Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan analisa data yang dilakukan maka didapatkan hasil penelitian

sebagai berikut:

4.1.1 Karakteristik Responden

1. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur

Kategori Frekuensi Persentase


< 20 Tahun 2 4.0
20 - 35 Tahun 43 86.0
> 35 Tahun 5 10.0
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa sebagian besar ibu

menyusui yang berumur 20 – 35 tahun sebanyak 43 responden (86,0%),

umur > 35 tahun sebanyak 5 orang (10,0%) dan umur < 20 tahun sebanyak

3 orang (4,0%).

4.1.2 Analisa Univariat

1. Distribusi frekuensi pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi pemberian ASI Eksklusif

Kategori Frekuensi Persentase


Tidak Asi ekslusif 23 46.0
Asi Keklusif 27 54.0
Jumlah 50 100

49
50

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa sebagian besar ibu

menyusui yang ASI eksklusif sebanyak 27 responden (54,0%). Sedangkan

ibu menyusui yang tidak ASI eksklusif sebanyak 23 responden (46,0%).

2. Distribusi Frekuensi Inisiasi Menyusui Dini

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Inisiasi Menyusui Dini

Kategori Frekuensi Persentase


Tidak IMD 26 52.0
IMD 24 48.0
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa sebagian besar frekuensi

ibu menyusui yang tidak IMD sebanyak 26 responden (52,0%). Sedangkan

ibu menyusui yang IMD sebanyak 24 responden (48,0%).

3. Distribusi Frekuensi Pengetahun

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi pengetahuan

Kategori Frekuensi Persentase


Kurang Baik 22 44.0
Baik 28 56.0
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa sebagian besar frekuensi

ibu menyusui yang pengetahuan baik sebanyak 28 responden (56,0%).

Sedangkan ibu menyusui yang pengetahuan kurang baik sebanyak 22

responden (44,0%).
51

4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Pekerjaan

Kategori Frekuensi Persentase


Tidak Bekerja 29 58.0
Bekerja 21 42.0
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa sebagian besar frekuensi

ibu menyusui yang tidak bekerja sebanyak 29 responden (58,0%).

Sedangkan ibu menyusui yang bekerja sebanyak 21 responden (42,0%).

5. Distribusi Frekuensi Paritas

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Paritas

Kategori Frekuensi Persentase


Primipara 20 40.0
Multipara 30 60.0
Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa sebagian besar frekuensi

ibu menyusui dengan paritas multipara sebanyak 30 responden (60,0%).

Sedangkan ibu menyusui dengan paritas primipara sebanyak 20 responden

(40,0%).
52

4.2.2 Analisa Bivariat

1. Hubungan IMD Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.7
Hubungan IMD Dengan Pemberian
ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif Total


ASI Tidak ASI OR
IMD p-value
Eksklusif Eksklusif N % 95% CI
N % N %
Tidak IMD 7 30.4 19 70.4 23 52.0 0.184
IMD 16 69.6 18 29.6 15 48.0 0,011 (0.055-
Jumlah 23 100 27 100 50 100 0.620)

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa ibu menyusui yang tidak IMD dan

tidak memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 19 responden

(70,4%). Sedangkan ibu menyusui yang tidak IMD dan memberikan ASI

secara Eksklusif yaitu sebanyak 7 responden (30,4%). Selain itu ibu

menyusui yang IMD dan tidak memberikan ASI secara eksklusif yaitu

sebanyak 18 responden (29,6%). Sedangkan ibu menyusui yang IMD dan

memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak 16 responden (69,6%).

Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,011 (p-value < α = 0,05) yang

berarti bahwa ada hubungan IMD dengan pemberian ASI eksklusif.

Kemudian didapatkan OR = 0,184 yang berarti bahwa responden yang IMD

berpeluang memberikan asi eksklusif sebesar 0,184 kali dibandingkan

dengan ibu yang tidak IMD.


53

2. Hubungan pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.8
Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian
ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif Total


ASI Tidak ASI OR
Pekerjaan p-value
Eksklusif Eksklusif N % 95% CI
N % N %
Tidak Bekerja 19 82.6 10 37.0 29 58.0 8.075
Bekerja 4 17.4 17 63.0 21 42.0 0,003 (2.133-
Jumlah 23 100 27 100 50 100 30.575)

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa ibu menyusui yang tidak bekerja

dan tidak memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 10 responden

(37,0%). Sedangkan ibu menyusui yang tidak bekerja dan memberikan

ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 19 responden (82,6%). Selain itu ibu

menyusui yang bekerja dan tidak memberikan ASI secara eksklusif yaitu

sebanyak 17 responden (63,0%). Sedangkan ibu menyusui yang bekerja

dan memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak 4 responden

(17,4%).

Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,003 (p-value < α = 0,05) yang

berarti bahwa ada hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif.

Kemudian didapatkan OR = 8.075 yang berarti bahwa responden yang

bekerja berpeluang memberikan asi eksklusif sebesar 8.075 kali

dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.


54

3. Hubungan pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.9
Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian
ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif Total


ASI Tidak ASI OR
Pengetahuan p-value
Eksklusif Eksklusif N % 95% CI
N % N %
Kurang baik 20 87.0 2 7.4 22 44.0 3.333
Baik 3 13.0 25 92.6 28 56.0 0,000 (12.674-
Jumlah 23 100 27 100 50 100 54.949)

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa ibu menyusui yang pengetahuan

kurang baik dan tidak memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 2

responden (7,4%). Sedangkan ibu menyusui yang pengetahuan kurang

baik dan memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 20 responden

(87,0%). Selain itu ibu menyusui yang pengetahuan baik dan tidak

memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak 25 responden (92,6%).

Sedangkan ibu menyusui yang pengetahuan baik dan memberikan ASI

secara eksklusif yaitu sebanyak 3 responden (13,0%).

Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,000 (p-value < α = 0,05) yang

berarti bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI

eksklusif. Kemudian didapatkan OR = 3.333 yang berarti bahwa responden

yang pengetahuan baik berpeluang memberikan asi eksklusif sebesar 8.075

kali dibandingkan dengan ibu yang pengetahuan kurang baik.


55

4. Hubungan Paritas Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.10
Hubungan paritas dengan Pemberian
ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif Total


ASI Tidak ASI OR
Paritas p-value
Eksklusif Eksklusif N % 95% CI
N % N %
Primipara 5 21.7 15 55.6 20 40.0 0.222
Multipara 18 78.3 12 44.4 30 60.0 0,032 (0.064-
Jumlah 23 100 27 100 50 100 0.774)

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa ibu menyusui dengan paritas

primipara dan tidak memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 15

responden (55,6%). Sedangkan ibu menyusui dengan paritas primipara dan

memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 5 responden (21,7%).

Selain itu ibu menyusui dengan paritas multipara dan tidak memberikan

ASI secara eksklusif yaitu sebanyak 12 responden (44,4%). Sedangkan ibu

menyusui dengan paritas multipara dan memberikan ASI secara eksklusif

yaitu sebanyak 18 responden (78,3%).

Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,032 (p-value < α = 0,05) yang

berarti bahwa ada hubungan paritas dengan pemberian ASI eksklusif.

Kemudian didapatkan OR = 0.222 yang berarti bahwa responden yang

dengan paritas multipara berpeluang memberikan asi eksklusif sebesar

0.222 kali dibandingkan dengan ibu dengan paritas primipara.


56

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hasil Univariat

4.3.1.2 Distribusi frekuensi Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa sebagian besar ibu

menyusui yang ASI eksklusif sebanyak 27 responden (54,0%). Sedangkan

ibu menyusui yang tidak ASI eksklusif sebanyak 23 responden (46,0%).

Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja

tanpa tambahan cairan lain (susu formula, jeruk, madu, air putih, air teh)

dan tanpa tambahan makanan padat (pisang, bubur, susu, dan lain-lain).

Dianjurkan untuk jangka waktu sampai 6 bulan (Roesli, 2007).

ASI adalah jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur

kebutuhan bayi baik fisik, psikologis sosial, maupun spiritual. Asi

mengandung nutrisi, hormone, ank a kekebalan tubuh, pertumbuhan,

antialergi, serta antiinflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hamper 200

unsur zat makanan (Sudargo dan Kusmayanti, 2019).

Menurut pendapat penelitian rendahnya pemberian ASI eksklusif

dikarenakan sebagian besar ibu bekerja sehingga kurang memiliki waktu

untuk menyusui bayinya. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya

pemberian ASI eksklusif kepada bayi memungkinkan ibu untuk

menggantikan ASI dengan makanan pengganti atau susu formula yang

dinilai praktis digunakan saat mereka bekerja.


57

2. Distribusi Frekuensi Inisiasi Menyusui Dini

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa sebagian besar frekuensi

ibu menyusui yang tidak IMD sebanyak 26 responden (52,0%). Sedangkan

ibu menyusui yang IMD sebanyak 24 responden (48,0%).

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu

dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008).

Kementrerian Kesehatan RI menghimbau agar Inisiasi Menyusu Dini

(IMD) atau memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan dilakukan

dalam waktu 30 menit – 1 jam pasca bayi dilahirkan. Biarkan bayi

mencari, menemukan putting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi

akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu

pertama biasanya berlangsung pada menit ke-45 hingga 60 dan

berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu

payudara (Sutanto, 2019).

2. Distribusi Frekuensi Pengetahun

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa sebagian besar

frekuensi ibu menyusui yang pengetahuan baik sebanyak 28 responden

(56,0%). Sedangkan ibu menyusui yang pengetahuan kurang baik

sebanyak 22 responden (44,0%).

2. Distribusi Frekuensi Pekerjaan

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa sebagian besar

frekuensi ibu menyusui yang tidak bekerja sebanyak 29 responden

(58,0%). Sedangkan ibu menyusui yang bekerja sebanyak 21 responden

(42,0%).
58

Pekerjaan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, dimana

kesibukan orang tua serta pekerjaan mengakibatkan tidak diberikannya

ASI eksklusif, dan hanya memberikan susu formula. Pada kelompok ibu

yang tidak bekerja keinginan untuk memberikan ASI eksklusif lebih tinggi

dibandingkan pada ibu yang bekerja. Menurut Amiruddin (2006) tidak ada

hubungan antara ibu yang bekerja di luar rumah dengan pemberian ASI

eksklusif.

2. Distribusi Frekuensi Paritas

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa sebagian besar frekuensi

ibu menyusui dengan paritas multipara sebanyak 30 responden (60,0%).

Sedangkan ibu menyusui dengan paritas primipara sebanyak 20 responden

(40,0%).

Ibu dengan jumlah persalinan lebih dari satu kali akan mengalami

peningkatan jumlah ASI pada hari keempat postpartum jauh lebih tinggi

dibandingkan ibu yang baru melahirkan pertama kali (Proverawati dan

Rahmawati, 2010). Hasil penelitian Ida (2011) menjelaskan bahwa ibu

yang mempunyai paritas >1 kali berpeluang 2,333 kali lebih besar

memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan ibu yang mempunyai

paritas 1 kali. Ibu yang mempunyai satu anak sebanyak 36 responden

(42,9%), dan yang memiliki >1 anak 48 responden (57,1%), dari hasil

penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan

pemberian ASI eksklusif (Mabud dkk., 2014).


59

4.3.2 Hasil Bivariat

1. Hubungan IMD Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa ibu menyusui yang tidak

IMD dan tidak memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 19

responden (70,4%). Sedangkan ibu menyusui yang tidak IMD dan

memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 7 responden (30,4%).

Selain itu ibu menyusui yang IMD dan tidak memberikan ASI secara

eksklusif yaitu sebanyak 18 responden (29,6%). Sedangkan ibu menyusui

yang IMD dan memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak 16

responden (69,6%). Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,011 (p-value

< α = 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan IMD dengan pemberian ASI

eksklusif. Kemudian didapatkan OR = 0,184 yang berarti bahwa

responden yang IMD berpeluang memberikan asi eksklusif sebesar 0,184

kali dibandingkan dengan ibu yang tidak IMD.

Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini lebih berhasil

menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui (Roesli, 2012). Isapan

bayi yang penting dalam meningkatkan kadar ank ar prolaktin, yaitu ank

ar yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan

tersebut akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat (Yuliarti, 2010).

Ketika bayi diletakkan di dada untuk menyusu, bayi akan

merasakan kehangatan dari kulit ibu sehingga dapat menurunkan resiko

kematian karena hipotermi. Selama menyusu, bayi akan

mengkoordinasikan isapan, menelan dan bernafas. Pada saat itu, mungkin

ibu sudah mengeluarkan kolostrum. Bayi yang mendapatkan kolostrum


60

akan mendapatkan ank are dan faktor pertumbuhan sel usus, ank are

dalam ASI dapat meningkatkan ketahanan terhadap infeksi. Berbagai ank

arena menyebutkan bahwa segera setelah bayi lahir harus diletakkan di

dada ibu dengan cara menempelkan bayi pada payudara ibu, dalam hal ini

bukan untuk pemberian zat gizi tetapi agar bayi dapat belajar untuk

menyusu dan mengenal putting ibu, selain itu rangsangan hisapan dari

bayi akan merangsang kelenjar hipofisis posterior mengeluarkan hormone

oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI. Walaupun ASI belum

keluar, tetapi interaksi ini akan membuat bayi merasa tenang dan nyaman,

selain itu ank ar oksitosin dapat mengurangi perdarahan pasca persalinan

dan mempercepat pengecilin uterus (Irawan, 2018).

IMD dapat meningkatkan angka pemberian ASI eksklusif secara

signifikan. Beberapa penelitian telah menyatakan pengaruh jangka panjang

dari IMD terhadap pemberian ASI eksklusif dan lama pemberiannya.

Angka pemberian ASI (secara eksklusif dan hampir eksklusif) meningkat

secara signifikan pada kelompok bayi yang diberikan perlakuan IMD

(85,3%), dibandingkan dengan bayi yang tidak dilakukan IMD (65,7%)

(Mahmood et al. 2011). Hisapan dari bayi akan mempengaruhi

pengeluaran hormone oksitosin dan prolaktin, selain itu bayi juga belajar

untuk menyusu, sehingga memungkinkan menyusui sejak dini

berpengaruh terhadap produksi dan pengeluaran ASI. Ini dikarenakan

keluarnya ASI dapat dipercepat dengan menerapkan proses inisiasi

menyusu dini karena telah terlatihnya reflek menghisap bayi sejak awal

sehingga membantu merangsang ASI segera keluar ank arena sifat ASI
61

sendiri yang diproduksi berdasarkan demand (permintaan bayi, jika

diambil banyak akan diberikan banyak), sehingga ditambah dengan

diterapkannya inisiasi menyusu dini yang berarti telah melatih bayi untuk

berusaha sendiri mendapatkan apa yang diinginkan dan semakin kuat

usaha bayi untuk mendapatkan ASI maka akan semakin cepatASI keluar.

Selain itu, penting bagi ibu mendapat dukungan untuk menyusui selama

postpartum kurang tepat. Dukungan bagi ibu sangat penting untuk

meningkatkan kepercayaan diri ibu mempertahankan ASI.

2. Hubungan pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa ibu menyusui yang tidak

bekerja dan tidak memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 10

responden (37,0%). Sedangkan ibu menyusui yang tidak bekerja dan

memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 19 responden (82,6%).

Selain itu ibu menyusui yang bekerja dan tidak memberikan ASI secara

eksklusif yaitu sebanyak 17 responden (63,0%). Sedangkan ibu menyusui

yang bekerja dan memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak 4

responden (17,4%). Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,003 (p-value

< α = 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan pekerjaan dengan pemberian

ASI eksklusif. Kemudian didapatkan OR = 8.075 yang berarti bahwa

responden yang bekerja berpeluang memberikan asi eksklusif sebesar 8.075

kali dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

Menurut Judarwanto (2006), seorang ibu bekerja akan

menghabiskan waktunya dikantor/tempat kerja, bekerja juga merupakan


62

sumber ketenangan dan setres yang besar bagi para ibu bekerja. Mulai dari

peraturan kerja yang kaku, bos yang tidak bijaksana, beban kerja yang

berat, ketidakadilan yang dirasakan ditempat kerja, rekan-rekan yang sulit

bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, ataupun ketidaknyamanan

psikologis yang dialami akibat dari problem sosial-politis di tempat kerja.

Menurut Judarwanto (2006), bila sudah bekerja, kadang ibu tidak

mau direpotkan dengan kegiatan dalam memompa ASI di tempat bekerja.

Bahkan sebagian ibu lebih mementingkan diri sendiri, dengan alasan

mengganggu keindahan tubuh akhirnya ASI tidak diberikan. Di tempat

bekrja, banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program

pemberian ASI. Tidak ada upaya penyiapan rungan khusus untuk tempat

menyusui atau memompa ASI saat ibu bekerja. Di tempat umum seperti

plasa, pertokoan atau bandara banyak tidak tersedia tempat khusus untuk

menyusui bayi. Apalagi di daerah perkotaan harga sewa lahan yang sangat

tinggi tampaknya para pengusaha tidak rela keuntungannya diberikan

untuk tempat kepentingan pemberian ASI pada bayi.

Menurut Judarwanto (2006), kondisi ibu bekerja tentu jauh berbeda

dengan kondisi ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga dapat menyusui

bayinya kapan saja, dimana saja, pun dapat dilakukan dengan cara yang

paling alamiah, alias langsung dari sumbernya, karena secara fisik ibu

rumah tangga selalu dekat dengan bayinya. Kapanpun bayinya lapar, dia

bisa menunda pekerjaannya dan menyususinya terlebih dahulu.


63

Menurut penelitian yang dilakukan Fesi Yamaeka (2017),

terdapatnya hubungan status pekerjaan responden dengan pemberian ASI

eksklusif karena responden yang bekerja akan memiliki waktu sedikit

dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Rendahnya pemberian

ASI eksklusif pada ibu bekerja sangat erat kaitannya dengan kebijakan-

kebijakan yang ada di tempat kerja. Pada ibu yang bekerja sebagai

karyawan swasta rata-rata mendapat cuti bersalin hanya 1-2 bulan saja dan

pada umumnya responden tidak memiliki tempat penitipan anak serta

fasilitas tempat penyimpanan ASI ditempat kerja. Penyebab lain adalah

responden merasa ASI kurang atau ingin melatih bayi mengkonsumsi susu

formula karena akan ditinggal bekerja karena sebagian besar responden

menitipkan bayinya kepada orangtua atau saudara. Diharapkan ibu yang

memiliki bayi walaupun bekerja diluar rumah tetap memberikan ASI

eksklusif pada bayinya dengan cara memompa ASI sebelum berangkat

bekerja dan disimpan pada tempat yang steril.

Berdasarkan hasil penelitian ini, pekerjaan berpengaruh terhadap

pemberian ASI. Menurut pendapat peneliti, ibu yang bekerja cenderung

akan merasa kesulitan dalam hal menyusui bayinya. Walaupun sebenernya

banyak cara yang dapat dilakukan oleh ibu, seperti misalnya memeras susu

dengan pompa ASI dan sebagainya, namun terkadng sebagai wanit karir

yang memiliki banyak kesibukan di tempat kerja yang tidak

memperbolehkan seorang wanita membawa bayinya dimaksudkan supaya

tidak mengganggu pekerjaannya justru merugikan ibu dalam pemberian

ASI secara eksklusif. Sehingga wanita yang bekerja cenderung memiliki


64

kesulitan dalam memberikan ASI secara eksklusif, berbeda dengan ibu

yang tidak bekerja, yang sewaktu-waktu dapat menyusui bayinya dan

membrikan ASI kepada bayinya secara eksklusif.

Dari hasil penelitian terdapat ibu menyusui yang tidak bekerja dan

tidak memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak. Menurut peneliti

hal tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran pengetahuan i Berdasarkan

tabel 4.3 diketahui bahwa ibu menyusui yang tidak bekerja dan tidak

memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 9 orang (42,9%).

Sedangkan ibu menyusui yang tidak bekerja dan memberikan ASI secara

Eksklusif yaitu sebanyak 14 orang (82,4%).

Selain itu ibu menyusui yang bekerja dan tidak memberikan ASI

secara eksklusif yaitu sebanyak 12 orang (17,6%). Sedangkan ibu

menyusui yang bekerja dan memberikan ASI secara eksklusif yaitu

sebanyak 3 (17,6%).

Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,032 (p-value < α = 0,05)

yang berarti bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif di BPM Wirahayu Panjang Selatan tahun 2016. Kemudian

didapatkan OR = 6,222 yang berarti bahwa responden yang bekerja

berpeluang tidak memberikan asi eksklusif sebesar 6,222 kali

dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

Manfaat ASI Eksklusif sehingga walaupun ibu mempunyai banyak

waktu untuk menyusui, ibu enggan memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya, selain itu faktor usia yang lebih muda, ibu cenderung masih
65

menjaga bentuk tubuhnya. Sehingga ibu enggan untuk menyusui karena

takut payudaranya kendor. Sedangkan ibu menyusui yang bekerja dan

memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak. Menurut peneliti hal

tersebut dikarenakan pengetahuan ibu yang baik tentang manfaat ASI

Eksklusif sehingga walaupun ibu tidak mempunyai banyak waktu untuk

menyusui, ibu tetap memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Dengan

cara payudara dipompa dan ASI dimasukkan kedalam freezer dan

diberikan saat ibu bekerja.

3. Hubungan pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa ibu menyusui yang pengetahuan

kurang baik dan tidak memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 2

responden (7,4%). Sedangkan ibu menyusui yang pengetahuan kurang

baik dan memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 20 responden

(87,0%). Selain itu ibu menyusui yang pengetahuan baik dan tidak

memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak 25 responden (92,6%).

Sedangkan ibu menyusui yang pengetahuan baik dan memberikan ASI

secara eksklusif yaitu sebanyak 3 responden (13,0%). Hasil uji statistik

didapatkan p-value = 0,000 (p-value < α = 0,05) yang berarti bahwa ada

hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. Kemudian

didapatkan OR = 3.333 yang berarti bahwa responden yang pengetahuan

baik berpeluang memberikan asi eksklusif sebesar 8.075 kali dibandingkan

dengan ibu yang pengetahuan kurang baik.

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya yang


66

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek

(Notoatmojo, 2018).

Hasil penelitian yang dilakukan Andi Yulianto Wibowo (2018)

sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan kurang baik

cenderung tidak memberikan Asi Eksklusif sebesar (78,9%). Hal ini

dikarenakan pengetahuan responden yang masih kurang tidak mengetahui

bayi yang diberikan Asi Eksklusif lebih jarang terkena sakit dibandingkan

dengan bayi yang tidak diberi Asi Eksklusif, teknik menyusui yang benar,

dan manfaat pemberian Asi Eksklusif.

4. Hubungan Paritas Dengan Pemberian ASI Eksklusif

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa ibu menyusui dengan

paritas primipara dan tidak memberikan ASI secara Eksklusif yaitu

sebanyak 15 responden (55,6%). Sedangkan ibu menyusui dengan paritas

primipara dan memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sebanyak 5

responden (21,7%). Selain itu ibu menyusui dengan paritas multipara dan

tidak memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak 12 responden

(44,4%). Sedangkan ibu menyusui dengan paritas multipara dan

memberikan ASI secara eksklusif yaitu sebanyak 18 responden (78,3%).

Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0,032 (p-value < α = 0,05) yang

berarti bahwa ada hubungan paritas dengan pemberian ASI eksklusif.

Kemudian didapatkan OR = 0.222 yang berarti bahwa responden yang

dengan paritas multipara berpeluang memberikan asi eksklusif sebesar

0.222 kali dibandingkan dengan ibu dengan paritas primipara.


67

Masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada

ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan

tentang pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar dan

hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui (Bahiyatun,

2009). Asi Eksklusif cenderung banyak dilaksanakan oleh ibu multipara

dan grand multipara, karena ibu akan belajar dari dari pengalaman

menyusuisebelumnya. Tampak bahwa pengetahuan lebih menunjuk pada

pengalaman seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri. Tanpa

pengalaman itu, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan.

Hasil penelitian yang dilakukan bahwa jumlah paritas dapat

menentukan keberhasilan Asi Eksklusif yang dilihat dari pengalaman ibu.

Rata-rata informasi Asi Eksklusif memiliki 3 anak. Sedangkan rata-rata

informasi Asi tidak Eksklusif memiliki 2 anak (Fikawati dan Syafiq,

2009). Jumlah paritas yang mempengaruhi keberhasilan Asi Eksklusif

disini lebih di titik beratkan pada pengalaman seorang ibu dalam

menyusui. Pengalaman ibu dalam menyusui akan membentuk pengetahuan

ibu dengan sendirinya mengenai menyusui, baik itu pemberian Asi

Eksklusif, manfaat Asi, cara menyusui yang baik dan benar, gizi ibu

menyusui, serta cara agar Asi tetap diproduksi.


68

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diamil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Distribusi frekuensi berdasarkan asi eksklusif kategori ASI eksklusif

sebanyak 27 responden (54,0%). Sedangkan tidak ASI eksklusif sebanyak

23 responden (46,0%).

2. Distribusi frekuensi berdasarkan IMD kategori yang tidak IMD sebanyak

26 responden (52,0%). Sedangkan yang IMD sebanyak 24 responden

(48,0%).

3. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan kategori yang pengetahuan

baik sebanyak 28 responden (56,0%). Sedangkan ibu menyusui yang

pengetahuan kurang baik sebanyak 22 responden (44,0%).

4. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu menyusui yang tidak

bekerja sebanyak 29 responden (58,0%). Sedangkan ibu menyusui yang

bekerja sebanyak 21 responden (42,0%).

5. Distribusi frekuensi berdasarkan paritas ibu menyusui dengan paritas

multipara sebanyak 30 responden (60,0%). Sedangkan ibu menyusui

dengan paritas primipara sebanyak 20 responden (40,0%).

6. Ada hubungan IMD dengan Pemberian Asi Eksklusif dengan nilai p-

value = 0,011

7. Ada hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Asi Eksklusif dengan nilai

p-value = 0,003
69

8. Ada hubungan Pekerjaan dengan Pemberian Asi Eksklusif dengan nilai p-

value = 0,000

9. Ada hubungan Paritas dengan Pemberian Asi Eksklusif dengan nilai p-

value = 0,032

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.2.1 Tempat Penelitian

Hasil ini diharapkan dapat digunakan oleh petugas kesehatan di BPS

untuk mengevaluasi masalah pemberian ASI eksklusif pada ibu-ibu

menyusui yang bekerja. Selain itu juga dapat melakukan penyuluhan-

penyuluhan tentang kesehatan ibu yang bekerja khususnya tentang ASI

eksklusif sehingga masyarakat dapat memiliki pengetahuan dan

kesadaran akan pentingnya pemberian ASI eksklusif sehingga mereka

dapat melakukan pemberian ASI walaupun sambil bekerja.

5.2.2 Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dan gamaran untuk peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian yang menggunakan rancangan

posttes atau rancangan lainya.

5.2.3 Bagi Responden

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu

menyusui sehingga dapat memberikan ASI secara eksklusif, terutama

bagi ibu menyusui yang bekerja. Ibu yang bekerja dapat menyiasati
70

pemberian ASI yaitu dengan memeras ASI sehingga tidak perlu

mengganti dengan susu formula.

Anda mungkin juga menyukai