A. ACARA
Acara III. Pengobatan
B. TUJUAN
Mengetahui efektivitas antibiotik untuk menanggulangi penyakit bakterial pada ikan.
C. DASAR TEORI
Pengobatan merupakan sebuah kegiatan atau aksi yang dilakukan untuk mengurangi
dan/atau menghilangkan dampak buruk yang disebabkan oleh patogen yang menyerang.
Patogen menyerang makhluk hidup di bagian tubuh tertentu sehingga muncullah penyakit
pada makhluk hidup tersebut. Contohnya, diare disebabkan oleh bakteri Salmonella.
Pengobatan berupa pemberian obat pun dilakukan untuk menghilangkan koloni bakteri
tersebut. Pada akhirnya, gejala dari diare lama-lama menghilang karena hilangnya koloni
patogen. Sama halnya dengan ikan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi dan/atau
menghilangkan dampak buruk yang terjadi akibat serangan patogen. Contohnya, ikan
terlihat tidak responsif terhadap pakan dan bagian insangnya terlihat merah. Untuk itu,
dilakukanlah pengobatan berupa penggantian air, perendaman jenis obat cair/garam.
Dengan itu, ikan lama-lama akan pulih.
Lebih lanjut, pengobatan untuk ikan merupakan suatu kegiatan berupa pemberian
obat yang digunakan untuk menghilangkan dampak buruk dari penyakit yang ditimbulkan
baik akibat patogen, racun maupun kualitas air yang buruk (Sharma et al., 2012). Kualitas
air dan racun yang dimaksud adalah zat-zat kimia dan bahan sintetis-obat yang bersifat
racun. Ada banyak jenis patogen yang menginfeksi ikan, khususnya pada bakteri, seperti
Streptococcus agalactiae, Aeromonas hydrophila, Lactococcus garvieae, dan sebagainya.
Penyakit yang didapatkan bisa berupa tuberkulosis, exophthalmia, hemorrhagic,
limfosistis, penyakit gelembung renang, busuknya sirip dan ekor, dan lainnya. Menurut
Assefa & Abunna (2018), pengobatan pada ikan dilakukan untuk mengatasi kerugian yang
cukup besar akibat adanya infeksi penyakit di dunia akuakultur. Kerugian yang dimaksud
adalah kerugian secara material karena kematian akibat penyakit bisa mencapai 100%
sehingga komoditas yang dibudidayakan akan mengalami kematian massal dan proses
budidaya harus dilakukan dari awal lagi. Beberapa jenis pengobatan yang biasa dilakukan
adalah penggunaan immunostimulan, probiotik prebiotik, vaksin, zat-zat antimikrobial,
desinfektan, suplemen pakan. Dijelaskan juga bahwa apabila pengobatan atau kontrol pada
kesehatan komoditas di budidaya tidak akan berjalan dengan maksimal apabila jenis yang
digunakan hanya berjumlah satu. Kombinasi macam-macam pengobatan yang sesuai
target, sosialisasi metode pengobatan ke para pembudidaya, proses pengawasan secara
berkala akan menjamin tingkat kesehatan ikan.
Ada beberapa metode pengobatan yang diberikan pada ikan, antara lain adalah
injeksi (penyuntikkan), oral (pemberian pakan), dan imersi (perendaman dalam waktu
tertentu). Telah dijelaskan juga pada poin sebelumnya bahwa obat yang biasa digunakan
adalah vaksin, antibiotik, probiotik, prebiotik, obat dari tanaman (medicinal plants), dan
biosekuriti (Assefa & Abunna, 2018). Ada banyak macam vaksin yang digunakan, seperti
vaksin dengan patogen yang dibunuh, dilemahkan, DNA, rekombinan, sintesis peptida,
dan lainnya. Sementara itu, cara memasukkan komponen vaksin ke ikan bisa dengan oral,
imersi, dan injeksi. Vaksin yang diberikan secara oral dilakukan dengan cara
memberikannya saat proses produksi pakan atau menyemprotkannya pada pelet pakan.
Vaksin yang diberikan secara imersi dilakukan dengan cara merendam ikan ke larutan
berisikan vaksin dimana antigen akan meresap dalam tubuh ikan lewat sisik, insang, dan
garis lateral; bisa juga dengan menyemprotkan vaksin secara langsung ke tubuh ikan.
Vaksin yang diberikan secara injeksi dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin ke
dalam tubuh ikan lewat bagian-bagian tertentu, seperti intramuskular dan intraperitonial.
Sama halnya dengan vaksin, metode pengobatan yang menggunakan antibiotik adalah
oral, injeksi, dan imersi. Pengobatan menggunakan probiotik dilakukan dengan
menambahkan probiotik sebagai pakan langsung ke tangki air. Pengobatan menggunakan
prebiotik bisa langsung diaplikasikan ke pakan ikan, sedangkan pengobatan menggunakan
tanaman medis bisa dengan cara ekstraksi komponen aktif mereka kemudian diinjeksikan
atau seluruh bagian tanaman medis ditempatkan di tangki air sebagai proses imersi.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan adalah bak pemeliharaan, spuit 1 ml, timbangan, gelas ukur. Bahan
yang digunakan adalah bakteri (Aeromonas veronii), ikan lele, antibiotik, PBS, dan pakan
ikan.
E. CARA KERJA
Berikut adalah cara kerja dari pengobatan.
F. PEMBAHASAN
Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penggunaan Antibiotik). Selain itu, antibiotik didefinisikan sebagai substansi yang
diproduksi dari sebuah mikroorganisme antagonistik terhadap pertumbuhan
mikroorganisme lain (Singh et al., 2018). Fungsi dari antibiotik adalah untuk mencegah
dan/atau mengobati infeksi bakteri. Proses pencegahan dan/atau pengobatan dilakukan
dengan pembuatan antigen dari patogen yang telah diberikan perlakuan (dibunuh,
dilemahkan) atau langsung antibiotik dengan berbagai macam model (rekombinan, DNA,
lainnya). Antibiotik dapat diberikan dengan cakupan target yang luas dan juga spesifik
tergantung diagnosis patogen yang bertanggung jawab; apakah sudah dapat diketahui
secara pasti atau belum patogennya. Jenis-jenis antibiotik dibagi berdasarkan banyak
kriteria; ada yang berdasarkan jenis penyerangan ke bakteri Gram-positif dan negatif, ada
juga yang berdasarkan target serangan. Berdasarkan Permenkes No. 28 Tahun 2021,
antibiotik yang memiliki efek pada bakteri Gram-positif adalah daptomisin, penisilin,
tetrasiklin, vankomisin, linezoid. Antibiotik yang memiliki efek pada bakteri Gam-negatif
adalah aminoglikosida, aztreonam, kolistin. Antibiotik yang memiliki efek pada kedua
jenis bakteri Gram adalah ampisilin, fluorokuinolon (enrofloxacin), kloramfenikol,
sefepim, sefalosporin generasi ketiga (sefiksim, sefotaksim, seftriakson). Sementara itu,
target serangan pada antibiotik dibagi jadi tiga, yaitu sintesis dinding sel, asam nukleat, dan
protein (Kapoor et al. 2017). Cara kerja dari antibiotik yang menyintesis dinding sel (beta-
laktam dan glikopeptida) adalah dengan mencegah pengikatan PBP (penicillin binding
proteins) pada rantai peptida (D-alanil D-alanin) sehingga lapisan peptidoglikan dinding
sel akan hancur dan sintesis dinding sel akan terhambat yang menyebabkan bakteri lisis.
Cara kerja dari antibiotik yang menyintesis protein (subunit 30S atau 50S dari ribosom
bakteri) adalah dengan mencegah penempelan RNA (t-RNA, 23S rRNA) pada situ-situs di
subunit. Cara kerja dari antibiotik yang menyintesis asam nukleat (replikasi DNA) adalah
dengan menghambat sintesis dan produksi enzim, seperti enzim girase, dihydropteroate,
dan dihydrofolate.
Antibiotik yang digunakan pada acara ini adalah enrofloxacin dengan dosis sebesar
2,5 mg/ml; 1,25 mg/ml; 0,625 mg/ml; 0,3125 mg/ml. Dosis ini dibuat berdasarkan dosis
pengenceran yang telah dibuat pada acara sebelumnya dan dibuat dalam ukuran setengah
kalinya. Grabowski et al. (2022) menjelaskan bahwa enrofloxacin merupakan antibiotik
dari grup fluorokuinolon (6-fluoro-7-piperazinyl-4-quinolones) yang bisa melawan bakteri
Gram-positif dan negatif. Antibiotik ini sudah beredar dalam bentuk tablet dan cairan yang
bisa diinjeksikan. Sifat antibiotik ini adalah kemoterapeutik dan menyerang enzim-enzim
yang mengatur topologi DNA, yaitu bagian girase dan topoisomerase. Berikut adalah
mekanisme cara kerja enrofloxacin.
Dapat diamati bahwa ketujuh ikan tidak mengalami kematian selama masa
pemeliharaan. Infeksi dari Aeromonas veronii terlihat pada salah satu ikan di masa awal
pengamatan. Gejala yang didapati adalah adanya luka di bagian sirip dan punggung, sirip
ekor yang terindikasi busuk, gerak ikan dan respons pakan yang menurun. Setelah
diberikan pengobatan berupa pakan yang disemprot antibiotik berdosis 2,5 mg/ml, ikan
terlihat membaik dalam waktu rata-rata 3 hari. Pemulihan pada ikan yang diamati adalah
gerak ikan dan nafsu makan yang membaik serta luka yang menutup. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan dosis antibiotik sebesar 2,5 mg/ml merupakan dosis optimal bagi
efektivitas obat untuk melawan infeksi patogen. Pengobatan secara oral juga menunjukkan
hasil yang cukup optimal dengan masa pemulihan selama 3 hari.
Wang et al. (2021) menjelaskan beberapa tanda-tanda klinis dari serangan A. veronii.
Pertama, adanya luka ulserasi di bagian permukaan tubuh. Selanjutnya ada juga
hemorrhagic (luka dalam) di ginjal, kelenjar getah bening, inflamasi di usus, sirip yang
akan memerah karena terkena inflamasi, dan pembengkakan organ dalam. Hal ini sesuai
dengan identifikasi gejala yang dilakukan pada acara praktikum, yaitu luka bagian
punggung dan sirip serta gejala umum berupa respons pakan dan gerak ikan yang menurun.
Pemberian antibiotik sebesar 2,5 mg/ml dirasa optimal karena pada dosis ini, kondisi ikan
terlihat membaik dalam waktu 3 hari. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perbedaan
dosis perlu diperhatikan dalam memberikan pengobatan. Dosis yang lebih tinggi atau
rendah belum tentu memberikan hasil yang optimal. Untuk itu, perlu dilakukannya uji
pengobatan dengan bermacam-macam dosis untuk menentukan dosis pengobatan optimal.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Uney et al. (2021), penggunaan dosis enrofloxacin
pada ikan brown trout memberikan efek yang berbeda untuk tiap dosisnya. Penggunaan
dosis 10 dan 20 mg/kg enrofloxacin memberikan efektivitas dalam pengurangan stres pada
ikan dan pemberiannya. Penggunaan dosis 40 mg/kg enrofloxacin memberikan nilai AUC
(Area Under the Concentrtion-versus time curve) yang lebih besar, waktu eliminasi
terminal yang lebih panjang, dan CL/F (total pembersihan antibiotik) yang lebih lambat.