OLEH :
MARIA AGUSTINA
NIM: 2014.B.15.0384
OLEH :
MARIA AGUSTINA
NIM: 2014.B.15.0384
Judul
Penulis
: Maria Agustina
Nim
: 2014.B.15.0384
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Praktik Rumah Sakit
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Palangka Raya
Jurusan D III Keperawatan Angkatan XV
Mengetahui
Palangka Raya, 18 Agustus 2016
Penguji I
Penguji II
HALAMAN PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan ini telah disetujui
Tanggal 18 Agustus 2016
III
iii
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Tuberculosis paru di Ruang
Gardenia RSUD Dr.Silvanus Palangka Raya.
Akhir kata, semoga laporan praktik ini berguna bagi perkembangan ilmu
keperawatan khususnya dalam keperawatan keluarga. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa memberikan rahmat dan dukungannya kepada kita semua. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN............................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................
iv
KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
vi
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar Belakang.................................................................................
Rumusan masalah.............................................................................
Tujuan Penulisan..............................................................................
Manfaat Penulisan............................................................................
1
3
3
3
2.2 Etiologi............................................................................................
2.3.1 Demam...........................................................................................
2.3.2.Batuk/batuk berdarah.....................................................................
2.3.5 Malaise...........................................................................................
2.6 Fatifisologi......................................................................................
11
2.8 Komplikasi......................................................................................
12
12
12
12
2.9.1 Pengobatan.....................................................................................
12
2.9.2 Pencegahan.....................................................................................
13
14
14
15
2.11.1 Pengkajian....................................................................................
15
18
18
25
28
29
29
30
32
35
3.1.5 Sosial-Spiritual...............................................................................
37
38
39
40
42
43
46
BAB 4 : PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Tuberkulosis Paru (TBC) ..............................................
49
50
51
53
56
BAB 5 : PENUTUP
5.1
Kesimpulan.....................................................................................
58
5.1.1 Pengkajian......................................................................................
58
58
59
59
60
5.2 Saran..................................................................................................
60
60
60
61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
masalah kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit tuberculosis paru dimulai dari
tuberculosis, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri
berbentuk (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis.
Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang
mengandung basil berkulosis paru. Pada saat penderita batuk, butir-butir air ludah
bertebangan di udara dan terhisap oleh orang sehat, sehingga masuk kedalam
paru-parunya, yang kemudian menyebabkan penyakit tuberculosis paru.
Menurut WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2012 ada 8,7 juta kasus
baru tuberkulosis (13% merupakan koinfeksi dengan HIV) dan 1,4 juta orang
meninggal karena tuberkulosis (WHO, 2012). Penderita tuberkulosis paru yang
tertinggi berada pada kelompok usia produktif (15-50 tahun) yaitu berkisar 75%.
Seorang pasien tuberkulosis dewasa diperkirakan akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3-4 bulan sehingga berakibat pada kehilangan pendapatan rumah
tangganya yaitu sekitar 20-30%. Di Kota Makassar, berdasarkan data yang
diperoleh dari Bidang Bina Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Dinas Kesehatan Kota Makassar, jumlah kasus TB Paru klinis di Puskesmas dan
RS sebanyak 900 kasus dan kasus baru TB BTA (+) yang ditemukan pada tahun
2013 sebanyak 1.819 kasus (puskesmas dan rumah sakit) meningkat dibandingkan
tahun 2012 dimana dilaporkan jumlah penderita TB Paru Klinis di Puskesmas dan
Rumah Sakit sebanyak 511 Jumlah penderita TB Paru Klinis, TB BTA+ sebanyak
1608 penderita (Puskesmas dan Rumah Sakit). Di provinsi kalimantan tengah
ditemukan kasus penderita TB paru BTA+ sebanyak 2.987 pada laki-laki dan
1.568 kasus pada perempuan. Palangka Raya Penderita Tuberkulosis (TB) di
Kalteng tahun 2013 mencapai 2.556 orang. Sebanyak 1.446 merupakan pasien
dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif yang berpotensi menularkan kepada
orang lain. Namun jumlah tersebut bukan merupakan cerminan jumlah penderita
TB sesungguhnya, karena data tersebut hanya diperoleh dari kunjungan pasien
yang datang ke pusat layanan kesehatan.
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan
asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant,
tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali menjadikan
tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit
intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula
memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid
jika seorang telah terjangkit bakteri penyebab tuberculosis, akan berakibat buruk,
seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang
lain terutama pada keluarga yang tinggal serumah, dan dapat menyebabkan
kematian. Pada penyakit tuberculosis, jaringan yang paling sering diserang adalah
paru-paru.
Penulis menyarankan agar klien yang positif tuberculosis sebaiknya
melakukan pengobatan sampai sembuh dan tidak putus obat usahakanlah
penderita TBC tidak membuang ludah, batuk dan bersin di sembarang tempat.
Ada baiknya kamar penderita TBC harus mendapatkan sinar matahari langsung.
Sinar
matahari
akan
membunuh
bakteri-bakteri
TBC
yang
tersebar.
dan bagi seorang yang sehat menghindari kontak bicara pada jarak yang dekat
dengan penderita TBC atau bisa menggunakan masker.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
menjadi fokus pembahasan dalam studi kasus ini yaitu tentang Bagaimana
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan diagnosa Tuberkulosis paru di
ruang Gardenia (Penyakit paru ) RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya?
1.3
Tujuan Studi Kasus
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah di harapkan mahasiswa
mampu memberikan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa medis
Tuberkulosis paru ( TBC).
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penulisan ini bertujuan agar dapat.
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian kepada Ny.S dengan
Tuberkulosis paru (TBC).
1.3.2.2 Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan kepada Ny.S
dengan Tuberkulosis paru (TBC).
1.3.2.3 Mahasiswa mampu merencanakan intervensi keperawatan kepada Ny.S
dengan Tuberkulosis paru (TBC).
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan kepada
Ny.S dengan Tuberkulosis paru (TBC).
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melakasanakan evaluasi kepada Ny.S dengan
Tuberkulosis paru (TBC).
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1 Teoritis
1.4.2.2 Secara teoritis, penulisan ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran
maupun sebagai rujukan referensi bagi para perawat dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis paru (TBC).
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
Hasil laporan studi kasus ini untuk menambah ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa dalam mempelajari asuhan keperawatan dengan diagnosa medis
Tuberkulosis paru (TBC. Serta sebagai acuan atau referensi untuk mahasiswa
dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya.
1.4.2.2 Bagi RSUD dr.Doris Sylvanus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mycobacterium
tuberculosis.
Tuberculosis
paru
termasuk
suatu
melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai
focus primer dari ghon.
2.1.2 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um.
Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
M. Tuberculosae
Varian Asian
Varian African I
Varian African II
M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat bangkit kembali
menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula
memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid
2.1.2.1 Cara penularan TB
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
1. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
2. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
3. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.
4. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
samapi ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
2.1.3.5 Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang radang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
b. Menurut Andra S.F & Yessie M.P, 2012 gambran klinik Tb paru dapat
digolongkan menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistematik
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada soreh dan malam
hari mirip dengan influenza, hilang timbul dan makin lama semakin panjang
serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
2.1.5.2 Gejala sistematik lain : Keringat malam, anorexia, penurunan berat badan
serta malaise.
2.1.5.3 Timbul gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.
Menurut Sholeh S. Naga, 2014 ada beberapa tanda seseorang terjangkit
tuberculosis paru diantaranya:
1) Batuk berdahak lebih dari 2 minggu,
2) Batuk dengan mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah,
3) Dada terasa sakit atau nyeri, dan
4) Dada terasa sesak waktu bernapas.
2.1.6 Patofisiologi
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil yang lebih
besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak
menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, biasanya dibagian
bawah lobus atas paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfunuklear tampak pada
tempat tersebut. Sesudah sehari-hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi, dan timbul peneumonia akut.
Pneumonia selulur ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju
ke getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagaian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang
dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu sampai 10-12
hari.
Lesi primer paru disebut focus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar
getah bening regional dan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks ghon
yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Namun, kebanyakan infeksi TB paru
tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.
Respons lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,
yaitu bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan
kavitas. Bahan tubercular yang dilepaskan dari didinding kavitas akan masuk
kedalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali di bagian
lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan
meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila, peradangan mereda, lumen bronkus
dapat menyempit dan menutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan
taut bronkus dan rongga. Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat
mengalir melalaui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan
perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini
tidak dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kandang dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfahematogen,
yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya meyebabkan TB milier, ini terjadi apabila fokus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem
vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh.
10
11
Sumber : Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 20052006. Jakarta: Prima Medika
12
2.1.8 Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, yaitu :
2.1.8.1 Komplikasi dini
1. Pleuritis
2. Efusi pleura
darah.
5. Menjalar ke organ lain seperti usus, tulang dan otak.
2.1.8.2 Komplikasi lanjut
1. Obstruksi jalan nafas atau SPOT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis).
2. Kerusakan parenkim berat seperti fibrosis paru, kor pulmonal disebabkan
oleh tekanan balik akibat kerusakan paru.
3. Amiloidosis.
4. Karsinoma paru, telah terbentuknya kavitas dari proses infeksi.
5. Sindrom gagal nafas dewasa.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
2.1.9.1 Pengobatan
Pengobatan Tuberkulosisi paru menggunakan Obat Anti Tuberculosis (OAT)
dengan metode Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS).
1. Kategeori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru
2. Kategori II ( 2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3) utuk pasien ulangan (pasien yang
pengobatan kategori I-nya gagal atau pasien yang kambuh)
3. Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+)
4. Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pada pemeriksaan akhir
tahap intensif dari pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemukan
BTA (+)
Obat diminum sekaligus 1 jam sebelum makan pagi.
2.1.9.2 Kategori I
a. Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE):
1) INH (H)
: 300 mg 1 tablet
2) Rimfampisin (R)
: 450 mg 1 kaplet
3) Pirazinamid (Z)
: 1500 mg 3 kaplet @500 mg
4) Etambutol (E)
: 750 mg 3 kaplet @250 mg
13
Obat tersebut diminun setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali. Regimen ini
disebut kombipak II
b. Tahap lanjutan diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan (4 H3R3):
1) INH (H)
: 600 mg 2 tablet @ 300 mg
2) Rimfampisin (R)
: 450 mg 1 kaplet
Obat diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali. Regimen ini
disebut kombipak III.
2.1.9.2 Pencegahan
Menurut Sholeh S. Naga, 2014 banyak hal yang bisa dilakukan mencegah
terjangkitnya TBC paru. Pencegahan-pencegahan berikut dapat dikerjakan oleh
penderita, masyarakat, maupun petugas kesehatan:
1. Bagi penderita : pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup
mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak sembarang tempat.
2. Bagi masyarakat : pencegahan penularan dapat dilakukan
dengan
14
15
16
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit
menular.
7. Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya.
9. Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah
karena kelemahan dan nyeri dada.
10. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan
stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap
pengobatan.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.
12.
Pemeriksaan fisik
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
17
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas
melemah.
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari
hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu kompos mentis dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
2.2.2 Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan: Sekret kental atau
sekret darah, Kelemahan, upaya batuk buruk. Edema trakeal/faringeal.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan: Berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, Kerusakan membran alveolar kapiler, Sekret yang
kental, Edema bronchial.
3. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan: Daya tahan
tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang inenetap, Kerusakan jaringan
akibat infeksi yang menyebar, Malnutrisi, Terkontaminasi oleh lingkungan,
Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:
Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia,
Penurunan kemampuan finansial.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan
dengan: Tidak ada yang menerangkan, Interpretasi yang salah, Informasi yang
didapat tidak lengkap/tidak akurat, Terbatasnya pengetahuan/kognitif
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Adapun rencana keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosis keperawatan
yang telah dirumuskan sebagai berikut:
DX I :Bersihan jalan napas tidak efektif
Tujuan: Mempertahankan jalan napas pasien. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.
Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas. Berpartisipasi
18
Intervensi:
1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, imma, kedalaman dan
penggunaan otot aksesori.
Rasional: Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi
akumulasi secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot
aksesori digunakan dan kerja pernapasan meningkat.
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat
karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.
Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat
kerusakan paru atau luka bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi
lanjut.
3. Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan
latihan napas dalam.
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area
atelektasis dan peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan
4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.
Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak
mampu mengeluarkan sekret.
5. Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.
Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
6. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.
Rasional: Mencegah pengeringan membran mukosa.
7. Berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai indikasi.
Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen
trakeabronkial, berguna jika terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.
DX 2: Gangguan pertukaran gas
Tujuan: Melaporkan tidak terjadi dispnea. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan
19
oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal. Bebas dari gejala
distress pernapasan.
Intervensi:
1. Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan upaya
respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam
paru-pani yang berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi
inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan meluasnya fibrosis dengan gejalagejala respirasi distress.
2. Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan
perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku.
Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan
jaringan.
3. Demonstrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan,
terutama pada pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.
Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya
jalan napas.
4. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai kebutuhan.
Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
5. Monitor GDA.
Rasional: Menurunnya saturasi oksigen (PaO2) atau meningkatnya PaC02
menunjukkan perlunya penanganan yang lebih. adekuat atau perubahan
terapi.
6. Berikan oksigen sesuai indikasi.
Rasional: Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder
hipoventilasi dan penurunan permukaan alveolar paru.
DX 3: Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi
Tujuan: Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
penyebaran infeksi. Menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan lingkungan yang. aman.
Intervensi
20
21
22
23
24
25
26
27
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa
: Maria Agustina
NIM
: 2014.B.15.0384
Ruang Praktek
Tanggal Praktek
: 18 Agustus 2016
3.1
Pengkajian
: Ny.S
Umur
: 30 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
Pendidikan
: SD
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat
: Jln.Yosudarso
Tgl MRS
: 14 Agustus 2016
29
28
Diagnosa Medis
29
GENOGRAM KELUARGA
: Klien
: Meninggal dunia
: Tinggal serumah
: Ikatan Keluarga
30
Berpakaian
cukup
rapi,kesadaran
compos
menthis,pasien
tampak
dalam
orientasi
: 36,80C Axilla
Nadi/HR
: 96x/mt
Pernapasan/RR
: 20x/tm
Tekanan Darah/BP
: 100/60mm Hg
31
Nervus Kranial II
Nervus Kranial IV
Nervus Kranial V
Nervus Kranial VI
Nervus Kranial X
Nervus Kranial XI
32
Uji kordinasi ekstermitas atas jari ke jari tidak dilakukan, uji jari ke hidung
tidak dilakukan, ekstermitas bawah tumit ke jempol kaki tidak dilakukan, uji
kestabilan tubuh tidak dilakukan. Keluhan lainnya tidak ada.
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urin 1000 ml 24 x/ jam, warna kuning, bau khas urine ( Amoniak), klien
dapat BAK dengan lancar dan tidak ada masalah. Keluhan lain tidak ada.
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (bowel)
Bibir klien lembab tidak ada pecah-pecah, gigi klien baik dan lengkap ,
gusi klien baik merah muda dan tidak ada pradangan , lidah klien banyak jamur
berwarna putih , mukosa klien baik tidak ada peradangan, tonsil klien baik tidak
meradang, rectum baik, klien tidak memiliki hemoroid. Klien dapat buang air
besar setiap hari sebanyak 2 kali , nyeri tekan pada bagian abdomen tidak ada,
tidak ada benjolan. Keluhan lain tidak ada, masalah keperawatan tidak ada
masalah.
3.1.3.9 Otot-Otot- Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien bebas, ukuran otot simetris, uji
kekuatan otot klien ekstermitas atas 5/5, ekstermitas bawah 5/5 tidak ada
peradangan, perlukaan dan patah tulang, tulang belakang klien normal.
3.1.3.10 Kulit-kulit Rambut
Klien memiliki riwayat alergi terhadap obat ( klien mengatakan alergi obat
Rimfampicin), makanan( klien mengatakan telor,ayam,ikan tongkol), kosmetik
( Tidak ada) atau yang lainnya. Suhu kulit klien hangat, warna kulit klien normal,
turgor kulit cukup, tekstur kasar, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tekstur
rambut baik, distribusi rambut lurus dan merata , bentuk kuku simetris, kuku klien
tampak pendek. Keluhan lainnya bintik-bintik berwarna hitam di kedua tangan
33
Sesudah Sakit
Sebelum Sakit
34
Frekuensi/hari
Porsi
Nafsu makan
3x Sehari
3x Sehari
setengah Porsi
1 Porsi
berkurang
Jenis Makanan
Jenis Minuman
Air Putih,teh
5-4 gelas
Baik
Nasi, Sayur,
ikan, buah
Air Putih,teh
6-10 gelas
Kebiasaan makan
Pagi, siang,
malam
Keluhan/masalah
Tidak ada
Tidak ada
3.1.4.5 Konsep Diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri)
35
Pasien mengatakan tentang keadaannya saat ini, pasien terlihat sedih pasien
menyadri bahwa klien sedang sakit pasien tetap menerima kedaannya dengan baik
dan berdoa selalu untuk kesembuhannya.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Saat sakit aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien hanya berbaring dan
tidur, sedangkan saat sehat klien mampu melakukan aktivitas ringan secara
mandiri. Masalah keperawatan tidak ada.
3.1.4.7 Koping-Toleransi Terhadap Stres
Apabila ada masalah klien menceritakan kepada keluarga
3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan
Klien dan keluarga beragama islam dan tidak memiliki nilai-nilai/keyakinan
yang bertentangan dengan proses keperawatan. Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.5 Sosial-Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan keluarga,perawat,dan dokter.
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Bahasa sehari-hari yang digunakan klien dan keluarga berupa bahasa
Indonesia dan jawa .
3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan
harmonis
36
N: 21-53 mg/dl
N :0,17-1,5mg/dl
N : L <37, P, <31
N : L<42, P < 32
N : 4.00-10.000 ul/dl
N : 3.50-5.50 ul/dl
N : 11.0-16.0 g/dl
N :11.0-16.0 g/dl
3.2 Tabel data penunjang
37
4 FDC
Cetirizine
MP 4 Mg
Cotrimoxazole 960 mg
Fluconazole 200mg
Candistatin drop 4x1cc
Obat injeksi :
Ranitidin 2x50 gram
Ceftriaxone 2x1 gram
38
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF
DAN DATA
OBYEKTIF
DATA
SUBYEKTIF
DS: klien mengatakan
DAN DATA
batuk berdahak dan
susah OBYEKTIF
mengeluarkan
DS:
Klien
dahaknya. mengatakan
tidak tahu tentang
penyakitnya
DO: -klien tampak
sering batuk
DO:
-Klien
-tampak
sulittampak
binggung
mengeluarkan dahaknya
-Klien1tampak
-batuk
bulan bertanya
tentang
penyakitnya
-suaran napas
: ronchi
basah
-kesadaran compos
mentis
TTV: TD: 100/60
mmHg
N:96X/M
RR:20x/m
O
S: 36,8 C
DS: Pasien mengatakan
kurang nafsu makan
DO: BB sebelum sakit
60 kg
-BB sesudah sakit 40 kg
-porsi makan sebelum
sakit 1 porsi
-porsi makan sesudah
sakit setengah porsi
-terpasang infus
Hydromal sebelah
kanan
-IMT :17,09
KEMUNGKINAN
MASALAH
PENYEBAB
KEMUNGKINAN
MASALAH
Penumpukan sekret,sekret Bersihan jalan nafas
PENYEBAB
tertahan
tidak efektif
kurang terpaparnya
informasi
Kurang pengetahuan
Gangguan pemenuhan
nutrisi krang dari
kebutuhan tubuh
39
PRIORITAS MASALAH
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret,sekret tertahan
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d batuk yang
sering,penuranan inatake tubuh.
3.kurang pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi
40
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Rasional
41
Diagnosa Keperawatan
2. Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d batuk
yang sering,penuranan
inatake tubuh.
Intervensi
Rasional
42
Diagnosa Keperawatan
3. Kurang pengetahuan
b/d kurang terpaparnya
informasi
Intervensi
1. Kaji tingkat pengetahuan klien
Rasional
43
Implementasi
1.Mengkaji TTV pasien
2.Mengajarkan pasien batuk efektif
3.Menganjurkan pasien minum air hangat
4.Melakukan pengambilan darah di vena antekubiti
untuk pemeriksaan laboratorium
Evaluasi (SOAP)
S: Klien mengatakan masih batuk dan sulit
mengeluarkan sekretnya
o:-klien tampak masih batuk
-tampak sulit mengeluarkan sekret
-tampak rilek dan tenang
P: Lanjutkan Intervensi
44
Hari/Tanggal
Jam
2.Kamis,18-82016
Jam : 11.00
Wib
Implementasi
1.Mengkaji ttv pasien
2. Mengkaji input dan output pasien
3.Menganjurkan pasien makan sedikit tapi sering
- Menghidangkan makanan yang hangat
-Menganjurkan makanan yang tinggi protein dan
karbohidrat
4.Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
makanan
Evaluasi (SOAP)
S: Pasien mengatakan nafsu makan sudah
meningkat
O: -nafsu makan tampak meningkat
-satu porsi makan habis
-tidak ada mual muntah
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
45
Hari/Tanggal
Jam
3. Kamis,18-8106
Jam : 11.30
Wib
Implementasi
1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien
2. Menjelaskan tentang penyakit yang dialami klien
3.Menanyakan sejauh mana pengetahuan klien
tentang penjelasan yang sudah di penkes
4.Menjelaskan kembali tentang apa yang belum di
mengerti
Evaluasi (SOAP)
S: Pasien mengatakan sudah mengerti
tentang penyakitnya
O : -pasien tampak mengerti
-pasien sudah mengetahui tentang
penyakitnya
-pasien tampak rileks dan tenang
A: Masalah teratasi
P:intervensi dihentikan
51
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bagian ini penulis akan membahas tentang kesesuaian maupun
kesenjangan antara kasus nyata yang ditemukan di lapangan dengan teori yang
ada.
4.1 Pengkajian Tuberkulosis Paru (TBC)
Pada Pengkajian khusus yang di ambil di ruang Gardenia pada Ny S
tanggal 18 Agustus 2016 diperoleh klien mengalami batuk berdahak selama 1
bulan dan sulit menegeluarkan dahaknya , keadaan umum Ny.S Klien Berpakaian
cukup rapi,kesadaran compos menthis,pasien tampak lemas,pasien berbaring
dengan posisi supinasi/semi fowler dan terpasang infus cairan Hydromal sebelah
tangan kanan, dan warna sputum warna putih ,tipe pernafasan dada-perut irama
pernafasan teratur ,suara nafas tambahan ronchi basah ,tidak ada nyeri dada,sesak
nafas tidak ada ,Tanda-tanda vital klien TD: 100/60 mmHg, N: 90x/Menit, R:
20x/Menit, dan suhu 36,8C.
Sedangkan menurut teori Nursalam, 2008 Kebanyakan kasus dijumpai
pada klien tuberculosis, masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3 minggu
.disertai batuk berdarah demam, penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh.
adanya sesak napas, nyeri dada, keringat malam hari dan keadaan umumnya
kesadaran kompos menthis ,badan lemas, Suara napas brokial atau dengan ronki
basah, kasar dan yang nyaring , pergerakan napas yang tertinggal, suara napas
melemah.
Menurut penulis,
49
50
5051
penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh. adanya sesak napas, nyeri dada,
keringat malam hari dan keadaan umumnya kesadaran kompos menthis ,badan
lemas, Suara napas brokial atau dengan ronki basah, kasar dan yang nyaring ,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah. Dalam tahap ini penulis
mendapatkan bahwa tidak semua gejala dari tuberculosis paru yang ada dalam
teori dapat di temukan secara langsung pada klien denga tuberculosis paru.
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada kasus Ny.S yang di rawat di ruang Gardenia ditemukan 3 diagnosa
Bersihan jalan nafas tidak efektif , Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh dan kurang pengetahuan.
Sedangkan menurut teori Nursalam, 2008 pada kasus Tuberkulosis paru
(TBC) akan ditegakkan ada 5 diagnosa sebagai berikut: diagnosa yang pertama :
Bersihan jalan napas tidak efektif ditandai dengan DS : adanya keluhan batuk
lama DO : Bunyi nafas ronkhi, dispneu, frekuensi nafas cepat , diagnosa yang
kedua Gangguan pertukaran gas .DS : adanya keluhan sesak nafas DO : tampak
mengguanakan oksigen ,tampak sesak nafas ,RR : 18 x/mnt Diagnosa ketiga
Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi
51 51
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu: Bersihan jalan nafas tidak efektif
perencanaan tindakan keperawatan pada Ny.S yaitu kaji tanda tanda vital pasien ,
ajarkan klien batuk fektif,anjurkan klien minum air hangat,lakukan tindakan
pengambilan dara di vena antekubiti,.lakukan tindakan nebulizer ,.kolaborasi
dalam pemberian obat.
Sedangkan menurut teori
Nursalam, 2008
diagnosa keperawatan
yang muncul Bersihan jalan napas tidak efektif perencanaan keperawatan yaitu:
kaji fungsi pernapasan, catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk
efektif, berikan pasien posisi semi atau Fowler, bantu/ajarkan batuk efektif dan
latihan napas dalam.,bersihkan sekret dari mulut dan trakea, pertahankan intake
cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi,Lembabkan udara/oksigen
inspirasi.berikan obat: agen mukolitik, bronkodilator, kortikosteroid sesuai
indikasi.
Menurut penulis, terdapat kesanjangan antara intervensi secara
langsung dan intervensi menurut teori tuberculosis , intervensi secara langsung
penulis hanya merencanakan 6 intervensi sedangakan menurut teori tuberculosis
merencanakan 7 intervensi, penulis merencakan hanya 6 intervensi secara
langsung karena sesuai dengan keluhan klien yang dirasakan pada saat itu dan
tindakan yang akan diberikan pada saat itu.
4.3.2
Diagnosa kedua
Pada kasus Ny.S yang di rawat di ruang Gardenia ditemukan diagnosa
kedua keperawatan yang muncul yaitu Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh tindakan perencanaankeperawatan pada Ny.S yaitu : kaji ttv
pasien,kaji input dan output pasien,anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
51
52
,hidangkan makanan yang hangat ,anjurkan makanan yang tinggi protein dan
karbohidrat ,kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan.
Sedangkan menurut teori Nursalam, 2008 diagnosa keperawatan kedua
yang muncul yaitu : Gangguan pertukaran gas, perencanaan keperawatan yaitu:
kaji dispnea,evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan
perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku.,demonstrasikan atau
anjurkan untuk mengeluarkan napas dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien
dengan fibrosis atau kerusakan parenkim,Anjurkan untuk bedrest, batasi dan
bantu aktivitas sesuai kebutuhan,monitor GDA,berikan oksigen sesuai indikasi.
Menurut penulis, terdapat kesenjangan antara intervensi secara langsung dan
intervensi menurut teori tuberculosis ,karena diagnosa kedua pada intervensi
secara langsung berbeda dengan diagnosa kedua pada teori tuberculosis yaitu :
gangguan pertukaran gas sedangkan
lansung yaitu: Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ,yang
didapatkan
sesuai
dengan
keluhan
klien
pada
saat
itu
Nursalam, 2008
diagnosa keperawatan
ketiga yang muncul yaitu Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi,
perencanaan keperawatan yaitu: Review patologi penyakit fase aktif/tidak aktif,
Identifikasi orang-orang yang beresiko terkena infeksi seperti anggota keluarga,
teman, orang dalam satu perkumpulan,Anjurkan pasien menutup mulut dan
membuang dahak di tempat penampungan yang tertutup jika batuk,Gunakan
masker setiap melakukan tindakan,Monitor temperatur.,Identifikasi individu yang
berisiko tinggi untuk terinfeksi ulang Tuberkulosis ,Tekankan untuk tidak
5351
menghentikan
terapi
yang
dijalani,Pemberian
terapi
INH,
etambutol,
pada teori
Implementasi Keperawatan
Mengkaji TTV
Nursalam, 2008
muncul Bersihan jalan napas tidak efektif implementasi keperawatan yaitu: halhal yang dilakukan adalah: mengkaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan,
imma, kedalaman dan penggunaan otot aksesori,mencatat kemampuan untuk
mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya
hemoptisis,memberikan pasien posisi semi atau Fowler, bantu/ajarkan batuk
efektif dan latihan napas dalam,membersihkan sekret dari mulut dan trakea,
suction bila perlu,mempertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi,melebabkan
udara/oksigen
inspirasi,memberikan
obat:
agen
5451
Nursalam, 2008
diagnosa keperawatan
dilakukan
adalah
Mengkaji
dispnea,
takipnea,
bunyi
pernapasan
perubahan
warna
kulit,
membran
mukosa,
dan
warna
terutama
pada
pasien
dengan
fibrosis
atau
kerusakan
55 51
Nursalam, 2008
diagnosa keperawatan
terapi
yang
dijalani,memberikan
terapi
INH,
etambutol,
5651
4.5
Evaluasi Keperawatan
individu.
Menurut Penulis ,terdapat kesamaan anatara hasil evaluasi secara langsung
dengan hasil evaluasi secara teori tuberculosis karena hasil evaluasi secara
langung dan secara teori masalah keperawatan sama-sama tertasi walaupun kedua
diagnosa berbeda.
57 51
4.5.3
Diagnosa ketiga
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari kamis 18 Agustus 2016
pukul 11:30 WIB diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
terhadap Ny.S didapatkan hasil evaluasi pada diagnosa ketiga yaitu : kurang
pengetahuan masalah keperawatan teratasi di tandai dengan pasien tampak
mengerti ,pasien sudah mengetahui tentang penyakitny,pasien tampak rileks dan
tenang .
Sedangkan menurut teori Nursalam, 2008 didapatkan hasil evaluasi
pada diagnosa ketiga Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi yaitu masalah
keperawatan teratasi di tandai dengan Perilaku atau pola hidup klien berubah
untuk mencegah penyebaran infeksi,tidak ada anggaota klien yang terlular
tuberculosis paru.
Menurut penulis,terdapat kesamaan anatara hasil evaluasi secara
langsung dan hasil evaluasi secara teori tuberculosis paru karena masalah
keperawatan sudah tertasi walaupun kedua diagnosa berbeda tetapi evalusi
keperawatan sudah teretasi atau berhasil
51
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari asuhan keperawatan dan pembahasan kesimpulan yang
dapat penulis tarik antara lain:
5.1.1
Pengkajian
Pada Pengkajian khusus yang di ambil di ruang Gardenia pada Ny S
Diagnosa Keperawatan
Pada kasus Ny.S yang di rawat di ruang Gardenia
ditemukan 3
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu: Bersihan jalan nafas tidak efektif dan
data subjektif : klien mengatakan batuk
36,8
C Diagnosa
kedua yaitu Gangguan pemenenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan
datas subjektif: Pasien mengatakan kurang nafsu makan ,data objektif : BB
sebelum sakit 60 kg,BB sesudah sakit 40 kg,porsi makan sebelum sakit 1 porsi
makan, sesudah sakit setengah porsi ,terpasang infus Hydromal sebelah kanan
,IMT :17,09. Diagnosa ketiga yaitu kurang pengetahuan b/d kurang terpaparnya
54
51
59
informasi dan data subjektif yang didapat klien mengatakan tidak tahu tentang
penyakitnya dan data objektif yang didapat yaitu Klien tampak binggung Klien
tampak bertanya, tentang penyakitnya.
5.1.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sesuai dengan masalah
dan prioriras masalah serta disesuaikan dengan kebutuhan dasar klien. Prioritas
utama yang didapat pada kasus Ny.S diagnosa pertama bersihan jalan nafas tidak
efektif inervensi: kaji TTV pasien ,Ajarkan klien batuk fektif, Anjurkan klien
minum air hangat,lakukan tindakan pengambilan dara di vena antekubiti,lakukan
tindakan nebulizer,kolaborasi dalam pemberian obatdan kurang pengetahuan b/d
kurang terpaparnya informasi .Diagnosa kedua gangguan pemeenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh inetervensi : kaji ttv pasien,.kaji input dan output
pasien,.anjurkan pasien makan sedikit58tapi sering ,hidangkan makanan yang
hangat ,anjurkan makanan yang tinggi protein dan karbohidrat ,kolaborasi dengan
ahli gizi dalam pemberian makanan .Diagnosa ketiga kurang pengetahuan
intervensi : kaji tingkat pengetahuan klien,jelaskan tentang penyakit yang dialami
klien,tanyakan sejauh mana pengetahuan klien tentang penjelasan yang sudah di
penkes,jelaskan kembali tentang apa yang belum di mengerti.
5.1.4
Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Ny.S sesuai dengan intervensi
antekubiti
untuk
pemeriksaan
laboratorium,
melakukan
tindakan
60 51
mana
pengetahuan
klien
tentang
penjelasan
yang
sudah
di
Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Jumat 18 Agustus 2016 pukul
9 :00 WIB diruang Gardenia RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya terhadap
Ny .S didapatkan hasil evaluasi pada diagnosa pertama yaitu Bersihan jalan nafas
tidak efektif .masalah keperawatan belum teratasi karena saat dilakukan batuk
efektif klien tampak masih batuk ,tampak sulit mengeluarkan sekret .
Evaluasi untuk diagnosa kedua gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh masalah teratasi karena klien mengatakan nafsu makan
sudah meningkat ,satu porsi makan habis,tidak ada mual muntah
Evaluasi untuk diagnosa ketiga kurang pengetahuan masalah teratasi
karena klien sudah mengerti tentang penyakit yang diderita klien dan keluarga
klien mampu menyebutkan kembali pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan,
komplikasi
serta
cara
pengobatannya.
pasien
tampak
54
sejauh
51