Anda di halaman 1dari 126

STRATEGI KOMUNIKASI POLRES BANDUNG MENGENAI

KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA BANDUNG

Oleh :

Galih Nur Alam

152050

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2020
ABSTRAK

Suatu komunikasi yang baik dalam sebuah lembaga/organisasi/instansi


merupakan hal yang penting. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan secara lisan
maupun tertulis. Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi
kepolisian dalam mensosialisasikan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati saat
berkendara, khususnya Kepolisisan Lalu Lintas yang berhubungan langsung
dengan masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan strategi
komunikasi yang digunakan oleh Satlantas Polrestabes Kota Bandung dalam
meningkatkan ketertiban lalu lintas bagi masyarakat pengendara, adapun strategi
komunikasi yang diteliti meliputi strategin komunikator, strategi penyampaian
pesan, strategi waktun dan tempat (physical context) serta strategi pencapaian efek.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif,


informan primer dalam penelitian ini ialah pihak Satlantas Polresta Kota Bandung.
Sedangkan informan sekundernya ialah masyarakat Kota Bandung yang bermukim
di wilayah kerja Polrestabes Bandung. Pengumpulan data diperoleh berdasarkan
hasil wanwancara, observasi dan studi pustaka. Sedangkan untuk menganalisis data
mengunakan metode analisis studi deskriptif, mendeskripsikan data yang didapat
melalui realita dan fenomena yang sebenarnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikator dilihat


berdasarkan kedisiplinan dan etika sudah dinilai cukup baik, strategi penyusunan
pesan meliputi penyampaian pesan melalui media balioho/spanduk masih kurang
maksimal namun untuk melalui media elektronik sudah dinilai maksimal, strategi
physycal context yang paling baik adalah pada saat kegiatan razia karna efeknya
langsung terasa, sedangkan hasil strategi pencapaian efek sudah dirasakan cukup
baik pesan yang diterima oleh komunikan. Perlu adanya peningkatan strategi pesan
melalui media spanduk dan Baliho, serta peningkatan sumber daya tidak hanya dari
kepolisian melainkan dari petugas Dinas Perhubungan.

Kata Kunci : Komunikasi, Komunikator, Penyusunan Pesan, Physical context,


Pencapaian Efek.

i
ABSTRACT

A good communication within an institution / organization / agency is


important. Communication activities can be done verbally or in writing.
Communication has a very important role for the police in socializing to the public
to be more careful when driving, especially Traffic Police who deal directly with
the community. This research was conducted to explain the communication
strategies used by the Traffic Police of the Bandung City Police in improving traffic
order for motorists, while the communication strategies studied included
communicator strategies, message delivery strategies, time and place strategies
(physical context) and strategies for achieving effects.

This study uses descriptive qualitative research methods, the primary


informant in this study is the Satlantas Polresta Bandung City. While the secondary
informant is the people of Bandung City who live in the working area of the
Bandung Police Resort. Data collection was obtained based on the results of
interviews, observations and literature studies. Meanwhile, to analyze data using
descriptive study analysis methods, describing data obtained through reality and
actual phenomena.

The results showed that the communicator strategy based on discipline and
ethics was considered quite good, the message compilation strategy included
delivering messages through balioho / banners was still not optimal but for
electronic media it was considered the maximum, the best physical context strategy
was during raids because the effect is immediately felt, while the results of the
strategy to achieve the effect have been felt quite well by the message received by
the communicant. There is a need to improve message strategies through banner
and billboards, as well as increasing resources not only from the police but from
the Transportation Department officers.

Keywords: Communication, Communicators, Messaging, Physical context, Achieving


Effects.

ii
RINGKESAN

Komunikasi anu saé dina hiji lembaga / organisasi / agénsi penting. Aktivitas
komunikasi tiasa dilakukeun sacara lisan atanapi sacara tulisan. Komunikasi ngagaduhan
peran anu penting pisan pikeun pulisi dina sosialisasi ka masarakat supados langkung ati-
ati nalika nyetir, khususna Polda Lalu Lintas anu ngurus langsung sareng masarakat.
Panaliti ieu dilakukeun pikeun ngajelaskeun strategi komunikasi anu dianggo ku Polisi
Lalu lintas Polres Kota Bandung dina ningkatkeun tatanan patalimarga pikeun pengendara,
sedengkeun strategi komunikasi anu ditaliti kalebet strategi komunikator, strategi
pangiriman pesen, strategi waktu sareng tempat (kontéks fisik) sareng strategi pikeun
ngahontal épéktip.

Panaliti ieu ngagunakeun padika panaliti kualitatif déskriptif, informan primér dina
ieu pangajaran nyaéta Satlantas Polresta Kota Bandung. Padahal informan sekundér nyaéta
masarakat Kota Bandung anu cicing di daérah pagawéan Polrestabes Bandung.
Pangumpulan data dicandak dumasarkeun kana hasil wawancara, pangamatan sareng
kajian literatur. Samentara éta, pikeun nganalisa data ngagunakeun padika analisis
déskriptif déskriptif, ngajelaskeun data anu dipikolehi ngaliwatan kanyataan sareng
fénoména anu saleresna.

Hasilna nunjukkeun yén strategi komunikatif dumasar kana disiplin sareng étika
dianggap lumayan saé, strategi kompilasi pesen kaasup ngirim pesen ngaliwatan balioho /
spanduk masih henteu optimal tapi pikeun média éléktronik dianggap maksimal, strategi
kontéks fisik anu pangsaéna nalika serangan serangan sabab épékna langsung dirasa,
sedengkeun hasil tina strategi pikeun ngahontal épék parantos karasa lumayan ku pesen
anu ditampi ku komunikator. Aya peryogi ningkatkeun strategi pesen ngaliwatan spanduk
sareng papan iklan, ogé ningkatkeun sumberdaya sanés ngan ukur ti pulisi tapi ti para
patugas Dinas Angkutan.

Kata Kunci: Komunikasi, Komunikatif, Kompilasi Pesen, Kontéks fisik, Pangaruh


Balukar.

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Assalaamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah serta karunia dan segala nikmat yang selalu datang dari-NYA sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “STRATEGI

KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN KETERTIBAN LALU

LINTAS KEPADA MASYARAKAT KOTA BANDUNG”.

Tujuan penulisan Skripsi ini adalah untuk melengkapi program perkuliahan

S1 Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pasundan. Penulis menyadari dalam penulisan ini masih banyak

kekurangan, maka dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran untuk penulis.

Skripsi ini dapat diselesaikan juga tidak terlepas dari bantuan dan dorongan

berbagai pihak yang telah banyak membantu. Dalam kesempatan ini penulis juga

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dra. Hj. Yulia Segarwati,

M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga serta pikiran

dalam membimbing penulis sehingga akhirnya Skripsi ini terselesaikan.

Selain itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis

menyampaikan banyak terima kasih kepada :

iv
1. Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf SP., MSi., M. Kom. selaku Rektor Universitas

Pasundan.

2. Muh. Budiana, S.IP., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pasundan.

3. Dra. Hj. Yulia Segarwati, M.Si. selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pasundan.

4. Dr. Sutrisno, S.Sos., M.Si. selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pasundan.

5. Drs. RH. Sumardhani, M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pasundan.

6. H. Rasman Sonjaya S.Sos., M.Si selaku Ketua Jurusan Progam Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan.

7. Yanti Susila Tresnawati, S.Ag., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Progam Studi

Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan.

8. Drs. Taufik Hidayatullah, M.AB. selaku Koordinator Progam Reguler Sore

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan.

9. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pasundan.

10. Serta seluruh karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pasundan.

Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan kerendahan hati penulis juga

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada kedua

orang tua tercinta Ibunda Hj. Ella Susilawati dan Ayahanda H. Edi Koswara (alm)

serta kakak tersayang Denti, Egi, Lisa. Tidak lupa juga kepada teman-teman

v
seangkatan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pasundan. Tahun 2015 dan Allysa yang memberikan motivasi, saran

dan kritik dalam penyusunan proposal skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini masih jauh

dari sempurna, semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

proposal skripsi ini, semoga bermanfaat ilmunya bagi penulis dan pembaca.

Bandung, Januari 2020


Peneliti

Galih Nur Alam

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Konteks Penelitian/Latar Belakang Penelitian .................................... 1

1.2 Fokus Penelitian/Pertanyaan Masalah.................................................. 5

1.2.1 Fokus Penelitisan ............................................................................. 5

1.2.2 Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 6

1.4 Kegunaan Penelitian............................................................................ 6

1.3.2.1 Kegunaan Teoritis ......................................................................... 6

1.3.2.2 Kegunaan Praktis .......................................................................... 6

BAB II KAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN ........ 7

2.1 Kajian Literatur ................................................................................... 7

2.1.1 Review Penelitian Sejenis .................................................................... 7

2.2 Kerangka Konseptual ........................................................................ 10

2.2.1. Pengertian Strategi Komunikasi ..................................................... 10

2.2.2 Strategi Penyusunan Pesan ........................................................... 13

2.2.3 Strategi Komunikator ................................................................... 17

2.2.4 Strategi Physical context ................................................................ 21

vii
2.2.5 Strategi Komunikasi dalam Pencapaian Efek ................................ 23

2.3 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 26

BAB III SUBJEK, OBJEK DAN METODOLOGI ................................. 28

3.1 Subjek Penelitian............................................................................... 28

3.2 Objek Penelitian ................................................................................ 33

3.3 Metodologi Penelitian ....................................................................... 33

3.3.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 33

3.3.2 Desain/Pradigma Penelitian ........................................................... 36

3.3.3 Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 37

3.3.2.1 Studi Kepustakaan………………………………………….….. 37

3.3.2.2 Studi Lapangan............................................................................ 38

3.3.4 Tahapan Penelitian ......................................................................... 39

3.3.5 Rancangan Analisis Data ............................................................... 43

3.3.6 Keabsahan Hasil Penelitian ............................................................. 46

3.4 Lokasi dan Jadwal Penelitian ............................................................. 50

3.4.1 Lokasi penelitian ............................................................................ 50

3.4.2 Jadwal Penelitian............................................................................ 51

3.5 Gambaran Objek Penelitian ..................................................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 52

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 52

4.1.1 Deskripsi Informan.......................................................................... 54

4.1.2 Strategi Penyusunan Pesan Komunikasi ......................................... 73

4.1.3 Strategi Komunikator Ketertiban Lalu Lintas ................................. 82

4.1.4 Strategi Physycal Context dalam Tertib Berlalulintas ..................... 90

viii
4.1.5 Strategi Pencapaian Efek................................................................. 95

4.2 Pembahasan .............................................................................................. 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 104

5.1 KESIMPULAN ................................................................................ 104

5.2 SARAN ............................................................................................ 105

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 107

LAMPIRAN ......................................................................................................

ix
DAFTAR TABEL

2.1 Review Penelitian Sejenis .................................................................. 8

3.1 Jadwal Penelitian ............................................................................ 56

4.1 Deskripsi Informan ......................................................................... 59

x
DAFTAR GAMBAR

2.2 Bagan Kerangka Pemikiran ............................................................ 29

3.1.1 Tiga Jalur Analisa Jalur Kualitatif ................................................ 48

3.1.2 Pengumpulan dan Analisis Data ..................................................... 49

4.1 Struktur Organisasi Polrestabes Bandung ..................................... 80

4.2 Kegiatan Razia .................................................................................. 90

4.3 Contoh media cetak........................................................................... 95

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Photo Kegiatan

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Penelitian

Pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu keadaan dimana terjadi

ketidaksesuaian antara aturan dan pelaksanaan. Aturan dalam hal ini adalah piranti

hukum yang telah ditetapkan dan disepakati oleh Negara sebagai undang-undang

yang berlaku secara sah sedangkan pelaksananya adalah manusia atau masyarakat

suatu negara yang terikat oleh piranti hukum tersebut. Hal ini tertuang dalam UU

RI Nomor 22 tahun 2009 yang didalamnya berisi tentang lalu lintas dan angkutan

jalan.

Tata tertib lalu – lintas ditujukan untuk mendukung dan memelihara

keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu-lintas. Berbagai tindak

penertiban terus diupayakan para polisi lalu lintas demi mewujudkan ketertiban lalu

lintas dan kenyamanan berkendara namun era modern seperrti sekarang ini

berkendara menggunakan kendaraan bermotor merupakan hal biasa.

Pada konteks kota Bandung, peningkatan jumlah kendaraan bermotor tidak

diimbangi dengan fasilitas, sarana, dan prasarana jalan dan juga tidak seimbangnya

pertambahan jaringan jalan serta bertambahnya fasilitas lalu lintas. Belum siapnya

fasilitas angkutan umum yang dapat menjadi prioritas untuk masyarakat, jika

dibandingkan dengan pesatnya pertumbuhan kendaraan, berakibat pada

meningkatnya volume lalu lintas yang menyebabkan kurang tertibnya pengguna

jalan. Kondisi jalan yang sempit dan bertambahnya jumlah kendaraan serta kurang

tertibnya pengguna jalan merupakan pemicu terjadi kecelakaan lalu lintas. Artinya

kesadaran masyarakat Kota Bandung untuk tertib berlalu lintas masih rendah.

1
Selain itu untuk wilayah lain selain karena kurangnya kesadaran tertib berlalu

lintas, berkendara dengan melebihi batas kecepatan juga faktor yang dominan

penyebab kecelakaan lalu lintas. Dengan masih rendahnya kesadaran akan tertib

berlalu lintas.

Data pelanggaran lalulintas Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Kota Bandung

Menyebutkan bahwa, hasil oprasi lodaya pada sepeda motor pada tahun 2019

tercatat sebanyak pada usia 0 - 15 tahun 725 orang, 16 - 20 tahun 2.642 orang, 21 -

25 tahun 2.753 orang, 26 - 30 tahun 2.098 orang, sisanya usia 31 - 60 tahun.

Sementara itu, pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara roda empat sebanyak

1.271. Pelanggaran terbanyak karena tidak memakai safety belt, dan menggunakan

handphone ketika berkendara. Untuk jenis profesi yang melakukan pelanggaran di

antaranya PNS sebanyak 44 orang, karyawan/swasta 6.384 orang,

mahasiswa/pelajar 2.781 orang, sopir 1.180 orang, dan lainnya 1.387 orang.

Setiap manusia membutuhkan orang-orang yang menjadi teladan dan

pelopor ketaatan terhadap aturan. Manusia juga memerlukan orang-orang yang

dapat memberikan jaminan ketentraman. Sementara itu, ketentraman tidak

mungkin terwujud tanpa adanya aturan yang disepakati dan ditaati bersama. Di era

reformasi, penyelenggara negara menganut paradigma baru untuk mewujudkan

masyarakat madani yang menjunjung tinggi hukum, moral dan etika,

demokratisasi, hak asasi manusia, transparansi, dan keadilan. Oleh karena itu, Polri

harus ikut mewujudkan masyarakat madani (masyarakat beradab) dengan Polri

yang ideal dan profesiaonal. Polri ideal adalah polisi sipil professional dan

demokratis. Kata sipil menunjukkan arti bahwa polisi harus mengedepankan cara-

cara sipil dalam memecahkan persoalan di masyarakat. Misalnya dengan dialog,

2
pendekatan personal, komunikasi, perundingan, dan sejenisnya. Sebaliknya, polisi

harus menjauhkan diri dari penggunaan kekerasan atau militeristis dalam

menangani persoalan. Polri professional berarti polisi bekerja dengan penghayatan.

Polisi bekerja dengan semangat dan etos kerja yang tinggi sehingga dapat

menunjukkan kinerja dan prestasi yang baik.

Suatu komunikasi yang baik dalam sebuah lembaga/organisasi/instansi

merupakan hal yang penting. Kegiatan komunikasi dapat dilakukan secara lisan

maupun tertulis. Keduanya dapat dibagi lagi menjadi receptive (yang menerima,

mendengar, membaca, menerima informasi) dan productive (yang mengirim,

berbicara, menulis, memberikan informasi)4. Dalam proses komunikasi melibatkan

konseptor (coneption skill), teknisi komunikasi (technical skill) dan komunikator

dengan segala kemampuan komunikasi (Communications skill) untuk

mempengaruhi komunikan dengan dukungan berbagai aspek teknis dan mencapai

tujuan tertentu5. Kondisi yang mendukung sukses tidaknya penyampaian suatu

pesan (massage) tersebut, menurut Wilbur Schramm didalam bukunya, The Process

dan Effects of Mass Communications, yaitu sebagai berikut:

1. Pesan dibuat sedemikian rupa dan selalu menarik perhatian.

2. Pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah dipahami atau

dimengerti oleh komunikan.

3. Pesan menimbulkan kebutuhan pribadi dari komunikannya

4. Pesan merupakan kebutuhan yang dapat dipenuhi, sesuai dengan situasi dan

keadaan kondisi dari komunikan6.

3
Pesan tersebut dapat berupa ide, pikiran, informasi, gagasan, dan perasaan.

Pikiran dan perasaan tersebut tidak mungkin dapat diketahui oleh komunikan jika

tidak menggunakan “suatu lambang yang sama-sama dimengerti”. Strategi

komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen

komunikasi untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Strategi komunikasi

merupakan tindakan yang tangible, perbuatan yang konkret oleh organisasi untuk

mencapai tujuan. Strategi komunikasi akan berdampak positif apabila tujuan dari

suatu lembaga/organisasi dapat tercapai dan perubahan perilaku masyarakat

sebagai sasaran dapat diamati.

Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kepolisian

dalam mensosialisasikan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati saat

berkendara, khususnya Kepolisisan Lalu Lintas yang berhubungan langsung

dengan masyarakat. Dalam hal ini membina dan menyelenggarakan fungsi lalu

lintas yang meliputi pendidikan masyarakat. Seperti yang terdapat pada Pasal 1

angka 3 Perkapolri No. 5 tahun 2012 tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan

Bermotor: “Korps Lalu Lintas Polri yang selanjutnya disebut Korlantas Polri adalah

unsur pelaksana tugas pokok bidang keamanan, keselamatan, ketertiban, dan

kelancaran lalu lintas yang berada di bawah Kapolri serta bertugas membina dan

menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan masyarakat,

penegakkan hukum, pengkajian masalah lalu lintas, registrasi dan identifikasi

pengemudi dan kendaraan bermotor serta patroli jalan raya.

Kurangnya kesadaran akan keselamatan lalu lintas masyarakat menjadi

tantangan bagi polisi khususnya Polantas (polisi lalu lintas) untuk menjalankan

tugasnya sebagai aparat Kepolisisan yang bertugas di Lalu Lintas. Kegiatan

4
komunikasi, seperti penyuluhan dan pembinaan dilakukan untuk memberitahu

kepada masyarakat akan pentingnya menjaga keselamatan dan berhati-hati saat

berkendara di jalan raya. Berhubungan dengan hal ini peneliti bermaksud untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Strategi Komunikasi Polres Bandung

Mengenai Ketertiban Lalu Lintas Pada Masyarakat Kota Bandung Tahun

2019.

1.2 Fokus dan Pertanyaan Penelitian

1.2.1 Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka peneliti dapat memfokuskan

penelitian ini pada :

“Bagaimana Meningkatkan Ketertiban Lalu Lintas Kepada Masyarakat Kota

Bandung?”

1.2.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1 Bagaimana strategi komunikator ketertiban lalu lintas kepada masyarakat Kota

Bandung

2 Bagaimana strategi penyusunan pesan komunikasi ketertiban lalu lintas kepada

masyarakat Kota Bandung?

3 Bagaimana strategi phisycal context ketertiban lalu lintas kepada masyarakat

Kota Bandung?

4 Bagaimana strategi pencapaian efek ketertiban lalu lintas kepada masyarakat

Kota Bandung?

5
1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini tentunya menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang telah dijabarkan diatas, yaitu untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui strategi komunikasi Satlantas Polres Bandung dalam

meningkatkan ketertiban lalu lintas kepada masyarakat Kota Bandung

2. Untuk mengetahui penyusunan pesan komunikasi Satlantas Polres Bandung

dalam meningkatkan ketertiban lalu lintas kepada masyarakat Kota

Bandung.

3. Untuk mengetahui strategi phishycal context Satlantas Polres Bandung

dalam meningkatkan ketertiban lalu lintas kepada masyarakat Kota

Bandung

4. Untuk mengetahui strategi pencapaian efek Satlantas Polres Bandung dalam

meningkatkan ketertiban lalu lintas kepada masyarakat Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta

menambah wawasan pengatahuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu komunikasi

yang telah didapat dari perkuliahan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Dapat memberikan sumbangan pemikiran pada pihak Satlantas Polres

Bandung dalam menentukan Strategi Komunikasi

2) Memberikan deskripsi tentang strategi komunikasi yang digunakan

Satlantas Polres Bandung.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Literatur

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa kajian

literatur sebagai pendukung data-data yang didapatkan mengenai penelitian

tersebut, antara lain :

2.1.1 Review Penelitian Sejenis

Untuk dapat mempertegas peta dan posisi penelitian yang akan dilakukan

maka peneliti melakukan tinjauan terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang

pernah dilakukan. Adapun penelitian-penelitian tersebut menjadi relevan bagi

peneliti ketika konteks yang diteliti adalah Strategi Komunikasi Dalam

Meningkatkan Ketertiban Lalu Lintas Pada Satlantas Polresta Bandung. Adapun

dari hasil tinjauan yang dilakukan , peneliti menemukan penelitian yang bisa

menjadi acuan seperti berikut :

Tabel 2.1..Review Penelitian Sejenis

Nama Peneliti Judul Peneliti Teori Metode Hasil Penelitian

Rut Cahaya Strategi Komunikasi Teori Uses kualitatif Rekomendasi dari


Hutapea Kegiatan Wali Kota and peneliti adalah
Bandung Gratification diperlukan sumber
daya manusia
khusus untuk
memahami
bagaimana
penyampaian pesan
melalui @humasbdg
yang berfokus pada
pengaruh tanggapan
masyarakat atas

7
kinerja kota
Bandung. Mayoritas
pengguna media
sosial Instagram
adalah anak muda
yang jarang sekali
untuk membaca
berita dan sebagian
belum dapat
memilah informasi
dengan benar.
Sehingga
keterbatasan
tersebut perlu untuk
dipertimbangkan
dalam menetapkan
pesan-pesan yang
akan disampaikan
agar lebih menarik

SANDRA Komunikasi kualitatif Hasil penelitian ini


ALLIYUSUFI, STRATEGI Persuasif deskriftif agar kita tahu
KOMUNIKASI BNN strategi komunikasi
MENGENAI BNN mengenai
PENYALAHGUNAAN penyalahgunaan
NARKOTIKA DI narkotika terhadap
MAHASISWA” mahasiswa
dilakukan dengan
berbagai cara agar
pesan yang
disampaikan oleh
BNN mengenai
bahaya
penyalahgunaan
narkotika sampai
kepada mahasiswa
diantaranya dengan
cara sosialisasi ke
kampus-kampus
yang ada seperti
acara seminar
seperti contohnya
kampus STPB dan

8
Fisip Unpas yang
pernah mengadakan
seminar tentang
bahaya narkotika
kepada
mahasiswanya.
Selain melalui
sosialisasi secara
langsung BNN pun
melakukan cara agar
komunikasi mereka
berjalanb efektif dan
tepat sasaran yaitu
dengan cara
memasang iklan
layanan masyarakat
misalnya, kemudian
melalui media massa
dan media sosial
agar semua kalangan
bisa mendapat
informasi mengenai
bahaya narkoba.
Adapun contoh
sosialisai yang
dilakukan oleh BNN
melalui media massa
dan media sosial
seperti instagram,
facebook, website
resminya, twitter,
radio, youtube,
koran ,majalah dan
masih banyak lagi
media yang
digunakan untuk
mengkampanyeukan
tentang bahaya
penyalahgunaan
narkotika.

9
2.2 Kerangka Konseptual

2.2.1 Pengertian Strategi Komunikasi

Agar komunikasi secara tepat mengena pada sasaran yang hendak

dicapainya, maka suatu komunikasi haruslah dilakukan secara terencana dan

strategis.Suatu komunikasi yang diharapkan efektivitasnya tidaklah dilakukan

serampangan, melainkan membutuhkan persiapan-persiapan dan perencanaan yang

matang. Suatu perencanaan komunikasi meliputi Strategi, di mana strategi ini

menyangkut tindakan yang akan dilakukan serta manajemen.

Arifin dalam bukunya Strategi Komunikasi menyatakan bahwa strategi

adalah:

Keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang


akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan
strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan
situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang
akanmungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai
efektivitas (Arifin, 1994:10)

Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi harus dapat

menunjukkan bagaimana operasionalnya harus dilakukan, dalam arti kata bahwa

pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Jadi

dalam merumuskan strategi komunikasi diperlukan perumusan tujuan yang jelas.

Suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan

yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi

komunikasi, selain dibutuhkan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama

memperhitungkan kondisi dan situasi.

Menurut Arifin dalam bukunya “Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar

Ringkas” dibutuhkan proses pemikiran yang matang dalam penyusunan langkah-

langkah kerja yang diperlukan untuk mencapai apa yang diinginkan.

10
Strategi Komunikasi adalah perencanaan dan manajemen
untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi kenyataan lain untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi bukan hanya berfungsi
seperti peta jalan yang hanya menunjukkan arah yang akan
dituju saja, untuk itu strategi harus dapat menunjukkan
teknik operasionalnya yang harus dilakukan. Dengan
maksud bahwa pendekatan bisa berbeda-beda sewaktu-
waktu tergantung pada keadaan dan kondisi yang sedang
dihadapi (Arifin, 1994:10)

Dengan strategi komunikasi ini, berarti ditempuh beberapa cara penggunaan

komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan

mudah dan cepat.

Pace, Peterson, dan Durnett dalam bukunya Techniques for effective

Communication menyatakan bahwa tujuan sentral dari strategi komunikasi adalah:

a. To secure understanding, yakni memastikan komunikan mengerti


pesan yang diterimanya
b. To establish acceptance, andaikata ia sudah mengerti dan
menerima, maka penerimaannya itu harus dibina
c. To motivate action, lalu pada akhirnya kegiatan dimotivasikan
(Effendy, 1998:32)

Strategi komunikasi perlu disusun secara luwes, sehingga taktik operasional

komunikasi dan manajemen komunikasi dapat segera disesuaikan dengan faktor-

faktor yang berpengaruh.Untuk mencapai tujuan komunikasi secara efektif, perlu

memahami sifat-sifat komunikasi dan pesan.Tanpa strategi komunikasi, bukan

tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh yang negatif. Ada baiknya tujuan

komunikasi dinyatakan secara tegas sebelum komunikasi dilancarkan.

Aspek – aspek strategi komunikasi menurut Arifin (1994:51) adalah sebagai

berikut :

1. Strategi Penyusunan Pesan


Perumusan dan strategi penyampaian pesan merupakan suatu
kegiatan penting yang menentukan.Pesan yang disampaikan harus
tepat.Ibarat kita membidik dan menembak maka peluru yang
keluar haruslah sesuai dengan sasaran.Untuk dapat

11
menyampaikan dan menciptakan pesan yang dapat diterima oleh
sasaran dari komunikasi, maka isi pesan harus sesuai dengan
kerangka referensi (frame of reference) dan kerangka pengalaman
(field of experience) yaitu merupakan kerangka psikhis yang
menyangkut pandangan, pedoman dan perasaan dari komunikan
yang bersangkutan.

2. Strategi menetapkan komunikator


Komunikator dalam kegiatan komunikasi sangat berpengaruh bagi
kelancaran komunikasi itu sendiri.Begitu penting dan dominannya
peranan komunikator sehingga dalam suatu kegiatan komunikasi
yang terencana dibutuhkan strategi untuk menetapkan
komunikator yang tepat.Komunikator tersebut harus memiliki
kredibilitas di mata komunikate. Kredibilitas tersebut dapat
diperoleh apabila komunikator tersebut memiliki keterampilan
berkomunikasi secara lisan maupun tertulis, berpengetahuan luas,
bersahabat, serta mampu beradaptasi dengan sistem sosial dan
budaya
3. Strategi penentuan phisycal context
Physical Context berkaitan dengan tempat atau lokasi (place) serta
waktu (time).Penetapan tempat dan waktu memiliki pengaruh yang
besar dalam kesuksesan komunikasi. Pemilihan tempat dan waktu
yang tidak tepat akan membuat efek yang diinginkan susah untuk
dicapai, bahkan mungkin akan merusak komunikasi secara
keseluruhan. Penetapan lokasi yang tepat pada pelaksanaan
komunikasi berimplikasi pada kemungkinan terjadinya penciptaan
efek yang diinginkan. Pemilihan waktu yang berbeda, apakah pagi
hari, siang hari, malam hari, dan juga lokasi yang berbeda,
semuanya akan memberikan efek yang berbeda-beda
4. Strategi dalam pencapaian efek
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi.Perubahan sikap
dan pembentukan opini adalah merupakan salah satu dari efek
komunikasi. Tentunya pengaruh efek akan terasa berbeda-beda
bagi tiap orang. Sedikit banyak akan dipengaruhi oleh faktor dalam
diri sendiri khalayak. Efek dari komunikasi dapat diketahui dari
pergeseran pandangan atau perhatian, atau sikapnya terhadap kita
atau terhadap suatu masalah yang sedang menjadi perhatian. Atau
secara positif, efek tersebut bisa dilihat pada misalnya sebuah
negara setelah melalui proses komunikasi yang terencana,
menunjukkan gejala makin erat hubungannya dengan kita atau
memperlihatkan sokongan ataupun kerjasamanya dengan kita.

Strategi komunikasi perlu disusun secara luwes, sehingga taktik operasional

komunikasi dan manajemen komunikasi dapat segera disesuaikan dengan faktor-

faktor yang berpengaruh.Untuk mencapai tujuan komunikasi secara efektif, perlu

12
memahami sifat-sifat komunikasi dan pesan. Tanpa strategi komunikasi, bukan

tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh yang negatif. Ada baiknya tujuan

komunikasi dinyatakan secara tegas sebelum komunikasi dilancarkan.

2.2.2 Strategi Komunikasi dalam Penyusunan Pesan

Pesan merupakan unsur komunikasi yang mempunyai kedudukan yang

sentral dan tidak dapat diabaikan.Pesan yang dikomunikasikan mengharapkan

respon positif untuk menunjukkan komunikasi itu efektif. Banyak istilah yang

digunakan untuk mengartikan atau mendefinisikan mengenai pesan, namun pada

dasarnya berbagai definisi tersebut memiliki makna yang sama. H.A.W Widjaja

dalam bukunya Ilmu Komunikasi Pengantar Studi merumuskan pesan sebagai

:“Keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai

inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba

mengubah sikap dan tingkah laku komunikan” (Widjaja, 2000:32)

Sementara Abdullah Hanafi menjelaskan bahwa pesan adalah

Produk fisik yang nyata yang dihasilkan oleh sumber


encoder.Sewaktu kita berbicara, pembicaraan itulah pesan.
Ketika kita menulis surat, tulisan surat itulah pesan. Ketika
seorang bisu berisyarat, maka isyarat tangan, mimik,
ekspresi wajah itulah pesan (Siahaan, 1991:62)

Pesan yang akan kita komunikasikan harus ada unsur kepentingan bagi

komunikate agar mereka bersikap responsif. Wilbur Schramm pernah

mengetengahkan apa yang dinamakan the condition of success in communication

yang dijabarkan sebagai berikut:

1) Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga


dapat menarik perhatian komunikan
2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada
pengalaman yang sama kepada komunikator dan komunikan
sehingga sama-sama mengerti

13
3) Pesan harus dapat membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan
dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan
tersebut
4) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh
kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana
komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan
tanggapan yang dikehendaki (Effendy, 1998:41)

Perumusan dan strategi penyampaian pesan merupakan suatu kegiatan

penting yang menentukan.Pesan yang disampaikan harus tepat.Ibarat kita

membidik dan menembak maka peluru yang keluar haruslah sesuai dengan

sasaran.Untuk dapat menyampaikan dan menciptakan pesan yang dapat diterima

oleh sasaran dari komunikasi, maka menurut Effendy, “isi pesan harus sesuai

dengan kerangka referensi (frame of reference) dan kerangka pengalaman (field of

experience) yaitu merupakan kerangka psikhis yang menyangkut pandangan,

pedoman dan perasaan dari komunikan yang bersangkutan (Effendy, 1998:41).

Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian suatu

pernyataan atau pesan dari seseorang kepada orang lain dengan suatu tujuan

tertentu. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa komunikasi akan berhasil jika

timbul adanya saling pengertian antara kedua belah pihak, si pemberi informasi,

maupun si penerima informasi. Selain itu, agar pesan mengena tepat pada sasaran

harus memenuhi syarat-syarat:

a. Umum, yakni berisi hal hal umum yang dipahami oleh komunikan,
bukan hanya dipahami oleh seseorang atau kelompok tertentu
b. Jelas dan gamblang. Pesan haruslah jelas dan bukan samar-samar
agar tidak ditafsirkan menyimpang dari yang kita maksudkan
c. Bahasa yang jelas. Hindari penggunaan istilah-istilah yang tidak
dipahami oleh audiensi atau khalayak
d. Positif. Secara kodrati manusia selalu tidak ingin mendengar dan
hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu setiap
pesan agar diutarakan dalam bentuk positif. Kemukakan pesan
untuk lebih mendapatkan simpati dan menarik

14
e. Seimbang. Pesan yang disampaikan hendaklah tidak ekstrim dan
tidak mempertentangkan dua kutub yang berbeda karena
cenderung ditolak oleh komunikan.
f. Sesuaikan dengan keinginan komunikan. Sasaran dari komunikasi
yang kita lancarkan (komunikan) selalu mempunyai
keinginan/kepentingan tertentu. Dalam hal ini komunikator dapat
menyesuaikan dengan keadaan, waktu, dan tempat.
(Widjaja, 2000:33-34)

Pesan itu sendiri terdiri dari unsur isi pesan yakni perasaan dan pikiran

komunikator serta lambing baik verbal maupun non verbal sebagai alat

menungkapkan pikiran dan perasaan.Isi pesan biasanya dibalut dengan formulasi

yang memudahkan penerimaan pesan, sementara wujud pesan adalah sesuatu yang

membungkus inti pesan itu sendiri. Selanjutnya Onong U. Effendy (2000:38)

mengemukakan bahwa dalam menyampaikan suatu pesan perlu diketahui :

a. Timing yang tepat untuk suatu pesan


b. Bahasa yang dipergunakan agar pesan dapat dimengerti
c. Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif
d. Jenis sasaran di mana komunikasi akan dilaksanakan

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan rencana kegiatan yang sempurna

agar komunikasi yang disampaikan efektif. Apabila akan membicarakan

komunikasi untuk melakukan perubahan, maka isi pesan harus direncanakan.

Pesan-pesan tersebut harus dipahami dengan pengertian yang didasarkan pada

pengalaman-pengalaman khalayak masa lalu, serta pesan-pesan tersebut harus

memperlihatkan faktor-faktor yang dapat memberikan keuntungan atau nilai praktis

dari sasaran yang dikemukakan.

Dalam menentukan tema dan materi atau isi pesan yang dilontarkan kepada

khalayak sesuai dengan kondisinya, dikenal dua bentuk penyajian permasalahannya

yaitu yang bersifat one side issue (sepihak) dan both sides issue (kedua belah pihak).

One side issue dimaksudkan penyajian masalah yang bersifat sepihak, yaitu hanya

15
mengemukakan hal yang positif saja atau yang negatif saja kepada khalayak.Juga

berarti dalam mempengaruhi khalayak permasalahan itu berisi konsepsi dari

komunikator semata tanpa mengusik pendapat-pendapat yang ada. Disamping itu,

One side issue lebih kepada komunikate yang telah mengenal informasi itu

sebelumnya, sehingga fungsinya adalah untuk memperkokoh (re-inforcement)

informasi yang telah ada.

Both sides issue adalah metode penyajian kedua belah pihak atau dua sisi

dengan memaparkan baik buruknya suatu permasalahan. Metode ini lebih cocok

kepada mereka yang lebih berpendidikan tinggi, dan mengetahui informasi namun

bersifat oposisi.Metode ini juga ini juga lebih cocok digunakan untuk hal-hal yang

kontroversial dan menimbulkan pro kontra.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, komunikate harus memiliki

ketertarikan terhadap pesan yang akan disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Agar rasa ketertarikan itu timbul, maka pesan tersebut harus ada relevansinya

dengan penerima. Dengan mengetahui bahwa dirinya memiliki hubungan, maka

komunikate akan lebih mudah terlibat dalam proses komunikasi tersebut.

Selanjutnya, agar pesan yang disampaikan itu mengena pada sasaran atau

komunikate, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

perumusannya.seperti yang dikemukakan oleh Mulyana, bahwa pesan tersebut

haruslah:

1. Ada hubungan (relevansi) dengan penerima


2. Sesuai dengan tujuan daripada komunikasi
3. Sesuai dengan kemampuan mental, sosial, ekonomi dan psikis
daripada penerima
4. Jelas dan dapat dipahami dengan mudah
5. Sederhana dan mempunyai kekhasan
6. Tepat waktu dan tidak membosankan, up to date
7. Menarik perhatian untuk ingin tahu lebih banyak lagi

16
8. Dalam batas tampung penerima, tidak terlalu banyak pesan
(Mulyana, 2007:12)

Kejelasan pesan menjadi penting tatkala kita mengkomunikasikan sesuatu,

sebab pesan inilah yang menjadi salahs atu faktor penentu keberhasilan

komunikasi.Kejelasan pesan adalah adanya kesesuaian antara maksud dengan

interpretasi penerima.Agar pesan dapat diterima dengan jelas, hindarkan kesalahan

tata bahasa, karena bisa merusak arti dalam suatu kata. Dalam penyampaian pesan

itu sendiri, baik secara lisan, tatap muka, langsung, ataupun menggunakan metode

saluran, maka menurut Liliweri ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Tata Bahasa
Tata bahasa tidak lain antara lain aturan yang digunakan dalam
berbahasa sebagai alat berkomunikasi. Aturan-aturan itu
mengatur bagaimana setiap orang berbahasa secara baik dan
benar sehingga dapat terjalin komunikasi. Beberapa syarat yang
harus diperhatikan dalam berbahasa antara lain memilih kata dan
menyusun kalimat yang baik dan benar, menggunakan ejaan yang
tepat, memakai imbuhan yang beraturan.

2. Pengetahuan tentang orang lain


Pengetahuan berbahasa dan menggunakannya dapat disesuaikan
dengan santun terhadap siapa percakapan dilakukan. Mengenal
orang lain penting supaya anda anda mampu memberi perbedaan
dari cara apa kebiasaan berkomunikasi itu dilakukan.

3. Pengetahuan tentang situasi


Setiap orang harus memperhatikan konteks situasi dalam
berkomunikasi; situasi dalam hal ini tidak hanya menunjukkan
tempat tetapi lebih dari itu, yakni suasana
(Alo Liliweri, 1991:24)

2.2.3 Strategi Komunikasi dalam menetapkan Komunikator

Unsur yang paling dominan dalam keseluruhan proses komunikasi untuk

mencapai efektivitas adalah komunikator, yaitu mereka yang menyusun dan

melontarkan pesan atau pernyataan umum kepada khalayak. Komunikator punya

peran dalam menentukan efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan.

17
Komunikator menurut Cangara adalah “pihak yang mengirim pesan kepada

khalayak” (Cangara, 2014:89). Sedangkan menurut Effendy komunikator adalah

“seseorang atau sekelompok orang yang menyampaikan pikirannya atau

perasaannya kepada orang lain” (Effendy, 1998:14). Karena itu komunikator biasa

disebut sebagai pengirim, sumber, source, atau encoder.

Komunikator dalam kegiatan komunikasi sangat berpengaruh bagi

kelancaran komunikasi itu sendiri.Begitu penting dan dominannya peranan

komunikator sehingga dalam suatu kegiatan komunikasi yang terencana dibutuhkan

strategi untuk menetapkan komunikator yang tepat.Komunikator tersebut harus

memiliki kredibilitas di mata komunikate.Kredibilitas tersebut dapat diperoleh

apabila komunikator tersebut memiliki keterampilan berkomunikasi secara lisan

maupun tertulis, berpengetahuan luas, bersahabat, serta mampu beradaptasi dengan

sistem sosial dan budaya.

Suatu kecakapan utama yang disyaratkan bagi seoang komunikator adalah

kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan efisien.Mampu menjaga agar

pesan-pesan yang disampaikan dapat dimengertiu dengan jelas.Sebagai penyampai

pesan, faktor daya tarik dan kepercayaan sangat penting untuk keberhasilan

komunikator dalam berkomunikasi. Kedua faktor yang terpenting dalam

melancarkan komunikasi tersebut dikemukakan Effendy sebagai berikut:

Sumber kepercayaan,kepercayaan kepada komunikator


ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia
dipercaya, mengetahui kebenaran, juga harus objektif dalam
memotivasi apa yang diketahuinya.Sumber daya
tarikseorang komunikator akan mempunyai kemampuan
untuk melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya
tarik(Effendy, 1998:44)

18
Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi

komunikate harus bersikap empatik, yaitu kemampuan komunikator untuk

memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dari definisi sumber daya tarik

serta sumber kepercayaan komunikator yang dikemukakan oleh Effendy tersebut

terlihat bahwa seorang komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan

kepada orang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk mempengaruhinya.

Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang

peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi.

Suatu hal yang sering dilupakan oleh komunikator sebelum memulai aktivitasnya

adalah bercermin pada diri sendiri apakah syarat-syarat yang harus dimiliki oleh

seorang komunikator handal telah terpenuhi. Untuk itu komunikator harus memiliki

kredibilitas dan kepercayaan seperti yang dikemukakan oleh Jalaludin Rakhmat:

Seorang komunikator dalam melakukan komunikasi


diantaranya harus memiliki kredibilitas, di mana yang
merupakan komponen-komponen dari kredibilitas tersebut
adalah keahlian dan kepercayaan.Keahlian ialah kesan yang
dibentuk komunikan tentang komunikator dalam hubungan
dengan topik yang dibicarakannya.Komunikator yang dinilai
tinggi pada keahlian dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli,
tahu banyak, berpengalaman, terlatih.Kepercayaan adalah
kesan komunikator yang berkaitan dengan wataknya.
Apakah komunikator jujur, tulus, bermoral, adil, sopan dan
etis atau ia dinilai sebaliknya (Rakhmat, 2001:260)

Komunikator harus dapat memahami yang menjadi kebutuhan komunikate.

Bila komunikator mampu memberikan pesan yang sesuai dengan keinginan

komunikate maka ia akan berhasil. Seperti yang dikemukakan oleh Effendy bahwa:

Pesan komunikasi kadangkala hanya diterima secara


jasmaniah (received), misalkan gambar-gambar atau tulisan-
tulisan yang ditunjukkan jelas terlihat dan komunikator jelas
didengar oleh komunikan. Akan tetapi lebih baik bila pesan
yang disampaikan komunikator bisa diterima secara

19
rohaniah (accepted) yang berarti sesuai dengan rencana,
sejalan dengan pengalamannya, selaras dengan aspirasinya
dan cocok dengan norma kehidupannya (Effendy, 2000:37)

Komunikator harus selalu memotivasi kegiatan yang membangkitkan

dorongan pada diri komunikate untuk menjadi kegiatan yang nyata dan dirasakan

manfaatnya oleh komunikate. Selain itu, komunikator yang baik adalah orang yang

selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya

komunikasinya di kala ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikate bersifat

negatif.

Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi,

sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang

dilancarkan komunikator. Umpan balik positif adalah tanggapan atau respon atau

reaksi komunikate yang menyenangkan komunikator.Sebaliknya umpan balik

negatif adalah tanggapan yang tidak menyenangkan komunikatornya sehingga

komunikator enggan untuk melanjutkan komunikasinya.

Untuk mencegah timbulnya umpan balik negatif dari kegiatan komunikasi,

maka dalam pelaksanaannya, komunikator harus mempehatikan dah-hal sebagai

berikut:

a. Tidak boleh terlalu otokratis


b. Harus dapat menguasai aspirasi komunikan
c. Mendelegasikan dan membagi tanggung jawab
d. Penuh inisiatif
e. Menghargai kemampuan orang lain
f. Mawas diri
g. Mampu mengadakan pengawasan
(Widjaja, 2000:58)

20
Seorang komunikator dituntut untuk dapat memahami dimensi

psikologiskomunikate yang akna menjadi sasaran pengaruh dan harapan

komunikator.Status komunikator dan komunikan berada dalam kondisi yang

berbeda.Namun antara keduanya merupakan unsur yang memiliki daya tarik

menarik karena kepentingan yang melekat pada dua unsur tersebut.Yang paling

esensial adalah bagimana mempertemukan antara dua kepentingan yang berbeda

agar saling menguntungkan

2.2.4 Strategi Komunikasi dalam Penentuan Physical Context

Dalam upaya penyampaian pesan komunikasi, maka keseluruhan

komponen komunikasi terlibat dalam suatu konteks.Robert G. Kingmenyatakan

bahwa:

Komunikasi selalu terjadi dalam suatu lingkungan yang


kemudian dapat mempengaruhi jalannya komunikasi dan
juga mempengaruhi lingkungan yang disebut sebagai context
(hubungan).Setiap context komunikasi tersebut mempunyai
dimensi yakni 1.Physical Context,2.Social
Context,3.Psychological Context, 4.Cultural Context”
(Yulianita, 2007:110)

Physical Context berkaitan dengan tempat atau lokasi (place) serta waktu

(time).Penetapan tempat dan waktu memiliki pengaruh yang besar dalam

kesuksesan komunikasi. Pemilihan tempat dan waktu yang tidak tepat akan

membuat efek yang diinginkan susah untuk dicapai, bahkan mungkin akan merusak

komunikasi secara keseluruhan. Penetapan lokasi yang tepat pada pelaksanaan

komunikasi berimplikasi pada kemungkinan terjadinya penciptaan efek yang

diinginkan. Pemilihan waktu yang berbeda, apakah pagi hari, siang hari, malam

21
hari, dan juga lokasi yang berbeda, semuanya akan memberikan efek yang berbeda-

beda.

Berkenaan dengan tempat dan waktu tersebut, Neni Yulianita menjelaskan:

1. Place
Mempunyai hubungan dengan tempat di mana peristiwa
komunikasi itu berlangsung.Tempat memberikan pengaruh yang
tidak kecil artinya bagi keberhasilan atau kegagalan komunikasi

2. Time
Mempunyai hubungan dengan waktu dalam arti kapan peristiwa
komunikasi berlangsung, sebab manusia selalu berada di dalam
ruang dan waktu, dan komunikasi yang dilaksanakan selalu dibatasi
oleh ruang dan waktu dan komunikasi yang dilaksanakan selalu
dibatasi oleh ruang dan waktu itu dan tidak mungkin sesuatu itu
berlangsung dalam ruang hampa dan tanpa waktu. Jadi jelas bahwa
waktu memberikan batas kepada pelaku komunikasi. Walaupun
situasinya sama/dalam lingkungan yang sama tetapi waktunya
berbeda maka jelas akan berpengaruh” (Yulianita, 2007:114)

Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan strategi yang tepat dalam

penetapan dalam pemilihan tempat maupun waktu dalam pelaksanaan kegiatan

komunikasi sehingga dapat berjalan dengan efektif serta diperoleh hasil yang sesuai

dengan yang direncanakan.Pemilihan waktu dan lokasi yang tepat haruslah

dilakukan secara hati-hati dan dilakukan setelah melakukan survey kapan dan di

mana waktu dan lokasi yang paling tepat.

Bentuk komunikasi yang akan dipakai juga menjadi faktor pertimbangan

dalam menentukan waktu dan tempat yang akan dipakai. Komunikasi secara

langsung tatap muka dan yang tidak langsung dengan menggunakan media sebagai

saluran, tentu akan berbeda dalam hal pemilihan waktu dan tempatnya. Dan juga

apakah komunikasi yang akan berlangsung aktif seperti dalam komunikasi

22
kelompok kecil atau kelompok besar tentu berbeda pula dalam hal pemilihan tempat

yang akan dipergunakan.

2.2.5 Strategi Komunikasi dalam Pencapaian Efek

Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai

tujuan, yaitu mempengaruhi khalayak atau penerima. Menurut Teresa M. Stuart,

“Pengaruh atau Efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan

dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan” (Cangara,

2002:163)

Dalam komunikasi, efek diharapkan terjadi pada komunikate, bukan saja

pada seseorang, melainkan kepada orang banyak atau masyarakat. Efek adalah

unsur penting dalam keseluruhan proses komunikasi. Efek bukan hanya sekedar

umpan balik.Efek adalah salah satu elemen komunikasi yang sangat penting untuk

mengetahui berhasil tidaknya komunikasi.“Bentuk konkrit efek dalam komunikasi

adalah terjadinya perubahan pendapat atau sikap atau perilaku khalayak, akibat

pesan yang menyentuhnya. Hal ini menyangkut proses komunikasi yang asasi

sifatnya” (Arifin, 1994:40)

Untuk dapat mengetahui bagaimana efek tersebut terjadi pada khalayak

adalah termasuk hal yang sulit.Efek hanya dapat dilihat pada phenomena sosial

diwaktu tertentu saja dan bisa bermacam-macam.Efek terjadi pada individu-

individu dan kemudian menjadi sikap masyarakat. Dan efek suatu komunikasi pada

umumnya terhadap individu, menurut Astrid Susanto secara konkrit dapat

diklasifikasikan dalam tingkat-tingkat sebagai berikut:

1. Menerima Ide, melaksanakan dan menganjurkan pada orang lain


2. Bisa menerima dan melaksanakan (tanpa merumuskan
pengajarannya)
3. Ide diterima tapi masih dipikirkan pelaksanaannya

23
4. Ide tidak diterima
5. Ide ditolak bahkan memikirkan kemungkinan mengambil
saran/anjuran dari pihak lawan A, yaitu C
6. Menolak ide A dan mengambil/melaksanakan ide dari lawan A,
yaitu C
7. Menolak ide dari A, menerima ide dari C (lawan A) dan
menganjurkan penggunaan ide C kepada orang lain (Susanto,
1988:74)

Efek juga mempunyai pengaruh yang berbeda-beda untuk tiap orang dan

untuk tiap tingkatan dan juga untuk tiap waktu yang berbeda. Sesungguhnya suatu

ide yang menyentuh dan merangsang individu dapat diterima atau ditolak

sebagaimana tingkat-tingkat efek tersebut melalui proses:

1. Terbentuknya suatu pengertian/pengetahuan (knowledge)

2. Proses suatu sikap menyutujui atau tidak menyetujui (attitude)

3. Proses terbentuknya gerak pelaksanaan (practice)

Dapat dikatakan bahwa pengertian dan pengetahuan manusia itu lahir setelah

melewati pintu-pintu kesadaran dan perhatian.Artinya suatu pesan atau ide

dimengerti dan diketahui, yang kemudian menghasilkan pendapat, sikap dan

tindakan sebagai manifestasinya. Berdasarkan tiga hal tersebut, Hafied Cangara

menjelaskan:

Pada tingkat pengetahuan (knowledge), efek bisa terjadi


dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan
pendapat.Perubahan pendapat itu sendiri terjadi bila
terdapat perubahan penilaian terhadap sesuatu obyek
karena adanya informasi yang lebih baru.Perubahan sikap
(attitude) adalah adanya perubahan internal pada diri
seseorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip, sebagai
hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu obyek baik
yang terdapat didalam maupun diluar dirinya.Sementara
perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam
bentuk tindakan.Antara perubahan sikap dan perilaku
terdapat hubungan yang erat, sebab perubahan perilaku
biasanya didahului oleh perubahan sikap. (Cangara,
2002:165)

24
Efek suatu komunikasi adalah suatu perpaduan dari sejumlah kekuatan yang

bertarung.Dengan demikian efek mengalami banyak pengaruh dari banyak faktor

dalam diri khalayak.Anwar Arifin menggolongkan faktor-faktor tersebut kedalam

golongan “Faktor-faktor psikologi dan fisik sebagai faktor internal dan faktor sosial

kultural sebagai faktor eksternal” (Arifin, 1994:46)

Efek dari komunikasi dapat diketahui dari pergeseran pandangan atau

perhatian, atau sikapnya terhadap kita atau terhadap suatu masalah yang sedang

menjadi perhatian. Atau secara positif, efek tersebut bisa dilihat pada misalnya

sebuah negara setelah melalui proses komunikasi yang terencana, menunjukkan

gejala makin erat hubungannya dengan kita atau memperlihatkan sokongan ataupun

kerjasamanya dengan kita. Menurut Widjaja:

Efek sesungguhnya dapat dilihat dari: personal opinion,


public opinion, dan majority opinion. Personal Opinion adalah
sikap dan pendapat seseorang terhadap suatu masalah
tertentu.Public Opinion adalah penilaian sosial mengenai
sesuatu hal yang penting dan berarti atas dasar pertukaran
pikiran yang dilakukan individu secara sadar dan
rasional.Majority opinion adalah pendapat sebagian terbesar
dari publik atau masyarakat (Widjaja, 2000:68)

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi.Perubahan sikap dan

pembentukan opini adalah merupakan salah satu dari efek komunikasi. Tentunya

pengaruh efek akan terasa berbeda-beda bagi tiap orang. Sedikit banyak akan

dipengaruhi oleh faktor dalam diri sendiri khalayak.

Bagi sebagian orang mungkin saja akan cepat terlihat efek dari komunikasi.

Tapi bagi sebagian orang lain mungkin akan makan waktu yang lama. Dan bagi

sebagian orang lagi butuh komunikasi berulang-ulang kali agar tercapai efek

komunikasi yang diinginkan.Komunikasi yang baik dari seorang komunikator

25
haruslah menghasilkan efek yang cepat prosesnya tapi lama bertahan sebagai opini

individu.

2.3 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran dalam penelitian ini didasarkan atas aspek – aspek

strategi komunikasi menurut Arifin (1994:51) dimana strategi komunikasi sebagai

berikut :

1. Strategi menetapkan komunikator


Komunikator dalam kegiatan komunikasi sangat berpengaruh bagi
kelancaran komunikasi itu sendiri.Begitu penting dan dominannya
peranan komunikator sehingga dalam suatu kegiatan komunikasi
yang terencana dibutuhkan strategi untuk menetapkan
komunikator yang tepat.Komunikator tersebut harus memiliki
kredibilitas di mata komunikate. Kredibilitas tersebut dapat
diperoleh apabila komunikator tersebut memiliki keterampilan
berkomunikasi secara lisan maupun tertulis, berpengetahuan luas,
bersahabat, serta mampu beradaptasi dengan sistem sosial dan
budaya
2. Strategi Penyusunan Pesan
Perumusan dan strategi penyampaian pesan merupakan suatu
kegiatan penting yang menentukan.Pesan yang disampaikan harus
tepat.Ibarat kita membidik dan menembak maka peluru yang
keluar haruslah sesuai dengan sasaran.Untuk dapat
menyampaikan dan menciptakan pesan yang dapat diterima oleh
sasaran dari komunikasi, maka isi pesan harus sesuai dengan
kerangka referensi (frame of reference) dan kerangka pengalaman
(field of experience) yaitu merupakan kerangka psikhis yang
menyangkut pandangan, pedoman dan perasaan dari komunikan
yang bersangkutan.
3. Strategi penentuan phisycal context
Physical Context berkaitan dengan tempat atau lokasi (place) serta
waktu (time).Penetapan tempat dan waktu memiliki pengaruh yang
besar dalam kesuksesan komunikasi. Pemilihan tempat dan waktu
yang tidak tepat akan membuat efek yang diinginkan susah untuk
dicapai, bahkan mungkin akan merusak komunikasi secara
keseluruhan. Penetapan lokasi yang tepat pada pelaksanaan
komunikasi berimplikasi pada kemungkinan terjadinya penciptaan
efek yang diinginkan. Pemilihan waktu yang berbeda, apakah pagi
hari, siang hari, malam hari, dan juga lokasi yang berbeda,
semuanya akan memberikan efek yang berbeda-beda
4. Strategi dalam pencapaian efek
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi.Perubahan sikap
dan pembentukan opini adalah merupakan salah satu dari efek

26
komunikasi. Tentunya pengaruh efek akan terasa berbeda-beda
bagi tiap orang. Sedikit banyak akan dipengaruhi oleh faktor
dalam diri sendiri khalayak. Efek dari komunikasi dapat diketahui
dari pergeseran pandangan atau perhatian, atau sikapnya
terhadap kita atau terhadap suatu masalah yang sedang menjadi
perhatian. Atau secara positif, efek tersebut bisa dilihat pada
misalnya sebuah negara setelah melalui proses komunikasi yang
terencana, menunjukkan gejala makin erat hubungannya dengan
kita atau memperlihatkan sokongan ataupun kerjasamanya
dengan kita.

Gambar 2.2
Bagan Kerangka Pemikiran

Satuan Lalu Lintas

Polres Bandung

Strategi Komunikasi Keselamatan


Berlalulintas

Strategi Strategi Strategi Physycal Strategi


Komunikator Penyusunan Pesan Context: Pencapaian Efek

1. Daya Tarik 1. Pesan Informatif Berkaitan dengan Berkaitan


2. Keahlian Profesi dan persuasif tempat, lokasi dan dengan tempat,
3. Kedekatan 2. Bahasa Formal waktu lokasi dan waktu
Langsung Melalui dan Non Formal
Penyuluhan-
Penyuluhan

Masyarakat

Efek Yang Terjadi :

Tertib berlalulintas, mentaati


peraturan lalulintas, berhati-
hati dalam berkendara

Sumber: Peneliti, 2019 (Modifikasi Arifin, 1994)

27
BAB III

SUBJEK, OBJEK DAN METODELOGI PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat-keadaanya (atributnya) yang diteliti. Dengan kata lain

subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam melekat atau terkandung objek

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti telah memilih sepuluh masyarakat yang

menaati dan melanggar lalulintas serta petugas kepolisian lalulintas Polresta

Bandung yang dianggap telah memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk

memilih informan yang sesuai dengan pemilihan informan dalam penelitian ini,

kriterianya antara lain: Subjek penelitian ini adalah sesuatu, baik orang, benda

ataupun akun media sosial yang sifatnya adalah masyarakat maupun petugas

kepolisian yang berkaitan dengan ketertiban berlalulintas. Dengan kata lain subjek

penelitian adalah suatu yang di dalam melekat atau terkandung objek penelitian.

Subjek penelitian yaitu keseluruhan objek dimana terdapat beberapa

narasumber atau informan yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang

berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan

Penelitian deskriptif kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat

generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak

dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam

fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan

yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses

28
penelitian, informan penelitian ini meliputi beberapa macam seperti: (1) informan

kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang

diperlukan dalam penelitian; (2) informan utama, yaitu mereka yang terlibat

langsung dalam interaksi sosial yang diteliti; (3) informan tambahan, yaitu mereka

yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi

sosial yang diteliti. (Suyanto, 2005:171).

Dalam penelitian ini peneliti telah memilih sepuluh warga yang menaati dan

melanggar lalu lintas. dianggap telah memenuhi kriteria-kriteria yang dibutuhkan

untuk memilih informan yang sesuai dengan pemilihan informan dalam penelitian

strategi komuinkasi kriterianya antara lain:

1. Informan harus mengalami langsung situasi atau kejadian yang berkaitan

dengan topik penelitian. Tujuannya untuk mendapatkan deskripsi dari sudut

pandang orang pertama, ini merupakan kriteria utama dan merupakan sesuatu

yang wajib dalam penelitian marketing mix. Walaupun secara demografis

informan cocok, namun bila ia tidak mengalami kejadian secara langsung, ia

tidak bisa dijadikan informan, syarat inilah yang akan mendukung sifat

otentitas penelitian strategi komunikasi.

2. Informan mampu menggambarkan kembali fenomena yang telah dialaminya,

terutama dalam sifat alamiah dan maknanya, hasilnya akan diperoleh data yang

alami dan reflektif menggambarkan keadilan yang sesungguhnya.

3. Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian yang mungkin membutuhkan

waktu yang lama.

4. Bersedia untuk diwawancara dan direkam aktivitasnya selama wawancara atau

selama penelitian berlangsung.

29
5. Memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian, dan sebelum

melakukan penelitian yang sesungguhnya, peneliti telah melakukan sebuah

pra-penelitian terlebih dahulu dengan melakukan pendekatan terhadap

informan yang diketahui melalui smartphone pengguna yang telah ia miliki .

Ini diperlukan agar penelitian dapat berjalan dan menghasilkan hasil yang

terbaik, peneliti merasa sepuluh informan yang dipilih telah sesuai dengan ciri-ciri

informan dalam penelitian strategi komunikasi. Adapun ciri-ciri menurut

Kuswarno dalam buku Metode Penelitian Komunikasi antara lain adalah:

1. Informan biasanya terdapat dalam satu lokasi.

2. Informan adalah orang yang mengalami secara langsung peristiwa

yang menjadi bahan penelitian.

3. Informan mampu untuk menceritakan kembali peristiwa yang telah

dialaminya.

4. Memberikan kesediaanya secara tertulis untuk dijadikan informan

penelitian, jika diperlukan.

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang memiliki

informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, pada penelitian ini

menarik mahasiswa yang menaati dan melanggar lalu lintas. yang terdiri dari

jurusan ilmu komunikasi yang ada di Kota Bandung. Jumlah sepuluh orang ini

berdasarkan pra riset sebelumnya yang berbentuk wawancara dan observasi dimana

informan yang akan diwawancara adalah mahasiswa yang mengetahui dari media

online maupun media offline.

30
Gambar 3.1
Model Komunikasi Interaksional

Sumber : West dan Turner (2008:12)

Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.

Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem

terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama

sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan

untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem

terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus

dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan

peranan (West dan Turner, 2008:13).

Model interaksional ini mengacu pada perspektif interaksi simbolik yang

dikembangkan oleh ilmuwan sosial untuk menjelaskan komunikasi. Sesuai dengan

perspektif interaksi simbolik, model interaksional dalam komunikasi mengatakan

bahwa orang-orang sebagai peserta komunikasi bersifat aktif, kreatif dan reflektif,

menafsirkan, dan menampilkan perilaku kompleks yang sulit diprediksi.

31
Kemudian, feedback atau umpan balik adalah: “Salah satu elemen penting atau

vital dalam komunikasi model interaksional. Menurut model ini juga, peserta

komunikasi yang mengambil peran disini adalah orang-orang yang

mengembangkan potensi manusiawinya melalui interaksi sosial, tepatnya melalui

pengambilan peran orang lain.” (Mulyana, 2007:55).

Menurut Jalalludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi :

“Model interaksional para pesertanya adalah orang-


orang yang mengembangkan potensi dirinya sebagai
manusia melalui interaksi dengan sesama manusia
(interaksi sosial) tepatnya melalui apa yang disebut
dengan pengambilan peran orang lain (role-taking).
Diri (self) berkembang lewat interaksi dengan orang
lain, dimulai dari lingkungannya yang paling dekat
seperti keluarga (significant others) dalam suatu
tahap yang disebut tahap Permainan (play stage) dan
terus berlanjut hingga ke lingkungan yang lebih luas
(generelized others) dalam suatu tahap yang disebut
Pertandingan (game stage). Dalam interaksi tersebut
individu dapat melihat dirinya melalui peran orang
lain. Patut dicatat bahwa model ini menempatkan
sumber dan penerima yang memiliki kedudukan
yang sederajat. Satu elemen yang penting bagi model
interaksional adalah umpan balik (feedback), atau
tanggapan terhadap suatu pesan. Itulah sebabnya
muncul konsep diri berdasarkan bagaimana orang
lain memandang diri individu tersebut.” (Rakhmat,
2008 : 122)

32
Model interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di

sini digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau

perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Beberapa konsep penting yang

digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran, dan

tindakan. Interaksi yang terjadi antar individu tidak sepihak. Antar individu saling

aktif, reflektif, dan kreatif dalam memaknai dan menafsirkan pesan yang

dikomunikasikan. Semakin cepat memberikan pemaknaan dan penafsiran terhadap

pesan yang disampaikan semakin memperlancar kegiatan komunikasi.

3.2 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini ialah petugas kepolisian lalulintas Polrestabes

Bandung yang berkaitan dengan strategi komunikasi yang diterapkan di lalulintas

serta masyarakat pengguna kendaraan yang berkaitan dengan evaluasi stratehi

komunikasi dalam ketertiba lalulintas di wilayah kerja Satlantas Polrestabes

Bandung.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian

Dalam bagian ini peneliti menjabarkan metodelogi penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data-data yang berkaitan

dengan penelitian yang diteliti. Peneliti akan menjelaskan mengenai jenis

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan subjek penelitian yang

digunakan.

Metode adalah prosedur atau syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam

mendapatkan pengetahuan yang di sebut ilmu. Sedangkan metodelogi penelitian

adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian.

33
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai melalui prosedur statistik atau

dengan cara kuantitatif lainnya. Penelitian kualitatif biasanya digunakan untuk

meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, organisasi, serta hubungan

sosial dalam masyarakat.

Menurut Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D mengatakan bahwa :

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah ekperimen) di mana peneliti adalah
sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.(2012: 15)
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya Metode Penelitian

Pendidikan menyatakan bahwa :

Penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk


mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun
rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai
karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain
itu, Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan,
manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel yang
diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa

34
adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah
penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. (2011: 73)

Penelitian kualitatif mempunyai sifat natural atau alami, apa adanya dan

lebih menekankan pada kedalaman informasi sampai pada tingkat pemaknaan. Pada

analisis kualitatif, tanda yang akan diteliti tidak dapat diukur secara sistematis.

Analisis ini seringkali terpusat kepada masalah yang berkaitan dengan arti atau arti

tambahan dari istilah yang digunakan.

Data yang terkumpul pada penelitian kualitatif bersifat subjektif dan

instrumen sebagai alat pengumpulan data adalah penelitian itu sendiri. Sedangkan

hasil penelitian kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. Atau

diterapkan ke situasi sosial (tempat) lain, apabila situasi sosial lain tersebut

memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti, artinya

tingkat generalisasi dan universitalitasnya sangan kontekstual.

Semiotik adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan

di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Suatu tanda

menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna adalah hubungan antara

sesuatu objek atau ide dari sesuatu tanda.

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dalam pendekatan data.

Metode penelitian kualitatif digunakan apabila masalah penelitian belum jelas

memahami makna dibalik yang tampak, untuk memahami interaksi sosial,

memahami perasaan orang, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan

kebenaran data atau meneliti sejarah perkembangan.

35
3.3.2 Desain/Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian adalah suatu cara pandang untuk memahami

kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut

dan praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka apa yang penting, abash, dan

masuk akal. Paradigma juga bersifat normative, menunjukan pada praktisinya apa

saja yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau

epistimologis yang panjang (Mulyana, 2001: 9).

Menurut Creswell, metode deskriptif-kualitatif termasuk paradigm

penelitian post-positivistik. Asumsi dasar yang menjadi inti paradigma penelitian

post-positivisme adalah:

1. Pengetahuan bersifat konjekturan dan tidak berlandaskan apa pun. Kita

tidak akan pernah mendapatkan kebenaran absolut. Untuk itu, bukti yang

dibangun dalam penelitian seringkali lemah dan tidak sempurna. Karena itu,

banyak peneliti berujar bahwa mereka tidak dapat membuktikan

hipotesisnya, bahkan tidak jarang mereka gagal untuk menyangkal

hipotesisnya.

2. Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian menyaring

sebagian klaim tersebut menjadi klaim-klaim lain yang kebenarannya jauh

lebih kuat.

3. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan pertimbangan logis. Dalam

praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan

instrumen pengukuran tertentu yang diisi oleh partisipan atau dengan

melakukan observasi mendalam di lokasi penelitian.

36
4. Penelitian harus mampu mengembangkan pernyataan yang relevan dan

benar, pernyataan yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya atau

mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu persoalan. Dalam penelitian

kuantitatif, membuat relasi antarvariabel dan mengemukakan dalam

pertanyaan dan hipotesis.

5. Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif. Para peneliti harus

menguji kembali metode dan kesimpulan yang sekiranya mengandung bias.

Untuk itulah penelitian kuantitatif dilakukan. Dalam penelitian kuantitatif,

standar validitas dan reliabilitas menjadi dua aspek penting yang wajib

dipertimbangkan oleh peneliti (Ardianto, 2016: 60-61)

3.3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif memiliki beberapa teknik dalam mengumpulkan data

tetapi teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

pengumpulan data dengan studi kepustakaan, observasi partisipatif, dan

wawancara.

1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan terhadap literature yang berkaitan dengan komunikasi

dan metodelogi penelitian kualitatif serta fenomenologi yang didapat berdasarkan

literatur dan referensi dari berbagai data sekunder yang bersumber dari buku-buku,

artikel, dokumen dan laporan yang berupa jurnal atau hasil catatan penting lainnya

tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian. Teknik ini dibutuhkan

untuk memperkuat data, terutama sebagai acuan pengecekan ulang untuk kebenaran

pengamatan. Kemampuan peneliti untuk menyusun kerangka teoritis akan sangat

37
terkait dengan upaya penelusuran studi kepustakaan, sebagai upaya memperoleh

lingkup kajian penelitian yang dilakukan.

2. Studi Lapangan

a. Observasi

Dalam lembaran ini dicatat hal – hal penting yang terjadi selama observasi.

Catatan in iberisikan deskripsi tentang hal – hal yang diamati yang dianggap

penting oleh peneliti,misalnya: penampilan dan perilaku responden selama

observasi yang dirasakan pentingnya gangguan – gangguan yang dialamai saat

observasi dan lain – lain.

b. Wawancara Mendalam

Menurut Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif

dan R&D yaitu sebagai berikut:

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan


data apabila penulis ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang diteliti, tetapi
juga apabila peneliti ingin mengetahui berbagai
informasi dari responden yang lebih mendalam. Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self-report atau setidak-
tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi.
(2008:72)
Wawancara ada beberapa macam yaitu: wawancara terstruktur,

semiterstruktur, dan tidak terstuktur, peneliti menggunakan semiterstuktur dalam

penelitian ini. Wawancara semiterstuktur ini sudah termasuk dalam kategori in-dept

interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan

wawancara terstuktur.Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai

38
pendapat dan ide-idenya. Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengadakan sesi tanya jawab terhadap orang – orang yang erat kaitannya dengan

permasalahan, baik secara tertulis maupun secara lisan guna mendapatkan

informasi mengenai masalah yang sedang di teliti oleh peneliti. Adapun narasumber

tersebut yaitu petugas kepolisian lalulintas Polrestabes Bandung serta masyarakat

pengendara kendaraan bermotor. Dari analisis datanya maka penelitian ini bersifat

kualitatif yang melibatkan data yang bersifat non matematis. Dengan pemakaian

organisasi pemikiran yang bersifat deduktif.

3.3.4 Tahapan Penelitian

Mempelajari penelitian kualitatif tidak terlepas dari tahapan-tahapan

penelitiannya, tahapan tersebut akan menggambarkan kepada peneliti mengenai

keseluruhan perencanaan, pelaksanaan analisis dan penafsiran serta penuluisan

laporan dalam meneliti fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan. Dalam

penelitian kualitatif terdapat tiga tahap utama yang harus ditempuh diantaranya

adalah :

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap pra lapangan ini ada beberapa proses yang dilakukan oleh

peneliti, antara lain sebagai berikut :

1. Menyusun Rancangan Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berangkat dari permasalahan dalam lingkup

peristiwa yang sedang terus berlangsung dan bisa diamati serta diverifikasi

secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian. Peristiwa-peristiwa yang

diamati dalam konteks kegiatan orang-orang atau organisasi.

39
2. Memilih Lapangan

Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, maka dipilih

lokasi penelitian yang digunakan sebagai sumber data, dengan

mengamsumsikan bahwa dalam penelitian kualitatif, jumlah (informan)

tidak terlalu berpengaruh daripada konteks.Juga dengan alasan-alasan

pemilihan yang ditetapkan dan rekomendasi dari pihak yang berhubungan

langsung dengan lapangan.

3. Mengurus Perizinan

Mengurus berbagai hal yang diperlukan untuk kelancaran kegiatan

penelitian, terutama kaitannya dengan metode yang digunakan yaitu

kualitatif, maka perizinan dari birokrasi yang bersangkutan biasanya

dibutuhkan karena hal ini akan mempengaruhi keadaan lingkungan dengan

kehadiran seseorang yang tidak dikenal atau diketahui. Dengan perizinan

yang dikeluarkan akan mengurangi sedikitnya kerertutupan lapangan atas

kehadiran kita sebagai peneliti.

4. Menjajahi dan Menilai Keadaan

Setelah kelengkapan diperoleh sebagai bekal legalisasi kegiatan kita, maka

hal yang sangat perlu dilakukan adalah proses penjajagan lapangan dan

sosialisasi diri dengan keadaan, karena kitalah yang menjadi alat utamanya

maka kitalah yang akan menentukan apakah lapangan merasa terganggu

sehingga banyak data yang tidak dapat

digali/tersembunyikan/disembunyikan, atau sebaliknya bahwa lapangan

menerima kita sebagai bagian dari anggota mereka sehingga data apapun

dapat digali karena mereka tidak merasa terganggu.

40
5. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Ketika kita menjajagi dan mensosialisasikan diri di lapangan, ada hal

penting lainnya yang perlu kita lakukan yaitu menentukan patner kerja

sebagai “mata kedua” kita yang dapat memberikan informasi banyak

tentang keadaan lapangan. Informan yang dipilih harus benar-benar orang

yang independen dari orang lain dan kita, juga independen secara

kepentingan penelitian.

6. Menyiapkan Instrumen Penelitian

Penelitian kualitatif adalah ujung tombak sebagai pengumpul data

(instrumen), peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk

mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan. Peneliti sebagai

instrument utama dalam penelitian kualitatif, meliputi ciri-ciri sebagai

berikut :

a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus

dan lingkungan yang bermakna atau tidak dalam suatu penelitian;

b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri dengan aspek keadaan

yang dapat mengumpulkan data yang beragam sekaligus;

c. Tiap situasi adalah keseluruhan, tidak ada instrumen berupa test atau

angket yang dapat mengungkapkan keseluruhan secara utuh;

d. Suatu interaksi melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami oleh

pengetahuan semata-mata;

e. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang

diperoleh;

41
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan dari

data yang diperoleh;

g. Dengan manusia sebagai instrumen respon yang aneh akan mendapat

perhatian yang seksama.

7. Persoalan Etika dalam Penelitian

Peneliti akan berhubungan dengan orang-orang, baik secara perorangan

maupun secara kelompok atau masyarakat, akan bergaul, hidup, dan

merasakan serta menghayati bersama tata cara dan tata hidup dalam suatu

latar penelitian.

Persoalan etika akan muncul apabila peneliti tidak menghormati, mematuhi

dan mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi yang ada. Dalam

menghadapi persoalan tersebut peneliti hendaknya mempersiapkan diri baik

secara fisik, psikologis maupun mental.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

1. Memahami dan Memasuki Lapangan

Memahami latar penelitian; latar terbuka; dimana secara terbuka orang

berinteraksi sehingga penelitian hanya mengamati, latar tertutup dimana

peneliti berinteraksi secara langsung dengan orang. Penampilan,

menyesuaikan penampilan dengan kebiasaan, adat, tata cara, dan budaya

latar penelitian. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan, bertindak

netral dengan peran serta dalam kegiatan dan hubungan akrab dengan

subjek.Jumlah waktu studi, pembatasan waktu melalui keterpenuhan

informasi yang dibutuhkan.

42
2. Aktif dalam Kegiatan (Pengumpulan Data)

Pendekatan kualitatif yang dipergunakan beranjak dari bawah hasil yang

diperoleh dapat dilihat dari proses secara utuh, untuk memenuhi hasil yang

akurat maka pendekatan ini menempatkan peneliti adalah instrumen utama

dalam penggalian dan pengolahan data-data kualitatif yang diperoleh

3.3.5 Rancangan Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

diperoleh dari hasil wawancara dengan memilih mana yang menjadi hal penting

yang nantinya dibutuhkan untuk dipelajari dan diteliti sehingga membuat

kesimpulan dapat dengan mudah dipahami oleh diri sendiri dan juga oleh orang

lain.

Analisis pengumpulan data dalam kualitatif, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu. Analisis menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika

mungkin teori yang grounded. (Sugiyono, 2010:89)

Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif

mengemukakan bahwa :

Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai

tuntas, sehingga datanya sudah jenuh aktifitas dalam

analisis data, yaitu data reduction, data display, dan

conclusiondrawing/verivication. (2010:10)

Data dalam penelitian kualitaif ini diperoleh dari berbagai sumber, sehingga

teknik analisa data yang digunakan belum ada pola yang jelas. Menjadi hal yang

43
sulit dalam menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena metode analisis

belum di rumuskan dengan baik, jadi analisis data dapatt diartikan sebagai proses

mencaru dan menyusun secara sistematis.

Gambar 3.1.1
Tiga Jalur Analisa Jalur Kualitatif

Sumber : Model Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman (1984:23)

Terdapat tiga jalur analisa jalur kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data

dan penarikan kesimpulan reduksi data yang telah banyak di dapatkan. Proses ini

berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung. Mereduksi data berarti

merangkum, mengfokuskan dengan hal yang penting. Dengan demikian, data yang

telah direduksi akan memberikan data sesuai dengan tujuan utama, serta

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan dapat

mencari lagi bila ada yang diperlukan dan dianggap masih kurang.

1. Reduksi Data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada

hal – hal penting, dicari tema dan polanya.

2. Penyajian Data ialah melakukan pendisplayan data, baik berupa bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

44
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi merupakan temuan yang berupa deskripsi

atau gambaran suatu objek sebelumnya.

Gambar 3.1.2
Pengumpulan dan Analisis Data

Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. (2010:91)

Gambar diatas menjelaskan bahwa, setelah peneliti melakukan

pengumpulan data maka peneliri melakukan antisipatory sebelum melakukan

reduksi data. Sesungguhnya antara pengumpulan data dan analisis data tidak bisa

terpisah satu sama lain. Keduanya berlangsung secara stimulantatau serempak.

(Sugiyono, 2010:91)

Langkah – langkah yang akan dilakukan peneliti pada strategi komunikasi

dalam tertib lalulintas untuk pengolahan data adalah dengan mereduksi fenomena

sosial yang diangkat dalam penegakkan tertib lalulintas oleh satuan lalulintas

Polrestabes Bandung. Langkah selanjutnya adalah menganalisis setiap tanda dan

pesan keselamatan dalam adegan menggunakan analisis semiotika Ferdinand De

Saussure. Langkah terakhir adalah dengan membuat kesimpulan, kesimpulan

45
sebaiknya dilakukan dengan kalimat yang mudah dimengerti dan dilakukan secara

berulang kali, agar kebenaran dari suatu kesimpulan akan semakin jelas dan terlihat.

3.3.6 Keabsahan Hasil Penelitian

Keabsahan data adalah kegiatan yang dilakukan agar hasil penelitian dapat

dipertanggung jawabkan dari segala sisi. Dalam penelitian ini, menggunakan

triangulasi sebagai metode keabsahan datanya. Ada dua triangulasi yang diambil,

yakni:

1. Triangulasi Sumber Data

Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif

sebagai berikut:

“Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data


dan sumber data yang bersifat menggabungkan dari
beberapa teknik pengumpulan data dan sumber dara
yang telah ada” (2008:83)

Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin dengan

meminjam peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada

penggabungan berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu.

Keandalan dan kesahihan data dijamin dengan membandingkan data yang diperoleh

dari satu sumber atau metode tertentu dengan data yang di dapat dari sumber atau

metode lain. Menurut Burhan Bungin dalam bukunya Penelitian Kualitatif:

Komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainya mengatakan,

Triangulasi dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat

kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan cara yang

berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan:

46
A. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.

B. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

C. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

D. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang lain

E. Membandingkan hasil wawancara dengan isu suatu dokumen yang

berkaitan Harapan dari hasil perbandingan adalah kesamaan atau alasan-

alasan terjadinya perbedaan.

Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang

sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan

bebrbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi dalam

pengujian kredibilitas ini dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.

Salah satu cara agar hasil dapat dipercaya adalah dengan menggunakan

teknik triangulasi. Tujuan triangulasi ialah untuk melihat lebih tajam hubungan

antara berbagai data dan memeriksa kebenaran data tertentu dengan

membandingkannya, triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik

berbeda, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.Dengan demikian terdapat

triangulasi sumber, data, dan metode.

47
Peneliti menguji data-data yang ada dengan menggunakan triangulasi

sumber pada penelitian ini, yakni mengumpulkan dan menguji data yang diperoleh

dari narasumber.

3.3.7 Membuka Akses dan Menjalin Hubungan Dengan Subjek Penelitian

Untuk mengumpulkan data di lapangan, perlu diadakan pendekatan kepada

subjek penelitian pendekatan tersebut dilakukan dua tahapan yaitu membuka akses

dan menjalin hubungan komunikasi, Creswell mengistilahkan dengan ”Gaining

Access and Making Rapport” ( Creswell, 1998 : 116 ).

Peneliti adalah seorang Mahasiswi Universitas Pasundan (Unpas), Latar

belakang pekerjaan peneliti membuat peneliti tidak kesulitan dalam memperoleh

akses kepada informan peneliti maupun dokumen data pendukung lainnya yang

penting untuk penelitian ini. Sementara untuk informan inti, peneliti juga beberapa

kali berdialog yang berkaitan dengan judul yang peneliti ambil.

3.3.8 Validitas Data

Wawancara dilakukan berulang-ulang dan setiap hasil wawancara yang

sudah dideskripsikan langsung diajukan peneliti ke responden untuk diverifikasi,

peneliti menjelaskan semua pernyataan-pernyataan yang relevan dengan isu

bahasan dan memberikan catatan tertentu pada beberapa pernyataan signifikan yang

akan digunakan lebih jauh pada penelitian ini.

Verifikasi atau cross-check dilakukan peneliti dalam rentan waktu yang

tidak terlalu lama setelah wawancara berlangsung, hal ini dilakukan untuk menjaga

kesegaran memori responden maupun peneliti berkaitan dengan konteks

wawancara.Dengan demikian, peneliti berusaha untuk mendapatkan data yang

lebih akurat setelah mealalui verifikasi sehingga data yang didapatkan valid.

48
Validitas data dalam penelitian komunikasi kualitatif lebih merujuk pada

tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau

gejala yang diteliti, kemudian reliabilitas berkenaan dengan tingkat konsistensi

hasil dari penggunaan cara pengumpulan data.

Uji validitas atau keabsahan data dalam penelitian kualitatif dikenal dengan

istilah keabsahan yang merupakan kriteria bagi keabsahan penelitian, untuk

menggantikan kriteria itu.

Adapun menurut Moleong dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif

ada 4 kriteria yang melandasi pemeriksaan keabsahan penelitian kualitatif yaitu

sebagai berikut:

a) Derajat Kepercayaan (credibility),

b) Keteralihan (transferability),

c) Ketergantungan (dependability), dan

d) Kepastian (confimality)

Untuk memenuhi kriteria tersebut, sumber lain yang digunakan peneliti

adalah wawancara dengan pihak lain selain informan, hasil pengamatan, sumber-

sumber tertulis seperti buku, dokumen ataupun sumber data ilmiah lainnya.

Validitas terdapat dua macam, yaitu validitas internal dan validitas

eksternal, validitas internal berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian

dengan hasil yang dicapai.Validitas eksternal berkenaan dengan derajat akurasi

apakah hasil penelitian dapat di generalisasikan atau diterapkan pada populasi

dimana sampel tersebut diambil.

49
Pada penelitian ini menggunakan validitas internal, ini dikarenakan pada

penelitian ini berkaitan dengan hasil yang ingin dicapai, bukan pada penelitian yang

dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada sebuah populasi dimakana sampel

terus diambil.Penelitian ini dirancang untuk meneliti para masyarakat yang menjadi

pelanggar lalu lintas.

Realibitas berkenaan dengan derajat konsistensi, apabila ada penelitian lain

mengulangi atau mereplikasi dengan menggunakan objek dan metode yang sama

maka akan menghasilkan data yang sama juga.

Reabilitas dalam penelitian ini bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu

berubah-ubah, sehingga tidak ada yang konsisten ini dikarenakan setiap data yang

diperoleh melalui wawancara dengan narasumber memiliki perspektif yang berbeda

terhadap penelitian ini.Sehingga penelitian ini difokuskan kepada validitas.

Pada penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila

tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya

terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi kebenaran realitas data menurut penelitian

kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi

manusia, dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu

dengan berbagai latar belakang.

3.4 Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.4.1 Lokasi penelitian

Lokasi ini diadakan disalahsatu kawasan tertib lalulintas wilayah kerja

Satlantas Polrestabes Kota Bandung yaitu di lokasi yaitu di Jl. Merdeka No.20,

Babakan Ciamis, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung.

50
3.4.2 Jadwal Penelitian

Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penyusunan dan Penelitian
DESEMBER-
N
JANUARI
o KEGIATAN
(PER MINGGU)
1 2 3 4 5 6
1 Identifikasi Masalah Dan Tujuan Penelitian
2 Studi Kepustakaan
3 Studi Lapangan
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data
6 Analisis Dan Kesimpulan
7 Penulisan Laporan Akhir

3.5 Gambaran Objek Pebelitian (Polresta Kota Bandung)

Bangunan Gedung Markas Polwiltabes (Mapolwiltabes) Bandung yang

bertempat di Jl. Merdeka No. 16, 18 dan 20 Bandung ini didirikan pada tahun

1866, dulunya berfungsi sebagai Sekolah Guru (Kweekschool Voor Inlandsche

Onderwijzers) yang didirikan atas inisiatif seorang kewarganegaraan Belanda,

bernama K.F. Hole sebagai Administratur Perkebunan Teh Waspada di Gunung

Cikuray, Bayongbong, Garut. Di sekolah inilah pernah belajarnya tokoh-tokoh

nasional, seperti Abdulharis Nasution, Otto Iskandardinata dan yang lainnya.

Dilihat dari sejarah berdirinya Polwiltabes Bandung, dimulai pada

tahun 1966, dimana belum adanya polsekta-polsekta, Kepolisian di Bandung

pada tahun tersebut berdiri dengan nama ”Komtabes-86 Bandung” dengan

pembagian wilayah hukum pada saat itu terdiri dari:

51
1. Seksi I di Jl. Dalam Kaum, Alun-alun Bandung

2. Seksi II di Jl. Sawung Galing Bandung

3. Seksi III di Jl. Pasirkaliki Bandung

4. Seksi IV di Jl. Asia Afrika (Simpang Lima) Bandung.

Pada tahun 1970, nama Komtabes-86 Bandung diganti namanya menjadi

”Poltabes Bandung” (Kepolisian Kota Besar) dengan pembagian wilayah

hukum pada saat itu terdiri dari 16 (enam belas) Polsekta (Kepolisian Sektor

Kota), yaitu:

1. Bandung Kulon

2. Babakan Ciparay

3. Bojong Loa

4. Astana Anyar

5. Andir

6. Cicendo

7. Sukajadi

8. Sukasari

9. Cidadap

10. Cihapit

11. Coblong

12. Regol

13. Lengkong

14. Batununggal

15. Kiaracondong

16. Cibeunying

52
Delapan belas tahun kemudian tepatnya tahun 1998, dimana kotamadya

Bandung mengalami pemekaran, nama Poltabes Bandung dirubah menjadi

“Polwiltabes Bandung” (Kepolisian Wilayah Kota Besar Bandung) yang

membawahi tiga Kepolisian Resor Kota (Polresta) yaitu sebagai berikut :

A. Polresta Bandung Barat

Membawahi 8 Kepolisian Sektor Kota (Polsekta), yakni :

1. Polsekta Andir

2. Polsekta Cicendo

3. Polsekta Sukasari

4. Polsekta Astana Anyar

5. Polsekta Bandung Kulon

6. Polsekta Babakan Ciparay

7. Polsekta Bojongloa Kidul

8. Polsekta Bojongloa Kaler

B. Polresta Bandung Tengah

Membawahi 9 Kepolisian Sektor Kota (Polsekta), yakni :

1. Polsekta Regol

2. Polsekta Cidadap

3. Polsekta Coblong

4. Polsekta Lengkong

5. Polsekta Kiaracondong

6. Polsekta Bandung Wetan

7. Polsekta Sumur Bandung

53
8. Polsekta Cibeunying Kaler

9. Polsekta Cibeunying Kidul

C. Polresta Bandung Timur

Membawahi 7 Kepolisian Sektor Kota (Polsekta), yakni :

1. Polsekta Cibiru

2. Polsekta Rancasari

3. Polsekta Antapani

4. Polsekta Arcamanik

5. Polsekta Buah Batu

6. Polsekta Bandung Kidul

7. Polsekta Ujung Berung

Kemudian ada perubahan nama Polsekta di wilayah Bandung Timur

berdasarkan Surat Keputusan Kapolda Jabar No. Pol. : Skep/567/VIII/2007 tanggal

28 Agustus 2007 tentang Perubahan Nama Polsek Jajaran Polda Jabar, sebagai

nama Polsek Kota Cicadas berubah menjadi Polsek Kota Antapani.Nama Polsek

Kota Margacinta berubah menjadi Polsek Kota Buah Batu.

Seiring berjalannya waktu nama Polwiltabes Bandung berganti nama

menjadi Polisi Resort Kota Besar Bandung atau Polrestabes Bandung yaitu

pada Juli 2012.

Berdasarkan struktur organisasi POLRESTABES Bandung terdapat

uraian tugas dari masing-masing bagian yanitu sebagai berikut:

1. HTCK Kepala Seksi Keuangan dengan Kapolres

54
A. Jabatan fungsional Kepala Seksi Keuangan yang merupakan unsur

pelayanan yang berada dibawah Kapolrestabes

B. Kepala Seksi Keuangan bertanggung jawab kepada Kapolrestabes yang

pembentukkan ditetapkan dengan keputusan tersendiri.

C. Membantu Kapolrestabes dalam menyelenggarakan pelayanan Keuangan

yang meliputi kegiatan pembiayaan, pengendalian, pembukuan, akuntansi

dan verifikasi, serta pelaporan pertanggungjawaban keuangan.

2. HTCK Kepala Seksi Keuangan dengan Bagian Operasi, Bagian Sumda,

Bagian Binmas, Satuan Reskrim, Satuan Lalu Lintas, Satuan Samapta,

Satuan Intelkam, Satuan Narkoba dan Polsek

A. Kepala Seksi Keuangan senantiasa menyelenggarakan fungsi pelayanan

administrasi keuangan, meliputi pembiayaan, pengendalian,

pembukuan, akuntansi dan verifikasi, pembayaran gaji personel Polri,

PNS dan penyusunan laporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) serta

pertanggungjawaban keuangan(Perwabku) gaji/belanja pegawai

untuk masing – masing Bagian, Fungsi dan Polsek.

B. Kepala Seksi Keuangan senantiasa mengkoordinasikan urusan-

urusan pelayanan keuangan untuk masing – masing Bagian, Fungsi

dan Polsek.

3. HTCK Kepala Seksi Keuangan dengan Instansi lainnya :

A. HTCK Kepala Seksi Keuangan dengan Bidku Polda Jabar : Dalam

melaksanakan tugasnya, Kasi Keuangan di bawah koordinasi dan

pembinaan dari Pembina Fungsi yaitu Kepala Bidang Keuangan

Satuan Utama ( Kabidkeu Sattama).

55
B. HTCK Kepala Seksi Keuangan dengan KPPN :Kepala Seksi

Keuangan senantiasa melakukan koordinasi dengan KPPN dalam hal :

a. Penerbitan Surat Perintah Membayar ( SPM).

b. Pembuatan Pertanggung Jawaban Keuangan (PERWABKU).

c. Penyiapan Kartu Pengawasan Anggaran.

d. Setoran penerimaan negara, baik berupa pajak maupun bukan

pajak.

e. Penerimaan SP2D.

Pertelaan Tugas Sikeu (Seksi Keuangan)

1. Sikeu bertugas melaksanakan pelayanan fungsi keuangan yang meliputi

pembiayaan , pengendalian, pembukuan, akuntansi dan Verifikasi , serta

pelaporan pertanggungjawaban keuangan.

2. Sikeu menyelenggarakan fungsi :

A. Pembinaan fungsi keuangan yang meliputi :

a. Pelaksanaan administrasi keuangan di lingkungan Satker.

b. Penyiapan data dalam rangka penyusunan Renja yang berkaitan dengan

pembinaan keuangan dilingkungan Satker

c. Penyiapan Data dalam rangka penyusunan RKA Satker.

d. Bimbingan atas penyelenggaraan fungsi keuangan di lingkungan Satker.

B. Penyelenggaraan fungsi keuangan yang meliputi :

a. Pelayanan Administrasi keuangan, meliputi pembiayaan, pengendalian,

pembukuan, akuntansi dan verifikasi.

b. Pembayaran gaji personel Polri.

56
c. Penyusunan Laporan Sistem Akuntansi Instansi ( SAI ) serta

pertanggungjawaban keuangan.

3. Sikeu bertugas menyelenggarakan fungsi keuangan dan mengkoordinasikan

urusan-urusan pelayanan keuangan dalam lingkungan Satker yang

dilayaninya

4. Sikeu dipimpin oleh Kasikeu yang bertanggung jawab kepada kapolres dan

dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wakapolres.

Pertelaan Tugas Kasubsimin (Kepala Sub Bidang Administrasi)

1. Kasubsimin bertugas melakukan pelayanan administrasi keuangan, meliputi

pembiayaan,pengendalian, dan pembukuan keuangan.

2. Menyelenggarakan dan melaksanakan korespondensi, dokumentasi,

perpustakaan, ketatalaksanaan perkantoran dan kearsipan serta tugas-tugas

pelayanan staf lainnya yang dibebankan oleh Kasikeu.

3. Dalam pelaksanaan tugasnya Kasubsimin dibantu oleh staf.

4. Kasubsimin bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kasikeu.

Pertelaan Tugas Kasubsigaji (Kepala Sub Bidang Gaji)

1. Kasubsi gaji bertugas melakukan pembayaran gaji personel Polri dan PNS.

2. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gaji dan belanja pegawai

lainnya, pembukuan/akuntansi, pelaporan dan pertanggungjawaban

keuangan ( Perwabku ) gaj/belanja pegawai lainnya.

3. Dalam pelaksanaan tugasnya Kasubsigaji dibantu oleh staf.

4. Kasubsimin bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

Kasikeu.

57
Pertelaan Tugas Kasubsiakunver (Kepala Sub Bidang Akuntansi dan Verifikasi)

1. Kasubsiakunver bertugas melakukan kegiatan yang berkaitan dengan

akuntansi dan verifikasi keuangan.

2. Menyelenggarakan memo penyesuaian jurnal akuntansi, menganalisa,

memverifikasi serta menilai dan menguji kelengkapan dokumen keuangan

satker.

3. Dalam pelaksanaan tugasnya Kasubsi akunver dibantu oleh staf

4. Kasubsiakunver bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

Kasikeu

Pertelaan Tugas Subsi Data

1. Kasubsi data bertugas membuat laporan pertanggungjawaban keuangan.

2. Menyelenggarakan pengolahan dan perekaman data dokumen sumber, posting

data akuntansi, cetak register transaksi, copy data dan melaksanakan back up

data serta menyimpan data.

3. Dalam pelaksanaan tugasnya Kasubsi data dibantu oleh staf.

4. Kasubsi data bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

Kasikeu.

Bag Ops (Bagian Operasional), merupakan salah satu unsur pelaksanaan pada

tingkat Polwiltabes Bandung yang bertugas sebagai berikut :

1. Menyelesaikan pembinaan informasi operasional kepolisian yang meliputi

pengumpulan, pengolahan data serta distribusi dan penyajian informasi

melalui komputer.

2. Memelihara dan menyiapkan informasi fasilitas komando pengendalian

operasonal.

58
3. Memonitor secara aktif dan terus menerus situasi keamanan dan ketertiban

masyarakat antara lain melalui komputer.

4. Mendukung pelaksanaan komando dan pengendalian operasi kepolisian rutin

dan melaksanakan opsus (operasi khusus) kepolisian (terpusat/kewilayahan).

5. Menyelesaikan dan melaksanakan kegiatan gelar opsnal (operasi nasional)

yang bersifat terpadu.

6. Dalam situasi kritis berfungsi sebagai pusat pengendalian krisis.

7. Sebagai badan staf operasional Polwiltabes Bandung menyelesaikan segala

pekerjaan/kegiatan staf dalam bidang manajemen operasional khususnya yang

bersifat terpadu baik antar fungsi Opsnal maupun yang secara bersama

melibatkan komponen lain dari kekuatan Hamkamneg yang merupakan.

Operasional kewilayahan atau dalam rangka Operasional Kepolisian terpusat

dan Ops Kamtibmas.

8. Menyelenggarakan pelayanan masyarakat satu atap di Bag Ops.

9. Penelaahan dan pengkajian dalam rangka peningkatan efektivitas dan

efesiensi pelaksanaan tugas Polwiltabes Bandung.

10. Membuat evaluasi pelaksanaan Program Anggaran yang sudah

dilaksanakan dan menyusun rencana Program Anggaran yang akan datang.

Bagian Administrasi

Bag Min (Bagian Administrasi), merupakan salah satu Fungsi Pembinaan dan

unsur pelaksanaan pada tingkat Polwiltabes Bandung yang senantiasa

menyiapkan penggelaran kemampuan, yang pelaksanaan tugasnya dibantu oleh

beberapa Sub Bagian, sebagai berikut :

59
1. Subbag Personalia

A. Melaksanakan administrasi penggunaan personel yang meliputi mutjab,

pangkat dan pendidikan dilingkungan Polwiltabes Bandung.Menyusun

program redisposisi dan dislokasi personel dalam rangka mendukung

kesiapsiagaan operasional seluruh kesatuan Polwiltabes Bandung

khususnya dalam rangka validasi organisasi dijajaran Polwiltabes

Bandung Mengadakan kajian secara berkala pelaksanaan kegiatan

penataan kekuatan Personel, khususnya pada jalur prioritas, dan menyusun

penataan kembali gelar kekuatan Personel dengan target peningkatan

kemampuan daya operasional kesatuan kewilayahan.

D. Membantu pelaksanaan administrasi kesejahteraan personel yang meliputi

NTCR, KGB, STL, Ijin/Cuti personel dilingkungan Polwiltabes Bandung.

E. Membantu menyelenggarakan dan melaksanakan administrasi akhir dinas,

termasuk pembinaan administrasi purnawirawan/warakauri dan yatim

piatu serta keluarga Polri dilingkungan Polwiltabes Bandung. Membantu

penyelenggaraan dan pelaksanaan pembinaan administrasi Personel Sipil

Polri.

G. Melaksanakan administrasi dan dokumentasi personel dalam rangka

pengendalian karier.

H. Melaksanakan Binrohtal Ideolog dan tradisi kejuangan pada tingkat

Polwiltabes Bandung serta

I. melaksanakan pembinaan Mental anggota Polri maupun PNS

dilingkungan Polwiltabes Bandung.

60
J. Membantu penyelenggarakan dan pelaksanaan administrasi penggajian

dan pemberian tunjangan Pers dilingkungan Polwiltabes Bandung.

J. Melaksanakan pembinaan jasmani dilingkungan Polwiltabes Bandung.

K. Membantu pelaksanaan fungsi psikologi personel.

2. Subbag Logistik

A. Memberikan bimbingan teknis pelaksanaan fungsi log dalam

lingkungan Polwiltabes Bandung.

B. Melaksanakan giat atas pelaksanan, perencanaan kebutuhan

dilingkungan Polwiltabes Bandung.

C. Melaksanakan menyiapkan dan pendistribusian materiil untuk

kelengkapan operasional pada Polwiltabes Bandung.

D. Melaksanakan administrasi pendistribusian materiil dari tingkat

Mapolda ke Polres Kota Jajaran.

E. Melaksanakan Pemeliharaan Materiil yang dipusatkan pada tingkat

Mapolwiltabes Bandung.

F. Melaksanakan pengurusan perbendaharaan materiil sesuai ketentuan

perundang- undangan.

G. Melaksanakan pengendalian inventaris dalam lingkungan Polwiltabes

Bandung.

3. Subbag Latihan

A. Menyelenggarakan latihan perorangan dan latihan satuan baik fungsional

maupun antara fungsi secara terpadutermasuk kekuatan Kamtibmas

lainnya dan keikutsertaan Polri dalam rangka membangun

61
daerah serta menyelenggarakan pembinaan tenaga pelatihan yang

dibentuk berdasarkan kebijaksanaan Kapolwiltabes Bandung.

B. Merencanakan dan mengatur penyelenggaraan latihan serta

mengumpulkan data/informasi yang berkenan dengan penyelenggaraan

administrasi latihan pada jajaran Mapolwiltabes Bandung.

C. Melaksanakan latihan yang dipusatkan pada tingkat Mapowiltabes

Bandung.

D. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan- bahan yang diperlukan untuk

mengadakan evaluasi latihan.

E. Menyiapkan data/informasi yang diperlukan dalam penyusunan Anev

secara berkala maupun khusus.

F. Mengadakan koordinasi dengan satuan pembina fungsi dan instruktur.

G. Membantu pengendalian penyelenggaraan latihan agar mencapai

daya dan hasil guna yang optimal.

4. Subbag Rencana

A. Memberikan bimbingan teknis atau pelaksanaan fungsi perencanaan dan

anggaran dilingkungan Polwiltabes Bandung.

B. Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan pengkajian data/informasi

baik yang berkenaan degan aspek administrasi

maupun operasional untuk kepentingan perencanaan tugas maupun

laporan Akuntabilitas kinerja.

C. Menyiapkan Rencana Kerja dan anggaran Mapolwiltabes Bandung.

. Melaksanakan pengendalian kegiatan kegiatan agar sesuai dengan yang

telah ada pada rencana kerja.

62
E. Menyiapkan dan menyusun laporan tentang pelaksanaan tugas serta

membuat laporan yang bersifat umum.

Urusan Kedokteran dan Kesehatan (Ur Dokkes)

Urusan Kedokteran dan Kesehatan (Ur Dokkes) merupakan salah satu unsur

pelaksanaan pada tingkat Polwiltabes Bandung yang bertugas sebagai berikut

A. Merumuskan dan menyiapkan kebijakan Kapolwiltabes Bandung dalam

bidang kedokteran Kepolisian dan pembinaan kesehatan

Polri.Merumuskan rencana dan program kegiatan kerja Polwiltabes

Bandung dalam bidang Kedokteran Kepolisian dan pembinaan

Kesehatan anggota Polri maupun PNS. DMenyelenggarakan pembinaan

teknis fungsi kedokteran Kepolisian dan kesehatan Polri yang

menyangkut petunjuk, sistem dan metode.

D. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan badan badan kesehatan

kesehatan baik yang ada dilingkungan Polri maupun diluar instansi Polri.

E. Melaksanakan kegiatan antara lain tes kesehatan badan serta lingkungan

kerja, pemeriksaan kesehatan berkala dalam rangka meningkatkan

kualitas kesehatan anggota.

Pelayanan Pengaduan dan Penegakkan Disiplin (P3D)

P3D (Pelayanan Pengaduan dan Penegakkan Disiplin), mempunyai tugas

sebagai berikut :

A. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman dibidang Hukum terhadap

Personel Polwiltabes Bandung, serta memberikan bimbingan teknis

63
arahan dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas unit P3D pada satuan

kewilayahan jajaran Polwiltabes Bandung.

B. Memantapkan dan menegakkan disiplin dan tata tertib Personel

Polwiltabes Bandung melalui upaya preventif dan represif dengan

melaksanakan penindakan secara lebih intensif.

C. Membantu Ankum dalam rangka proses peyelidikan perkara pidana

yang menyangkut Personel.

D. Mengintensifkan pelaksanaan penyidikan perkara pidana dan tindakan

pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota Polri diwilayah hukum

Polwiltabes Bandung.

E. Menyelenggarakan pengamanan fisik Pimpinan Polwiltabes Bandung

dan tamu-tamu penting Polwiltabes Bandung serta pengamanan terhadap

Markas, Asrama, bangunan dinas

Tata Usaha dan Urusan Dalam

Tata Usaha dan Urusan dalam, disingkat Taud, mempunyai tugas dan tanggung

jawab sebagai berikut:

A. Menyelenggarakan pembinaan administrasi umum dilingkungan

Polwiltabes Bandung.

B. Menyelenggarakan surat menyurat, pengadaan, Distribusi, pengarsipan dan

tata laksana perkantorann dilingkungan Polwiltabes Bandung.

C. Mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan adminstrasi

umum dilingkungan Polwiltabes Bandung.

64
D. Menyelenggarakan urusan dalam yang meliputi penegakan ketertiban

disiplin, ketertiban umum serta pengamanan personel, Materiil dan seluruh

instalasi dilingkungan Polwiltabes Bandung.

E. Menyelenggarakan pengamanan dan penjagaan untuk pejabat dan tamu

penting Pimpinan Polwiltabes Bandung.

F. Mengatur urusan upacara dan Protokoler serta rapat-rapat dilingkungan

Polwiltabes Bandung.

G. Mencatat dan melaporkan semua kegiatan Kapolwiltabes Bandung ke

Kapolda Jabar setiap akhir bulan

H. Membuat laporan bulanan surat masuk dan surat keluar ke Kapolda Jabar.

Urusan Telekomunikasi dan Informatika

Urusan Telekomunikasi dan Informatika (Ur Telematika), tugas-tugasnya

adalah :

A. Menyelenggarakan Pelayanan telekomunikasi, pengumpulan dan

pengolahan data serta pengajian informasi termasuk informasi kriminal dan

pelayanan Multimedia.

B. Menyelenggarakan dukungan untuk kegiatan operasional yang dikoordinir

oleh Bag Ops.

C. Memonitor dan mengadakan observasi serta deteksi pelanggaran hukum

yang berkenan dengan kegiatan Ur Telematika dalam masyarakat.

65
D. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada anggota Polri dengan

menggunakan alkom.

E. Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan terbatas materiil alkom

dilapangan yang dipusatkan dipolwilltabes Bandung, sesuai kemampuan

serta batas wewenang tanggung jawab.

Bagian Binamitra

Bagian Pembinaan dan Kemitraan, mempunyai tugas sebagai berikut :

A. Mengatur penyelenggaraan dan mengawasi/ mengarahkan pelaksanaan

penyuluhan masyarakat dan pembinaan bentuk- bentuk pengamanan

swakarsa oleh satuan-satuan yang berkompeten.

B. Membina hubungan kerja sama dengan organisasi/lembaga/tokoh

sosial/kemasyarakatan dan instansi pemerintah, khususnya instansi

Polsus/PPNS dan pemerintah Daerah dalam rangka Otonomi Daerah

dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan warga masyarakat

pada hukum dan peraturan perundang-undangan, pengembangan

pengamanan swakarsa kondusif bagi pelaksanaan tugas Polri.

C. Meningkatkan kemampuan Babinkamtibmas dalam rangka peningkatan

fungsi dan perannya.

D. Pendataan sasaran Bimmas dan penyempurnaan piranti lunak (data

statis dinamis).

Detasemen Pengamanan Obyek Vital

66
Detasemen Satuan pengamanan Obyek Vital adalah unsur pelaksana tingkat

Polwiltabes Bandung yang bertugas antara lain :

A. Menyelenggarakan kegiatan pengamanan obyek Vital, uang meliputi

proyek/instalasi Vital VIP,VVIP, kawasan industri dan obyek wisata yang

meliputi wisata alam. Wisata budaya, wisata rohani serta obyek wisata

lainnya yang memerlukan pengamanan khusus.

B. Memberdayakan unsur-unsur keamanan Swakarsa yang sudah ada pada

obyek vital dan obyek wisata lainnya.

C. Melaksanakan Supervisi dan pembinaan teknis pelaksaan tugas Satpam,

obyek vital dan obyek wisata secara secara periodik dan berkesinambungan.

D. Melaksanakan Supervisi dan pembinaan teknis koordinasi pelaksanaan

tugas unit Pam Obsus dari Sat Samapta Polres Kota Jajaran Polwiltabes

Bandung.

Satuan Itelijen-Keamanan

Satuan Intelijen-Keamanan (Sat Intelkam) berfungsi sebagai berikut:

A. Sat Intelkam bertugas untuk menyelenggarakan/ membina Fungsi Intelejen

dibidang keamanan termasuk persandian & pemberian pelayanan dalam bentuk

surat ijin keterangan yang menyangkut orang asing, senpi & bahan peledak,

kegiatan Sospol masyarakat dan SKRK (Surat Keterangan Rekaman

Kejahatan) kepada masyarakat yang membutuhkan sertamelakukan

pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya.

67
B. Penginderaan dini setiap Indikasi terjadinya gangguan Kamtibmas,

terutama yang berdampak luas dan menimbulkan keresahan seperti unjuk

rasa, pemogokan gejolak SARA, kerusuhan Massal, ancaman Bom, dll.

C. Monitoring terhadap perkembangan aspek Trigatra dan Panca gatra untuk

dapat menandai setiap perubahan yang terjadi,guna mengantisipasi

kerawanan Kamtibmas yang ada didalamnya baik FKK, PH maupun AF

sebagai bahan masukan bagi fungsi lain dalam rangka pengendalian Crime

total.

D. Melakukan penyelidikan dan Penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan

perundang-undangan orang asing serta senpi handak non Organik

Polri/TNI.

E. Melakukan pengamanan terhadap kegiatan masyarakat, termasuk kegiatan

Pemerintah daerah, serta pengawasan dan Monitoring terhadap kegiatan

Ekstrim, berkoordinasi dengan fungsi Kepolisian lainnya serta Instansi

Linsek terkait.

F. Melakukan kegiatan pengamanan kedalam dalam rangka mewujudkan Polri

yang semakin tertib.

G. Melakukan pengamanan dan pengawasan terhadap orang asing baik

penduduk, berdiam sementara maupun pengunjung singkat.

H. Pelakukan pengawasan dan pengamanan terhadap pembuatan, pembelian,

pengangkutan, kepemilikan penyimpangan dan penggunaan Senpi handak

non Organik Polri/TNI.

I. Melaksanakan Administrasi Operasional termasuk pengumpulan,

pengolahan dan penyajian data/Informasi baik yang berkenaan dengan

68
Aspek pembinaan maupun pelaksanaan fungsi Intelejen.Meningkatkan &

penyempurnaan data Intel dasar dan kegiatan berikut hasilnya.

Satuan Reserse dan Kriminal

Secara umum, tugas dan fungsi serta peranan Reserse Kriminal adalah

sebagai berikut :

A.Menyelenggarakan/membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana.

B.Memberikan pelayanan/perlindungan khusus pada korban/pelaku, remaja,

anak dan wanita.

C. Menyelenggarakan fungsi identifikasi, baik untuk kepentingan penyidikan

maupun pelayanan umum.

D. Menyelenggarakan koordinasi dan pengawasan operasional dan

administrasi penyidikan PPNS.

E. Melakukan koordinasi dengan pihak Criminal Justice System (CJS) guna

menghindari bolak baliknya perkara yang sedang ditangani.

F. Memantapkan pendataan Penyidikan, penyelesaian perkara dan kegiatan

lainya.

Satuan Reserse Narkoba

Satuan Reserse Narkoba merupakan unsur pelaksanaan utama pada

Polwiltabes Bandung Yang merupakan pemekaran dari Satuan yang bertugas

menyelenggarakan / membina fungsi penyelidikan tindak pidana Narkoba dan Obat

berbahaya termasuk penyuluhan dan pembinaan dalam rangka mencegah dan

rehabilitasi korban Narkoba dengan tugas pokok sebagai berikut :

69
A. Satuan Reserse Narkoba bertugas menyelenggarakan / membina fungsi

penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkoba dan obat berbahaya

(narkoba), termasuk penyuluhan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan

rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba.

B. Satuan Reserse Narkoba dipimpin oleh Kepala Satuan Res Narkoba disingkat

Kasat Narkoba yang bertanggung jawab kepada Kapolwiltabes yang dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali oleh Wakapolwiltabes.

C. Satuan Resserse Narkoba terdiri dari urusan administrasi dan ketata usahaan

serta sejumlah unit.

D. Melaksanakan Latihan-latihan dalam penanganan kasus Narkoba

4.2 Bagan Struktur Organisasi Polrestabes Bandung

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Seksi Keuangan

3.2.3 Uraian Tugas Bagian Keuangan POLRESTABES

Berdasarkan struktur organisasi POLRESTABES Bandung

terdapat uraian tugas dari masing-masing bagian yanitu sebagai

berikut:

3.2.3.1 Hubungan Tata Cara Kerja ( HTCK ) Kepala Seksi

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Polrestabes Bandung

70
Gambaran Satlantas Polrestabes Bandung

Sat Lantas Polrestabes Bandung dipimpin oleh Kasat Lantas Polrestabes

yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kewajibannya kepada Kapolres

dan pelaksanaan tugas sehari - hari dikoordinasikan oleh Kabag Ops maupun

Wakapolres.

Kasat Lantas, adalah unsur pelaksana pada tingkat Mapolres yang

bertugas memberikan bimbingan tehnis atas pelaksanaan Fungsi Lalu Lintas

dilingkungan Polres serta menyelenggarakan dan melaksanakan Fungsi tersebut

yang bersifat terpusat pada tingkat wilayah / antar Polsek dalam rangka

mendukung pelaksanaan tugas operasional pada tingkat Polres. Dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya Kasat Lantas dibantu oleh :

1. KBO Sat Lantas disingkat Kepala Urusan pembinaan Operasi lantas

yang bertanggung Jawab kepada Kasat Lantas dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari dibawah kendali Kasat Lantas. KBO dalam melaksanakan

tugas dan kewajiban dibantu oleh kanit Patroli, Kanit Dikyasa, dan kanit

laka lantas. KBO lantas membawai tentang urusan Administrasi anggota

dan ketatausahaan serta sejumlah unit.

2. Kanit Patroli Sat Lantas disingkat kepala Unit Patroli bertanggung jawab

kepada Kasat Lantas dan dibawah naungan KBO Sat Lantas dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Kasat Lantas.Kanit

Patroli dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya dibantu oleh Unit

Patmor dan Unit Gaktur. Kanit Patroli membawai tentang urusan unit

patmor dan unit Gaktur serta administrasi.

71
3. Kanit Laka Sat Lantas disingkat Kepala Unit Laka yang membawahi

tentang urusan unit Laka dan Administrasi Laka serta bertangung jawab

kepada Kasat Lantas dan dibawah naungan KBO Sat Lantas dalam

pelaksanaan tugas sehari - hari dibawah kendali Kasat Lantas. Kanit Laka

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dibantu oleh unit Laka.

4. Kanit Dikyasa Sat Lantas, disingkat Kepala Unit Dikyasa bertanggung

jawab kepada Kasat Lantas dan dibawah naungan KBO Sat Lantas,

dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Kasat Lantas.

5. Kanit Regident Sat Lantas, di singkat kepala unit registrasi dan

identifikasi yang membawahi urusan unit pembuatan sim dan dibawah

naungan KBO Sat Lantas dalam pleksanaan tugas sehari-hari di bawah

kendali kasat lantas.

Untuk Visi dan Misi Satlantas Polrestabes Bandung adalah

Sebagai Berikut :

Visi :

“Polantas yang mampu menjadi pelindung, pengayom dan pelayan

masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama dengan masyarakat serta

sebagai aparat penegak hukum yang profesional dan proporsional yang

selalu menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia,

memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas

khususnya kota Bandung”.

Misi :

72
1. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah,

tanggap / responsif dan tidak diskriminatif agar masyarakat bebas dari

segala bentuk gangguan fisik dan psikis.

2. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat sepanjang waktu

diseluruh wilayah serta memfasilitasi keikutsertaan masyarakat dalam

memelihara kamtibmas dilingkungan masing-masing.

3. Memelihara kamtibcar lantas untuk menjamin keselamatan dan

kelancaran arus orang dan barang.

4. Mengembangkan Perpolisian Masyarakat ( Community Policing ) yang

berbasis pada masyarakat patuh hukum ( Law Abiding Citizen ).

5. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proposional,

transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa

keadilan.

6. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern

seluruh sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas dalam

jajaran Polres Bandung Kota.

7. Mendukung upaya pemerintah Kota Bandung dalam pelaksanaan

pembangunann

Adapun tugas pokok dan fungsi Satlantas Polrestabes Bandung adalah

sebagai berikut :

1. Satlantas polrestabes Bandung merupakan unsur pelaksana tugas

pokok yang berada di bawah Kapolrestabes Bandung.

2. Satlantas polrestabes Bandung bertugas melaksanakan Turjawali lalu

lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan

73
registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi,

penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang

lalu lintas.

Dalam melaksanakan tugas Satlantas polrestabes Bandung

menyelenggarakan fungsi:

1. pembinaan lalu lintas kepolisian;pembinaan partisipasi masyarakat

melalui kerja sama lintas sektoral, Dikmaslantas, dan pengkajian

masalah di bidang lalu lintas;

2. pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka

penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban,

kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas);

3. pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

serta pengemudi;

4. pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta

penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum,

serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya;

5. pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan; dan

6. perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

74
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penetilian mengenai

studi kasus tentang Meningkatkan Ketertiban Lalu Lintas Kepada Masyarakat Kota

Bandung. Pertanyaan pertanyaan yang disampaikan dalam wawancara ini adalah

mengenai bagaimana penyusunan pesan komunikasi, menetapkan komunikator,

dan strategi dalam pencapaian efek ketertiban lalu lintas kepada masyarakat Kota

Bandung.

Hasil penelitian ini diperoleh dengan terhnik wawancara mendalam dengan

informan dalam bentuk observasi langsung dan apabila datanya sudah terkumpul

kemudian di analisis. Analisis ini sendiri terfokus pada masyarakat dalam

meningkatkan ketertiban kota bandung. Dalam penelitian ini masyarakat dan

Polrestabes Kota Bandung yang yang menjadi informan untuk memenuhi data dari

penelitian ini yang di kaitkan kepada beberapa unsur atau identifikasi masalah.agar

peneliti lebih objektif dan akurat. Peneliti mencari informasi informasi tambahan

dengan melakukan wawancara medalam dengan untuk mengetahui bagaimana

meningkatkan ketertiban lalu lintas kepada masyarakat kota Bandung. Wawancara

ini dilakukan pada saat ada pelanggran dan petugas yang sedang bertugas di jalan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat kondisi

alami dari suatu ketertiban lalu lintas. Pendekatan ini bertujuan untuk memperoleh

pemahaman dan menggambarkan realitas yang kompleks. Penelitian kualitatif

75
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data data deskriptif melalui

kata kata tulisan atau lisan didasari oleh orang atau prilaku yang diamati.

Pemahaman dan menggambarkan realitas yang kompleks. Penelitian kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data data deskriptif berupa kata

kata tertulis atau lisan yang didasari oleh orang atau prilaku yang diamati.

Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).

Jadi, tidak dilakukan secara isolasi pada objek penelitian kedalam variable atau

hipotesis. Tetapi memandangnya sebagai sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Selama melakukan penelitian secara langsung, peneliti memperhatikan keadaan

sekitar dan melihat masyarakat yang menggunakan kendaraan sebagai alat

transprotasi. Disana peneliti memperhatikan petugas dan pengguna kendaraan. Bisa

dikatakan pengguna kendaraan secara umum masayarakat sudah melengkapi

kendaraan seperti helm, spion dan lampu pada saat siang dan malam hari. hal ini

tentu menjadi salah satu bagian dari ketertiban mulai dari kelengkapan sepeda

motor atau kendaraan bermobil. Dan penelitipun ingin mencari para pengguna yang

melanggar. Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat

daftar pertanyaan untuk wawancara, pengumpulan data, dan analisis data yang

dilakukan sendiri oleh peneliti. Untuk mengetahui sejauh mana informasi yang

yang diberikan oleh informan penelitian, peneliti menggunakan beberapa tahap :

1. Pertama, menyusun draft pertanyaan wawancara berdasarkan dari

unsure kredibilitas yang akan ditanyakan pada narasumber atau

informan

2. Kedua, melakukan wawancara dengan beberapa informan dari polantas

dan masyarakat pengguna jalan.

76
3. Ketiga, melakukan dokumentasi langsung di lapangan saat bertugas

untuk melengkapi data data yang berhubungan dengan penelitian.

4. Keempat, memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dan

jawaban dari informan dari semua pertanyaan yang diajukan kepada

narasumber atau informan

5. Kelima, menganalisis hasil data wawancara yang telah dilakukan.

Agar pembahasan lebih sistematis dan terarah maka peneliti membagi ke

dalam 2 pembahasan, yaitu :

1. Analisis deskriptif hasil penelitian

2. Pembahasan

4.1.1 Deskripsi Informan

Berikut merupakan daftar nama-nama yang menjadi informan sebagai

narasumber dalam penelitian ini :

Tabel 4.1

Daftar Informan Penelitian

no Nama Informan Jenis Kelamin Status

1 Dewa Agung Laki laki Kanit


Cibeunying
2 Adi Revaldi Laki laki Anggota

3 Elgi Effendi Laki laki Anggota

4 Tino Maulana Laki laki PPL

5 Abdur Rozak Laki laki PPL

6 Cahya Arya Laki laki Pelanggar

7 Irfan Sumantri Laki laki Pengendara

8 Rezza Renadi Laki laki Pengendara

77
9 Tia Agustin Perempuan Pelanggar

10 Asep Sodikin Laki laki Warga

4.1.2 Strategi Komunikator Ketertiban Lalu Lintas Kepada Masyarakat

Kota Bandung.

Istilah komunikator berpadanan dengan kata pengirim, dalam bahasa

Inggris sender dan enconder. Istilah-istilah ini diberi makna sama ketika

bertindak sebagai pelaku / pengirim informasi. Dalam komunikasi antar

manusia, komunikator tidak bisa lepas dari proses komunikasi. Disini peran yang

dilakukan adalah sebagai pengirim simbol/lambang/bahasa/informasi apapun.

Syarat komunikasi efektif bagi seseorang komunikator adalah mempunyai

kredibilitas, keterampilan berkomunikasi, personality, (kepribadian), dan

kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan (Sholeh

Sumirat, 2000, hal;5).

Komunikator dalam kegiatan komunikasi sangat berpengaruh bagi

kelancaran komunikasi itu sendiri. Begitu penting dan dominannya peranan

komunikator sehingga dalam suatu kegiatan komunikasi yang terencana dibutuhkan

strategi untuk menetapkan komunikator yang tepat. Komunikator tersebut harus

memiliki kredibilitas di mata komunikate. Kredibilitas tersebut dapat diperoleh

apabila komunikator tersebut memiliki keterampilan berkomunikasi secara lisan

maupun tertulis, berpengetahuan luas, bersahabat, serta mampu beradaptasi dengan

sistem sosial dan budaya

78
Salah satu elemen kunci dari setiap aktivitas komunikasi ialah mampu

mengenali sasaran yang hendak dituju dan pandai membaca situasi. Selain itu,

dalam sebuah lembaga instansi/ organisasi demi keefektifan dan kelancaran

kegiatan komunikasinya tentu diperlukan nilai dan etika yang diterapkan dalam

sebuah lembaga instansi/organisasi yang nantinya akan menjadi pedoman bagi

setiap individu dalam menjalankan tugas dan menentukan keputusan. Nilai dan

etika yang dimaksud adalah prinsip atau pandangan yang dianggap penting dan

diyakini oleh setiap individu yang berada dilingkup organisasi tersebut. Adanya

nilai dan etika yang ditamankan dalam sebuah lembaga instansi/organisasi sangat

penting. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Dewa Agung bahwa:

“Nilai-nilai dan etika yang ditanamkan di lembaga kepolisian


khususnya Polresta Bandung ini tentu ada. Antara lain
Kedisiplinan, Kejujuran, dan Keadilan yang ditanamkan pada
setiap individu anggota polisi. Kedisiplinan itu contohnya, apel
pagi yang dilakukan setiap hari pada pukul 05.45 tidak boleh
ada yang telat, bila ada yang telat tentu akan ditegur dan diberi
hukuman apabila sudah terlalu sering. Kejujuran misalnya, ada
oknum polisi yang memberi perintah melampaui batas
kewenangannya atau penyimpangan, maka anggota polisi yang
lain wajib memberi tahu dan melaporkan kepada
atasan/pimpinan, ia harus jujur melaporkan perkaranya tanpa
di tambah-tambahi dan ditutup-tutupi. Untuk Keadilan
misalnya lagi, di lapangan didapati pelanggar lalu lintas yang
satu anggota TNI dan yang dua rekanan polisi dan yang satu
lagi warga biasa. Maka sebagai Polantas yang patuh dan
menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut, tentu ketiganya harus
diberi sanksi tilang semua, jangan hanya karena sesama Aparat
jadi hukumannya ringan. Tidak boleh begitu semuanya merata

79
harus diberi hukuman sesuai pelanggaran yang mereka
lakukan”.

Nilai dan etika tersebut haruslah diterapkan dalam wujud nyata, bukan

hanya sekedar diucapkan dan pajangan semata. Karena sebagai Aparat penegak

hukum, ketertiban dan keamanan, seorang polisi akan dipandang masyarakat

terkait dengan peran dan posisinya sebagai prajurit Negara. Kemudian yang

seharusnya, sikap dan pola tindakan seorang polisi harus mencerminkan aparat

sejati yang sesungguhnya dalam artian aparat yang benar-benar bekerja dan

dirinya untuk Bangsa dan Negara Indonesia. Dalam sebuah lembaga/organisasi

nilai dan etika sangat penting dibutuhkan sebagai acuan dalam menjalankan

kegiatan komunikasi dan melaksanakan tugas, serta untuk mencegah terjadinya

penyimpangan negatif pada lembaga kepolisian. Dengan adanya nilai dan etika

dalam lembaga/organisasi dapat menciptakan budaya kerja yang positif.

Nilai dan etika ini merupakan hal yang wajib diterapkan kepada satuan

yang melaksanakan tugas sebagai komunikator terutama dalam penyusunan pesan

berlalulintas. Hal ini dibuktikan dalam wawancara peneliti terhadap Pak Dewa

Agung selaku Kanit Cibeunying beliau mengungkapkan bahwa:

“Waktu itu pernah, saya lagi tugas razia di daerah Merdeka dan
saya itu paham betul sama pengendara kalau dilihatnya lagi ada
razia, ada yang menghindar (putar-balik arah), ada memang
yang melewati. Nah waktu itu ada anak namanya Eka
boncengan berdua sama temennya, ya udah besarlah sebaya
kalian, bawa motor dilihatnya ada banyak polisi yang lagi razia
pengendara, dia ini bawa motor ngebut, gugup nggak terarah.
Jadi nabrak pengendara di depannya, motornya ringsek ringan
tapi orangnya luka-luka. Ternyata dia itu gugup takut kena

80
razia, karna dia itu nggak punya SIM dan nggak bawa STNK.
Jadi saya tolonglah dia, saya bawa ke klinik pake mobil
operasional, saya urus itu sampe selesai, sampe sekarang dia
inget sama saya. Kalau setiap apel pagi juga saya jarang telat
dek, boleh ditanya sama rekan yang lain. Kerena saya kan
menjabat sebagai Kbo ya sebagai kepala/atasan nggak boleh
punya perilaku yang nggak baiklah, nanti kalau atasannya saja
perilakunya buruk lah gimana dengan bawahannya nanti, bisa-
bisa ancur nanti”.

Selain itu dalam wawancara dengan pihak kepolisian selanjutnya kepada

Tino Maulana selaku Anggota PPL dari dishub, terkait dengan mengidentifikasi

sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan komunikasi beliau

menambahkan:

“ dishub membantu poltantas gatur dalam mengeruai


kemacetan yang terjadi, biasanya ada ditempat keramaian kaya
mall atau di persimpangan lalu lintas jadi dapat membantu
polantasnya juga”

Dari hasil wawancara di atas tergambar jelas bahwa nilai dan etika yang

ditanamkan pada Polresta Bandung telah diwujudkan dalam kerja nyata. Karena

memang begitulah seharusnya sebagai anggota polisi yang bercirikan

perlindungan, pengayom,dan pelayanan. Dan sebagai aparat kepolisian

nantinya akan dipertanggung jawabkan atas tugas yang diembannya.

81
4.1.3 Strategi penyusunan pesan komunikasi ketertiban lalu lintas kepada

masyarakat Kota Bandung

Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui

mediakomunkasi atau melalui media telekomunikasi, isinya bisa berupa

ilmupengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Adapun

sesuatuyang dimaksud dengan pesan dalam proses komunikasi adalah sesuatu

yang disampaikan pengirim/komunikator kepada penerima/komunikan. Syarat

komunikasi efektif bagi sebuah pesan adalah menarik, dapat memperoleh

kebutuhan individual (personal needs) pada komunikan, cara memperoleh dapat

memuaskan kebutuhan pesan yang disampaikan, pesan dapat memuaskan

kebutuhan emosi, pesan dapat memuaskan kebutuhan harapan yang logis bagi

penerima pesan.

Komunikasi membangun hubungan manusia dengan menunjukkan

keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap, dan perilaku orang

lain. Meskipun seseorang melakukan kegiatan komunikasi setiap hari, akan tetapi

jarang sekali orang yang tahu sejauh mana efektifitas komunikasinya. Setelah

menentukan tujuan, strategi dan mempertimbangkan sumber daya yang

diperlukan, pada bagian inilah seluruh dari langkah penentuan tujuan tersebut

diterapkan melalui kemampuan berkomunikasi. Berhubungan kegiatan

komunikasi tentunya suatu lembaga/organisasi harus menentukan tipe pesan dan

gaya penyampaian pesan yang bagaimana, yang akan disampaikan kepada

sasarannya (masyarakat). Berdasarkan wawancara peneliti kepada bapak Dewa

Agung beliau menuturkan bahwa:

82
“Tipe pesan yang digunakan pada Satlantas Polresta
Bandung ada dua yaitu, informatif dan persuasif. Informatif
maksudnya pesan yang disampaikan, melalui tanda-tanda
contohnya informasi mengenai penerangan seperti rambu-
rambu lalu lintas di marka jalan, sedangkan persuasif yakni
mengajak masyarakat untuk merubah perilaku berlalu lintas
mereka untuk selalu mentaati aturan-aturan lalu lintas.
Kalau untuk gaya penyampaian pesan yang digunakan bisa
menggunakan pengeras suara (HardSound), tetapi kami
lebih sering menggunakan HandyTalking (HT) ada dua HT
yang dipakai HT lalu lintas tersendiri HT ini hanya khusus
terhubungkan pada Pos-pos penjagaan Polantas, dan satu
lagi menggunakan HT Tranking, HT ini bersifat menyeluruh
terhubung keseluruh koordinasi gabungan wilayah mulai
dari Polsek dan Polresta lainnya. Isi pesan-pesan yang
disampaikan kepada masyarakat tersebut antara lain;
tentang tata tertib berkendara di lalu lintas, tentang
keselamatan berlalu lintas di jalan raya, dan kepatuhan
terhadap rambu- rambu lalu lintas dan marka jalan”.

Dalam melakukan kegiatan komunikasi bagi setiap lembaga/organisasi

sangatlah penting menentukan poin-poin penting komunikasi yang akan berkenaan

pada pelaksanaan kegiatan komuikasinya. Setelah menentukan tipe pesan dan gaya

penyampaiannya, tidak akan lengkap dan efektif rasanya apabila pesan dan

informasi yang telah dirancang disampaikan tanpa melalui saluran/media. Media

yang dimaksud disini adalah saluran/alat yang digunakan untuk menyampaikan

pesan dan informasi yang dimiliki kepada sasaran/khalayak. Semua pesan-pesan

dan informasi yang dimiliki Satlantas Polresta Bandung disiarkan melalui media

dengan tujuan supaya khalayak (masyarakat) mudah memahami dan mendapatkan

informasi terkait dengan tata tertib lalu lintas, sehingga dengan hal ini diharapkan

83
dapat menekan angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas. Adapun media-media

yang digunakan dan bekerja sama dengan Satlantas Polresta Bandung ialah sebagai

berikut:

a. Media Cetak

Media cetak yang dimaksud ialah informasi pesan yang disiarkan dengan

cara dicetak atau biasa dikenal dengan koran (surat kabar), baliho, dan spanduk.

Surat kabar memiliki keterbatasan karena hanya bisa dinikmati oleh mereka yang

melek huruf, serta lebih banyak disenangi oleh orang tua daripada kaum remaja dan

anak-anak. Salah satu kelebihan surat kabar ialah mampu memberi informasi yang

lengkap, bisa dibawa kemana-mana, terdokumentasi sehingga mudah diperoleh bila

diperlukan.Baliho dan spanduk merupakan media yang banyak digunakan oleh

lembaga/organisasi untuk menyampaikan pesannya. Pesan yang biasanya dimuat

pada baliho dan spanduk lebih terarah dan juga pada tulisannya memiliki warna

sehingga dapat menarik perhatian masyarakat untuk melihatnya. Berhubungan

dengan hal ini Satlantas Polesta Bandung menyampaikan pesannya bekerja sama

dengan berbagai media cetak antara lain, dan beberapa contoh penyuluhan dengan

media spanduk dan baliho sebagai berikut

Gambar 4.2. Contoh media cetak baliho dan spanduk

84
a. Media Elektronik dan Media Online

Media elektronik merupakan alat yang digunakan dalam peyampaian pesan

dari sumber kepada khalayak (masyarakat). Media elektronik ini banyak digunakan

pada lembaga/organisasi baik dibidang hukum, niaga atapun jasa. Karena sifatnya

terbuka dan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali, untuk

itu dalam hal ini bahwa Satlantas Polresta Bandung juga menggunakan berbagi

media elektronik dalam menyampaikan pesannya terkait dengan ketertiban lalu

lintas, antara lain;

a) Radio

Salah satu kelebihan radio dibanding dengan media lainnya ialah cepat dan

mudah dibawa kemana-mana. Radio bisa dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan

lain, seperti menulis, menajahit dan semacamnya. Satlantas Polresta Bandung

dalam hal ini terkait dengan suatu kegiatan komunikasi tentang ketertiban lalu lintas

menggunakan media radio dalam penyampaian pesannya mengenai tata tertib

berkendara dilalu lintas. Berdasarkan hal ini Satlantas Polresta Bandung

bekerjasama dengan berbagai media radio yang ada di Kota Bandung baik radio

negeri maupun swasta, salah satunya antara lain seperti gambar dibawah ini;

Gambar 4.3 Anggota Lantas Ketika usai Melakukan siaran tentang Kamseltibcar Lantas
di RRI Radio

85
Satlantas Polresta Bandung bekerjasama dengan untuk memberikan dan

menjelaskan penyuluhan seputar ketertiban lalu lintas. Seperti yang ada pada

gambar diatas (Kanit Dikyasa) ketika diundang untuk melakukan talkshow dan

tanya jawab kepada pendengar dengan durasi berbincang 45 menit di RRI yang

mebicarakan seputar perkembangan lalu lintas saat ini dan menyampaikan pesan

kepada masyarakat khususnya bagi para pengendara untuk selalu tertib dan

mematuhi aturan lalu lintas Menuju Indonesia Tertib Keselamatan No. 1

b) Televisi

Televisi adalah salah satu media komunikasi diantara media yang lain, yang

cukup efektif. Hal ini disebabkan karena televisi memiliki sejumlah kelebihan,

terutama kemampuannya dalam menyatukan antarfungsi audio dan visual,

ditambah dengan kemampuannya memainkan warna. Selain itu, televisi juga

mampu mengatasi jarak dan waktu Tidak ketinggalan

c) Internet

Internet merupakan media yang berbasis komputer. Salah satu keuntungan

bagi suatu lembaga dalam menyiarkan informasinya dengan internet adalah karena

internet dapat diakses oleh seluruh masyarakat baik lokal maupun interlokal, baik

tua maupun muda. Terlebih lagi sekarang ini telah diciptakan handphone-

handphone canggih berbasis komputer (android), sehingga lebih mempermudah

lagi masyarakat untuk mengkonsumsi informasi dan berita-berita penting.

Menggunakan media internet/media sosial sebagai alat penyampaian

pesannya dirasa cukup efektif bagi Satlantas Polresta Bandung melihat

perkembangan masyarakat Kota Bandung yang sekarang ini hampir seluruh

masyarakat bisa mengakses internet dan mempunyai akun media sosial dengan

86
menggunakan smartphone sehingga pesan yang disampaikan akan lebih mudah

dibaca. Adapun media sosial dan website yang dimiliki Satlantas Polresta Bandung,

antara lain:

https://www.instagram.com/tmcpolrestabesbandung/

https://www.facebook.com/tmcpolrestabesbandung/

https://twitter.com/tmc_restabesbdg

Berikut adalah tampilan media sosial yang dimiliki oleh Satlantas

Polrestabes Bandung dalam upaya memberikan informasi yang berkaitan mengenai

ketertiban berlalulintas yang bisa diakses langsung oleh masyarakat.

Gambar 4.6 Media internet dan akun sosial Satlantas Polresta Bandung

87
b. Media Kelompok (Seminar)

Pada aktivitas komunikasi yang melibatkan lebih dari 15 orang, maka media

komunikasi yang banyak digunakan salah satunya adalah media kelompok

(seminar). Seminar merupakan media komunikasi kelompok yang biasa dihadiri

oleh khalayak tidak lebih dari 250 orang. Tujuannya, ialah membicarakan suatu

masalah/topik dengan menampilkan pembicara, kemudian meminta pendapat atau

tanggapan dari peserta seminar yang biasanya dari kalangan pakar sebagai

narasumber dan pemerhati dalam bidang itu. Seminar biasanya membicarakan

topik-topik tertentu yang hangat dipermasalahkan oleh masyarakat. Berhubungan

dengan hal ini biasanya Satlantas Polresta Bandung menggelar seminar di berbagai

perguruan tinggi. Berdasarkan wawancara pak Dewa Agung mengatakan bahwa:

“Jadi, Satlantas juga biasanya mengadakan seminar di


perguruan tinggi, salah satunya di Bina Darma. Kemarin
pak Dewa Agung Kanit Dikyasa Satlantas) jadi
narasumbernya. Satlantas Polresta Bandung juga
bekerjasama dengan berbagai dealer-dealer motor salah
satunya Honda. Speaker- speaker yang ada di setiap tiang
lampu merah itu contohnya, isinya himbauan aturan
tentang tertib lalu lintas bagi pengendara”.

Dengan menggunakan media seminar dalam penyampaian pesannya

kepada khalayak, maka dapat mempermudah masyarakat untuk lebih memahami

pentingnya tertib pada aturan lalu lintas khususnya mahasiswa, karena dilihat

sekarang ini banyak mahasiswa mengendarai motor atapun mobil sesukanya saja

tanpa memerhatikan rambu-rambu lalu lintas Dengan demikian, dari hasil

wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan suatu proses

88
komunikasi terkhusus dalam suatu lembaga/organisasi apalagi lembaga

Kepolisian yang sangan menjunjung tinggi moral dan etika dalam berperilaku.

Penting sekali menanamkan suatu nilai-nilai dan etika. Hal ini tentunya sebagai

prinsip untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menerapkan atau melakukan

kegiatan komunikasi baik dalam lingkup lembaga/organisasi (internal) maupun

dengan masyarakat (eksternal). Karena sebagai aparat Kepolisian yang setiap

harinya bertugas dan selalu berhadapan dengan masyarakat, pastinya akan

dipandang masyarakat mengenai kinerja dan tindakannya. Apabila pola

tindakannya tidak mencerminkan akhlak yang baik maka masyarakat akan

berfikiran buruk sehingga akan menimbulkan opini negatif, dan tentu saja akan

berimbas pada Lembaganya.

Setelah mengetahui nilai dan etika yang dipegang teguh pada Polresta

Bandung. Satlantas Polresta Bandung memiliki strategi yang efektif dalam

melakukan proses komunikasinya. Untuk menerapkan pelaksanaan strategi

tersebut tentu akan dipelukannya sumber daya. Karena dengan adanya sumber

daya yang mendukung, maka suatu kegiatan akan berjalan lancar. Adanya sumber

daya merupakan hal penting dalam suatu kegiatan karena salah satu faktor

penentu keberhasilan dan kelancaran suatu kegiatan komunikasi ialah sumber

daya yang lengkap.

Setelah menentukan strategi dan sumber daya kini giliran pelaksanaan

komunikasinya. Dengan mempertimbangkan berbagai unsur. Salah satunya

dengan media, Satlantas Polresta Bandung menggunakan berbagai media dalam

penyampaian informasinya, mulai dari media secara langsung (seminar) maupun

tidak langsung (media internet), selain mengadakan seminar. Pihak Satlantas

89
Polresta Bandung juga menyampaikan pesannya melalui mobile dengan

menggunakan kendaraan operasional menyiarkan pesannya melalui pengeras

suara. Selain itu juga, mereka para Polisi Lalu Lintas turun langsung kelapangan

untuk menertibkan pengendara-pengendara yang ada di jalan raya. Apabila

didapati pengendara yang melanggar aturan lalu lintas para Polantas segera

memberi sanksi sesuai dengan apa yang dilanggar pengendara tersebut, hal ini

bertujuan memberikan rasa jera terhadap pengendara sehingga diharapkan dapat

terciptanya masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi akan tata tertib lalu

lintas.

4.1.4 Srategi Physycal Context Ketertiban Lalu Lintas Kepada

Masyarakat Kota Bandung

Physical Context berkaitan dengan tempat atau lokasi (place) serta waktu

(time). Penetapan tempat dan waktu memiliki pengaruh yang besar dalam

kesuksesan komunikasi. Pemilihan tempat dan waktu yang tidak tepat akan

membuat efek yang diinginkan susah untuk dicapai, bahkan mungkin akan

merusak komunikasi secara keseluruhan. Penetapan lokasi yang tepat pada

pelaksanaan komunikasi berimplikasi pada kemungkinan terjadinya penciptaan

efek yang diinginkan. Pemilihan waktu yang berbeda, apakah pagi hari, siang

hari, malam hari, dan juga lokasi yang berbeda, semuanya akan memberikan efek

yang berbeda-beda.

Untuk mencapai tujuan tentunya sebuah lembaga/organisasi harus

menentukan strategi untuk mengatasi permasalahan yang timbul, dengan

menentukan strategi yang jelas dan tepat maka lembaga/organisasi akan mencapai

90
keberhasilan dan tujuan yang dicapai sesuai dengan harapan. Dalam hal ini

Satlantas Polresta Bandung memiliki strategi dalam mengkomunikasikan kepada

masyarakat pengguna jalan tentang ketertiban lalu lintas, sebagaimana yang

dituturkan oleh bapak Agus bahwa:

“Untuk strategi yang digunakan oleh Satlantas Polresta


Bandung ini terkait dengan Kantibcar Lantas (Ketertiban, dan
Kelancaran Lalu Lintas) antara lain: Binluh Lantas
(bimbingan penyuluhan lalu lintas), Dikmas Lantas
(pendidikan masyarakat tentang lalu lintas), Himbauan
langsung maupun tidak langsung seperti menggunakan media
(baliho, spanduk, dan lain-lain). Selain itu juga dilakukan
dengan adanya penempatan- penempatan personil lalu lintas
tentang Kantibcar Lantas. Beberapa personil yang telah
ditempatkan pada zona yang telah ditentukan, seperti: Brimob
(brigadir mobil) dan Brigmo (brigadir motor), Gatur (bintara
pengatur) yang berada di zona yang telah ditentukan. Tempat
zona tersebut antara lain: Zona 1 wilayah (), Zona 2 wilayah (),
Zona 3 wilayah (), Zona 4 wilayah (). Zona-zona tersebut
berada dibawah kendali Kanit Turjwali, Kanit Dikyasa dan
seluruh koordinas wilayah Satlantas Polresta Bandung”.
Selain itu dalam wawancara selanjutnya kepada pak Aak Adi Revaldi

selaku Brigadir Satlantas, terkait dengan mengidentifikasi sumber daya yang

diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan komunikasi beliau menambahkan:

“Mempertimbangkan dan mempersiapkan sumber daya


yang dibutuhkan sangatlah penting dalam melaksanakan
suatu kegiatan. Contoh sederhana saja, kemarin abis ada
razia rutin di daerah. Nah untuk dapat melaksanakan
kegiatan tersebut kan butuh kendaraan operasional, butuh
personil yang ditugaskan, mempersiapkan berita acara, dan
lain-lain. Kalau salah satu diantaranya tidak dipersiapkan,
maka pelaksanaannya tidak akan berjalan lancar bisa-bisa
gagal dilaksanakan. Karena sumber daya itu penting sekali
untuk mendukung kelancaran suatu kegiatan”.

91
Selain itu dalam wawancara selanjutnya kepada Aak Adi Revaldi selaku

Anggota Satlantas, terkait dengan mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan

dalam pelaksanaan kegiatan komunikasi beliau menambahkan:

“Mempertimbangkan dan mempersiapkan sumber daya


yang dibutuhkan sangatlah penting dalam melaksanakan
suatu kegiatan. Contoh sederhana saja, kemarin abis ada
razia rutin di daerah plaju. Nah untuk dapat melaksanakan
kegiatan tersebut kan butuh kendaraan operasional, butuh
personil yang ditugaskan, mempersiapkan berita acara, dan
lain-lain. Kalau salah satu diantaranya tidak dipersiapkan,
maka pelaksanaannya tidak akan berjalan lancar bisa-bisa
gagal dilaksanakan. Karena sumber daya itu penting sekali
untuk mendukung kelancaran suatu kegiatan”.
Terkait dengan hal ini Satlantas Kota Bandung telah melakukan berbagai

progam dalam upaya untuk mengoptimalisasikan pelanggaran-pelanggaran lalu

lintas. Berdasarkan pernyataan Bripda Adi Revaldi pada wawancara peneliti beliau

menuturkan :

“sudah ada beberapa program yang dibuat dan telah


dilakukan antara lain: Operasi Zebra 2018, Operasi Simpatik
2019, Razia Jalanan 2019, dan Operasi Patuh 2019 yang baru
Mei kemarin dilaksanakan. Tidak hanya per-tahun itu saja
setiap minggu juga kami mengadakan razia rutin”.

Sebagai bukti bahwa program tersebut telah dilaksanakan, berikut adanya

dokumentasi yang peneliti peroleh dari Satlantas Polresta Kota Bandung:

92
Selain itu dalam wawancara dengan pihak kepolisian selanjutnya kepada

Tino Maulana selaku Anggota PPL dari dishub, terkait dengan mengidentifikasi

sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan komunikasi beliau

menambahkan:

“kalau untuk terkait kelengkapan dishub tidak punya


kewenangan tapi kalau untuk saat razia paling hanya
pengecekan KIR pada plat kuning atau mobil muatan
hanya pengecekan pajaknya saja setelah itu kewenangan
kepolisian atau samsat”

Jika dilihat dari hasil wawancara di atas, strategi yang digunakan oleh

Satlantas Polresta Bandung sangatlah efektif digunakan pada kegiatan komunikasi.

Karena strategi tersebut mencakup keseluruhan, mulai dari pendekatan langsung,

turun lapangan, sampai ada melalui media. Ketertiban dan kelancaran lalu lintas

merupakan tugas nomor satu bagi Satlantas Polresta Bandung, berbagai upaya terus

selalu dilakukan untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat tentang ketertiban

lalu lintas dan pentingnya patuh pada aturan dan rambu-rambu lalu lintas, baik

masyarakat pengguna jalan di kota bandung maupun masyarakat penguna di

Bandung raya. Hal ini bisa dilihat dari plat nomor kendaraan yang terpasang di

masing-masing kendaraan, sehingga komunikan bisa menyampaikan pesan secara

terukur baik untuk pengguna kendaraan di wilayah Kota Bandung maupun

pengguna kendaraan di wilayah Bandung Raya.

Selain itu juga harus adanya kerja sama atau komitmen yang dibangun

antara Polisi Lalu Lintas dan masyarakat pengguna jalan sehingga dapat terciptanya

keselamatan, keamanan, dan kelancaran pada lalu lintas jalan. Karena komunikasi

yang efektif dan sukses terjalin dengan adanya kesepakatan antar kedua pihak yakni

93
komunikator dan komunikan. Pada pelaksanaan kegiatan komunikasi terkait

dengan ketertiban dan kelancaran lalu lintas mempersiapkan seluruh keperluan alat

operasional, waktu, serta sumber daya, menjadi hal penting. Dengan

memperkirakan semuanya lebih awal, rencana dan kegiatan dapat tersusun secara

lebih konkret agar dapat mencapai tujuan.

Manfaat dari adanya langkah-langkah penentuan tujuan ini ialah dapat

menghasilkan kegiatan komunikasi yang efektif, selain itu dapat membantu

mengarahkan perhatian dan tindakan pada saat kegiatan komunikasi berlangsung.

Tujuan spesifik membantu lembaga/organisasi agar tidak terjadi penyimpangan

langkah dalam pelaksanaan kegiatan komunikasi.

4.1.5 Strategi Pencapaian Efek Ketertiban Lalu Lintas Kepada Masyarakat

Kota Bandung.

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi. Perubahan sikap dan

pembentukan opini adalah merupakan salah satu dari efek komunikasi. Tentunya

pengaruh efek akan terasa berbeda-beda bagi tiap orang. Sedikit banyak akan

dipengaruhi oleh faktor dalam diri sendiri khalayak. Efek dari komunikasi dapat

diketahui dari pergeseran pandangan atau perhatian, atau sikapnya terhadap kita

atau terhadap suatu masalah yang sedang menjadi perhatian. Atau secara positif,

efek tersebut bisa dilihat pada misalnya sebuah negara setelah melalui proses

komunikasi yang terencana, menunjukkan gejala makin erat hubungannya dengan

kita atau memperlihatkan sokongan ataupun kerjasamanya dengan kita.

94
Strategi komunikasi perlu disusun secara luwes, sehingga taktik

operasional komunikasi dan manajemen komunikasi dapat segera disesuaikan

dengan faktor-faktor yang berpengaruh. Untuk mencapai tujuan komunikasi

secara efektif, perlu memahami sifat-sifat komunikasi dan pesan. Tanpa strategi

komunikasi, bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh yang negatif.

Ada baiknya tujuan komunikasi dinyatakan secara tegas sebelum komunikasi

dilancarkan.

Dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa berhasilnya Satlantas

Polresta Bandung dalam menyampaikan pesannya kepada masyarakat. Peneliti

melakukan wawancara terhadap masyarakat yang merupakan salah satu yang

melanggar dari rambu rambu lalu lintas berikut penuturan dari ketiga masyarakat,

berdasarkan penuturan dari Cahya Arya sebagai Mahasiswa disalah satu

perguruan tehnik di bandung, yang beralamat di jalan Pahlawan, Cikutra :

“ Pas lagi mau belok kearah kampus memang jarang ada


yang ditilang juga gitu, jadi lampu motor memang mati
dari kemarin kemarin jadi kena tilang pas ada polisi
jaga”

Pendapat lain juga disampaikan oleh saudara Irfan Sumantri yang

merupakan pekerja di salah satu perusahaan swasta yang bertempat tinggal di jalan

Katamso. Ia mengatakan bahwa:

“Sudah-sudahlah dek namanya polisi jaman sekarang


ya, taunya Cuma uang mulu. Dia itu di Pos apa coba
kerjanya, Cuma ngawasi aja, ngobrol tidur, bukannya
ngatur jalan. Saya pernah waktu itu, lewat di arah
perempatan pahlawan, macet total kemaren waktu itu,
disitu dek. Macet itu gara- gara arus yang kacau oleh

95
karna lampu merah mati. Jadi sesukanya orang aja
lewat, namanya lampu pengatur jalan mati, jadi nggak
terarah kan. Nah padahal ada dek polisi yang berjaga di
pos itu saya lihat sendiri, bukannya aturlah jalan nih
supaya lancar, kan tugas utama dia berjaga di pos itu kan
mengatur lalu lintas jikalau terjadi kekacauan. Ini malah
duduk diam saja di pos tanpa gerakan, sampe klakson
orang itu bunyi berkali-kali masih aja kayak nggak
perduli. Ehh, giliran tertangkap dimatanya ada saja
pengendara yang tidak lengkap atau nggak pake spion,
langsung cepat ditilang. Ditilang juga bukannya diberi
nasehat dulu, atau dikasih pengertianlah toleransi. Ini
malah langsung benego duit tilang itu. Kalo saya dek
jujur ya, belum lah mencerminkan pengendara yang
bener-bener taat peraturan lalu lintas. Tapi sebagian
banyak dari peraturan lalu lintas itu sudah saya patuhi,
misal ya pake helm, ada spion lengkap, di lampu merah
jarang nerobos, surat-surat lengkap saya SIM, STNK
ada terus didompet. Cuma kalo buru-buru telat masuk
kerja paling lampu merah saya terabas mau gimana lagi
mepet waktu”.

Pendapat terakhir disampaikan oleh Bapak Rezza Renadi sebagai pegawai

di salah satu Rumah Sakit di Bandung yang bertempat di jln cimuncang no 345

Bandung mengatakan bahwa:

“Kalo dilihat sudah lumayan baiklah, cukup bagus


kinerja polisi sekarang ini. Kalo pagi-pagi banyak sudah
polisi yang turun ke jalan untuk mengatur lalu lintas,
kayak semacam spanduk di tiang lampu merah yang
tulisan (Orang Pintar Lampu Hijau Jalan!), terus
speaker yang ada di tiap tiang lampu merah itukan

96
menjelaskan pesan-pesan tentang aturan-aturan lalu
lintas, isinya kalo mau nyalip pake jalur sebelah kanan,
terus pakailah helm SNI. Itukan upaya-upaya polisi
untuk memberi tahu kepada masyarakat tentang
peraturan lalu lintas, supaya masyarakat itu mengerti.
Cuma ndak senengnya aku, mereka itu ganas kalo nilang
orang, itu aja. Terkadang menilang orang nggak ada
sebab, orang lengkap tau-tau di stopin”.

Berdasarkan wawancara di atas jelaslah bahwa dalam menyampaikan

pesannya pihak Satlantas Polresta Bandung, memang telah berupaya keras

melakukan berbagai cara untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang tata

tertib lalu lintas. Namun pada kenyataannya dari berbagai pendapat narasumber di

atas, aparat polisi khususnya yang bertugas di lalu lintas banyak berdiam diri di Pos

penjagaan, tidak benar-benar bekerja untuk mengatur lalu lintas. Terlepas dari

semua itu, berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan sebagian besar masyarakat

telah banyak yang mematuhi aturan lalu lintas. Hanya saja sebagian kecil

masyarakat yang bandel, kurang memahami dan menerapkan informasi-informasi

dan pesan yang telah disampaikan oleh Satlantas Polresta Bandung dalam

menertibkan lalu lintas.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang telah di peroleh dan hasil wawancara dengan informan dengan melakukan

observasi langsung, peneliti dapat menganalisa tentang Strategi Komunikasi Dalam

Meningkatkan Ketertiban Lalu Lintas Kepada Masyarakat Kota Bandung.

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak

97
berfungsi sebagai peta jalan yang menunjukkan arah saja, melainkan harus

menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Dalam penelitian ini ada beberapa

hal yang dituangkan dalam penyusunan strategi komunikasi dalam menyampaikan

pesan yang dikomunikasikan oleh Petugas lalu lintas kota bandung yang dalam hal

ini berdasarkan narasumber dari Polrestabes Bandung serta Dinas Perhubungan,

serta beberapa masyarakat pengguna jalan yang meliputi aspek strategi

komunikator, penyusunan pesan, physical context dan pencapaian efek dalam

komuikasi keselamatan lalu lintas pengguna jalan.

Dalm hal strategi komunikator, didapatkan bahwa pada prinsipnya suatu

komunikasi yang baik tergantung dengan bagaimana seorang komunikator dapat

menyampaikan pesan tersebut, hasil wawancara mengenaistrategi komunikator

menunjukkan bahwa peran serta petugas kepolisian lalu lintas dilihat dari segi etika

serta tanggung jawab dalam penyampaian pesan terhadap penguna jalan. Hal ini

disampaikan oleh narasumber bahwa etika sangat penting dalam menyampaikan

sebuah pesan kepada komunikan, apabila etika tidak baik maka pesan tidak akan

tersampaikan dengan baik.

Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Soleh Smirat dalam bukunya yang

berjudul “Dasar-Dasar Komunikasi”, dijelaskan bahwa Dalam komunikasi antar

manusia, komunikator tidak bisa lepas dari proses komunikasi. Disini peran yang

dilakukan adalah sebagai pengirim simbol/lambang/bahasa/informasi apapun.

Syarat komunikasi efektif bagi seseorang komunikator adalah mempunyai

kredibilitas, keterampilan berkomunikasi, personality, (kepribadian), dan

kemampuan komunikator memperhitungkan harapan komunikan. Hal ini telah

sebanding dengan penelitian yang dilakukan, bahwa disini dikatakan bahwasannya

98
seorang komunikator sudah beretika dengan baik dengan dimulainya mengikuti

kegiatan apel pagi, serta beberapa kegiatan brieffing sebelum turun kelapangan

dalam hal bertugas. Selain itu penampilan komunikator sudah harus ditunjukkan

dengan kepribadian yang baik. Namun denga demikian, permasalahan yang muncul

adalah masih kurangnya petugas ketertiban lalu lintas diluar instansi kepolisian

seperti Dinas Perhubungan, karna dalam hal ini komunikator penyampaian pesan

keselamatan berlaluintas tidak hanya bergantung kepada anggota kepolisian,

petugas Dishub juga sangat mempengaruhi bagaimana penyampaian-penyampaian

pesan ketertiban berlalulintas terutama para penguna kendaraan umum seperti

angkutan kota, Bus, mobil Box dan kendaraan-kendaraan lainnya yang merupakan

kewenangan dari Dinas Perhubungan.

Dalam hal strategi penyampaian pesan, Isi pesan dalam strategi komunikasi

mengenai sangat menentukan efektivitas komunikasi. Wilbur Schramm (dalam

Effendy) mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif,

maka pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat

menarik perhatian sasaran dimaksud.

2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman

yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga sama-sama dapat

dimengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan

menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.

99
4. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi,

yang layak bagi situasi kelompok di mana sasaran berada pada saat ia

gerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa penyampaian pesan dilakukan sudah

dari berbagai media melalui verbal, baliho/spanduk, maupun media elektronik

seperti TV dan Radio. Namun masih kurangnya penyampaian pesan-pesan terutama

pada daerah yang dilakukan penelitian secara langsung. Hal ini terlihat masih

adanya media penyaluran pesan seperti baliho serta spanduk yang isi dari pesan

keselamatan berlalulintas hanya sebagian kecil dari isi baliho secara keseluruhan,

walaupun sudah ada beberapa baliho atau spanduk yang dikeluarkan secara

keseluruhan oleh petugas kepolisian. Namun demikian hal ini dibantu oleh adaya

penyampaian secara verbal yang telah dilakukan melalui media elektronik secara

rutin setiap hari, sehingga setiap pesan komunikasi diharapkan lebih efektif

tersampaikan kepada komunikan. Hal ini bisa disimpuljkan sudah sesuai dengan

teori bahwa pesan yang baik ilah pesan yang efektif.

Berdasarkan hasil physical context, hal ini dikatakan bahwa komunikasi

yang baik harus memperhatikan tepat dan waktu yang paling efektif. Dalam hal ini

penyampaian pesan keselamata berlalulintas senantiasa dilaksanakan secara rutin

pada saat dengen kegiatan razia sehingga efeknya lebih sangat dirasakan. Terlebih

pada saat keadaan-keadan yang tidak tentu seperti adanya bencana alam, adanya

pandemi yang terjadi khususnya dalam keadaan pandemi covid-19, hal ini perlu

memperhatikan protokol kesehatan, karena bagaimanapun kegiatan harus tetap

berjalanSedangkan dalam hal strategi pencapaian efek, hasil penelitian yang

dilakukan kepada narasumber yang dalam hal ini adalah pengguna jalan

100
menuturkan bahwasannya semua sudah tersampaikan dengan baik, namun

demikian hal ini bisa saja berubah dikarenakan perubahan perilaku seseorang

tidaklah mudah.

Adapun faktor lain dalam pelaksanaan kegiatan komunikasinya terkait

dengan ketertiban lalu lintas sudah tentu akan mengalami kelancaran dan hambatan

dalam proses komunikasinya. Berdasarkan hal ini yang menjadi faktor pendukung

Strategi Komunikasi Satlantas Polresta Kota Bandung ialah Sumber Daya yang

memadai, sebagaimana yang disampaikan Kepala Urusan Pembinaan dan

Operasional bahwa:

“Faktor pendukungnya pada proses kegiatan


komunikasi ini ya sumber daya. Dengan adanya
kendaran operasional dinas R2 dan R4, terus kerja
sama tim personil gabungan koordinasi pada setiap Pos-
pos penjagaan atau Zona-zona. Kalau semua itu
lengkap sudah ada maka lancarlah pelaksanaan
komunikasinya, satu lagi juga anggaran dana. Kalau
anggaran dana selalu ada, selalu siap ada saat
dibutuhkan, sudah lancarlah itu. Karena dua hal itulah
yang penting untuk pelaksanaan komunikasi terkait
dengan ketertiban lalu lintas”.

Sebagaimana yang diutarakan dalam wawancara di atas bahwa sumber

daya memang merupakan hal penting bagi suatu organisasi/lembaga dalam

kegiatan komunikasinya. Bagi Satlantas Polresta Bandung sumber daya merupakan

salah satu hal penentu dalam pelaksanaan kegiatan komunikasinya. Karena sumber

daya yang ada dan lengkap akan memperlancar suatu kegiatan khususnya dalam

menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya tata tertib berlalu

lintas di jalan raya

101
Berdasarkan pernyataan dalam wawancara peneliti, yang menjadi

faktor penghambat dalam kegiatan komunikasi Satlantas Polresta Bandung

ialah:

“Sebenarnya faktor penghambat dari pelaksanaan


komunikasi ini, ‘manusianya’ dalam artian penerimaan
komunikasinya kurang diserap dan diterapkan. Selain
itu juga penghambatnya alam (cuaca) pada
pelaksanaan kegiatan komunikasi, kalau sedang hujan
dan banjir ya susahlah kita, kualahan mau ke lapangan
mengarahkan arus lalu lintas, ujungnya nanti macet
lagi”.

Selain itu pendapat terakhir juga disampaikan oleh Polantas yang

bertugas di lapangan, tepatnya di Pos penjagaan Zona 2, Bripka Budi

menyatakan:

“Melihat situasi perkembangan kondisi lalu lintas saat


ini, yang menjadi kesulitan kami atau hambatan dari
segi faktor manusianya, pengetahuan dan kesadaran
manusia yang rendah yang bisa menyebabkan
banyaknya pelanggaran lalu lintas di jalan raya, kalau
pelanggaran lalu lintas meningkat otomatis kecelakaan
lalu lintas juga meningkat karena ini sangat berkaitan
erat. Dan lagi, kapasitas jalan yang semakin sempit
tidak sesuai dengan pertumbuhan jumlah kendaraan
yang meningkat tinggi, baik roda dua maupun roda
empat dan sistem dreinase serta kondisi jalan yang
cukup buruk”.

Perlu diketahui bahwa seorang komunikator harus tahu dan

memahami bahwa komunikan (sasarannya) adalah salah satu penentu

102
berhasil atau tidaknya suatu proses dari kegiatan komunikasi. Dalam hal ini

yang paling utama penghambat komunikasi Satlantas Polresta Bandung ialah

komunikan sebagai penerima pesan, sebagian komunikan menganggap

sepeleh mengenai tata tertib lalu lintas yang disampaikan oleh komunikator

yakni Satlantas Polresta Bandung. Padahal yang sebenarnya pesan tersebut

sangat penting bagi keselamatan pengendara roda dua dan roda empat. Maka

dari itu, pihak Satlantas Polresta Bandung dalam hal ini dituntut untuk

memaksimalkan lagi upaya-upaya kegiatan komunikasi terkait dengan

ketertiban lalu lintas kepada masyarakat. Sehingga kecelakaan lalu lintas dan

pelanggaran dapat diminimalisir.

103
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam dua Bulan September

sampai Oktober 2019 mengenai Strategi Komunikasi Dalam Meningkatkan

Ketertiban Lalu Lintas Kepada Masyarakat Kota Bandung maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Dalam hal strategi komunikator, hasil penelitian dilapangan menemukan

fakta-fakta bawa strategi yang diterapkan dalam penerapan komunikator ialah

dari nilai etika seorang komunikan, hal ini dirasa sudah sangat tepat,

dikarenakan komunikan akan menjadi contoh yang baik untuk para masyarakat

pengguna jalan.

2. Strategi Komunikasi Dalam penyusunan pesan yang dilakukan Polresta Kota

Bandung yakni meliputi Binluh (bimbingan penyuluhan), Dikmas (pendidikan

masyarakat), dan Himbauan lalu lintas sebagian besar telah efektif. Hal ini

dapat dilihat dari realita yang ada sekarang pada masyarakat pengendara sudah

banyak diantara masyarakat pengendara yang telah mentaati peraturan, rambu-

rambu lalu lintas. Selain itu juga telah banyak upaya Polresta Kota Bandung

mengkomunikasikan kepada masyarakat pengendara tidak hanya mengenai

tata tertib lalu lintas tetapi juga pentingnya mengutamakan keselamatan pada

saat berkendara bagi masyarakat khususnya Kota Bandung. Selain itu juga ada

104
beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan komunikasi

tersebut, yang menjadi faktor pendukungnya ialah kendaraan operasional dinas

yang digunakan, anggaran yang lancar, dan kerjasama tim personil gabungan

yang berkoordinasi pada tiap-tiap pos penjagaan/zona yang telah ditentukan.

Adapun faktor penghambatnya yakni manusianya (faktor mental disiplin yang

kurang), alam (cuaca), dan insfrastruktur yang belum memadai.

3. Dalam hal physical context, Polresta Bandung telah baik dalam melakukan

tindakan-tindakan seperti melaksanakan komunikasi pada saat razia kendaraan

bermotor, hal ini sudah dinilai cukup baik karna pada saat mendapatkan

teguran masyarakat cenderung akan membenahi setiap kesalahan dalam

pelanggaran berlalulintas tentunya.

Mengenai pencapaian efek, masyarakat masih menilai stigma yang kurang

baik terhadap aparat kepolisian, dikarenakan adanya stigma yang melekat

mengenai tindakan KKN yang pernah disoroti oleh berbagai media, namun hal

tersebut memang kurang tepat karna pada saat penelitian berlangsung hal tersebut

tidak ditemukan, terutama pada saat razia.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penenlitian di atas, peneliti memiliki masukan saran

kepada beberapa pihak antara lain;

1. Hendaknya pihak Satlantas Polresta Kota Bandung terus memaksimalkan lagi

pesan-pesan dan penyuluhan-penyuluhan mengenai ketertiban lalu lintas kalau

bisa penyuluhan tersebut diadakan dan disampaikan empat kali dalam satu

bulan kepada seluruh kalangan masyarakat tidak hanya kepada pegawai,

mahasiswa dan pelajar saja.

105
2. Sebaiknya pihak Satlantas Polresta Kota Bandung harus lebih mendekatkan diri

kepada masyarakat, jangan bersifat arogan dan militeristis kepada masyarakat.

Agar dapat selalu menjaga citra Polri dengan baik. dan tetap dalam prosedur

yang berlaku dalam menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan kewenangan

yang dimiliki.

3. Diharapkan sebaiknya bagi masyarakat Kota Bandung untuk tetap dalam

batasan dan mematuhi peraturan lalu lintas demi keamanan dan keselamatan

dalam berkendara. Sehingga tidak banyak terjadi korban kecelakaan. Selain itu,

bagi masyarakat pengendara harus dapat mengontrol kesabaran saat berkendara

di jalan raya.

106
DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri. 1991. Memahami Peran Komunikasi Massa Dalam Masyarakat,


Bandung: Citra Aditya Bakti.

Arifin, Anwar. 1994. Strategi Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung :


CV. ARMICO

Amirullah. 2015. Manajemen Strategi Teori Konsep Kinerja. Jakarta. Mitra


Wacana Media

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi. Jakarta. Kencana Prenada Media


Group

Cangara, Hafied. 2015. Perencanaan & Strategi Komunikasi. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada.

_____________. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. Raja Grafindo


Persada

_____________.2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Penerbit: PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

Diana,Wijayanti Sari Irene. 2012. Manajemen. Yogyakarta. Nuha Medika

Effendy, Onong Uchjana. 1998. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung PT.
Remaja Rosda Karya

_____________________. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra


Aditya Bakti. Bandung.

Jalaluddin Rakhmat. 2001. Psikologi Komunikasi edisi revisi.Bandung: PT remaja


Rosdakarya.

Keraf, Gorys. 1989. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta.


Nusa
Indah

Kuncoro, Mudrajad. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.


Jakarta. Erlangga

Maulina, Rahayu Septiana. 2014. Strategi Komunikasi Pemasaran dalam Bisnis


Kuliner Berbasis Mix Media. Skripsi. (Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora: Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2014) Diakses

107
dari https://digilib.uinsuka. ac.id/14690/2/09730043_bab-i_iv-
atau-v_daftar-pustaka.pdf. pada tanggal 28 Desember 2019

Muhammad, Arni. 2014 . Komunikasi Organisasi. Jakarta. Bumi Aksara

Mukarom, Zainal. et al. 2015. Manajemen Public Relation


Panduan Efektif Pengelolaan Hubungan Masyarakat. Bandung.
CV Pustaka Setia

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.

Munawar, Ahmad. 2014. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan. Yogyakarta. Beta


Offsset

Nugraha, Rama. 2015. Strategi Komunikasi Unit Pendidikan Dan Rekayasa Satuan
Lalu Lintas Kepolisian Resor Subang Melalui Program
Keselamatan Lalu Lintas. Skripsi. (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik: Universitas Komputer Indonesia, 2015). Diakses dari
elib.unikom.ac.id/files/disk1/666/jbptunikompp-gdl-ramanugrah-
33287- 10unikom_rl.pdf. Pada tanggal 16 November 2019.

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 32

Richard West, Lynn H.Turner. 2008 Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan
Aplikasi (Buku 2) (Edisi 3) Jakarta: Salemba Humanika

Ruslan, Rosady. 2000. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. Jakarta. PT.
Raja Grafindo Persada

Saeful, Asep Muhtadi. 2012. Komunikasi Dakwah Teori Pendekatan dan Aplikasi.
Bandung. Simbiosa Rekatama Media.

Siagian, Sondang. 2014. Manajemen Strategi. Jakarta. Bumi Aksara

Siahaan. S. M., 1991. Komunikasi Pemahaman dan Penerapan: Jakarta. BPK


Gunung Mulia

Soedarsono, Teguh. 2015. Bianglala Segantang Wacana dan Aktualisasi


Kelangsungan Reformasi POLRI yang Berkelanjutan. Jakarta.
Mulia Angkasa

Soleh Soemirat, Dasar-Dasar Komunikasi, (Bandung : Program Pascasarjana


UNPAD, 2000), hal.5

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.


Alfabeta

108
Susanto, A. 1988. Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bina Cipta. Jakarta.

Toirohmi. 2005. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta. Yayasan


OborIndonesia

Tondowijodjo, John. 2002. Dasar dan Arah Public Relations. Jakarta. PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia

W, Friedrich Gustav. 2009. Stratgic Communication in Business and the


Professions Jakarta. Kencana

Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. PT. Rineka Cipta.
Jakarta..

Winardi, J. 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta. PT. Raja


Grafindo

Yulihastin, Erma. 2008. Bekerja Sebagai Polisi. Bogor. Erlangga

Yulianita, Neni. 2007. Dasar-dasar Public Relations. Penerbit : LPPM UNISBA,


Bandung

109
LAMPIRAN 1

PEDOMAN WAWANCARA

Pewawancara : Galih Nur Alam

Narasumber : Petugas Satuan Lalulintas Polrestabes Bandung dan Masyarakat

Pengguna Jalan

PERTANYAAN :

1. Menurut Bapak/Ibu Bagaimana nilai dan etika yang ditanamkan dalam

organisasi agar komunikasi dapat berjalan efektif?

2. Apakah nilai-nilai dan etika tersebut ditanamkan dalam keseluruhan

anggota?

3. Bagaimana strategi yang dikomunikasikan kepada masyarakat dalam

menghadapi masalah ketertiban berlalulintas?

4. Bagaimana keadaan SDM yang ada dalam mengkomunikasikan tertib

lalulintas kepada masyarakat?

5. Bagaimana upaya-upaya komunikasi dalam menangani pelanggaran

berlalulintas?

6. Apa saja tipe pesan yang diupayakan dalam komunikasi tertib berlalulintas?

7. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam strategi komunikasi yang

disampaiakan kepada masyarakat dalam tertib lalulintas ?

8. Menurut saudara, bagaimana penyampaian pesan komunikasi petugas

lalulintas dalam mengupayakan tertib lalu lintas pada pengguna jalan ?

110
9. Menurut saudara apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung dalam

kegiatan berkomunikasi

111
LAMPIRAN 2

Foto-Foto Kegiatan
Salah satu Wawancara Narasumber

112
Salah satu Media Komunikasi

113

Anda mungkin juga menyukai