangan yang dapat
diaplikasikan pada ikan, udang, kerang-kerangan maupun rumput laut. Hasil dari
program ini dapat menghasilkan individu-individu yang unggul, kadang-kadang
ada juga yang steril dan dapat menghasilkan strain baru (Rustidja, 2005).
Hibridisasi atau persilangan merupakan suatu upaya untuk mendapatkan
kombinasi antara populasi yang berbeda untuk menghasilkan keturunan yang
memiliki sifat unggul. Berdasarkan hal tersebut para ahli genetika perikanan
membagai hibridisasi ke dalam dua macam yaitu :
 Interspecifik hibridisasi yaitu perkawinan antara spesies yang berbeda.
 Intraspecifik hibridisasi yaitu perkawinan dalam satu species.
 Seks Reversal (monosex)
Seks reversal (monosex) adalah suatu teknologi yang membalikan arah
perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Cara ini dilakukan pada waktu
menetas gonad ikan belum berdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau betina
tanpa merubah genotipenya.
 Manipilasi Kromosom
Manipulasi kromosom dalam bidang budidaya ikan yang mempunyai tujuan untuk
meningkatkan produktivitas dibidang budidaya. Dengan pengetahuan genetika dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam perikanan budidaya telah
dapat dilakukan suatu rekayasa dalam kromosom ikan. Rekayasa kromosom yang
telah dapat dilakukan dalam bidang budidaya perikanan antara lain adalah
Ginogenesis, Androgenesis dan Poiliploidisasi.
 Manipulasi gen
Manipulasi gen merupakan suatu kegiatan perekayasaan gen kedalam suatu proses
kehidupan organisme. Manipulasi gen yang sudah diaplikasikan dalam bidang
pertanian, peternakan, kedokteran dan perikanan budidaya adalah teknologi
transgenesis. Teknologi transgenesis merupakan suatu teknik rekayasa genetik
dengan cara mengintroduksi gen yang khas pada ikan tertentu untuk mendapatkan
keunikan yang memiliki nilai tambah
2.8 Triploidisasi
Naiknya permintaan terhadap benih yang bermutu baik kuantitas maupun
kualitas dan harus tersedia setiap saat mengakibatkan meningkatnya kegiatan
usaha pembudidayaan ikan lele. Salah satu kegiatan usaha pembudidayaan untuk
memenuhi permintaan tersebut adalah dengan cara penerapan teknologi
pemijahan buatan yang memanfaatkan prinsip-prinsip bioteknologi. Salah satu
proses poliploidisasi adalah triploidisasi dengan terbentuknya individu yang
memiliki kromosom tiga set yang steril.
Triploidisasi telah dilakukan dan digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan ikan. Pembentukan ikan triploid dilakukan dengan memberi kejutan
panas pada telur yang dibuahi ecara normal pada saat tingkat meiosis II. Pemberian
kejutan tersebut diharapkan dapat mencegah terlepasnya polar-body II sehinggga
terbentuk keadaan triploid (Hariani, 2008). Salah satu yang penting dari jenis ikan
triploid adalah termasuk jenis ikan yang “steril” karena memiliki sejumlah perangkat
kromosom yang berbeda. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
produksi karena energi metabolisme yang biasanya digunakan untuk
perkembangan gonad dimanfaatkan untuk pertumbuh an (Beaumont, 1994).
Tetraploidisasi dilakukan dengan dengan berbagai teknik, yaitu kejutan
suhu panas, kejutan suhu dingin, penggunaan tekanan tinggi atau radiasi ultraviolet
dan dari semua teknik tersebut dilakukan dengan tujuan yang sama yaitu untuk
mendapatkan sifat yang unggul dan kualitasnya yang baik. Manfaat tetraploidisasi
pada ikan antara lain untuk mendapatkan induk yang unggul dari segi : pertumbuhan
yang relatif cepat, resistensi terhadap penyakit, kelangsungan hidup tinggi, daya
tahan atau toleransi terhadap lingkungan baru (suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas)
dan menghasilkan persentasi daging yang lebih tinggi sehingga induk tersebut
dikatakan unggul dan berkualitas.
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Spesies-spesies ikan yang dibudidayakan memijah secara musiman. Dalam
akuakultur tujuan utama dari pengendalian pemijahan suatu spesies adalah untuk
membuat kematangan gonad dan pemijahan terjadi di waktu yang sama dengan di
alam. Seperti yang dibahas sebelumnya, ada beberapa spesies ikan yang tidak mau
memijah pada kolam pemeliharaan. Terdapat dua tipe pengendalian pemijahan secara
umum, yaitu manipulasi siklus reproduksi dan induksi buatan untuk pelepasan gamet
(ovulasi dan spermiasi). Hal tersebut dapat dimulai dari fase larva atau pada tahap
dewasa. Pada hewan bertelur (ovipar), embrio sangat bergantung pada kuning telur
sebagai sumber kebutuhan nutrisinya. Vitellogenesis atau proses pengendapan kuning
telur pada oosit merupakan fenomena siklus atau musiman.
Dua faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi kematangan dan
pemijahan adalah fotoperiod dan suhu. Cara lain pengendalian pemijahan yang
berorientasi produksi telur sepanjang tahun, adalah dengan penggunaan strain tertentu
untuk memajukan atau memundurkan pemijahan.
DAFTAR PUSTAKA
Gustiano, R & Prihadi, T.H. 2006. Pemuliaan ikan air tawar di Indonesia. Dalam 60
tahun perikanan Indonesia (Editor: F. Cholik et al.). Masyarakat Perikanan
Nusantara. hlm. 165-170. Jakarta.
Gustiano, R. dan T.H. prihadi. 1995. Keberhasilan bioteknologi poliploidi ikan mas
melalui kejutan panas. Dalam Prosiding seminar hasil penelitian perikanan air
tawar 1993/1994 (Editors: T.H. Prihadi et al.). Sukamandi, Subang. hlm. 525-
529.
Kapusckinski, A.R. & Jacobson, L.D. 1987. Genetic guidelines for fisheries
management. Univ. of Minnesota, USA. pp 66 .
Kirpichnikov, V.S. 1981. Genetic bases of fish selection. Springer-Verlag, Berlin,
Heidelberg, Germany. pp 410.
Matty, A.J. 1985. Fish Endocrinology. Inggris, pp 265.
Tave, D. 1993. Genetics for fish managers. The AVI Publ. Comp. Inc. NY, USA. pp
418.
Zhu, Z., Li, G., He, L., & Chen, S. 1985. Novel gene transfer into the fertilized eggs
of gold fish (Carassius auratus L.1758). Angew Ichthyol. 1: 3

Anda mungkin juga menyukai