STASE INTEGUMENT
Disusun Oleh :
DEKA DANTARA : 2010306017
Disusun oleh :
DEKA DANTARA 2010306017
NIP/NIK :
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI KASUS
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang
berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain . Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
B. ETIOLOGI KASUS
Penyebab luka bakar selain karena api (secara langsung ataupun tidak langsung),
juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api (misalnya tersiram panas) banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga, teganagan listirk, zat kimia dan radiasi
C. PATOLOGI
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai
organ eksretori dan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan
mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk
klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
A. ASSEMENT FISSIOTERAPI
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebebkan kontak
langsung dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena nyala api, panas,
dingin friksi, radiasi (kulit menggelap terbakar matahari), bahan kimia, atau listrik.
Efek kerusakan yang terjadi akibat radiasi tergantung kepada jumlah (dosis),
terkena radiasi.. Dimana dosis tunggal yang diberikan dalam waktu singkat bisa
berakibat fatal, tetapi dosis yang sama yang diberikan selama beberapa minggu atau
beberapa bulan bisa hanya menimbulkan efek yang ringan. Jumlah dosis total dan
kecepatan pemaparan menentukan efek radiasi terhadap bahan genetik pada sel.
permukaan tubuh, radiasi yang lebih besar dari 6 gray biasanya menyebabkan
kematian, tetapi jika hanya diarahkan kepada sebagian kecil permukaan tubuh
(seperti yang terjadi pada terapi kanker), maka 3-4 kali jumlah tersebut bisa
radiasi di dalam tubuh, bagian tubuh dimana sel-sel membelah dengan cepat
(misalnya usus dan sumsum tulang), lebih mudah mengalami kerusakan akibat
radiasi daripada sel-sel yang membelah secara lebih lambat (misalnya otot dan
terapi radiasi untuk kanker, diusahakan agar bagian tubuh yang lebih peka terhadap
jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh
dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai
eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka
2. Derajat II Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih
terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut
misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.
Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3
minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat
dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.
Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul
edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi
full-thickness burn atau luka bakar
derajat III.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
sebagian besar masih utuh.Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat
menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan
kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun
bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak
intak.
lainnya seperti hati, ginjal dan jantung. Kulit tampak putih dan kaku bila digerakan.
Kulit yang kaku ini bila terdapat melingkar pada anggota gerak harus segera dilakukan
insisi(robekan) kulit untuk menghilangkan tekanan pada pembuluh darah Nadi yang
ada dibawahnya. Bila tidak bagian anggota gerak bagian distal(bawah) dari lesi akan
mengalami kematian.
B. DIAGNOSA FISIOTERAPI
1. Respon kardiovaskuler
kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan
yang diikuti dengan penurunan curah jantung. Hemokonsentrasi sel darah merah,
menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan
4. Respon Imonologi
(2003) :
b. Zona statis yang merupakan daerah yang berada langsung di luar zona
Proses ini berlangsung selama 12- 24 jam pasca cedera, dan mungkin
c. Zona hiperemi yang merupakan daerah di luar zona statis yang ikut mengalami
C. RENCANA FISIOTERAPI
1. Fase akut
Pada fase ini masalah yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis yang bersifat
sistemik.
Fase ini berlangsung setelah syok berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut
D. INTERVENSI FISIOTERAPI
kemampuan aktivitas harian (1) adalah tujuan berikutnya untuk ekstremitas atas.
Banyak cara fisioterapis menolong pasien kontraktur akibat luka bakar: masase
memasang balut tekan & bidai untuk mencegah rekontraktur, bahkan melakukan
Setelah luka ditutup dan parut mulai timbul, penting melakukan massase
parut menyebabkan kulit menjadi tebal, keras, & sulit digerakkan, kondisi yang
dikenal sebagai adhesi. Untuk menjaga kulit tetap lunak, mudah dibentuk, dan
elastis, tekan ibu jari pada daerah parut & pijatlah melingkar. Dapat juga
memijatkan kedua ibu jari pada parut dan menariknya menjauh, meregangkan kulit
melakukan masase paling tidak 10 menit setiap hari sampai parut melunak dan
mengajarkan pada pasien dan orang tuanya bagaimana melakukan masase pada
parut.
Massase Parut
2. Mobilisasi
Penting untuk meregangkan otot dan tendon pada daerah pembebasan parut
akibat luka bakar untuk mencegah rekontraktur. Ada tiga macam mobilisasi aktif,
aktif terbantu, dan pasif. pasien. Berikan istirahat sebelum melanjutkan. Ulangi
peregangan ini 10-15 menit per otot yang terlibat paling tidak tiga kali sehari.
Mobilisasi aktif adalah gerakan yang dilakukan pasien sendiri dengan
hanya menggunakan otot-otot antagonis anggota gerak atau jari-jari yang terlibat.
Pergerakan jangan dipaksa. Ini dapat dilakukan segera setelah pembedahan bila
membantu pasien. Mobilisasi aktif terbantu ini biasanya dilakukan dua minggu
regangan yang diperlukan. Mobilisasi pasif harus dimulai tiga minggu setelah
pembedahan atau setelah K-wire dicabut. Melakukan mobilisasi pasif lebih awal
dari ini akan membahayakan cangkok atau merobek jahitan. Mobilisasi pasif juga
Pasien sebaiknya melakukan regangan ini 5-10 menit tiga kali sehari selama
sebulan sebelum pembedahan. Peregangan ini tidak akan menyebabkan nyeri hebat
lebih lama dan tenaga lebih kuat dapat dilakukan untuk mencapai regangan lebih
panjang dibanding
3. Penguatan Otot
pengurangan jangkauan gerak karena kontraktur kulit dan tendon. Walau demikian,
saat fisioterapis harus berkonsentrasi pada penguatan otot adalah ketika pasien
mengalami kerusakan otot atau saraf akibat luka bakar pada awalnya. Edema dari
5. Endurance (Ketahanan) untuk mencegah atrofi & penurunan daya tahan otot.
peningkatan keterampilan
Rehabilitasi pada Pasien Luka Bakar Fase Kritis (Fase Akut dan Sub Akut)
\
BAB III
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis
yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu.
1. Massage parut
2. Mobilisasi
3. Penguatan Otot
5. Endurance (Ketahanan) untuk mencegah atrofi & penurunan daya tahan otot.
6. Latihan Gerak Kordinasi latihan kerja dalam kehidupan seharihari, latihan peningkatan
keterampilan
Rehabilitasi pada Pasien Luka Bakar Fase Kritis (Fase Akut dan Sub Akut)
B. SARAN
Untuk tercapainya keberhasilan perlu adanya motivasi yang kuat akan psikis pasien.