Anda di halaman 1dari 9

LEMBAR KERJA MAHASISWA

PRAKTIKUM MANAJEMEN KESEHATAN IKAN


Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada

Tanggal : 15 September 2022


Nama : HIZKIA NOGIE RUNKAT
NIM : 20/459414/PN/16608
Asisten : Rigen Pawartika dan Jauza Firdhausy

A. ACARA
Acara III. Pengobatan

B. TUJUAN
Mengetahui efektivitas antibiotik untuk menanggulangi penyakit bakterial pada ikan.

C. DASAR TEORI
Pengobatan merupakan sebuah kegiatan atau aksi yang dilakukan untuk mengurangi
dan/atau menghilangkan dampak buruk yang disebabkan oleh patogen yang menyerang.
Patogen menyerang makhluk hidup di bagian tubuh tertentu sehingga muncullah penyakit
pada makhluk hidup tersebut. Contohnya, diare disebabkan oleh bakteri Salmonella.
Pengobatan berupa pemberian obat pun dilakukan untuk menghilangkan koloni bakteri
tersebut. Pada akhirnya, gejala dari diare lama-lama menghilang karena hilangnya koloni
patogen. Sama halnya dengan ikan, pengobatan dilakukan untuk mengurangi dan/atau
menghilangkan dampak buruk yang terjadi akibat serangan patogen. Contohnya, ikan
terlihat tidak responsif terhadap pakan dan bagian insangnya terlihat merah. Untuk itu,
dilakukanlah pengobatan berupa penggantian air, perendaman jenis obat cair/garam.
Dengan itu, ikan lama-lama akan pulih.
Lebih lanjut, pengobatan untuk ikan merupakan suatu kegiatan berupa pemberian
obat yang digunakan untuk menghilangkan dampak buruk dari penyakit yang ditimbulkan
baik akibat patogen, racun maupun kualitas air yang buruk (Sharma et al., 2012). Kualitas
air dan racun yang dimaksud adalah zat-zat kimia dan bahan sintetis-obat yang bersifat
racun. Ada banyak jenis patogen yang menginfeksi ikan, khususnya pada bakteri, seperti
Streptococcus agalactiae, Aeromonas hydrophila, Lactococcus garvieae, dan sebagainya.
Penyakit yang didapatkan bisa berupa tuberkulosis, exophthalmia, hemorrhagic,
limfosistis, penyakit gelembung renang, busuknya sirip dan ekor, dan lainnya. Menurut
Assefa & Abunna (2018), pengobatan pada ikan dilakukan untuk mengatasi kerugian yang
cukup besar akibat adanya infeksi penyakit di dunia akuakultur. Kerugian yang dimaksud
adalah kerugian secara material karena kematian akibat penyakit bisa mencapai 100%
sehingga komoditas yang dibudidayakan akan mengalami kematian massal dan proses
budidaya harus dilakukan dari awal lagi. Beberapa jenis pengobatan yang biasa dilakukan
adalah penggunaan immunostimulan, probiotik prebiotik, vaksin, zat-zat antimikrobial,
desinfektan, suplemen pakan. Dijelaskan juga bahwa apabila pengobatan atau kontrol pada
kesehatan komoditas di budidaya tidak akan berjalan dengan maksimal apabila jenis yang
digunakan hanya berjumlah satu. Kombinasi macam-macam pengobatan yang sesuai
target, sosialisasi metode pengobatan ke para pembudidaya, proses pengawasan secara
berkala akan menjamin tingkat kesehatan ikan.
Ada beberapa metode pengobatan yang diberikan pada ikan, antara lain adalah
injeksi (penyuntikkan), oral (pemberian pakan), dan imersi (perendaman dalam waktu
tertentu). Telah dijelaskan juga pada poin sebelumnya bahwa obat yang biasa digunakan
adalah vaksin, antibiotik, probiotik, prebiotik, obat dari tanaman (medicinal plants), dan
biosekuriti (Assefa & Abunna, 2018). Ada banyak macam vaksin yang digunakan, seperti
vaksin dengan patogen yang dibunuh, dilemahkan, DNA, rekombinan, sintesis peptida,
dan lainnya. Sementara itu, cara memasukkan komponen vaksin ke ikan bisa dengan oral,
imersi, dan injeksi. Vaksin yang diberikan secara oral dilakukan dengan cara
memberikannya saat proses produksi pakan atau menyemprotkannya pada pelet pakan.
Vaksin yang diberikan secara imersi dilakukan dengan cara merendam ikan ke larutan
berisikan vaksin dimana antigen akan meresap dalam tubuh ikan lewat sisik, insang, dan
garis lateral; bisa juga dengan menyemprotkan vaksin secara langsung ke tubuh ikan.
Vaksin yang diberikan secara injeksi dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin ke
dalam tubuh ikan lewat bagian-bagian tertentu, seperti intramuskular dan intraperitonial.
Sama halnya dengan vaksin, metode pengobatan yang menggunakan antibiotik adalah
oral, injeksi, dan imersi. Pengobatan menggunakan probiotik dilakukan dengan
menambahkan probiotik sebagai pakan langsung ke tangki air. Pengobatan menggunakan
prebiotik bisa langsung diaplikasikan ke pakan ikan, sedangkan pengobatan menggunakan
tanaman medis bisa dengan cara ekstraksi komponen aktif mereka kemudian diinjeksikan
atau seluruh bagian tanaman medis ditempatkan di tangki air sebagai proses imersi.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan adalah bak pemeliharaan, spuit 1 ml, timbangan, gelas ukur. Bahan
yang digunakan adalah bakteri (Aeromonas veronii), ikan lele, antibiotik, PBS, dan pakan
ikan.

E. CARA KERJA
Berikut adalah cara kerja dari pengobatan.

Bakteri 106 sel/ml


Ikan uji dipelihara dan
diinfeksikan pada ikan Ikan dipelihara selama 1-
diaklimatisasi di bak
dengan cara injeksi 2 hari
selama 1 minggu
intramuskular

Pengobatan pada ikan


Rata-rata volume ikan
dilakukan di bak dengan Tingkah laku ikan, gejala
lele ukuran 5-7
cara oral dengan dosis eksternal-internal di uji
ditimbang ke dalam
berturut-turut 1x MBC, ikan diamati
gelas ukur
2X MBC, dan 3X MBC

F. PEMBAHASAN
Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penggunaan Antibiotik). Selain itu, antibiotik didefinisikan sebagai substansi yang
diproduksi dari sebuah mikroorganisme antagonistik terhadap pertumbuhan
mikroorganisme lain (Singh et al., 2018). Fungsi dari antibiotik adalah untuk mencegah
dan/atau mengobati infeksi bakteri. Proses pencegahan dan/atau pengobatan dilakukan
dengan pembuatan antigen dari patogen yang telah diberikan perlakuan (dibunuh,
dilemahkan) atau langsung antibiotik dengan berbagai macam model (rekombinan, DNA,
lainnya). Antibiotik dapat diberikan dengan cakupan target yang luas dan juga spesifik
tergantung diagnosis patogen yang bertanggung jawab; apakah sudah dapat diketahui
secara pasti atau belum patogennya. Jenis-jenis antibiotik dibagi berdasarkan banyak
kriteria; ada yang berdasarkan jenis penyerangan ke bakteri Gram-positif dan negatif, ada
juga yang berdasarkan target serangan. Berdasarkan Permenkes No. 28 Tahun 2021,
antibiotik yang memiliki efek pada bakteri Gram-positif adalah daptomisin, penisilin,
tetrasiklin, vankomisin, linezoid. Antibiotik yang memiliki efek pada bakteri Gam-negatif
adalah aminoglikosida, aztreonam, kolistin. Antibiotik yang memiliki efek pada kedua
jenis bakteri Gram adalah ampisilin, fluorokuinolon (enrofloxacin), kloramfenikol,
sefepim, sefalosporin generasi ketiga (sefiksim, sefotaksim, seftriakson). Sementara itu,
target serangan pada antibiotik dibagi jadi tiga, yaitu sintesis dinding sel, asam nukleat, dan
protein (Kapoor et al. 2017). Cara kerja dari antibiotik yang menyintesis dinding sel (beta-
laktam dan glikopeptida) adalah dengan mencegah pengikatan PBP (penicillin binding
proteins) pada rantai peptida (D-alanil D-alanin) sehingga lapisan peptidoglikan dinding
sel akan hancur dan sintesis dinding sel akan terhambat yang menyebabkan bakteri lisis.
Cara kerja dari antibiotik yang menyintesis protein (subunit 30S atau 50S dari ribosom
bakteri) adalah dengan mencegah penempelan RNA (t-RNA, 23S rRNA) pada situ-situs di
subunit. Cara kerja dari antibiotik yang menyintesis asam nukleat (replikasi DNA) adalah
dengan menghambat sintesis dan produksi enzim, seperti enzim girase, dihydropteroate,
dan dihydrofolate.
Antibiotik yang digunakan pada acara ini adalah enrofloxacin dengan dosis sebesar
2,5 mg/ml; 1,25 mg/ml; 0,625 mg/ml; 0,3125 mg/ml. Dosis ini dibuat berdasarkan dosis
pengenceran yang telah dibuat pada acara sebelumnya dan dibuat dalam ukuran setengah
kalinya. Grabowski et al. (2022) menjelaskan bahwa enrofloxacin merupakan antibiotik
dari grup fluorokuinolon (6-fluoro-7-piperazinyl-4-quinolones) yang bisa melawan bakteri
Gram-positif dan negatif. Antibiotik ini sudah beredar dalam bentuk tablet dan cairan yang
bisa diinjeksikan. Sifat antibiotik ini adalah kemoterapeutik dan menyerang enzim-enzim
yang mengatur topologi DNA, yaitu bagian girase dan topoisomerase. Berikut adalah
mekanisme cara kerja enrofloxacin.

Gambar 1. Mekanisme kerja enrofloxacin


Caranya adalah enrofloxacin akan menempel pada DNA-topoimerase yang berada di situs
penggabungan-pembelahan DNA. Enrofloxacin akan menyebabkan perubahan bentuk
konformasi (struktur) pada enzim DNA-topoimerase sehingga replikasi DNA akan
mengalami inhibitasi. Inhibitasi ini disebabkan oleh terputusnya rantai DNA yang sedang
akan digabung. Inhibitasi ini akan mematikan sel bakteri pada akhirnya. Beberapa profil
dari antibiotik ini adalah berat molekul yang mencapai 359,3 g/mol, warna kristal kuning
pucat, titik leleh di suhu 220 °C. Selain itu, Grabowski et al. (2022) menjelaskan terkait
farmakokinetik dari enrofloxacin atau terkait penggunaan enrofloxacin pada tubuh yang
dibagi jadi empat, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi. Secara absorpsi,
enrofloxacin bisa masuk ke dalam tubuh lewat bagian intramuskular (punggung), subkutan
(lemak di antara lapisan epidermis-dermis dan otot), dan lewat pakan. Secara distribusi,
persebaran enrofloxacin pada komoditas ikan (largemouth bass, ridgetail white prawn,
rainbow trout, yellow river carp) ditemukan di bagian plasma, otot, kulit, liver, insang,
ginjal, hepatopankreas, dan usus. Secara metabolisme, enrofloxacin diubah jadi N-
dealkilasi, konjugasi glukuronida ke nitrogen, oksidasi amin, dan pembukaan cincin
piperazinyl. Secara eliminasi, enrofloxacin akan terelimasi tergantung jenis spesiesnya
(lama waktu).
Pada acara praktikum kali ini (pengobatan pada ikan), tahapan kerja yang dilakukan
adalah sebagai berikut. Pertama, ikan uji dipelihara di bak uji dan diaklimatisasi selama 1
minggu. Tujuan dari dilakukannya aklimatisasi adalah untuk mengadaptasikan ikan
terhadap kondisi lingkungan yang baru sehingga tidak ada perubahan mendadak yang
terjadi pada proses adaptasi yang berujung pada tingkat stres. Selanjutnya, bakteri 106
sel/ml diinjeksikan ke ikan di bagian intramuskular (punggung). Injeksi bakteri ini
dilakukan untuk memasukkan patogen pada ikan yang mana pengobatan yang dilakukan
akan diuji terkait efektivitasnya dalam menyerang patogen yang ada. Penyuntikan di bagian
intramuskular dilakukan supaya penyebaran bakteri dapat dilakukan secara merata lewat
pembuluh darah. Setelah itu, ikan dipelihara selama 1-2 hari dan diukur beratnya ke dalam
gelas ukur untuk mengukur berat awal ikan. Setelah diukur, pengobatan pada ikan
dilakukan. Metode pengobatan yang dilakukan adalah dengan cara oral, yaitu
penyemprotan antibiotik berdosis 1X MBC, 2X MBC, 3X MBC pada pakan. Penyemprotan
dilakukan secara menyeluruh pada pakan hingga tekstur pakan dirasa agak sedikit lembek
dan halus. Setelahnya, pakan ditaruh di tempat yang teduh dan siap diberikan pada ikan.
Pakan yang telah diberikan antibiotik diberikan pada ikan sebanyak 2 kali sehari (pagi dan
sore). Pengamatan yang dilakukan adalah tingkah laku dan gejala internal-eksternal pada
ikan yang diuji.
Metode pengobatan yang digunakan adalah oral. Dalam acara praktikum ini, metode
oral yang digunakan adalah penyemprotan antibiotik pada pakan yang telah disediakan
sehingga komponen antibiotik terabsorpsi pada pakan dan pakan dimakan langsung oleh
ikan lewat mulutnya. Metode pengobatan oral tidak hanya digunakan dengan antibiotik
saja, tetapi juga bisa dengan yang lain seperti vaksin. Menurut Assefa & Abunna (2018),
pengobatan secara oral juga bisa dengan memasukkan komponen obat ke dalam pakan saat
proses produksi (bahan pakan) atau dengan menjadikannya sebagai lapisan luar pakan
(pelindung; enkapsulasi). Penggunaan probiotik secara oral memiliki beberapa metode
pemberian, yaitu mikroenkapsulasi dan imobilisasi. Mikroenkapsulasi probiotik dilakukan
denga cara mengenkapsulasi sel-sel di dalam organisme yang memiliki kepadatan tinggi
dibantu oleh matriks-matriks yang bersifat koloid, seperti alginat, kitosan,
karboksimetilselulosa, atau pektin. Dengan demikian, sel-sel yang terenkapsulasi dapat
bertahan lebih lama di dalam tubuh (melindungi bakteri dari rendahnya pH dan enzim-
enzim pencernaan). Imobilisasi sel probiotik dimaksudkan dengan menangkap sel-sel di
gel sehingga bakteri pada probiotik masih terjaga. Beberapa keunggulan pengobatan oral
adalah sebagai berikut. Apabila kita menggunakan vaksin secara oral, hal tersebut memiliki
tingkat efikasi yang tinggi untuk vaksin kedua atau booster. Selain itu, vaksin secara oral
dapat dilakukan dengan lebih mudah dan tidak menimbulkan tingkat stres yang berlebihan.
Penggunaan antibiotik secara oral juga memiliki prinsip keunggulan yang sama dengan
vaksin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Julinta et al. (2017), pemberian pengobatan
secara oral untuk ikan nila yang terkena infeksi A. hydrophila memiliki efektivitas yang
lebih tinggi untuk mengatasi infeksi daripada pemberian pengobatan secara rendaman.
Diamati bahwa tingkat kematian pada fry (masa dimana kuning telur ikan sudah habis
terserap; ikan saat umur muda) pada metode rendaman lebih tinggi daripada oral (21% dan
17%). Selain itu, RPS (Relative Percent Survival) juga lebih tinggi pada metode oral (53,2)
daripada metode rendaman (12,0). Pemberian pengobatan harus memperhatikan stadia
pertumbuhan dan model infeksi yang terjadi. Dinyatakan bahwa ikan nila di tahap juvenil
lebih tahan terhadap terhadap infeksi A. hydrophila daripada tahap fry. Untuk itu, dosis
pengobatan yang digunakan juga harus disesuaikan. Selain itu, metode oral cocok diberikan
pada ikan yang mengalami infeksi secara sistemik (penyerangan organ dalam). Perlu
diperhatikan juga hal seperti dosis pakan yang diberikan untuk disesuaikan dengan berat
dan kondisi ikan (premisnya adalah ketika ikan sakit, ikan tidak banyak memakan pakan
dan 75% pakan akan di-eksresikan dalam bentuk feses di air). Penentuan dosis obat yang
dikooperasikan pada pakan juga menentukan tingkat efektivitas obat yang diberikan.
Dalam penelitian yang dilakukan, Umasugi et al. (2018) menjelaskan bahwa pemberian
dosis probiotik secara oral sebesar 10 ml/kg pakan mencapai nilai kelangsungan hidup
tertinggi pada ikan nila yang terinfeksi Streptococcus agalactiae sebesar 93,33%, diikuti
oleh pemberian dosis sebesar 15 ml/lg pakan (80%) dan sebesar 20 ml/kg pakan (86,67%).
Dapat diambil sebuah pernyataan disini bahwa pemberian komponen obat pada pakan
(pengobatan secara oral) harus dicari nilai optimal pemberiannya sehingga dosis yang
diberikan tidak akan terlalu besar atau kecil.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari tanggal 15 – 29 September 2022,
hasil yang didapat adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil infeksi bakteri pada ikan.
Rata-rata
Σ ikan waktu
Tebar Mortalitas
Kelompok mati kematian Gejala pada ikan
(ekor) (%)
(ekor) ikan
(hari)
Kelompok 4 7 0 0 0 Luka terdapat di sirip,
punggung; sirip ekor
busuk; gerak ikan lambat;
respons pakan ikan turun

Tabel 2. Hasil infeksi bakteri pada ikan


Konsentrasi Rata-rata waktu ikan
Perubahan perilaku
Kelompok antibiotik terlihat membaik
dan gejala pada ikan
(mg/ml) (hari)
Kelompok 4 2,5 3 Gerak ikan normal;
nafsu makan ikan
membaik; luka
menutup

Dapat diamati bahwa ketujuh ikan tidak mengalami kematian selama masa
pemeliharaan. Infeksi dari Aeromonas veronii terlihat pada salah satu ikan di masa awal
pengamatan. Gejala yang didapati adalah adanya luka di bagian sirip dan punggung, sirip
ekor yang terindikasi busuk, gerak ikan dan respons pakan yang menurun. Setelah
diberikan pengobatan berupa pakan yang disemprot antibiotik berdosis 2,5 mg/ml, ikan
terlihat membaik dalam waktu rata-rata 3 hari. Pemulihan pada ikan yang diamati adalah
gerak ikan dan nafsu makan yang membaik serta luka yang menutup. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan dosis antibiotik sebesar 2,5 mg/ml merupakan dosis optimal bagi
efektivitas obat untuk melawan infeksi patogen. Pengobatan secara oral juga menunjukkan
hasil yang cukup optimal dengan masa pemulihan selama 3 hari.
Wang et al. (2021) menjelaskan beberapa tanda-tanda klinis dari serangan A. veronii.
Pertama, adanya luka ulserasi di bagian permukaan tubuh. Selanjutnya ada juga
hemorrhagic (luka dalam) di ginjal, kelenjar getah bening, inflamasi di usus, sirip yang
akan memerah karena terkena inflamasi, dan pembengkakan organ dalam. Hal ini sesuai
dengan identifikasi gejala yang dilakukan pada acara praktikum, yaitu luka bagian
punggung dan sirip serta gejala umum berupa respons pakan dan gerak ikan yang menurun.
Pemberian antibiotik sebesar 2,5 mg/ml dirasa optimal karena pada dosis ini, kondisi ikan
terlihat membaik dalam waktu 3 hari. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perbedaan
dosis perlu diperhatikan dalam memberikan pengobatan. Dosis yang lebih tinggi atau
rendah belum tentu memberikan hasil yang optimal. Untuk itu, perlu dilakukannya uji
pengobatan dengan bermacam-macam dosis untuk menentukan dosis pengobatan optimal.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Uney et al. (2021), penggunaan dosis enrofloxacin
pada ikan brown trout memberikan efek yang berbeda untuk tiap dosisnya. Penggunaan
dosis 10 dan 20 mg/kg enrofloxacin memberikan efektivitas dalam pengurangan stres pada
ikan dan pemberiannya. Penggunaan dosis 40 mg/kg enrofloxacin memberikan nilai AUC
(Area Under the Concentrtion-versus time curve) yang lebih besar, waktu eliminasi
terminal yang lebih panjang, dan CL/F (total pembersihan antibiotik) yang lebih lambat.

G. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan yang telah dibuat, kesimpulan yang dapat
dirumuskan adalah antibiotik enrofloxacin dengan dosis 2,5 mg/ml merupakan dosis
dan jenis antibiotik yang efektif dalam mengatasi infeksi penyakit dari patogen
Aeromonas veronii dengan rata-rata waktu pemulihan sebesar 3 hari.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah metode pengobatan yang dilakukan bisa
menggunakan metode lain, seperti perendaman dan penginjeksian. Selain itu, bisa
dilakukan juga penggunaan obat lainnya, seperti imunostimulan, vaksin, probiotik
dalam acara pengobatan. Adanya perbandingan per dosis alangkah lebih baiknya
dilakukan pada setiap kelompok supaya praktikan mengetahui perbandingan pemberian
dosis dalam kelompoknya sendiri. Penggunaan komoditas juga bisa diragamkan,
seperti udang, kura-kura, dan jenis ikan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Assefa, A. and F. Abunna. 2018. Maintenance of fish health in aquaculture: Review of
epidemiologial approaches for prevention and control of infectious disease of fish.
Veterinary Medicine International 5432497.
Grabowski, L., L. Gaffke., K. Pierzynowska., Z. Cyske., M. Choszcz., G. Węgryzn, and A.
Węgrzyn. 2022. Enrofloxacin – The ruthless killer of eukaryotic cells or the last hope in
the fight against bacterial infections? International Journal of Molecular Sciences 23
(3648).
Julinta, R.B., A. Roy., J. Singha., T.J. Abraham, and P.K. Patil. 2017. Evaluation of efficacy
of oxytetracycline oral and bath therapies in nile tilapia, Oreochromis niloticus against
Aeromonas hydrophila infection. International Journal of Microbiology and Applied
Sciences 6(7): 62-76.
Kapoor, G., S. Saigal, and A. Elongavan. 2017. Action and resistance mechanisms of
antibiotics: A guide for clinicians. Journal of Anaesthesiology Clinical Pharmacology
33(3): 300-305.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penggunaan Antibiotik.
Sharma, M., A.B.Shrivastav., Y.P. Sahni, and G. Pandey. 2012. Overviews of the treatment
and control of common fish diseases. International Research Journal of Pharmacy 3(7):
123-127.
Umasugi, A., R.A. Tumbol., R.L. Kreckhoff., H. Manoppo., N.P.L. Pangemanan, dan E.L.
Ginting. 2018. Penggunaan bakteri probiotik untuk pencegahan infeksi bakteri
Streptococcus agalactiae pada ikan nila, Oreochromis niloticus. Budidaya Perairan 6(2):
39-44.
Uney, K., E. Terzi., D.D. Corum., R.C. Ozdemir., S. Bilen, and O. Corum. 2021.
Pharmacokinetics and pharmacokinetic/pharmacodynamic integration of enrofloxacin
following single oral administration of different doses in brown trout (Salmo trutta).
Animals 3086.
Wang, B., C. Mao., J. Feng., Y. Li., J. Hu., B. Jiang., Q. Gu, and Y. Su. 2021. A first report of
Aeromonas veronii infection of the sea bass, Lateolabrax maculatus in China. Frontiers
in Veterinary Sciences 7: 600587.
LAMPIRAN

Gambar A. Ikan yang terinfeksi bakteri

Anda mungkin juga menyukai