Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

ABATTOIR DAN TEKNIK PENYEMBELIHAN

Disusun oleh :

Brian Andipratama

20/462682/PT/08599

Kelompok XIV

Asisten Pendamping : Intan Nur Laila

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktikum Abattoir danTeknik Penyembelihan ini disusun


untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah Ilmu dan
Teknologi Daging di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Laporan ini telah diperiksa, disetujui dan disahkan oleh asisten
pendamping pada .................. 2021.

Yogyakarta, ..................... 2021


Asisten Pendamping

Intan Nur Laila


ACARA 1
ABATTOIR

Disusun oleh :

Brian Andipratama

20/462682/PT/08599

Kelompok XIV

Asisten Pendamping : Intan Nur Laila

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA I
ABATTOIR

MATERI DAN METODE


Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum acara abattoir antara
lain……….. (sesuai dengan diktat praktikum)
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum acara abattoir
antara lain……….. (sesuai dengan diktat praktikum)
Metode
Minimal 3 kalimat (sesuai dengan kegiatan praktikum)
--------------------column break--------------------

HASIL DAN PEMBAHASAN


(setiap paragraf minimal 3 kalimat)
Rumah Potong Hewan. Pengertian RPH (hasil praktikum
dibandingkan dengan SNI).
Daerah RPH. 2 macam daerah RPH, clean area dan dirty area
(hasil praktikum dibandingkan dengan literatur).
Persyaratan Teknis RPH. Persyaratan teknis RPH (hasil
praktikum dibandingkan dengan literatur).
Syarat RPH. Semua persyaratan RPH (hasil praktikum
dibandingkan dengan literatur).
SDM RPH. Semua SDM RPH meliputi dokter hewan, keurmaster,
juleha dan butcher dijelaskan pengertian, tugas dan shift kerja (hasil
praktikum dibandingkan dengan literatur)
Sarana dan Prasarana RPH. Sarana dan Prasarana RPH
disebutkan dan dijelaslan satu persatu (hasil praktikum dibandingkan
dengan literatur)
Peralatan RPH. Peralatan RPH disebutkan satu persatu (hasil
praktikum dibandingkan dengan literatur)
Pengolahan Limbah. Tujuan pengolahan limbah RPH, serta 2
jenis pengolahan limbah RPH (limbah padat dan limbah cair) disebutkan
satu persatu (hasil praktikum dibandingkan dengan literatur)
Sanitasi RPH. Tujuan sanitasi RPH, operasi pembersihan pada
(hasil praktikum dibandingkan dengan literatur)
--------------------column break--------------------
KESIMPULAN
--------------------column break--------------------
DAFTAR PUSTAKA
--------------------column break--------------------
ACARA 1
ABATTOIR

Disusun oleh :

Brian Andipratama

20/462682/PT/08599

Kelompok XIV

Asisten Pendamping : Intan Nur Laila

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA I
ABATTOIR

MATERI DAN METODE


Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum acara abattoir antara
lain……….. (sesuai dengan diktat praktikum)
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum acara abattoir
antara lain……….. (sesuai dengan diktat praktikum)
Metode
Minimal 3 kalimat (sesuai dengan kegiatan praktikum)
--------------------column break--------------------

HASIL DAN PEMBAHASAN


(setiap paragraf minimal 3 kalimat)
Rumah Potong Hewan. Pengertian RPH (hasil praktikum
dibandingkan dengan SNI).
Daerah RPH. 2 macam daerah RPH, clean area dan dirty area
(hasil praktikum dibandingkan dengan literatur).
Persyaratan Teknis RPH. Persyaratan teknis RPH (hasil
praktikum dibandingkan dengan literatur).
Syarat RPH. Semua persyaratan RPH (hasil praktikum
dibandingkan dengan literatur).
SDM RPH. Semua SDM RPH meliputi dokter hewan, keurmaster,
juleha dan butcher dijelaskan pengertian, tugas dan shift kerja (hasil
praktikum dibandingkan dengan literatur)
Sarana dan Prasarana RPH. Sarana dan Prasarana RPH
disebutkan dan dijelaslan satu persatu (hasil praktikum dibandingkan
dengan literatur)
Peralatan RPH. Peralatan RPH disebutkan satu persatu (hasil
praktikum dibandingkan dengan literatur)
Pengolahan Limbah. Tujuan pengolahan limbah RPH, serta 2
jenis pengolahan limbah RPH (limbah padat dan limbah cair) disebutkan
satu persatu (hasil praktikum dibandingkan dengan literatur)
Sanitasi RPH. Tujuan sanitasi RPH, operasi pembersihan pada
(hasil praktikum dibandingkan dengan literatur)
--------------------column break--------------------
KESIMPULAN
--------------------column break--------------------
DAFTAR PUSTAKA
--------------------column break--------------------
ACARA 3
PEMOTONGAN TERNAK

Disusun oleh :

Brian Andipratama

20/462682/PT/08599

Kelompok XIV

Asisten Pendamping : Intan Nur Laila

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING


DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA III
PEMOTONGAN TERNAK

MATERI DAN METODE


Materi
Alat. Alat yang digunakan pada praktikum acara pemotongan
ternak antara lain pisau, kapak, tali tambang, dan talenan kayu.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum acara abattoir
antara lain domba, air bersih, dan kantong plastik.
Metode
Alat dan bahan yang diperlukan untuk proses pemotongan ternak
disiapkan. Area tempat pemotongan ternak dibersihkan. Ternak domba
yang akan dipotong diistirahatkan terlebih dahulu agar lebih tenang dan
tidak stress serta dipuasakan agar mendapatkan berat tanpa isi lain.
Ternak dilakukan pemeriksaan antemortem sebelum disembelih untuk
memeriksa kondisi fisik ternak layak atau tidak untuk dilakukan
penyembelihan. Ternak yang telah dinyatakan sehat dapat dilakukan
penyembelih dengan direbahkan ke tanah dan dihadapkan ke kiblat.
Proses pemotongan diawali dengan membaca basmalah. Proses
penyembelihan dilakukan dengan pisau yang tajam dan sudah diasah lalu
dilakukan secara cepat dan ringkas agar ternak tidak kesakitan. Ternak
dipotong pada 3 saluran yaitu salurah darah berupa arteri carotis dan
vena jugularis, saluran pencernaan atau esophagus, dan saluran
pernafasan berupa tenggorokan. Ternak yang sudah disembelih lalu
dipisahkan bagian kepalanya dan digantung secara terbalik dengan tali
tambang untuk memudahkan proses pengulitan. Karkas dan jeroan
dikeluarkan dan dipisahkan untuk dilakukan pemeriksaan postmortem.
Karkas dipotong menjadi beberapa bagian sesuai dengan parting karkas
dan bagian non karkas berupa kepala, kaki, kulit, dan jeroan diproses dan
dibersihkan untuk kemudian disimpan dalam kantong plastik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian Pemotongan Ternak. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan. Pemotongan ternak merupakan kegiatan untuk
menghasilkan daging hewan yang terdiri atas pemeriksaan antemortem,
penyembelihan, penyelesaian penyembelihan, dan pemeriksaan
postmortem. Soekarto (2020) menyatakan pemotongan hewan adalah
proses hewan hidup disembelih secara halal sampai menjadi karkas utuh
atau sampai menjadi potongan daging yang sehat, aman, halal, dan siap
dipasarkan.
Teknik Pemotongan Ternak. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan. Halal Method dilakukan apabila ternak sudah dinyatakan sehat,
kemudian dipotong pada bagian leher dengan memotong tiga saluran,
yaitu saluran pembuluh darah (arteri carotis dan vena jugularis), saluran
pencernaan (eshophagus), dan saluran pernapasan (tenggorokan)
menggunakan pisau yang tajam. Western Method dilakukan apabila
ternak sudah dinyatakan sehat, kemudian dilakukan stunning
(pemingsanan) dan dipotong pada bagian leher dengan memotong tiga
saluran, yaitu saluran pembuluh darah (arteri carotis dan vena jugularis),
saluran pencernaan (eshophagus), dan saluran pernapasan
(tenggorokan) menggunakan pisau yang tajam. Pisestyani et al., (2015)
mengatakan penyembelihan ternak baik dengan Halal Method maupun
Western Method harus memenuhi kaidah halal, diantaranya memutus
pada leher, yaitu esofagus, trakhea, dan pembuluh darah (vena jugularis
dan arteri karotis). Proses penyembelihan mengakibatkan pengeluaran
darah dari pembuluh darah dalam jumlah yang besar. Tetapi pada
Western Method dilakukan proses pemingsanan terlebih dahulu bertujuan
agar sapi mendapatkan perlakuan sesuai dengan kesejahteraan hewan,
sehingga meminimalkan kejadian stres pada sapi.
Syarat Pemotongan Ternak. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan. Syarat pemotongan ternak adalah ternak yang disembelih
dihadapkan kiblat, JULEHA (Juru Sembelih Halal) harus beragama Islam,
baligh, berakal sehat, dan memiliki sertifikat JULEHA dari Majelis Ulama
Indonesia, pisau yang digunakan harus tajam dan bersih, saat
penyembelihan darah harus keluar sebanyak mungkin, dan memotong
tiga saluran, yaitu saluran pembuluh darah (arteri carotis dan vena
jugularis), saluran pencernaan (eshophagus), dan saluran pernapasan
(tenggorokan). Rosyidi (2017) mengatakan syarat pemotongan ternak
yang halal adalah ternak yang dipotong harus dalam keadaan masih hidup
sebelum dipotong, dalam keadaan sehat, orang yang menyembelih atau
JULEHA (Juru Sembelih Halal) harus muslim, dewasa, dan mengerti cara
pemotongan yang baik dan benar secara islami.
Proses Pemotongan Ternak
Pengistirahatan Ternak. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan. Pengistirahatan ternak adalah ternak yang akan disembelih
diistirahatkan di kandang peristirahatan selama 12-24 jam tergantung
pada kondisi kesehatan ternak, daya tahan ternak, kelelahan ternak,
akibat habis dipekerjakan atau karena transportasi. Tujuan dilakukan
pengistirahatan adalah agar ternak tidak stres, agar pada saat disembelih
darah dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya, agar pada saat disembelih
cukup tersedia energi, sehingga proses kekakuan karkas (rigormortis)
dapat berlangsung secara sempurna. Sandriya et al., (2019) mengatakan
setelah dilakukan cek kesehatan hewan ternak diistirahatkan di kandang
peristirahatan selama kurang lebih 8 jam setelah hewan tersebut tiba di
Rumah Potong Hewan. Hidayat et al., (2016) mengatakan istirahat
bertujuan agar ternak tidak stres ketika disembelih, sehingga dapat
mengeluarkan darah sebanyak mungkin
Pemeriksaan Antemortem. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan. Pemeriksaan antemortem dilakukan dengan melihat kondisi
fisik ternak pada saat berdiri normal dan melihat bagian kepala terutama
bagian mulut dan hidung. Tujuan pemeriksaan antemortem adalah untuk
mengetahui ternak yang cidera sehingga harus dipotong sebelum ternak
yang lain dan untuk mengetahui ternak yang sakit sehingga harus
dipotong terpisah dengan ternak yang sehat. Ternak yang tidak layak
dipotong, yaitu ternak betina yang produktif, ternak yang terjangkit
penyakit zoonosis, dan ternak yang mengalami tanda-tanda
ketidaknormalan seperti keluarnya lendir dan darah berlebih dari lubang
tubuh. Sambodo et al., (2020) mengatakan pemeriksaan terdiri atas
antemortem meliputi pemeriksaan keadaan umum, mukosa mata, anus
dan feses dengan cara inspeksi. Anggraini et al., (2021) mengatakan
pemeriksaan antemortem dilakukan untuk mengidentifikasi dan mencegah
penyembelihan ternak yang terserang penyakit terutama yang dapat
menular pada manusia yang mengonsumsinya.
Pemotongan Ternak. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan. Prosedur pemotongan ternak yang pertama yaitu ternak
dihadapkan ke arah kiblat, lalu JULEHA membaca basmallah sebelum
dilakukan penyembelihan. Penyembelihan harus dilakukan dengan pisau
yang tajam. Pemotongan ternak harus memenuhi persyaratan yaitu harus
memotong tiga saluran yang terdiri dari saluran darah, saluran
pencernaan, dan saluran pernafasan. Rizal et al., (2014) mengatakan
ternak dipotong dengan tata cara Islam dan memotong tiga saluran di
bagian leher, yaitu esofagus, trakhea, pembuluh darah (arteri dan vena).
Perlakuan Setelah Pemotongan
Penyiapan Karkas. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan.
Penyiapan karkas yaitu proses yang dilakukan setelah penyembelihan
dan ternak benar-benar mati. Penyiapan karkas terdiri dari pemisahan
kepala, kaki, pengulitan, dan pengeluaran organ dalam. Rizal et al., (2014)
mengatakan proses penyiapan karkas dilakukan dengan memisahkan
bagian kepala, keempat kaki bagian bawah, kulit, mengeluarkan organ
dalam tubuh (jeroan), organ reproduksi, ekor, dan lemak yang berlebih.
Pemisahan Kepala dan Kaki. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan. Pemisahan kepala dilakukan sebelum pengulitan dan dipotong
pada bagian occipito atlantis. Pemisahan kaki dilakukan setelah
pengulitan dan untuk kaki depan dipotong pada bagian carpal metacarpal
sedangkan kaki belakang pada bagian tarsus metatarsus. Rizal et al.,
(2014) mengatakan pemotongan kepala setelah pemotongan ternak
dilakukan sampai batas bagian tulang leher 1 dan pemotongan kaki
dilakukan dari bagian tarsus/karpus dipisahkan dari badan
Pengulitan dan Pengeluaran Organ Dalam. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan. Pengulitan dimulai dari kaki belakang
menuju ke perut kemudian menuju kaki depan. Pengulitan dimulai
membuat irisan dari dada perut dan kaki ekor. Pengulitan dilakukan dari
perut bagian dalam menuju punggung bagian luar. Pengulitan dilakukan
menggunakan pisau tajam. Pengeluaran organ dalam dilakukan dengan
membelah bagian tengah ventral tulang dada kemudian di tulang leher
dan juga tulang rusuk. Proses ini dilakukan dengan menggunakan pisau
yang tajam. Jeroan dikeluarkan dan dipisahkan berdasarkan dua
klasifikasi yaitu jeroan merah dan jeroan hijau. Jeroan merah terdiri atas
jantung, paru-paru, dan hati. Jeroan hijau terdiri atas saluran pencernaan
antara lain oesophagus, lambung, usus halus, sekum, dan usus besar.
Pengulitan dan pengeluaran jeroan dilakukan dengan cara ternak
digantung. Muhami dan Haifan (2019) mengatakan pengulitan diawali
membuat irisan panjang pada kulit sepanjang garis dada dan bagian
perut, irisan dilanjutkan sepanjang permukaan dalam (medial) kaki, kulit
dipisahkan mulai dari bagian tengah ke punggung. pengulitan harus hati-
hati agar tidak terjadi kerusakan pada kulit dan terbuangnya daging.
Pengeluaran jeroan diawali rongga perut dan rongga dada dibuka dengan
membuat irisan sepanjang garis perut dan dada, organ-organ yang ada di
rongga perut dan dada dikeluarkan dan dijaga agar rumen dan alat
pencernaan lainnya tidak robek, dilakukan pemisahan antara jeroan
merah (hati, jantung, paru-paru, tenggorokan, limpa, ginjal dan lidah) dan
jeroan hijau (lambung, usus, lemak dan esophagus)
Pemeriksaan Postmortem. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan. Pemeriksaan postmortem dilakukan terhadap karkas dan
daging serta organ-organ dalam seperti hati, paru-paru, jantung dan limfa
sebelum keluar dari Rumah Potong Hewan. Tujuan pemeriksaan
postmortem adalah melindungi konsumen dari penyakit yang ditimbulkan
karena mengkonsumsi daging yang tidak sehat dan tercemar bakteri
patogen, melindungi konsumen dari pemalsuan daging, dan mencegah
penularan penyakit diantara ternak. Pemeriksaan karkas dapat dilakukan
dengan beberapa cara atau prosedur yaitu inspeksi (dilihat langsung
dengan mata), palpasi (meraba atau menekan dengan tangan), dan insisi
(menyayat pada bagian dada atau isi perut dengan pisau). Sambodo et
al., (2020) mengatakan pemeriksaan postmortem, meliputi: hati dan
rumen yang dilakukan dengan pengamatan langsung (inspeksi)
keberadaan parasit cacing dalam organ periksa. Anggraini et al.,
(2021) mengatakan pemeriksaan postmortem dilakukan untuk
memastikan kelayakan daging yang dihasilkan aman dan layak diedarkan
untuk dikonsumsi masyarakat serta untuk melindungi konsumen dari
penyakit yang dapat ditimbulkan karena makan daging atau karkas yang
tidak sehat dan melindungi konsumen dari pemalsuan daging.
Penanganan Karkas. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan. Penanganan karkas dilakukan dengan cara parting karkas
sesuai dengan bagiannya kemudian dilakukan deboning karkas. Karkas
selanjutnya siap diedarkan ke konsumen. Dagong et al., (2012)
mengatakan bobot kosong karkas ditimbang, kemudian Karkas kemudian
dilayukan pada suhu 4°C selama 24 jam. Keesokan harinya, bobot karkas
dingin dicatat dan kemudian karkas dibelah pada ruas tulang belakang
mulai dari ujung sakral sampai ujung leher menjadi dua bagian yang sama
yaitu kiri dan kanan dan dibelah menjadi tujuh bagian.
Peta Karkas Domba. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan.
Peta karkas domba terdiri dari shank depan dan shank belakang, bahu,
leher, flank yaitu bagian perut, rusuk, loin yaitu bagian punggung, sirloin,
paha, dan dada. Dagong et al., (2012) mengatakan karkas dibagi menjadi
tujuh potongan komersial yaitu paha (leg), pinggang (loin), rusuk dada
(rack), leher (neck), bahu (shoulder), perut dada termasuk lengan (breast-
fore shank), dan lipatan paha (flank).
Penyakit pada Karkas dan Non Karkas. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan. Cacing hati (fasciola) disebabkan oleh spesies
fasciola. dari makanan hijauan yang dikonsumsi, makan didaerah yang
berairan seperti sawah. Siput dapat menjadi perantara fasciola sp. Warna
hati tidak merata ada yg normal dan ada yg pucat. Ukurannya lebih besar.
Ciri yang paling khas, saluran empedu mengalami pelebaran dan terdapat
cacing fasciola. Jika ternak terjangkit penyakit fasciola diberikan jintan
hitam dan kunyit. Memar disebabkan perlakuan terlalu kasar yang
membuat ternak jatuh atau terbentur benda tumpul. Saat terjadi memar
akan menurunkan kualitas pada karkas. Adanya kelainan penyakit pada
organ dalam. Warna hati hepatitis, peradangan organ jantung. Purwono
(2019) mengatakan Fasciolosis merupakan penyakit parasit yang
menyerang hewan ruminansia dan sering menyebabkan kerugian
dikalangan peternak berupa turunnya tingkat produktivitas ternak bahkan
sampai menyebabkan kematian pada ternak. Penyakit ini disebabkan oleh
adanya infeksi cacing fasciola sp. Fasciolosis biasanya terjadi pada
daerah pedesaan dengan sistem perkandangan yang masih tradisional.
Kejadian Fasciolosis pada ternak ruminansia tersebut berkaitan erat
dengan pencemaran metaserkaria, yang merupakan larva infektif cacing
trematoda genus Fasciola seperti Fasciola gigantica dan Fasciola
hepatica dalam hijauan pakan dan air minum ternak. Wijoyo et al., (2020)
mengatakan memar pada karkas hewan ternak disebabkan karena ternak
mendapat perlakuan kasar sebelum disembelih menyebabkan
penderitaan pada hewan sehingga dapat meningkatkan terjadinya stress.
Penanganan Non Karkas. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan. Penanganan non karkas dibagi menjadi 2 yaitu layak dimakan
yang terdiri dari kulit, kepala, jeroan, kaki, dan ekor dan tidak layak
dimakan yang terdiri dari darah, tulang, dan tanduk. Jeroan dipisahkan
terlebih dahulu dan dimasukkan kedalam plastik dengan kepala untuk
didistribusikan langsung agar tidak tercampur. Jeroan hijau harus dengan
air mengalir. Kulit dibersihkan dan jika sudah bersih ditimbang sebelom
didistribusikan ke konsumen. Kepala dibakar dengan apa dilakukan ke
seluruh kepala domba. Pengambilan daging kepala, lidah, mata, dan otak
dengan memecahkan kepala menggunakan kapak kemudian
didistribusikan. Kaki dipotong dan dimasukkan ke plastik dan
didistribusikan. Penanganan karkas yang tidak layak dimakan ada tulang
tanduk dan darah, darah dibuang. Tulang dan tanduk sudah ada pengepul
untuk dibuat kerajinan.
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
metode pemotongan ternak di Rumah Potong Hewan (RPH) dibagi
menjadi dua, yaitu Halal Method dan Western Method. Syarat-syarat
pemotongan di Rumah Potong Hewan (RPH), yaitu ternak yang
disembelih dihadapkan kiblat, JULEHA (Juru Sembelih Halal) harus
beragama Islam, baligh, berakal sehat, dan memiliki sertifikat JULEHA
dari Majelis Ulama Indonesia, pisau yang digunakan harus tajam dan
bersih, saat penyembelihan darah harus keluar sebanyak mungkin, dan
memotong tiga saluran, yaitu saluran pembuluh darah (arteri carotis dan
vena jugularis), saluran pencernaan (eshophagus), dan saluran
pernapasan (tenggorokan). Proses pemotongan ternak di Rumah Potong
Hewan (RPH), yaitu ternak diistirahatkan, pemeriksaan antemortem,
pemotongan ternak, penyiapan karkas, pemeriksaan postmortem,
penanganan karkas dan non-karkas.
DAFTAR PUSTAKA
Anggrainia, D. A., N. F. Fahmia., D. A. Putria., dan M. S. Hakiki. 2021.
Kebijakan pemotongan sapi di RPH (Rumah Potong Hewan) dalam
kaitannya dengan prinsip manajemen halal dan HACPP (Hazard
Analysis Critical Control Point). Halal Research. 1(1): 20-38.
Dagong, M. I. A., R. Herman., C. Sumantri., R. R. Noor., dan M. Yamin.
2012. Karakteristik karkas dan sifat fisik daging Domba Ekor Tipis
(DET) berdasarkan variasi Genotip Gen Kalpastatin (CAST) (lokus
intron 5 – ekson 6). JITV. 17(1): 13-24.
Hidayat, M. A., Kuswati., dan T. Susilawati. 2016. Pengaruh lama istirahat
terhadap karakteristik karkas dan kualitas fisik daging sapi Brahman
Cross Steer. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 25(2): 71-79.
Muhami., dan M. Haifan. 2019. Evaluasi kinerja Rumah Potong Hewan
(RPH) Bayur, Kota Tangerang. Jurnal IPTEK. 3(2): 200-208.
Pisestyani, H., N. N. Dannar., K. Santoso., dan H. Latif. 2015.
Kesempurnaan kematian sapi setelah penyembelihan dengan dan
tanpa pemingsanan berdasarkan parameter waktu henti darah
memancar. ACTA VETERINARIA INDONESIANA. 3(2): 58-63.
Purwono, E. 2019. Gambaran kasus Fasciolosis (cacing hati) pada Sapi
Bali berdasarkan data hasil pemeriksaan hewan qurban di Kabupaten
Manokwari tahun 2018. Jurnal Triton. 10(1): 69-74.
Rizal, A., H. Nuraini., R. Priyanto., dan Muladno. 2014. Produktivitas
karkas dan daging dengan teknik penanganan karkas yang berbeda di
beberapa RPH. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan.
2(1): 201-206.
Rosyidi, D. 2017. Rumah Potong Hewan dan Teknik Pemotongan Ternak
Secara Islami. Universitas Brawijaya Press. Malang
Sambodo., P., I. Widayati., D. Nurhayati., A. Baaka., dan R. Arizona.
2020. Pemeriksaan status kesehatan hewan kurban dalam situasi
wabah Covid-19 di Kabupaten Manokwari. Jurnal Pengabdian
Masyarakat. 1(1): 7 – 13.
Sandriya., E. P., F. Apriani., dan S. Rande. 2019. Pelaksanaan fungsi
UPTD Rumah Potong Hewan (RPH) Kabupaten Berau. eJournal
Administrasi Negara. 7(4): 9466-9478.
Soekarto, S. T. 2020. Teknologi Hasil Ternak. Ilmu Pertanian Bogor Press.
Bogor.
Wijoyo, I. A., R. Rawendra., dan S. M. D. Purba. 2020. Penilaian
penerapan aspek kesejahteraan hewan di Rumah Potong Hewan
(RPH) eks-Karesidenan Madiun. Jurnal Agriekstensia. 19(1): 64-69.

Anda mungkin juga menyukai