Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.

O
GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN DIAGNOSA
HIPERTENSI
Diajukan untuk memenuhi tugas laporan Praktik Keperawatan Keluarga
dengan Dosen Pembimbing Bapak Ns. FX Widiantoro., MS., PhD dan ibu Ns.
Friska S, S.Kep., MSN

OLEH:
HANIFAH RAHMAWATI PUTRI
30190121124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-
Nya kepada saya, sehingga laporan kasus ini dapat terselesaikan. Laporan
kasus ini membahas tentang ‘Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien
Gangguan Sistem Kardiovaskuler Dengan Diagnosa Hipertensi’ Laporan kasus
ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang Hipertensi.

Saya ucapkan terima kasih kepada dosen koordinator mata ajar Praktik
Keperawatan Keluarga dan Komunitas yaitu, Bapa Ns. FX Widiantoro., MS.,
PhD dan ibu Ns. Friska S, S.Kep., MSN yang telah membimbing saya.
Dilihat dari isi dan cara penyampaian laporan kasus ini, masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Tetapi penulis tetap berusaha untuk
menyelesaikan laporan kasus ini dengan sebaik mungkin. Kritik dan saran dari
pembaca sangat di harapkan agar penulis dapat membuat laporan kasus yang
lebih baik lagi.

Harapan penulis agar laporan kasus ini dapat di pergunakan sebaik-


baiknya dan dapat bermanfaat bagi pembacanya. Akhir kata, penulis ucapkan
terima kasih.

Padalarang, Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang .............................................................................................
B. Tujuan Penulisan ..........................................................................................
C. Metode Penulisan .........................................................................................
D. Sistematika Penulisan...................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................
A. Konsep keluarga ...........................................................................................
B. Konsep penyakit Hipertensi ..........................................................................
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga.........................................................
BAB III Asuhan Keperawatan Keluarga...........................................................
A. Pengkajian ....................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................
C. Intervensi Keperawatan.................................................................................
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.....................................................
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................
BAB V PENUTUP............................................................................................
A. SIMPULAN..................................................................................................
B.SARAN..........................................................................................................
Lampiran ..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Gaya hidup sehat merupakan kebutuhan fisiologis yang hierarki, kebutuhan


manusia paling dasar untuk dapat mempertahankan hidup termasuk juga menjaga
agar tubuh tetap bugar dan sehat serta terbebas dari segala macam penyakit.
Penyakit yang sering muncul akibat gaya hidup yang tidak sehat salah satunya yaitu
hipertensi(Sufa et al., 2017).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan
diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan
suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena
jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia
18 tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang
dengan penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh
karena itu sering ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan
komplikasi seperti serangan jantung, stroke.
Di Indonesia data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau
sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014
menunjukkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di
Indonesia dengan prosentasi sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung.
Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif. Semua
pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014).

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi dari Hipertensi dan Keluarga
2. Mengetahui klasifikasi Hipertensi
3. Mengetahui etiologi Hipertensi
4. Menjelaskan patofisiologi Hipertensi
5. Mengetahui manifestasi klinis dan dampak dari penyakit Hipertensi
6. Mengetahui komplikasi Hipertensi
7. Mengetahui penatalaksanaan penyakit Hipertensi
8. Menjelaskan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien Hipertensi

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan adalah metode studi kasus.

D. Sistematika
Penulisan Bab I pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan peneliti, kegunaan penelitian, dan sistematika
penulisan, Bab II Terdiri dari tinjauan teori yang isinya meliputi materi
yang dibahas dalam kasus, Bab III Terdiri dari tinjauan kasus, yang berisi
tentang asuhan keperawatan sesuai dengan kasus yang didapat Bab IV berisi
pembahasan dan Bab V berisi simpulan dan saran
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara
terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh
(Koes Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila
tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal
jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N
Ejournal keperawatan volume 4 nomor 1, Mei 2016)
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering
dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu (WHO, 2014) :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti
apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat keluarga
penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga
para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab
hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi
alkohol, dan kelainan darah.
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu
gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah
atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena
tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi
bukan faktor penyebab.
3. Anatomi Fisiologi
Anatomi Sistem kardiovaskular adalah suatu system transport (peredaran) yang
membawa gas-gas pernafasan, nutrisi hormon-hormon dan zat lain ke dari dan
jaringan tubuh. Sistem kardiovasular di bangun oleh :
1. Jantung
Jantung merupakan organ muskular berongga, bentuknya menyerupai piramid atau
jantung pisang yang merupakan pusat sirkulasi darah ke seluruh tubuh, terletak
dalam rongga toraks pada bagian mediastinum, sebelah kiri bawah dari
pertengahan rongga dada, diatas diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang
kiri antara kosta V dan VI dua jari di bawah papilla mamae. Pada tempat ini teraba
adanya jantung yang disebut iktus korsdis. Ukuran jantung kurang lebih sebesar
genggaman tangan kanan dan beratnya kirakira 250-300 gram. Lapisan jantung
terdiri dari :
1) Endokardium
Dinding dalam atrium diliputi oleh membran yang mengilat, terdiri dari
jaringan endotel atau selaput lendir endokardium, kecuali aurikula dan bagian
depan sinus vena kava. Terdapat bundelan otot paralel berjalan ke depan krista,
kearah ujung aurikula dari ujung bawah krista terminalis terdapat sebuah
lipatan endokardium yang menonjol dikenal sebagai valvuva vena kava
inverior.
2) Pembuluh darah
a) Pembuluh darah arteri : Arteri merupakan jenis pembuluh darah yang keluar
dari jantung yang membawa darah ke seluruh tubuh dari ventrikel sinistra
disebut juga aorta. Arteri mempunyai
3 lapisan yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic dan terdiri dari 3 lapisan,
yaitu :
(1) Tunika intima/ interna : lapisan paling dalam sekali berhubungan dengan
darah dan terdiri dari jaringan endotel.
(2) Tunika media : lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot, yang terdiri
dari jaringan otot yang polos.
(3) Tunika eksterna / adventesia : lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat lembut yang menguatkan dinding arteri.
b) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari cabang
terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop.kepiler pembentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh.

c) Vena (pembuluh darah balik)


Vena yang akan membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena
yang penting :
(1) Vena cava superior
Bermuara ke dalam bagian atas atrium kanan. Muara ini tidak memiliki
katub, menembalikan darah dari separoh atas tubuh.
(2) Vena cava inferior
Lebih besar dari vena kava superior, bermuara ke dalam bagian bawah
atrium kanan, mengembalikan darah ke jantung dari separoh badan bagian
bawah.
(3) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung.
Fisiologi
Jantung dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya sebagai
pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan kanan.
Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan
berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan
dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan
oleh jantung ini adalah suatu proses yang berkesinamb ungan dan berkaitan sangat erat
untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.

4. Fisiologi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :

 Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui


mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-
30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55
tahun, sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini
dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause (Endang
Triyanto, 2014).
 Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia
20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat.
Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin
meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih
tinggi dibandingkan diusia muda (Endang Triyanto, 2014).
 Keturunan (genetik)

Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah
menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita
hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi (Buckman, 2010).
 Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah.
Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan
kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat (Armilawaty, Amalia
H, Amirudin R., 2007).

b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol

 Obesitas

Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan


aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga
akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk
kondisi (Anggara, F.H.D., & N. Prayitno, 2013).

 Kurang olahraga

Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi


peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer,
sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu.

 Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam


kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

 Konsumsi garam berlebihan

WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi


peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram) (H. Hadi
Martono Kris Pranaka, 2014-2015).

 Minum alkohol

Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan


peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat
menyebabkan darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.

 Minum kopi

Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu
cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 510 mmHg.

 Kecemasan

Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan


frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini
akan meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan
tekanan darah sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah
yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini
dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi detak
jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh
akan semakin cepat.
5. Patofisiologi
Pengaturan tahanan perifer ditentukan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain
yaitu system baroreseptorarteri, pengaturan volume cairan tubuh, systemrenin
angiotensin dan autoregulasi vaskular (Udjianti, 2010). Curah jantung ditetukan oleh
volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter
arteriol. Jika diameternya menurun (vasokontriksi), tahanan perifer meningkat ;apabila
diameternya meningkat (vasodilatasi), tahanan perifer akan menurun. Pengaturan
primer tekanan arteri dipengaruhi oleh baroreseptor pada sinus karotikus dan arkus
aorta yang akan menyampaikan impuls ke pusat saraf simpatis di medula. Impuls
tersebut akan menghambat stimulasi sistem saraf simpatis. Bila tekanan arteri
meningkat, maka ujung-ujung baroreseptor akan tegang. Sehingga bangkit dan
menghambat pusat simpatis. Hal ini akan menurunkan tegangan pusat simpatis,
akibatnya frekuensi jantung akan menurun, arteriol mengalami dilatasi, dan tekanan
arteri kembali ke level awal. Hal yang sebaiknya terjadi bila ada penurunan tekanan
arteri. Baroreseptor mengontrol perubahan tekanan darah untuk sementara (Arif
Muttaqin, 2009). Beberapa faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinephrine, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem
saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula
adrenal mensekresi epinephrine, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin (Brunner & Suddarth, 2002 dalam
Saiful Nurhidayat, 2015). Renin dan angiotensin memegang peranan penting dalam
pengaturan tekanan darah. Ginjal memproduksi renin untuk memisahakan angiotensin
I, yang kemudin diubah oleh coverting enzym dalam paru menjadi angiotensin II
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II daan III memiliki vasokonstriktor
yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol terhadap
pelepasan aldosterone. Aldosterone sangat berpengaruh dalam hipertensi terutama
hipertensi primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II
dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada ekskresi garam
(natrium) yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Udjianti, 2010). Pada
penderita hipertensi yang mengalami gangguan pola tidur akan menyebabkan semakin
meningkatnya tekanan darah. Gangguan pola tidur pada penderita hipertensi bisa
disebabkan karena stress, pusing atau nyeri kepala. Hubungan antara hipertensi dengan
kualitas tidur terjadi akibat adanya aktivitas simpatik pada pembuluh darah sehingga
seseorang akan mengalami perubahan curah jantung yang tidak signifikan pada malam
hari. Penurunan pada resistansi pembuluh darah perifer menyebabkan penurunan
nokturnal normal pada tekanan arteri (Santi Martini, dkk 2018).

6. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala Hipertensi Menurut (Salma, 2020), yaitu :
a. Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)
b. Bising (bunyi “nging”) di telinga
c. Jantung berdebar-debar
d. Pengelihatan kabur
e. Mimisan
f. Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi.

7. Klasifikasi

Kategori Sistolik Diastolik


mmHg mmHg
Normal < 130 < 85
mmHg mmHg
Normal Tinggi 130-139 85-89
mmHg mmHg
Stadium 1 140-159 90-99
(HipertensiRingan) mmHg mmHg
Stadium 2 160-179 100-109
(HipertensiSedang) mmHg mmHg
Stadium 3 180-209 110-119
(HipertensiBerat) mmHg mmHg
Stadium 4 201 120
(HipertensiSangatBeratatauMaligna) mmHg mmHg
ataulebih ataulebih

8. Komplikasi
Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
1) Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang.
Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan
terbentuknya aneurisma.
2) Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada
menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi
kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat
terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
3) Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-kapiler
glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla
ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya
glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan
osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi
kronik.
4) Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang
mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh
kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro
disekitarnya terjadi koma dan kematian

9. Manifestasi klinik
Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala
pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak
teratur.
2) Gejala yang lazim
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu :
a) Mengeluh sakit kepala, pusing
b) Lemas, kelelahan
c) Sesak nafas
d) Gelisah
e) Mual
f) Muntah
g) Epistaksis
h) Kesadaran menurun

10. Tes diagnostik


Menurut Udjianti, Wajan Juni (2010), pemeriksaan penunjang pada penderita
hipertensi meliputi :
1. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count) meliputi pemeriksaan
hemoglobin, hematokrit untuk melihat vaskositas dan indikator faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. Kimia darah
a. BUN, kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau fungsi
renal.
b. Serum glukosa : hiperglisemia (DM adalah faktor presipitator hipertensi) akibat
dari peningkatan kadar katekolamin.
c. Kadar kolesterol/trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan predisposis
pemebntukan plak ateroma.
d. Kadar serum aldosterone : menilai adanya aldosteronisme primer.
e. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi
terhadap vasokonstriksi dan hipertensi.
f. Asam urat : hiperurisemia merupakan implikasi faktor hipertensi.
3. Elektrolit
a. Serum potasium atau kalium : hipoklemia menandakan adanya aldosteronisme
atau efek samping terapi diuretik.
b. Serum kalsium : jika terdapat peningkatan akan berkontribusi pada hipertensi
4. Urin
a. Analisa urin : adanya protein urien, glukosa dalam urin mengindikasikan adanya
disfungsi renal atau diabetes
b. Urine VMA (Catecholamine Metabolite) : peningkatan kadar mengindikasikan
adanya pheochromacytoma.
c. Sterodi urin : peningkatan kadar mengindikasikan adanya hiperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituary, sindrome chusing’s; kadar renin juga
meningkat.
5. Radiologi
a. Intra Venous Pyelografi (IVP) : untuk mengidentifikasi penyebab hipertensi
seperti renal parenchhymal disease, urolithiasis, benigna prostate hyperplasia
(BPH).
b. Rontgen toraks : untuk menilai adanya kalsifikasi obstruktif katup jantung,
deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung
6. EKG
EKG menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau
disritmia

11. Penatalaksanaan Medik


Pengobatan atau penatalaksanaan hipertensi membutuhkan waktu lama, seumur hidup
dan harus terus menerus (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Manajemen diri pasien
hipertensi secara tepat dapat mengendalikan serta meminimalkan resiko terjadinya
komplikasi (Bosworth et al., 2011; PERKI, 2015; Lestari & Isnaini, 2018).
Berdasarkan JNC 8 (2014) upaya yang dilakukan dalam penatalaksanaan hipertensi
berupa upaya farmokologis (obat-obatan) dan upaya non farmakologis (modifikasi
gaya hidup).
Penatalaksanaan hipertensi perlu dilakukan sebagai upaya pengurangan risiko naiknya
tekanan darah. Menurunkan tekanan darah sistolik 10 mm Hg telah terbukti
mengurangi risiko kejadian penyakit kardiovaskular 20%, penyakit jantung koroner
17%, stroke 27%, dan gagal jantung 28% (Thomopoulos et al., 2018). Tujuan
dilakukannya kontrol tekanan darah adalah untuk memonitoring tekanan darah,
mencegah pasien masuk rumah sakit dan mencegah terjadinya komplikasi (Martins,
2012). Oleh karena itu pentingnya penatalaksanaan hipertensi dalam mengontrol
tekanan darah, sehingga dapat dikatakan sebagai hipertensi yang terkontrol
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. IDENTITAS UMUM
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Ny. O Pekerjaan : Tidak Bekerja
Umur : 76 tahun Alamat : RT.02 RW. 09
Agama : Islam
Suku : Sunda No. Telepon : -
Pendidikan : Tamat SD Sederajat Kesehatan :
Hipertensi

2. Daftar Anggota Keluarga


No Nama L/P Hub. Umur Pendidikan Imunisasi KB Kesehatan
Dg
KK
- - - - - - - - -
Keterangan; pasien tidak memiliki anggota keluarga lain karena anaknya sudah
berkeluarga.

3. Genogram
Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan sebelumnya

4. Type Keluarga
a. Jenis type Keluarga:
Single Parent
Rumah tangga yang terdiri dari orangtua dengan anak (kandung) kondisi ini
disebabkan oleh kematian suami.

b. Masalah yang terjadi dilihat dari type Keluarga:


single parent.

5. Suku bangsa (etnis)


a. Latar Belakang Etnis Keluarga atau Anggota keluarga
Latar belakang pasien dan keluarga dari Suku Sunda.

b. Tempat tinggal Keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis
bersifat homogen)
Keluarga bertempat tinggal di lingkungan desa yang bersih dan sejuk.

c. Kegiatan keagamaan, social, budaya


Pengajian seminggu sekali.

d. Kebiasaan berbusana sehari-hari


Pakaian sehari-hari rapih dan sopan.
e. Struktur kekuasaan keluarga
-

f. Bahasa yang digunakan di rumah


Pasien dan keluarga dirumah mengatakan Bahasa yang digunakan sehari-
hari yaitu Bahasa Sunda.

g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi


Pasien dan keluarga menggunakan puskesmas, untuk kesehatannya.

6. Agama dan Kepercayaan


a. Agama yang dianut keluarga
klien dengan anak dan cucunya menganut agama Islam.

b. Apakah antara anggota keluarga ada yang berbeda keyakinan keagamaan


mereka?
klien mengatakan tidak ada keluarga yang berbeda keyakinan.

c. Seberapa aktif keluarga terlibat dalam kegiatan keagamaan atau organisasi


keagamaan?
Pasien dan keluarga mengatakan tidak pernah mengikuti pengajian dengan
tetngga lainnya.

d. Adakah kepercayaan dan nilai kegamaan yang berpengaruh terhadap


kesehatan keluarga?
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada.

7. Status social ekonomi keluarga


a. Berapa penghasilan keluarga per bulan?
Sumber penghasilan keluarga diperoleh dari cucunya dengan nominal Rp.
500.000-1.000.000.

b. Apakah keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari


dengan penghasilan saat ini?
klien mengatakan dengan pemberian dari cucunya sebenarnya kurang
untuk keperluan sehari-hari hanya dicukupkan saha dari pemberian tersebut
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama 1 bulan

c. Apakah keluarga memiliki tabungan untuk keperluan yang akan datang


(misalnya anak melanjutkan sekolah, dll)
klien mengatakan tidak mempunyai tabungan.

d. Apakah keluarga memiliki tunjangan kesehatan (asuransi, dll)?


Pasien mengatakan tidak memiliki BPJS ataupun asuransi kesehatan
lainnya.

e. Bagaimana aktifitas rekreasi keluarga?


Pasien mengatakan keluarganya jarang melakukan rekreasi, bahkan tidak
pernah rekreasi.
B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga lanjut usia, dengan tugas :
- Penyesuaian tahap pensiun dengan cara merubah cara hidup.
- Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
- Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
- Melakukan life review masa lalu.

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Keluarga belum mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat karena tidak mempunyai asuransi pelayanan kesehatan
seperti bpjs.

C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA INTI


1. Riwayat kesehatan keluarga masa lalu
 Pasien Ny. O mempunyai riwayat hipertensi dan GERD.
 Anak Ny. O yaitu Tn. D mempunyai riwayat hipertensi dan asam urat.

2. Riwayat kesehatan keluarga saat ini (masing-masing anggota keluarga)


Pada saat dikaji pasien sedang tidak sakit dan tanda-tanda vital dalam batas
normal.

3. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan keluarga


Pasien dan keluarga mengatakan tidak mempunyai sumber pelayanan kesehatan
yang digunakan.

D. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah Tinggal
a. Gambaran tipe rumah
Gambaran tipe rumah klien dengan rumah permanen beralaskan keramik,
terdapat 1 kamar mandi, 2 kamar tidur, tuang tamu dan ruang keluarga
menyatu hanya disekat lemari. terdapat 1 dapur, penerangan kurang terang.

b. Denah Rumah

DAPUR WC
R. TV KAMAR
KAMAR
RUANG TAMU
c. Gambaran kondisi rumah
1) Ruang tamu
Ruang tamu menyatu dengan ruang keluarga hanya disekat oleh lemari.
penerangan kurang, terdapat ventilasi jendela yg cukup.

2) Kamar tidur
Terdapat kamar tidur 2 dengan kondisi yang tidak terlalu luas,
penerangan kurang, terdapat ventilasi yang cukup.

3) Ruang keluarga
Ruang keluarga hanya ada satu tepatnya menyatu dengan ruang tamu
hanya disekat oleh lemari.

4) Dapur
Dapur terdapat satu, tidak terlalu luas, kondisi penerangan kurang.

5) Kamar mandi
Kamar mandi terdapat satu, kondisi kamar mandi tidak terlalu bersih,
lantai kotor.

d. Pola pembersihan rumah dan lingkungan rumah


Keluarga dan pasien mengatakan setiap 1 minggu sekali ada kegiatan
kebersihan di lingkungan rumah yaitu jumat bersih dan sabtu bersih.

e. Perasaan subjektif keluarga terhadap rumah tempat tinggal keluarganya

f. Tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga


Pasien mengatakan pembuangan sampah setiap bulan membayar iuran Rp.
50.000 dan membuang limbah melaui septi tank.

g. Karakteristik tetangga dan lingkungan rumah


Pasien mengatakan karakteristik tetangga dengan lingkungan sekitar baik
untuk bersosialisasi dan berkomunikasi.

h. Mobilitas geografis keluarga


Pasien dan keluarga hidup menetap dalam satu rumah.

i. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Klien mengatakan klien dengan keluarga di rumah selalu berinteraksi baik
dengan masyarakat sekitar dan tetangga rumahnya.
j. System pendukung keluarga
Tidak ada

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Pasien mengatakan pola komunikasi dengan anaknya menggunakan Bahasa
Sunda untuk sehari-harinya.

2. Struktur kekuatan keluarga


Struktur kekuatan keluarga saat ini berada di cucu pasien. Sebagai pemberi
uang untuk kebutuhan sehari-harinya pasien.

3. Struktur peran
Sebagai seorang ibu single parent yang ditinggalkan oleh suami karena
meninggal, dan tinggal bersama anaknya.

4. Nilai atau norma keluarga


Keluarga menganut agama islam dan beradat sunda.

F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif:
Pasien dan keluarga selalu menjaga kepribadian dan bertingkah laku yang baik ,
serta akrab kepada tetangga sekitar.

2. Fungsi Sosialisasi:
Pasien dan keluarga selalu bersosialisasi dengan baik.

3. Fungsi perawatan kesehatan:


Pasien dan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan masyarakat seperti
puskesmas untuk merawat kesehatan.

4. Fungsi reproduksi:
Pasien mempunyai anak 1 laki-laki dan sudah berkeluarga.

5. Fungsi ekonomi:
Fungsi ekonomi klien tersebut yakni untuk keperluan sehari-hari pemberian
dari cucunya untuk setiap bulan.

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stress
a. Stres jangka Panjang dan pendek
Stresor jangka pendek : pasien sering mengeluh pusing
Stresor jangka panjang : pasien khwatir karena tekanan darahnya

2. Kemampuan keluarga berespon terhadan stressor:


Pasien menanggapi penyakit yang dideritanya dengan rendah hati dan selalu
rajin minum obat.

3. Strategi koping yang digunakan:


Menerimanya dengan ikhlas, dengan cara berdoa.

H. PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan fisik Ny. O
 Nama ; Ny. O
 Umur ; 76 tahun
 Jenis Kelamin ; Perempuan
 Keluhan Utama ; pasien mengatakan saat ini tidak sedang sakit
 Riwayat Penyakit ; pasien mempunyai riwayat Hipertensi
 Keadaan umum : klien tampat sehat, berbicara lancar.
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda-tanda vital
 TD : 132 mmHG
 N : 80x/menit
 RR : 22x/menit
 S : 36˚ celcius
Kepala : bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan, tidak ada lesi.
 Rambut : berwarna hitam dan sudah beruban( memakai kerudung)
 Mata : sipit, dan dapat melihat ndengan baik.
 Hidung : terdapat 2 lubang,tidak ada secret, bersih, indra penciuman
berfungsi dengan baik.
 Telinga : teelinga dapat mendengar,bentuk telinga simetris, tidak ada
lesi.
 Mulut : mukosa lembab.

 Sistem cardivaskular
Tidak ada masalah kesehatan

 Sistem respirasi
Tidak ada masalah pernafasan

 Sistem gastrointestinal
Pasien mengatakan mempunyai permasalahan di lambung.

 Sistem persyarafan
Tidak ada masalah kesehatan

 Sistem musculo skeletal


Tidak ada masalah kesehatan

 Sistem genetalia
Tidak ada masalah kesehatan

I. HARAPAN KELUARGA
1. Apa harapan keluarga terhadap masalah kesehatan yang terjadi
Pasien mengatakan harapan kedepannya agar penyakitnya lekas sembuh.

2. Apa harapan keluarga terhadap petugas kesehatan keluarga


Pasien dan anaknya mempunyai harapan jika ada petugas kesehatan memberi
obat gratis kepada masyarakat yang mempunyai penyakit.

ANALISA DATA

Data obyektif Data subyektif


 Pasien tampak sadar penuh  Keluarga tampak kurang
(compos mentis) mengetahui pengetahuan tentang
 Pasien mengatakan tidak rutin kesehatan.
berobat, dan jika sudah sakit  TD : 132/77 mmHG
parah baru berobat ke  N : 80x/menit
puskesmas.  S : 36˚ celcius
 Anak pasien mengatakan  Kesadaran : E 4 M 6 V 5 = 15
khawatir jika tekanan darah  Ny. O mengatakan tidak
semkin tinggi. mengetahui penyebab masalah
kesehatan yang dialami.
 Ny. O mengatakan tidak
mengetahui tanda dan gejala
masalah kesehatan yang dialami.
 Ny. O mengatakan tidak
membatasi / mengurangi
konsumsi makanan asin / garam.
SKALA PRIORITAS MASALAH

Masalah
1:Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat dalam mengenal masalah anggota keluarga
dengan hipertensi.
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN

1. Sifat masalah Rasa takut


menyebabkan
 Aktual: 3
1 peningkatan TD yang
 Resiko: 2 2x1/3
dapat memperburuk
 Potensial: 1 keadaan

2. Kemungkinan
masalah dapat Pemberian penjelasan
diubah yang tepat dapat
2 2x2/2
 Mudah: 2 membantu menurunkan
 Sebagian: 1 rasa takut
 Tidak dapat: 0

3. Kemungkinan
masalah dapat
dicegah Penjelasan dapat
1 3x1/3 membantu mengurangi
 Tinggi: 3
rasa takut
 Cukup: 2
 Rendah: 1

4. Menonjolnya
masalah keluarga menyadari
dengan mematuhi diet
 Segera: 2 1x1/2
yang dianjurkan dapat
 Tidak segera: 1 1
mengrangi rasa
 Tidak dirasakan: khawatir
0

Skor 5
Masalah 2: Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN

1. Sifat masalah
Ny. O tidak
 Aktual: 3
1 mengetahui tentang
 Resiko: 2 3/3x1
penyebab hipertensi.
 Potensial: 1

2. Kemungkinan
masalah dapat
diubah Ny. O mengatakan
2 1/2x1 masalah ini dapat
 Mudah: 2
diubah
 Sebagian: 1
 Tidak dapat: 0

3. Kemungkinan
masalah dapat Ny.O mengatakan
dicegah masalah dapat
1
 Tinggi: 3 dicegah dengan
3/3x1
 Cukup: 2 tinggi.
 Rendah: 1

4. Menonjolnya
masalah
Ny.O mengatakan
 Segera: 2
sedang tidak
 Tidak segera: 1 1 0/1x1
merasakan nyeri.
 Tidak dirasakan:
0

Skor 5
Masalah
3; Ketidakpatuhan minum obat berhubungan dengan program perawatan yang
kompleks dan atau lama
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
Sifat masalah aktual.
1. Sifat masalah Didukung dengan
pernyataan Ny. O
 Aktual: 3 3/3x1= 1
1 mengetahui
 Resiko: 2
penyakitnya namun
 Potensial: 1 tidak mau meminum
obat
Kemungkinan
2. Kemungkinan masalah dapat
masalah dapat diubah sebagian
diubah idukung dengan
2 1/2x2= 1 pernyataan Ny. O
 Mudah: 2
menggunakan bahan
 Sebagian: 1
alami untuk
 Tidak dapat: 0 menurunkan
hipertensi.

3. Kemungkinan Kemungkinan
masalah dapat masalah dapat
dicegah dicegah tinggi.
1 3/3x 1 = 1 Didukung dengan
 Tinggi: 3
kemauan bertanya
 Cukup: 2
untuk meningkatkan
 Rendah: 1 informasi

4. Menonjolnya
masalah Tekanan darah Ny.
 Segera: 2 O saat pemeriksaan
1 2/2x 1 = 1
 Tidak segera: 1 150/90 dan tidak
 Tidak dirasakan: minum obat.
0

Skor 5

Nilai Masalah = Skor X Bobot


Skala Tertinggi
PERENCANAAN KEPERAWATAN

No. DK Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1 Manajemen kesehatan keluarga Setelah dilakukan kunjungan rumah 3x 1.Berikan penjelasan pada keluarga tentang diet yang
tidak efektif berhubungan diharapakan keluarga mampu memberikan sesuai untuk penderita hipertensi yaitu diet rendah
dengan ketidakmampuan perawatan pada Tn. R dengan kriteria hasil :garam, rendah lemak dan kolesterol
keluarga merawat dalam 1. Adanya usaha untuk aktivitas, tidur, dan 2. Anjurkan pada keluarga untuk mengkonsumsi
mengenal masalah anggota istirahat sesuai kebutuhan makanan sesuai dengan diet hipertensi
keluarga dengan hipertensi 2. Periksa secara teratur ke pelayanan kesehatan
3. Anjurkan pada keluarga untuk jadwal aktivitas, tidur,
dan istirahat untuk pasien
4. Anjurkan kepada keluarga memeriksakan secara
teratur
5. Melatih dan mengajarkan terapi rendam kaki untuk
penderita hipertensi.
 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Proses Penyakit (I.12444)
berhubungan dengan diharapkan tingkat pengetahuan keluarga
ketidakmampuan keluarga meningkat (L.12111). 1. Observasi
mengenal masalah kesehatan. 1.1 Identifikas
1. Klien dan keluarga siap dan mampu menerima - kesiapan dan kemampua dan menerima informasi
informasi.
2. Klien dan keluarga mampu menyebut kan 2. Terapeutik
tentang penyakit hipertensi. -Sediakan materi dan media pendidika dan kesehatan
-Berikan kesempata dan bertanya

3. Edukasi
-Jelaskan penyebab dan factor resiko penyakit
-Jelaskan proses patofisologi timbulnya penyakit
-Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulka dan penyakit
-Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
3. Ketidakpatuhan minum obat Perilaku individu dan/atau pemberi asuhan tidak -Informasikan kondisi pasien.
berhubungan dengan program mengikuti rencana perawatan/pengobatan yang  Dukungan kepatuhan program pengobatan
perawatan yang kompleks dan disepakati dengan tenaga kesehatan,sehingga  Dukungan tanggung jawab pada diri sendiri
atau lama menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak  Promosi kesadaran diri
efektif  Promosi koping
Penyebab
1. Disabilitas (mis. penurunan daya ingat,
defisit sensorik/motorik)
2. Efek samping program
perawatan/pengobatan
3. Beban pebiayaan program
perawatan/pengobatan
4. Lingkungan tidak terapeutik
5. Program terapi kompleks dan/atau lama
6. Hambatan mengakses pelayanan kesehatan
(mis. gangguan mobilisasi, masalah
transportasi, ketiadaan orang merawat anak
dirumah, cuaca tidak menentu
7. Program terapi tidak ditanggung asuransi
8. Ketidakadekuatan pemahaman (sekunder
akibat defisit kognitif, kecemasan, gangguan
penglihatan/pendengaran,kelelahan,kurang
motivasi)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. DK Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan


1. Manajemen kesehatan keluarga Rabu, 30 November 0 pukul 15.00 WIB
tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat 1. Menganjurkan pada keluarga memerikasakan pasien setiap minggu untuk mengikuti kegiatan
dalam mengenal masalah anggota posyandu lansia dan minum obat secara teratur.
keluarga dengan hipertensi 2. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang diet yang sesuai dengan hipertensi pada makanan
yang diberikan Ny. O harus benar-benar rendah garam, mengurangi makanan berlemak
3. Menganjurkan pada keluarga untuk mengatur istirahat, aktivitas, tidur Ny. O agar teratur untuk
jadwal sehari-hari dan tidak mengganggu jam aktivitas.
4. Memberikan latihan terapi relaksasi pernapasan buteyko untuk menurunkan hipertensi.
5. Memberikan latihan rendam kaki menggunakan air hangat
. Defisit pengetahuan berhubungan Edukasi Proses Penyakit (I.12444)
dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan, 1.Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2.Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Memberikan kesempatan bertanya
4. Menjelaskan penyebab dan factor resiko penyakit
5.Menjelaskan proses patofisologi timbulnya penyakit
6. Menjelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan penyakit
7.Menjelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
8. Menginformasikan kondisi pasien saat ini.
3. Ketidakpatuhan minum obat 1. Menjelaskan penyakit
berhubungan dengan program 2. Menjelaskan penyebab dan tanda gejala penyakit
perawatan yang kompleks dan atau 3. Menjelaskan komplikasi penyakit
lama 4. Menjelaskan tata cara minum obat
5. Menjelaskan kepatuhan dalam minum obat
6. Menjelaskan efek jika tidak minum obat
7. Mengajarkan teknik relaksasi buteyko
EVALUASI KEPERAWATAN
No. DK Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1. Manajemen kesehatan keluarga tidak S : Keluarga mengatakan belum bisa memahami tentang cara merawat keluarga dengan hipertensi
efektif berhubungan dengan dengan memperhatikan diet, pola tidur dan kontrol secara teratur
ketidakmampuan keluarga merawat O : mengajarkan terapi relaksasi buteyko dan rendam kaki dengan air hangat
dalam mengenal masalah anggota A : Tujuan tercapai sebagian
keluarga dengan hipertensi P : Lanjutkan Intervensi
. Defisit pengetahuan berhubungan S: Ny. O dan keluarga mengatakan belum pernah mendapatkan edukasi tentang hipertensi.
dengan ketidakmampuan keluarga O: pasien dan keluarga tampak bingung dengan penjelasan edukasi hipertensi
mengenal masalah kesehatan, A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

3. Ketidakpatuhan minum obat S: Ny. O dan keluarga mengatakan belum pernah mendapatkan edukasi tentang hipertensi.
berhubungan dengan program O: pasien dan keluarga tampak bingung dengan penjelasan edukasi hipertensi
perawatan yang kompleks dan atau A: masalah belum teratasi
lama P: intervensi dilanjutkan

No. DK Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan


1. Manajemen kesehatan keluarga tidak S : Keluarga mengatakan belum bisa memahami tentang cara merawat keluarga dengan hipertensi
efektif berhubungan dengan dengan memperhatikan diet, pola tidur dan kontrol secara teratur
ketidakmampuan keluarga merawat O : mengajarkan terapi relaksasi buteyko dan rendam kaki dengan air hangat
dalam mengenal masalah anggota A : Tujuan tercapai sebagian
keluarga dengan hipertensi P : Lanjutkan Intervensi
. Defisit pengetahuan berhubungan S: Ny. O dan keluarga mengatakan belum pernah mendapatkan edukasi tentang hipertensi.
dengan ketidakmampuan keluarga O: pasien dan keluarga tampak bingung dengan penjelasan edukasi hipertensi
mengenal masalah kesehatan, A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
3. Ketidakpatuhan minum obat S: Ny. O dan keluarga mengatakan belum pernah mendapatkan edukasi tentang hipertensi.
berhubungan dengan program O: pasien dan keluarga tampak bingung dengan penjelasan edukasi hipertensi
perawatan yang kompleks dan atau A: masalah belum teratasi
lama P: intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada keluarga Ny. S dengan
gangguan sistem kardiovaskuler : Hipertensi penulis akan membahas kesenjangan yang
terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus pada saat memberikan asuhan keperawatan
terhadap keluarga Ny. S. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan satu tahapan dimana mengambil data yang ditandai
dengan pengumpulan informasi. Pengumpulan data keluarga berasal dari
sumber: wawancara dan pengalaman yang dilaporkan pasien dan anggota
keluarga. Pada saat melakukan pengkajian ditemukan kesesuaian antara kasus
terhadap teori tersebut. Pada teori melaporkan bahwa salah satu hasil
pengkajian biasanya akan muncul tingkat pengetahuan klien terhadap penyakit
yang kurang. Pada hasil pengkajian terhadap Ny. O didapatkan data bahwa Ny.
O mengatakan masih ingin tahu lebih dalam mengenai penyakit Hipertensi yang
dialaminya dan ingin tahu penatalaksanaan non farmakologi yang bisa
diberikan pada Hipertensi. Karena pengobatan yang lama dan seumur hidup,
penderita Hipertensi mengalami rasa bosan dan menunda untuk melakukan
pengobatan bahkan tidak jarang melakukan penolakan untuk minum obat
Hipertensi. Hal ini sejalan dengan pengkajian yang didapat pada keluarga Ny.
O, bahwa Ny O tidak patuh dalam melakukan pengobatan pada Hipertensi yang
di derita . Hal tersebut menunjukan adanya kesesuaian antara teori dengan
kasus yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah data dianalisis, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah
keperawatan keluarga, perumusan masalah kesehatan dan keperawatan yang
diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan
pada analisa konsep, prinsip teori, dan standar yang dapat dijadikan acuan
dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang masalah
keperawatan keluarga, yang mengacu terhadap buku Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI). Pada pengambilan diagnosa pada keluarga Ny.
O masalah keperawatan yang muncul yaitu ketidakpatuhan minum obat
berhubungan dengan program pengobatan yang komplek/lama, terlihat Ny. O
yang mengatakan tidak pernah minum obat hipertensi karena pengobatan yang
seumur hidup. Kurangnya dukungan dan manajemen kesehatan keluarga serta
adanya keingitahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan tekhnik-tekhnik
non farmakologi untuk menurunkan hipertensi sehingga penulis mengangkat
diagnosa keperawatan kedua yaitu Manajemen kesehatan keluarga kurang
efektif berhubungan dengan komplesitas program pengobatan. Ny.S berharap
masalah kesehatan selalu dapat teratasi dan berharap terhadap petugas
kesehatan agar selalu dapat memberikan bantuan dalam upaya mengontrol dan
menjaga kesehatan yang optimal.
3. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan klien saat dilakukan
pengkajian. Dalam merumuskan rencana tindakan penulis menemukan
kesenjangan antara teoritis dengan kasus. Hal ini disebabkan perencanaan
mengacu langsung pada penyuluhan dengan melakukan tindakan berdasarkan
kasus yang diderita Ny. O untuk intervensi pertama kali dilakukan, akan tetapi
penulis juga melakukan penyuluhan tingkat pengetahuan klien terhadap
penyakit Hipertensi dsn karena klien ingin tahu lebih dalam mengenai penyakit
dan penanganan penyakitnya termasuk tindakan non farmakologi untuk
menurunkan Hipertensi.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan,
penyuluhan, serta menilai data yang baru (Rohmah, & Walid, 2012).
Pelaksanaan tindakan keperawatan antara tinjauan teori dengan kasus dianggap
sesuai walaupun masih ada sedikit kekurangan. Yang dimaksud adalah dalam
kenyataan dilapangan tidak sepenuhnya rencana tindakan dapat dilaksanakan
sesuai dengan rencana tindakan dalam buku SIKI. 5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencaaan
(Rohmah & Walid, 2012). Untuk diagnosa yang sudah ditentukan yaityu
Ketidakpatuhan minum obat, ditemukan tujuan tercapai, keluarga akan
memeriksakan kesehatan ke dokter dan meminta obat hipertensi untuk di
konsumsi, dan Diagnosa Mnajemen kesehatan keluarga tidak efektif, klien
dapat mengerti tentang penyakit dan cara penannganan non farmakologi untuk
menurunkan hipertensi. Dalam melaksanakan evaluasi hanya bersifat evaluasi
terstruktur, yaitu evaluasi hasil mengacu kepada evaluasi akhir yaitu
mengevaluasi diagnosa dan intervensi yang sudah dilakukan
BAB V
PENUTUP

a) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelititan penerapan asuhan keperawatan keluarga pada pasien
Ny. O dengan hipertensi di desa Kayuambon Lembang. Penulis mengambil
keputusan sebagai berikut :
 Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian yang didapatkan Rabu, 30 November 0 pada Ny. O
dengan diagnosa hipertensi menunjukkan adanya tanda gejala serupa yang
dirasakan yaitu nyeri pada bagian kepala.
 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul dari data pengkajian keperawatan Ny. O
pada hari Rabu, 30 November 0 adalah Manajemen kesehatan keluarga
tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat dalam
mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi, Defisit pengetahuan
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
penegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan teori Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI).
 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada Ny. O disusun berdasarkan prioritas masalah
keperawatan pada pasien. Intervensi keperawatan yang di lakukan oleh penulis
disusun mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
dengan melakukan pemberian intervensi teknik Buteyko dan Rendam Kaki
dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah.
 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperwatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah dibuat dan disusun oleh peneliti.
 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan yang dilakukan oleh peneliti pada Ny. O menunjukkan
masalah keperawatan yang dialami pasien sudah teratasi cukup baik dengan
intervensi dan implementasi yang dibuat dan dilakukan.
b) Saran
Bagi Klien dan Keluarga
Diharapkan keluarga dapat menerapkan intervensi yang telah diberikan dalam
merawat anggota keluarga dengan hipertensi, menerapkan pola hidup yang sehat
serta rutin memeriksakan keadaan ke fasilitas kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
ADP, S. G. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV Trans Info Media.

Ardiansyah. (2012). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien


Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Aspiani, Y. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur .
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Doengoes, M. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta: EGC.

Hidayat, A. A. (2009). Metodologi Penelitian dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika.

Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Bandung:


ALFABETHA.

Julianti. (2005). Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus. Jakarta: Puspa Swara.

Lubis, M. (2013). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Menjalankan Terapi


pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Indrapura Kabupaten Batu Bara. 6.

Mahmudah, S. d. (2015). Hubungan Gaya Hidup dan Pola makan Dengan Kejadian
Hipertensi pada Lansia di Kelurahan Sawangan Baru Kota Depok. 44.

Mubarak, A., & Iqbal, W. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Novian, A. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Nugraha, A. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah : Diagnosis NANDA-I


2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Prasetyorini, H. &. (2012). Stress Pada Penyakit Terhadap Kejadian Komplikasi Hipertensi
Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Stikes, 61.
Putra, J. (2012). Madura dengan Masalah Kesehatan. Serial Online.

ADP, S. G. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV Trans Info Media.

Ardiansyah. (2010). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien


Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Aspiani, Y. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC.

Mubarak, A., & Iqbal, W. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika.
LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI
Diajukan untuk memenuhi tugas laporan Praktik Keperawatan Keluarga dengan Dosen
Pembimbing Bapak Ns. FX Widiantoro., MS., PhD dan ibu Ns. Friska S, S.Kep., MSN

OLEH:
HANIFAH RAHMAWATI PUTRI
30190121124

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI
 
Topik : Pengertian, tanda dan gejala hipertensi, penyebab hipertensi,
penatalaksanaan diit pada hipertensi dan discharge planning
dalaam mengatasi dan mencegah hipertensi 
Hari/Tanggal : Kamis, 08 Desember 2022
Waktu / Jam : 30 Menit / jam 10.00 WIB
Peserta : Warga RW 09 Desa Kayuambon Lembang

1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan sasaran dapat
memahami pentingnya diit dan mengetahui cara mengatasi dan mencegah
hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi diharapkan
peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian hipertensi
b. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
c. Menyebutkan penyebab hipertensi
d. Menyebutkan cara mencegah komplikasi darah tinggi
e. Menyebutkan bahan makanan yang tidak diperbolehkan
f. Menyebutkan pengobatan nonfermakologi untuk menurunkan tekanan darah
3. Metode
Diskusi dan ceramah
4. Media
Leaflet 

5. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Pendidikan Kesehatan Kegiatan Peserta

1 5 menit Pembukaan:
a. Membuka/memulai Menjawab salam
kegiatan dengan
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan dari
penkes Mendengarkan dan
d. Menyebutkan materi penkes memperhatikan
e. Apersepsi (misal bertanya
kepada pasien apakah sudah
mengetahui tentang Menjawab
hipertensi dan diit pertanyaan
hipertensi)
2 20 menit Pelaksanaan penyampaian materi:
Menjelaskan tentang : Mendengarkan dan
a. Pengertian hipertensi memperhatikan
b. Pembagian tekanan darah
tinggi Menjawab
c. Tanda dan gejala darah pertanyaan
tinggi
d. Penyebab tekanan darah Peserta aktif
tinggi bertanya
e. Komplikasi darah tinggi
f. Cara mencegah komplikasi
darah tinggi
g. Bahan makanan yang tidak
diperbolehkan
h. Pengobatan nonfarmakologi
untukmenurunkan tekanan
darah
3 5 menit Evaluasi :
Menanyakan kepada peserta Menjawab
tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan (mengacu pada tujuan
khusus) dan reinforcement
jawaban peserta

4 5 menit Terminasi :
a. Menyimpulkan proses dan Mendengarkan.
hasil penyuluhan
b. Mengucapkan terima kasih Menjawab salam
c. Mengucapkan salam penutup.

6. Materi Pendidikan Kesehatan


a. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistol sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak
hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita
penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin
tinggi tekanan darah, makin besar bersikonya. (Sylvia A.price, 2015)
Hipertensi adalah kenaiakan tekanan darah sistolik lebih dari 130
mmHg yang intermiten atau terus-menerus atau tekanan darah diastolik lebih
dari 89 mmHg. (Lydia Djayasaputra, 2013).
Gangguan pada system pembuluh darah yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
b. Pembagian tekanan darah tinggi
1) Tekanan darah normal : 130/80 mm Hg
2) Tekanan darah tinggi ringan : 140-159/90-99 mm Hg
3) Tekanan darah tinggi sedang : 160-179/100-109 mm Hg
4) Tekanan darah tinggi berat : 180-209/110-119 mm Hg
c. Tanda dan gejala
1) Sakit kepala
2) Mudah marah
3) Telinga berdengung
4) Mata terasa berat atau pandangan kabur
5) Mudah Lelah
6) Susah tidur
7) Terasa sakit di tengkuk
8) tekanan darah lebih dari normal
d. Penyebab darah tinggi
1) Gaya hidup tidak sehat
2) Konsumsi garam berlebih
3) Minum-minuman beralkohol
4) Kurang olahraga
5) Kegemukan
6) Stress atau banyak pikiran
e. Komplikasi darah tinggi
1) Penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah
2) Penyakit jantung
3) Serangan otak /stroke
4) Penglihatan menurun
5) Gangguan gerak dan keseimbangan
6) Kerusakan ginjal
7) Kematian
f. Cara mencegah komplikasi darah tinggi
1) Berat badan ideal
2) Makan makanan yang bergizi
3) Olahraga teratur
4) Mengubah kebiasaan hidup (kurangi merokok, minum kopi)
5) Kurangi makan berlemak tinggi dan tinggi garam
6) Kontrol teratur ke puskesmas/ Fasilitas Kesehatan
7) Hindari stress
8) Dekatkan diri pada Tuhan
g. Bahan makanan yang tidak diperbolehkan
Semua makanan yang diberi garam natrium pada proses pengolahannya :
1) Roti, biskuit, crackers, cake dan kue lain yang dimasak dengan garam
dapur atau soda kue
2) Dendeng, abon, corned beef daging asap, ikan asin, pindang, sarden, ebi
udang kering, telur asin, dsb
3) Keju, margarin, mentega
4) Acar, asinan sayur, sayur dalam kaleng
5) Asinan buah, manisan buah, buah dalam kaleng
6) Garam dapur, vetsin, soda kue, kecap, terasi, petis, tauco, saos

h. Pengobatan Nonfarmakologi
1) Merendam kaki dengan air hangat
Tujuannya adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah dengan cara
memperlebar pembuluh darah sehingga dapat banyak oksigen ke
jaringan,dan membantu dalam penurunan tekanan darah
Langkah-langkah :
a) Persiapan Alat dan bahan yang harus disediakan adalah: air hangat,
Waskom, termometer air, timer/jam, handuk kecil, tensimeter
spygmanometer dan stetoskop
b) ukur tekanan darah sebelum diberikan terapi
c) memberi posisi duduk nyaman bagi pasien
d) kedua kaki direndam pada waskom yang berisi air hangat suhu air 37℃-
40℃ hingga batas 10-15 cm di atas mata kaki selama 15-20 menit
e) setelah selesai hidroterapi keringkan kaki pasien menggunakan handuk
f) ukur tekanan darah pasien dengan menggunakan tensimeter
2) Melakukan tehnik buteyco
Tehnik Buteyco merupakan rangkaian latihan pernapasan sederhana, yang
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dan
mengurangi frekuensi kekambuhan dan gejala asma (seperti batuk dan
mengi)
a) Tarik napas seperti biasa, kemudian hembuskan (2 kali), tarik napas
lagi seperti biasa kemudian tahan semampunya lalu hembuskan napas
dengan rileks.
b) Tarik napas biasa dengan menarik otot diafragma (2 kali), tarik napas lagi
kemudian tahan semampunya, lalu hembuskan dengan rileks.
c) Boleh menggunakan jari telunjuk dan ibu jari untuk menutup hidung saat
tahan napas.
d) Bernapas secara normal setidaknya selama 10 detik.
e) Ulangi beberapa kali selama 15 menit. Lakukan sehari 2 kali
3) Melakukan relaksasi otot progresif untuk menurunkan tekanan darah
Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan PMR sekali sehari selama 7
hari.
Gerakan relaksasi otot progresif:
a) Latih otot-otot tangan dengan menggenggam tangan kanan sambil
mengepalkan tangan lebih kuat, rasakan ketegangannya, lalu lepaskan
tinju. Setelah selesai tangan kanan kemudian dilanjutkan ke tangan
kiri.
b) Latih bagian belakang otot lengan dengan cara meluruskan lengan dan
menggerakkan dorsi fleksi pergelangan tangan sehingga otot-otot pada
tangan dan lengan bawah kembali meregang, jari-jari menghadap ke
langit-langit.
c) Melatih otot bisep dengan cara menggenggam kedua tangan seperti
kepalan tangan kemudian di bawa ke bahu sehingga otot bisep akan
tegang.
d) Latih otot bahu dengan mengangkat kedua bahu ke atas setinggi
menyentuh kedua telinga. Gerakan ini menghasilkan ketegangan pada
bahu, punggung atas dan leher.
e) Melatih otot dahi untuk mengerutkan kening dan alis hingga kulit
keriput.
f) Latihan otot-otot mata dengan mata tertutup rapat agar ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang mengontrol gerakan mata dapat
dirasakan.
g) Melatih otot rahang dengan mengatupkan rahang, dilanjutkan dengan
menggigit gigi agar ketegangan di sekitar otot rahang dapat berkurang.
h) Latih otot-otot sekitar mulut dengan mengerucutkan bibir sekuat
mungkin sehingga akan terasa ketegangan di sekitar mulut.
i) Latih otot-otot leher untuk meletakkan kepala, kemudian diminta
untuk menekankan kepala pada punggung sepertiituresponden dapat
merasakan ketegangan pada bagian belakang leher dan punggung atas.
j) Melatih otot leher anterior sehingga responden dapat merasakan
ketegangan pada bagian anterior itu daerah leher.
k) Lengkungkan Anda kembali, regangkan dada Anda, dan rasakan
ketegangan di punggung bagian atas…dan rileks. Lengkungkan
punggung Anda, regangkan dada Anda, dan rasakan ketegangan di
punggung atas Anda. Kondisi tegang dipertahankan selama 10 detik
dan kemudian rileks.
l) Ambil napas dalam-dalam dan tahan, rasakan ketegangan pada otot-
otot di sekitar Anda dada. Tahan… dan kemudian rileks, bernapas
dalam-dalam dari perut.
m) Kencangkan otot-otot Andaperut, membuat perut sangat keras.
Tahan… dan santai.
n) Regangkan kedua kaki Anda, lurus ke depan, sampai Anda bisa
merasakan ketegangan di punggung Andapaha. Tahan ... dan kemudian
rileks.
o) Tegang keduanyaanak sapiotot dengan meregangkan kaki dan
mengarahkan jari-jari kaki ke atas ke arah kepala. Tahan ... dan
kemudian rileks. Semua gerakan dilakukan masing-masing dua kali
dan tahan posisi selama 10 detik dan tegang saat diregangkan
berlangsung 15-20 detik (Herawati & Azizah, 2018
Daftar Pustaka

Bachri, Y. (2018). Pengaruh Teknik Pernafasan Buteyko Terhadap Frekuensi


Kekambuhan Asma Pada Penderita Asma Bronkhial Di Upt Puskesmas Wilayah
Kerja Lima Kaum 1 Kabupaten Tanah Datar Tahun 2017. Menara Ilmu, 12(8).
Brilianifah, Y. N., Isnaeni, F. N., & Gz, S. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan
Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diit Hipertensi Pada Pasien Hipertensi
Rawat Jalan Di Rsu Queen Latifa Sleman Yogyakarta (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Ermayani, M., Prabawati, D., & Susilo, W. H. (2020). The effect of progressive muscle
relaxation on anxiety and blood pressure among hypertension patients in east
Kalimantan, Indonesia. Enfermeria Clinica, 30, 121–125.
https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2020.07.025

Fadlilah, S. (2021). Soak Feet with Warm Water and Progressive Muscle Relaxation
Therapy on Blood Pressure in Hypertension Elderly. P J M H S Vol. 14, NO. 3, JUL –
SEP 2020.
Herawati, I., & Azizah, S. N. (2016). Effect of Progressive Muscle Relaxation Exercise
To Decrease Blood Pressure for. International Conference on Health and
WellBeing (ICHWB), 405–412.
Ignatavicius & Workman. 2013. Medical Surgical Nursing: Patient-Centered
Collaborative Care. Seventh Edition, Volume One. USA: Elsevier.
Izzat, dkk (2021). Jurnal Ilmu Keperawatan : Journal of Nursing Science Vol. 9, No. 2,
November 2021, hlm. 178-186 e-ISSN: 2598-8492 DOI :
https://doi.org/10.21776/ub.jik.2021.009.02.5 p-ISSN: 2088-6012 Website :
http://www.jik.ub.ac.id @2021. This is an open access article under the CC BY-NC
4.0 license
Joyce M Black. 2009. Medical Surgical Nursing : Clinical management for positive
Outcome
Novian, A. (2013). Kepatuhan diit pasien hipertensi. KEMAS: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 9(1), 100-105.
Nurmaulina A, Hadiyanto H. (2021). Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat pada
Lansia dalam Menurunkan Tekanan, Jurnal Lentera. Volume 4, Nomer 1, Universitas
Muhammadyah Sukabumi
Price A Sylvia. 2015. Patofisiologi Kondes Klinis Proses-proses Penyakit. Penerbit
Buku Kedokteran : EGC
Puteh, M. M., & Abi Muhlisin, H. M. (2015). Hubungan antara pengetahuan keluarga
tentang diit hipertensi dengan kekambuhan hipertensi pada lansia di posyandu
Setya Budi desa Reksosari kecamatan Suruh Kabupaten Semarang (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Robbin. 2007. Buku Ajar Patofisiologi volume 2, Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran :
EGC
Rahim, R., Mardiah, S. S., & Rismawati, S. (2017). Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Ibu Hamil Hipertensi. Media Informasi, 13(2),
64-69.
Foto Dokumentasi

Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, 30 November 0 pukul 15.00 WIB di Desa
Kayuambon Kampung Pangragajian RT.0.
Bersama pasien Ny. O
Mahasiswi : Hanifah Rahmawati Putri

Mengukur tensi darah pada saat hari pertama dan melakukan pengkajian pada Ny. O hari
Rabu, 30 November 0

Mengukur tensi darah pada saat berkunjung akan melakukan implementasi pada Ny. O hari
Jumat, 09 November 0

Memberikan intervensi dengan Teknik Buteyko


Leaflet Hipertensi

Anda mungkin juga menyukai